Beranda / Romansa / Bukan Perawan Tua / Siapa yang Datang?

Share

Siapa yang Datang?

Penulis: Kuriziki
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-28 18:39:58

"Mencari buktinya ke mana? Udahlah. Nanti kalau ada orang macam-macam lagi, kita bisa awasi dari CCTV. Masalah orang yang mengaku keracunan itu biarkan saja. Nanti kalau diperpanjang, justru tokomu yang akan tercoreng namanya."

Dia menepuk kepalaku beberapa kali, lalu beranjak berdiri.

"Ayo makan siang dulu. Kamu belum makan, kan?" Dia mengulurkan tangan. Berniat membantuku bangun.

Aku mendongak. Kuterima uluran tangannya. Tangan kiriku lalu menepuk-nepuk belakang celana. Siapa tahu kotor karena baru saja duduk lesehan.

"Belum, sih. Tapi nggak nafsu makan sekarang." Aku mengeluh, sementara tangan bergelayut manja di lengannya.

"Aku suapi nanti. Ayo!"

** 

Begitu banyak suara di sini. Suara sendok yang beradu dengan piring, suara kendaraan berlalu lalang di jalanan, juga suara percakapan pengunjung warung yang sedang makan.

&nbs

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Perawan Tua   Amarah Mayang

    Perasaanku campur aduk. Ada rasa takut, marah, kesal, dan perasaan entah lainnya saat melihat sosok perempuan di sana.Aku melangkah cepat menghampiri mereka. Tanpa basa-basi kutarik rambut perempuan itu hingga si empunya memekik kesakitan. Sontak saja suasana di rumah menjadi kacau. Papa, Mama, dan Rafael berteriak memintaku untuk melepaskan tarikan pada rambut Talita."Mau apa lagi ke sini? Mau mencari gara-gara lagi, iya?" Aku bertanya nyalang. Tarikan di rambutnya makin kupererat. Dia semakin memekik sembari memegangi tanganku."Mbak, dengar dulu penjelasan saya. Saya ke sini bukan untuk mencari masalah sama Mbak dan keluarga. Saya hanya ingin minta maaf," jelasnya dengan bibir sesekali mendesis kesakitan.Aku tak peduli. Tarikan tidak kukendorkan sama sekali meski Rafael bersusah payah memintaku berhenti."Sudah, May. Kasihan dia." Mama menegur."Hentikan, Mayang. Niatnya datang ke sini baik. Dengarkan dia dulu." Papa pun ikut membela Talita."Sayang, please! Jangan main tangan s

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-29
  • Bukan Perawan Tua   Si Gondrong

    "Ta, lebih baik kamu pergi. Aku nggak mau lihat kamu ada di sini. Pergilah!" Rafael bersuara setelah lama diam. Mungkin dia memberi ruang bagiku untuk meluapkan semua kekesalan selama ini. Padahal jika bisa, aku ingin menjambak rambutnya sampai botak."Ya sudah kalau begitu. Saya permisi semuanya. Terima kasih Om dan Tante sudah mengizinkan saya masuk." Talita berdiri, melangkah perlahan meninggalkan rumah kami.Aku mendengkus. Kusandarkan punggung di sofa. Rasanya tenggorokan sampai sakit karena menahan emosi yang seharusnya kuledakkan."Apa dia sudah lama berada di sini?" tanyaku pada Papa dan Mama. Aku menatap mereka secara bergantian."Mungkin ada sekitar setengah jam, May. Tapi kalau menurut Mama, sih, dia benar-benar minta maaf dengan tulus. Dia benar-benar merasa bersalah."Sudut bibirku terangkat sebelah. "Orang seperti dia bisa berganti topeng kapan saja, Ma. Kapan harus baik, kapan harus licik, dia sudah lihai." Kutatap semua orang dengan tajam. "Jangan pernah menerima kehad

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-02
  • Bukan Perawan Tua   Ammar dan Fira

