Beranda / Romansa / Bukan Pelakor / Bab 3. Rencana Ajeng

Share

Bab 3. Rencana Ajeng

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-05 20:46:04

"Sayang, kenapa kamu menghindar terus, hem? Kita enggak akan melakukan hubungan suami istri sekarang juga sebelum saya mengucapkan ijab qobul,” ucap Somat dengan suara mendayu dilembut-lembutkan.

Tangan Utari semakin mencengkram kuat kaos usang yang dipakainya. Apalagi tatapan cabul dari juragan Somat mampu membuat harga diri Utari hancur berkeping-keping.

“Kayaknya saya perlu belikan kamu jamu untuk membesarkan dua gunung kembar kamu itu. Saya lebih suka yang besar dari pada kecil seperti milik kamu itu,” ungkap Somat yang semakin mencabuli Utari dengan kata-kata kotornya.

Utari masih membungkam mulutnya rapat-rapat.

“Ayolah, Utari. Keluarkan suara merdu kamu itu,” rayu Somat sambil mengelus pipi Utari dengan gerakan seduktif.

“Jangan sentuh saya, juragan!” sentak Utari dengan suara bergetar.

“Kamu ini kenapa, sih? Suka menolak sentuhan dari saya, hah!” bentak Somat yang merasa tersinggung.

Tubuh Utari bergetar hebat karena ketakutan. Kepalanya semakin menunduk dan bibirnya juga semakin digigit kuat oleh Utari.

“Nanti malam saya enggak akan tanggung-tanggung lagi untuk membuat kamu menjerit kesakitan, Utari!” ancam Somat tegas dengan rahang gempalnya yang mengetat.

“Persiapkan diri kamu dari sekarang, Utari! Karena nanti malam kamu saya akan kawinkan!” titah Somat tak bisa dibantah. 

Tubuh mungil Utari langsung luruh ke lantai. Tangisannya yang ditahan dari tadi akhirnya pecah juga.

“Ampun, Gusti. Salah Utari apa sampai mempunyai takdir seperti ini,” ucap Utari di sela-sela tangisannya.

***

Ajeng mengikuti langkah kaki istri kedua dari juragan Somat dengan lamat. Kepalanya terus menunduk, tangannya pun saling meremas cemas.

“Izin bertanya nyonya, Mbak Utari apakah sudah makan?” tanya Ajeng seperti suara bisikan.

Dena, yang sebagai istri kedua dari juragan Somat, langsung menghentikan langkahnya. Lalu, berbalik badan guna menatap sengit Ajeng.

“Heh, bocah miskin! Kamu kira mbak kamu itu sepenting apa sampai saya harus memberikannya makan, hah!” sentak Dena kasar.

“Maaf, Nyonya. Saya hanya bertanya saja, jika Nyonya tidak ingin menjawab tidak apa-apa, kok,” ucap Ajeng mencicit seperti tikus terjepit.

“Awas kamu kalau tanya-tanya lagi sama saya!” ancam Dena melototkan matanya garang.

Ajeng hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan tanpa bisa membalas ancaman dari Dena.

Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan mereka menuju ke arah kamar Utari. Meski berulang kali terdengar cibiran dari bibir Dena. 

Sesampainya mereka di depan pintu kamar Utari. Dena langsung mendorong kasar bahu Ajeng dan menyuruhnya masuk ke dalam.

“Jagain Mbak kamu yang jalang itu, Ajeng! Awas saja kalau dia kabur dari sini, kamu dan bapak kamu yang akan menjadi jaminannya!” ancam Dena tidak main-main.

“Iya, Nyonya,” balas Ajeng dengan suara pelan.

Sebelum masuk ke dalam, Ajeng mengetuk pintu tiga kali.

Tok ... Tok ... Tok ...

“Mbak Utari, ini Ajeng. Ajeng boleh masuk enggak ke dalam?” tanya Ajeng berseru.

“Masuk saja, Dik. Pintunya tidak dikunci,” sahut Utari yang suaranya terdengar serak.

Buru-buru Ajeng masuk ke dalam, sebelum menutup pintunya rapat-rapat. Kepala Ajeng menoleh kanan-kiri melihat keadaan sekitarnya. Kemudian, Ajeng dengan berani mengunci pintunya dari dalam.

“Mbak Utari, maafkan Ajeng yang enggak bisa nolongin Mbak Utari.” Ajeng langsung bersimpuh di bawah kaki Utari.

Dengan lembut Utari mengelus puncak kepala adiknya itu. “Enggak apa-apa, Dik. Memang sudah begini jalan takdir Mbak.”

“Tapi, pasti Mbak tersiksa di sini. Ayo Mbak, kita kabur saja dari kampung ini,” ajak Ajeng yang sudah menangis tergugu.

“Kalau kita pergi, nanti Bapak siapa yang jaga, toh? Kan, Bapak cuma punya kita berdua, Dik,” ucap Utari dengan tegar, meski hatinya sudah menjerit-jerit tersiksa.

“Biarkan saja Bapak tinggal sendirian, asalkan nasib Mbak dan nasib aku enggak diperjualbelikan sama Bapak.”

“Jangan begitu, Dik. Selama ini Bapak yang menerima kita untuk tinggal dari kecil di rumahnya. Sedangkan ibu, selama ini tidak ada kabar sedikit pun.”

