Bab 119) Kunjungan Ke Rumah Rani.Pagi yang cerah. Seumur hidup Devanka, tidak pernah dia sarapan dengan dilayani seperti ini. Seperti seorang ratu yang dilayani oleh dayang-dayang. Ini membuat Devanka sedikit risih. Devanka sempat menolak dan ingin menyiapkan sarapannya dan Keano sendirian, tapi dua orang asisten rumah tangga itu menolak dengan tegas. Mereka berkali-kali mengatakan jika semua ini adalah tugasnya.Keano dan Devanka duduk berhadapan. Mereka menyantap makanannya masing-masing dengan lahap. Menu sarapan kali ini adalah inkigayo sandwich, omelet sayur dan secangkir susu hangat."Aku berangkat kerja dulu ya. Kamu baik-baik di sini." Lelaki itu lantas berdiri setelah menghabiskan sarapannya."Ya." Devanka mengulas senyuman tanpa beranjak dari tempat duduknya. Gadis itu memang punya kebiasaan makan pelan-pelan, sehingga tak bisa mengimbangi Keano yang menghabiskan sarapannya dengan cepat. "Kamu hati-hati di jalan ya.""Oh ya, nanti setelah agak siang, akan ada orang-orang da
Bab 120) Persiapan Pernikahan ( Berdamai Dengan Takdir)Rani langsung terhenyak. Dia shock. Besok pagi?! Keano benar-benar sudah gila! Bagaimana mungkin ia mempersiapkan sebuah acara pernikahan dalam waktu yang sesingkat itu, meskipun dibantu oleh para pembantunya?"Mommy nggak perlu khawatir. Orang-orangku akan bekerja malam ini. sebentar lagi mereka akan datang. Mommy dan Aira tinggal duduk dengan manis, tak perlu mengerjakan apapun." Keano berujar seolah mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh mommy angkatnya."Tapi tetap saja Mommy merasa ini begitu mendadak. Mommy tidak memiliki persiapan apapun. Andai kalian bilang dua atau tiga hari sebelumnya, tentu Mommy bisa mempersiapkan segala sesuatunya dengan lebih baik." Rani memprotes. Bibir wanita paruh baya itu mengerucut."Ya ampun.... Kalian ini ada-ada saja." Rani memijat keningnya. Meski ia tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya atas rencana pernikahan Devanka dengan Keano, tapi dia merasa bahwa pernikahan ini begitu dadakan. Di
Bab 121) Bulan Madu Lagi Yuk?!Sah! Sah!Suara-suara menggema memenuhi segenap ruangan yang hanya berisi tak lebih dari 25 orang. Ini benar-benar pernikahan tertutup yang hanya dihadiri oleh orang-orang yang berkepentingan saja. Bahkan Athar pun tidak bisa menghadiri pernikahan Keano dan Devanka, karena dia sedang dalam perjalanan ke luar negeri. Rencana pernikahan Keano dan Devanka terlalu mendadak dan Athar tidak bisa serta merta membatalkan jadwal kunjungannya, meski ia memiliki pesawat pribadi sekalipun untuk sekedar pulang pergi ke negara ini."Kamu hutang penjelasan dengan Kakek," bisik Albana setelah mereka berdua duduk di sofa di pojok ruangan."Penjelasan yang mana, Kek?" sahut Keano pelan. Matanya liar mengawasi interaksi orang-orang yang ada di ruangan itu. Terlihat semua tamu undangan sedang asyik menikmati hidangan yang disediakan."Wanita yang sudah kamu nikahi itu sedang hamil. Apakah kamu yang menghamilinya?" selidik Albana.Keano tertegun sejenak. "Bukankah aku sudah
Bab 122) Pacaran Setelah Nikah"Bulan madu?" Aira mengangkat kepalanya menatap sang suami. Athar terlihat serius."Iya, bulan madu, sekalian merayakan jelang kelahiran anak pertama kita," ujar Athar. Pandangan matanya tertuju ke perut Aira. "Aku ingin menikmati waktu berdua saja denganmu, sebelum akhirnya waktu-waktu kita tersita oleh suara rengek dan tangis bayi. Pacaran setelah nikah itu keren!'"Oh, ya?" Diam-diam hatinya menghangat. Degup di dadanya serasa bertalu-talu.Ingatannya tiba-tiba melayang saat pertama kali ia menikah dengan Athar. Tak ada kebahagiaan. Hanya rasa sedih dan terpaksa, demi menyelamatkan bisnis orang tuanya. Semula Aira berpikir, hidup dan masa depannya akan berakhir di sangkar emas milik Athar, hidup berdampingan dengan seorang CEO arogan seperti yang pernah ia baca novel-novel.Ah, ternyata tidak. Takdir begitu indah, bahkan sangat indah.Dia memiliki seorang suami yang baik, ibu mertua yang super perhatian, pun dipertemukan dengan kakak dan kakeknya. Tak