    "Dah siap! Dah rapi." Aku meletakkan kembali sisir ke atas meja.Dia memerhatikan hasil ikatakan rambut di kepalanya dengan seksama melalui cermin rias. Lalu lelaki itu manggut-manggut puas."Lumayan lah. Cewek, kan, memang pinter, ya, soal ikat mengikat."Aku meraih baju kantor yang tadi kulempar asal ke atas ranjang. "Ya lah.""Ya udah, aku ke kamar Ibu dulu mau pamit. Nanti aku tunggu kamu di luar." Dia beranjak keluar. Aku hanya menyahut 'oke' sembari mengganti baju.**Mobil mulai memasuki pelataran toko. Keadaan masih sepi. Sepertinya ini efek dari ulah tiga orang yang ngamuk kemarin.Aku menghela napas usai melepas seatbelt. Belum sempat membuka pintu, sebuah mobil mewah terlihat memasuki halaman toko juga. Seingatku itu mobil milik Ammar. Mau bertemu istrinya lagi pasti.Aku mengurungkan niat untuk turun. Menunggu mereka selesai kangen-kangenan.Sosok laki-laki keren dengan tampilan modis keluar dari mobil. Sembari berjalan, dia melepas kacamata hitamnya.Kuamati dari sini, Fi

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-05
  • Bukan Perawan Tua   Keanehan Fira

    "Dia mengajak Chika bermain di pinggir kolam renang. Saat Chika tak sengaja terpeleset, Fira hanya diam mengamati. Sama sekali tidak ada niatan untuk menolong," jelasnya."Siapa tahu dia memang nggak bisa berenang. Jangan terlalu melebih-lebihkan, Mar. Fira itu istrimu. Dia memang dari keluarga sederhana, tapi jangan menghakimi dia seperti itu.""Dia punya mulut, kan? Dia bisa teriak, kan, untuk meminta pertolongan pada orang lain? Kalau saja aku tidak datang, entah apa yang akan terjadi pada Chika." Ammar tampak kesal."Dari mana kamu tahu dia nggak meminta pertolongan? Memang kamu lihat sendiri kalau dia diam saja?" Aku masih berusaha membela Fira. Kalau kupikir, ini hanya kesalahpahaman saja."Ya. Aku melihatnya sendiri dengan kedua mataku dari kamera CCTV. Aku sedang di ruang kerja pada saat itu. Dan terlihat jelas Fira tidak berniat menolong Chika sedikit pun."Aku terdiam. Keningku berkerut dalam. Masih mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Sepertinya ini semua hanya kesalah

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-07
  • Bukan Perawan Tua   Menginterogasi Fira

    Kubuka pintu kamar Ibu perlahan. Benar kata Mama. Alvin sudah tidur."May? Ini Alvin udah bobok." Ibu berucap lirih saat melihatku. Aku melangkah masuk dan duduk di tepi ranjang beliau."Alvin jangan dipindah, ya. Biarin aja tidur di sini sama Ibu."Baru saja aku ingin membawa bocah itu pergi, Ibu sudah bicara lebih dulu."Nanti kalau dia ganggu tidur Ibu gimana?""Nggak papa. Lagian Ibu juga sudah bisa jalan. Ibu sudah sembuh."Akhirnya karena Ibu ngotot, aku batal memindahkan Alvin. Aku kembali lagi ke kamar sendiri untuk segera tidur."Gimana? Udah bobok?" tanya Rafael begitu aku masuk kamar."Udah." Aku naik ke ranjang, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh sebatas pinggang."Minta jatah nggak?" tanyaku pada suami menggemaskan."Pengertian banget. Tapi aku lagi capek. Besok aja, ya. Sekarang kita tidur. Sini aku peluk." Rafael menarik tubuhku agar lebih mendekat padanya. Ah, rasanya hangat mepet-mepet begini. Sama suami sendiri pula.***"Bunda berangkat, ya, Nak. Baik-baik sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-09
  • Bukan Perawan Tua   Sakit Jiwa

    Sial sekali! Mulai hari ini, aku akan sering-sering bertemu Ammar. Bahkan mengerjakan proyek bersama dengan dia."Proyek kita ini bertempat di luar kota. Nanti malam kita berangkat. Kira-kira kita berada di sana sekitar satu minggu. Jadi persiapkan diri dengan baik." Klien-ku menjelaskan.Satu minggu?Ah, kurasa aku bisa gila berada jauh dari Rafael selama itu."Apa ini bisa diwakilkan, Pak? Sama asisten saya mungkin?" Aku menawar."Ya nggak bisa lah, Bu Mayang. Harus Ibu sendiri yang menggarapnya."Aku mendengkus.Saat jam istirahat makan siang, aku menghubungi Rafael."Hei! Kenapa mukanya lemes begitu?" Dia menyapa dengan wajah riang di sana."Mood aku lagi buruk banget, Mas. Masa nanti malam aku berangkat ke luar kota? Udah gitu selama satu minggu pula menetapnya. Dan yang bikin aku kesel, aku bersama Ammar juga."Wajah riang dari wajahnya seketika terurai. Lihatlah! Dia pasti cemburu."Sama Ammar? Memangnya nggak bisa nyuruh orang lain aja yang pergi?""Ya nggak bisa, Mas. Harus a

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11
  • Bukan Perawan Tua   Ponsel Hilang

    Kami tiba di lokasi pada jam delapan malam. Ah, badanku rasanya remuk. Perjalanan jauh membuat bokongku rasanya tepos seketika.Kamarku dan Ammar ternyata bersebelahan. Sebelum masuk, dia masih sempat melirikku. Aku melengos. Buru-buru masuk ke dalam kamar dan menguncinya.Kuempaskan tubuh ke ranjang. Rasanya nyaman sekali. Badan yang lelah dipadukan dengan ranjang yang empuk. Sungguh sempurna.Aku menoleh ke samping. Ponselku mencuat keluar dari dalam tas. Aku meraihnya. Nomor Rafael adalah yang pertama aku hubungi. Siapa lagi kalau bukan dia?Tidak membutuhkan waktu lama, wajahnya sudah muncul di layar sekarang. Aku sangat merindukannya. Padahal baru saja sampai. Masih ada sekitar enam hari lagi yang harus kami lalui tanpa satu sama lain.Jantungku bahkan berdebar kencang sata melihat wajahnya."Udah nyampek?" tanyanya. Aku merubah posisi menjadi telungkup."Udah. Aku kangen," keluhku."Baru juga nyampek." Dia terlihat baru saja mandi. Tangan kirinya mengeringkan rambut menggunakan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • Bukan Perawan Tua   Hampir Ditabrak

    "Kenapa? Ada yang hilang?" Laki-laki di sebelahku bertanya lagi."Ponselku nggak ada. Kamu lihat nggak?" Aku menatapnya panik."Ponsel? Memangnya kamu taruh di mana tadi?"Aku mengingat-ingat kembali. Tadi sebelum keluar dari kamar, aku mengantonginya. Lalu saat makan malam, ponsel itu kuletakkan di sisi piring sebab sempat ada pesan dari Rafael. Apa mungkin tertinggal di tempat kami makan tadi?"Tadi aku taruh di meja pas makan. Apa mungkin tertinggal di sana?" Aku berasumsi."Mana mungkin? Ponsel itu benda penting, May. Kalaupun tertinggal di meja pasti kelihatan jelas.""Nggak ada salahnya dilihat kembali. Aku akan ke sana."Aku berlari. Terdengar derap langkah cepat di belakangku. Ammar sepertinya mengikuti.Aku memeriksa meja tadi. Sampai di kolongnya pun aku cari. Meja sekitarnya pun tak luput dari pemeriksaanku. Orang-orang yang ada di sana sampai heran melihatku. Tapi hasilnya nihil. Ponselku tidak ada di manapun."Sebentar. Coba aku panggil dulu." Ammar mengeluarkan ponselnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-13