Bab 123) Bidadari Yang Melahirkan BidadariLelaki itu tersenyum sesejuk cahaya rembulan. Begitu damai terasa di hatinya saat mendapati sang istri mulai terlelap di pangkuannya. Athar membelai lembut kepala sang istri yang masih tertutup selembar kain. Wanita ini sungguh sangat cantik. Dia sangat menyesal dulu sudah menyia-nyiakan Aira hanya lantaran cinta buta kepada Kiara. Bahkan ia sampai memberikan surat perjanjian kepada Aira demi supaya ia terhindar dari tekanan harus menerima Aira sebagai istri yang sesungguhnya. Duh, alangkah konyolnya kelakuannya waktu itu.Ibunya benar. Aira bukanlah pengantin pengganti, tetapi pengantin yang sebenarnya. Dialah yang terbaik. Dia yang tercantik dan dialah bidadari di hatinya kini. Bidadari ini tengah mengandung buah hati mereka yang diperkirakan berjenis kelamin perempuan.Bidadari yang melahirkan seorang bidadari pula. Oh, alangkah sempurna hidup Athar. Lengkap sekali kebahagiaannya.Dengan gerakan hati-hati dia mulai bangkit, lalu membopong
Bab 124) Putus HubunganWanita itu masih setia mengaduk-aduk bak sampah, entah apa yang dicarinya. Penampilannya sungguh memprihatinkan. Dia mengenakan dress sebatas lutut, tapi kondisinya sudah sobek-sobek dan kotor. Rambutnya acak-acakan, kusut, seperti sudah lama tidak tersentuh sisir. Begitu Aira mendekat, ada bau menyengat yang tercium, membuat wanita itu spontan menutup hidungnya."Mama...!" Aira terpekik dengan mulut membentuk huruf O. Tangannya seketika terulur menarik lengan wanita itu, memaksanya untuk berdiri."Mama.... Kenapa di sini? Apa yang sudah terjadi? Mana Kiara??" Aira mundur selangkah manakala melihat sorot mata mengerikan dari Kalina. "Kamu siapa? Apakah kamu teman perempuan jalang itu, perempuan yang sudah merebut Harold dariku?!" Sepasang tangannya yang kotor malah mencengkeram bahu Aira. Mulutnya menyeringai."Harold?" Aira tergagap. Saking kebingungannya dia tidak sadar bahwa sepasang tangan kokoh itulah yang melepas cengkeraman tangan Kalina di bahunya.Nam
Bab 125) Menjenguk Kalina"Kita semua memiliki pengalaman yang buruk saat berhubungan dengan Mama Kalina. Itu memang kenyataan. Kamu, Aira, Athar dan juga aku. Jangan kamu pikir aku tidak sakit hati mendengar ocehan dan hinaan Mama Kalina selama ini, apalagi saat ia membanding-bandingkan aku dengan Athar. Tapi apapun itu, kita nggak boleh dendam sama orang tua....""Benar itu kata Alvino, Kiara," timpal Athar cepat. "Kalau menurutkan sakit hati, ingin rasanya aku membiarkan dia mati di jalanan. Bayangkan, Aira pernah masuk rumah sakit lantaran nyaris keracunan dan itu gara-gara ulahnya.""Aku...." Gadis itu tergagap "Aku tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Melihat wajah Mama saja rasanya aku tak sudi," keluh Kiara."Jika urusan sakit hati, rasanya akulah yang paling sakit," ucap Aira yang mengambil alih bayi lelaki itu dari pangkuan Alvino. Wanita itu menimang keponakannya penuh kasih sayang. "Mama Kalina pernah berniat membunuhku dan Papa. Kamu masih ingat, kan, insiden di
Bab 126) Menemui AlbanaAira hanya mengangguk sekilas lalu tersenyum tipis kepada Bernard sembari terus melenggang masuk ke dalam. Seorang asisten rumah tangga menyambut dan mengantarkannya ke ruang pribadi sang kakek."Ada apa, Aira? Tumben datang kemari? Mana suamimu?" sapa Albana. Dia heran melihat kedatangan Aira yang tiba-tiba.Aira mendaratkan tubuhnya di kursi dekat pembaringan lelaki tua itu."Athar sedang ada kerjaan, Kek. Aku ke sini hanya ditemani mbak Nana, tapi mbak Nana aku suruh menunggu di mobil....""Kenapa kamu tidak ajak dia masuk, Aira?" sela lelaki tua itu."Ada yang ingin aku bicarakan dengan Kakek dan aku tidak mau Mbak Nana dengar," sahut Aira. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Saat ini mereka hanya berdua. Asisten rumah tangga dan perawat pribadi Albana sudah keluar dari ruangan ini.Albana berdeham. "Baiklah, terserah kamu saja. Apa yang ingin kamu bicarakan sama Kakek. Kelihatannya penting sekali....""Tentu saja, karena ini menyangkut kelangs