Bab terbaru

  • Bukan Perawan Tua   Akhir Sebuah Cerita

    "Mas! Mas!" Aku memukul-mukul lengan Rafael."Apa, sih, Sayang? Bahaya ini lagi nyetir jangan dipukul-pukul.""Berhenti dulu coba."Mobil menepi. Mesin pun dimatikan. Aku langsung menunjukkan foto-foto di akun Fatih pada Rafael."Jadi, Talita nikah sama orang ini? Dia yang pernah meriksa Ibu di rumah, kan?" Rafael bertanya.Aku mengangguk. Jemariku bergerak cepat menelusuri profilnya kembali untuk mendapatkan alamatnya.**Rumah mewah dua lantai sudah terpampang di depan mata. Inikah rumah Mas Fatih? Beruntung sekali Talita mendapatkan lelaki mapan seperti Mas Fatih."Ayo, Mas!" Aku menggandeng tangan Rafael. Tiba di depan pintu, aku menekan belnya.Cukup lama juga kami menunggu. Sekitar lima menit lebih, pintu baru terbuka. Seraut wajah perempuan yang aku cari, muncul di sebaliknya. Perempuan itu sangat jauh berbeda sekarang. Dia mengenakan jilbab lebar dan gamis. Sungguh cantik."Mbak Mayang?" Talita tiba-tiba memelukku. "Maafin saya, Mbak. Sungguh, saya benar-benar menyesal."Aku m

  • Bukan Perawan Tua   Mencari Talita

    "Lepasin, Mas! Aku mau habisin perempuan itu!" Fira berteriak lagi."Jangan gila, Fira!" Ammar berusaha sekuat tenaga untuk merebut pisau itu dari tangan istrinya.Pelukan Rafael semakin erat aku rasa. Terutama saat tiba-tiba Ammar memekik. Perutnya tertusuk pisau!"Ammar!" Aku memekik histeris. Pisau terjatuh dari tangan Fira. Tubuh Ammar ambruk. Disusul dengan Fira yang luruh ke lantai. Perempuan itu memandangi tangannya yang berlumuran darah."Maafin aku, Mas! Aku nggak bermaksud buat nyakitin kamu!" Fira menangis penuh sesal. Cinta, jika terlalu tak tahu diri, akibatnya akan menyakiti dan merugikan diri sendiri.***Isak tangis dari dua wanita beda generasi di kursi tunggu semakin menambah suasana memilukan. Ammar masih menjalani penanganan. Sementara Fira digelandang ke kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Bersyukur Papa bergerak cepat lapor polisi tadi.Sekarang aku dan Rafael masih menunggu kabar dari Dokter mengenai keadaan Ammar. Sejak tadi, tautan di tan

  • Bukan Perawan Tua   Kenekatan Fira

    "F-Fira? Kamu ngapain di sini?"Fira melangkah masuk. Dia duduk di sebelahku. Rafael hendak berdiri, tapi kucegah."Bu Mayang dari rumah saya, ya? Bu Mayang baik banget pakai jenguk Ibu saya segala," ucapnya penuh haru. Sungguh, perempuan ini sangat misterius bagiku. Kupikir, dulu kami sangat dekat dan saling mengerti satu sama lain. Nyatanya tidak. Dia sulit untuk kumengerti.Sebuah sentakan kasar dari Ammar di bahu Fira, membuat tubuh perempuan itu berbalik."Hentikan omong kosongmu, Fira! Jangan macam-macam di sini!" Ammar berucap nyalang. Aku khawatir jika Alvin akan terbangun karena hal ini."Kamu kenapa, sih, Mas? Kamu terus aja mojokin aku. Kamu terus aja belain Bu Mayang. Apa-apa selalu Bu Mayang. Sebenarnya yang istri kamu itu aku atau dia?"Aku tercengang. Bukankah kalimat Fira barusan ini merupakan bentuk rasa cemburunya terhadapku? Sebelumnya aku tidak pernah melihat Fira bersikap sekasar ini saat membicarakanku.Ammar terdiam. Dapat kulihat dia melirikku sungkan."Kenapa

  • Bukan Perawan Tua   Kemunculan Fira

    "Mas, mereka bawa pistol!" pekikku."Sial!" Rafael menginjak pedal gas makin dalam. Mobil kami meliuk-liuk di jalanan. Dari kaca spion, pengendara motor itu masih mengejar. Siapa mereka sebenarnya? Apa ini ada hubungannya dengan Fira juga?"Gimana ini, Mas?" tanyaku panik."Tenang saja. Kamu pegangan yang kuat. Aku akan menambah kecepatan." Rafael semakin fokus ke jalanan. Keringatnya mulai mengalir di pelipis. Aku tahu dia tegang setengah mati.Aku memejamkan mata sembari berdoa. Bunyi tembakan yang bergema membuat rasa takutku makin nyata.Mobil kami oleng. Sebuah peluru sepertinya berhasil melubangi ban mobil kami. Rafael membanting stir ke kiri. Lalu setelahnya semua berubah gelap.***Mataku mengerjap. Bau menusuk yang sangat familiar menyerbu hidung. Sepertinya belum lama ini aku juga mencium bau seperti ini.Kuarahkan pandangan ke samping kiri. "Ma?""Mayang? Alhamdulillah kamu sudah sadar, Nak."Aku mencoba bangkit dengan kedua tangan di belakang sebagai tumpuan."Jangan banya

  • Bukan Perawan Tua   Datang ke Rumah Fira

    Aku menatap Mama Ammar dengan sorot meminta penjelasan.Helaan napas panjang terdengar dari bibirnya. "Benar, Nak. Fira itu aneh. Dulu saya pikir dia gadis yang baik. Tapi makin ke sini, ternyata dia menakutkan. Terkadang dia marah-marah nggak jelas. Terkadang juga dia terlihat begitu baik. Seperti dua orang yang berbeda."Aku berpandangan dengan Rafael. Alis laki-laki itu terangkat. Apa mungkin Fira memiliki kepribadian ganda? Sepertinya kami mulai menemukan titik terang sekarang."Apa Ammar tahu?" Rafael bertanya."Ya, dia tahu. Bahkan dia sempat ingin mengakhiri rumah tangganya. Hanya saja demi menjaga nama baik perusahaan, dia masih bertahan sampai sekarang. Usia pernikahan mereka masih seumur jagung. Jika bercerai sekarang, pasti akan banyak pertanyaan dari berbagai pihak."Benar juga. Selain itu, sikap Fira yang aneh juga pasti memengaruhi perusahaan Ammar."Bu, apa boleh saya minta alamat rumah Fira? Saya ingin menjenguk Ibunya yang dia bilang baru saja sakit.""Tentu saja bole

  • Bukan Perawan Tua   Mengorek Informasi

    Sepertinya aku harus berkunjung ke rumah Fira untuk memastikan. Tapi sebelum itu, aku akan ke rumah Ammar terlebih dahulu."Gimana anak-anak selama kamu tinggal, Fir? Pembukuannya bener nggak?" tanyaku. Untuk saat ini aku harus bersikap biasa saja."Bener, kok, Bu. Mereka udah mulai terbiasa kayaknya."Ada beberapa pembeli yang datang. Membuat percakapanku dengan Fira terhenti. Aku beralih pada Rafael yang sedang terpaku pada layar ponselnya."Mas, bisa antar aku ke tempat lain?"Dia memasukkan ponsel ke saku celana. "Bisa, dong. Mau ke mana? Beli bakso? Atau beli cilok?"Aku mencebik. "Bukan! Aku mau ke suatu tempat."Kami beranjak. "Fir, saya pergi, ya. Titip toko," pamitku.Fira mengacungkan jempolnya. Apa iya perempuan baik seperti dia tega menyakiti atasannya sendiri? Bahkan aku sudah menganggapnya seperti saudara sendiri."Kita mau ke mana, Sayang?" Rafael bertanya seiring dengan mesin mobil yang mulai menyala."Kita ke rumah Ammar, Mas."Pijakan pada pedal gas, urung dia lakuka

  • Bukan Perawan Tua   Tidak Mungkin!

    Puas bermain dengan Alvin, aku kembali ke kamar sendiri bersama Rafael. Sementara bocah itu bermain bersama kedua neneknya. Bersyukur, keadaan Ibu semakin membaik sekarang."Mau mandi?" tanya Rafael saat melihatku melepas atasan.Aku mengangguk. "Hu um. Gerah aku.""Mau dimandiin nggak?" Alisnya bergerak naik turun dengan jahil."Ish! Apaan, sih?" Aku menyambar handuk di cantelan, lalu melenggang ke kamar mandi."Dimandiin suami itu enak, lho. Punggung ada yang gosokin. Pasti punggung kamu tuh banyak bolotnya," seloroh Rafael dari luar.Aku mencebik. "Enak aja! Aku selalu bersih, ya, mandinya. Nggak kayak kamu."Dia tertawa. "Cepetan mandinya. Aku juga gerah."Aku mendengkus. Dasar tukang maksa!Usai mengenakan handuk, aku berjalan keluar. Aku terlonjak kaget saat melihat sosoknya berdiri di samping pintu kamar mandi."Ih! Ngagetin orang aja!" Aku memukul lengannya pelan.Dia meringis. Lalu berjalan melewatiku. Sebuah sentakan kurasakan pada simpul handuk. Seketika benda itu melorot.

  • Bukan Perawan Tua   Pulang

    Setelah keadaanku membaik, kami bertiga kembali pulang. Proyek kami harus tertunda entah sampai kapan. Aku masih ingin mengusut kasus ini."Makasih sudah mengantar, Mar," ucapku sebelum turun dari taksi. Ammar ikut serta mengantar sampai rumah. Alasannya ingin memastikan aku sampai di depan pintu dengan selamat."Oke. Aku pergi dulu." Taksi mulai melaju kembali. Dengan langkah lunglai, kuseret koper di tangan."Loh, May? Kamu sudah pulang? Katanya seminggu? Ini baru berapa hari, kok, sudah pulang?" Mama menyambutku dengan beberapa pertanyaan. Kebiasaan memang. Bukannya dipeluk atau dicium gitu, malah dikasih banyak pertanyaan.Aku mencium tangannya. "Alvin mana, Ma?""Lagi tidur siang. Kamu ini ditanya, kok." Mama kembali mengingatkan."Ceritanya panjang, Ma. Aku capek banget sekarang. Aku istirahat dulu, ya." Aku berjalan melewati Mama. Pasti beliau heran melihat sikapku yang tidak bersemangat seperti biasanya.Aku berjalan menuju kamar Alvin. Bocah itu sedang terlelap. Kuciumi wajah

  • Bukan Perawan Tua   Gelang Biru

    Mataku mengerjap perlahan. Bau menyengat seketika terhidu begitu mata terbuka lebih lebar .Pandangan semakin kuperjelas. Tirai hijau yang menggantung di sebelah, mengingatkanku saat melahirkan Alvin. Mungkinkah aku sekarang juga ada di rumah sakit?Kugerakkan mata ke samping. Di sana tertunduk seorang lelaki muda. Lalu di sebelahnya, lelaki paruh baya tampak cemas dengan ponsel menempel di telinga."Ammar?" panggilku lirih.Kedua lelaki di sana menghambur padaku."May, kamu sudah sadar? Gimana perasaanmu? Maksudku, apa yang kamu rasakan sekarang?" Ammar bertanya cemas. Sementara Pak Brata hanya menyaksikan dengan raut wajah tak kalah cemas."Pusing," jawabku lemah.Laki-laki tampan di depanku ini mendengkus kesal. "Pak, ini sudah nggak benar. Pasti ada yang sengaja ingin meracuni Mayang," semprotnya pada Pak Brata."Ya, saya tahu, Pak Ammar. Nanti saya akan mencaritahu lewat ruang pengendali CCTV. Siapa tahu kita bisa dapat bukti dari sana. Dan untuk proyek kita, sepertinya kita tund

DMCA.com Protection Status