Riasan sederhana di wajah Utari sangat membuat Utari semakin dewasa. Apalagi pakaian kebaya khas pengantin cocok membalut tubuh mungil Utari.

“Mbak, sebenarnya aku ke sini mau membantu Mbak kabur dari pernikahan paksa ini,” ungkap Ajeng dengan jujur.

Sontak Utari terkejut bukan main.

“Dek, kamu tahu sendiri 'kan kalau anak buah juragan Somat selalu menjaga ketat rumah ini,” ucap Utari cemas.

“Maka dari itu, Mbak. Aku sudah menyelidiki semuanya. Mbak harus pergi lewat belakang rumah ini menggunakan sepeda milik aku, nanti menembus jalan menuju kota. Mbak harus pergi ke kota untuk menggagalkan pernikahan ini, Mbak,” jelas Ajeng menggebu-gebu.

“Tapi, Dik. Apakah tidak berbahaya?” tanya Utari meragu.

Ajeng menggelengkan kepalanya tegas. “Kalau Mbak mengikuti semua arahan aku, semuanya akan berjalan lancar tanpa terkendali sedikit pun.”

Sebuah handphone genggam jadul diberikan Ajeng kepada Utari. “Bawa ini buat pegangan Mbak nanti. Jangan sampai hilang, karena ini satu-satunya alat komunikasi kita, Mbak."

“Terima kasih, Ajeng. Kamu jaga diri baik-baik di sini. Kalau Mbak sudah sukses di kota nanti, pasti Mbak akan ajak kamu ke sana,” ucap Utari berjanji pada Ajeng. 

“Pokoknya Mbak harus hati-hati nanti. Karena Ajeng sangat sayang sekali sama Mbak, sama seperti ibu kandung Ajeng sendiri.”

***

Halo para pembaca, jangan lupa untuk vote, komen, dan share.

Bab terkait

  • Bukan Pelakor   Bab 4. Aksi Utari

    Utari diam-diam sudah melancarkan aksinya dengan berjalan mengendap-endap menuju ke arah belakang rumah juragan Somat. Berbekal handphone butut tanpa aplikasi senter dan juga sepeda rinjing yang besinya sudah berkarat menjadi kendaraan untuk Utari kabur."Pokoknya aku harus pergi dari sini. Dan jangan sampai para anak buah juragan Somat mengetahui rencana aksi kabur aku ini," gumam Utari yang menyemangati dirinya agar tidak takut untuk melancarkan aksinya ini.Kepala Utari celingak-celinguk ke kanan dan kiri. Rok kebaya yang sempit membuat jalan Utari semakin lambat. Selama ini, keadaan masih aman. Namun, dalam beberapa detik semuanya langsung kacau balau."Gue dengar-dengar kalau juragan Somat mau nikahin si Utari cuma mau merasakan keperawanannya itu. Katanya juga sehabis juragan Somat ngambil keperawanannya, Utari bakalan digilir sama pekerja konstruksi yang juga sudah booking sama juragan Somat," ucap seseorang pada temannya dengan suara pe

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Bukan Pelakor   Bab 5. Tolong Utari, Tuan

    Sedangkan di lain tempat, Utari sedang berjuang melarikan dirinya dari kejaran anak buah juragan Somat. Kaki mungil Utari pun sudah terasa kebas menggoes pedal sepeda."Astaga, kenapa enggak ada mobil yang lewat pisan, sih," decak Utari menoleh ke kanan dan kiri.Utari sudah sampai jalanan raya besar. Namun, ternyata ekspetasinya tidak sesuai realita.Jantung Utari semakin berdegup kencang. Apalagi pasti anak buahnya juragan Somat sudah dekat menuju ke arahnya."Aduh, ini gimana, nih? Masa sudah capek-capek kabur langsung ketangkep, sih." Utari menggigiti kukunya cemas, dirinya masih duduk di atas sepeda.Percuma jika ia kabur hanya ke kampung sebelah, yang ada malah bertemu juragan baru. Karena wilayah kekuasaan juragan Somat sudah sampai ke kampung sebelah."Utari, jangan kabur kamu!" seru Nirman kembali, ketika jaraknya dengan Utari sudah dekat.Bersamaan itu pula, ada sorot lampu mobil yang tearah ke wajah polos Utari."Alh

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Bukan Pelakor   Bab 6. Tawaran Tuan Darsa

    Di sepajang jalan, mata tuan Darsa tidak fokus untuk mengemudikan mobilnya. Lirikan ekor matanya selalu tertuju pada bukit kembar dan kulit mulus pada betis yang menggoda milik Utari."Kamu kenapa kabur dari anak buahnya juragan Somat. Bukannya enak ya jadi istri juragan Somat yang kaya raya itu?" tanya Darsa, lagi dan lagi melirik ke arah bukit kembar Utari."Enghhh ... Itu, Tuan." Utari menjeda ucapannya sejenak, karena merasa gugup. "Sebenarnya saya dijual sama Bapak saya ke juragan Somat untuk melunasi hutang," jelas Utari dengan kepala tertunduk malu."Oh, ternyata begitu," sahut Darsa menganggukkan kepalanya pelan."Lalu, tujuan kamu sekarang ke mana?" tanya Darsa lagi pada utari.Utari melirik takut-takut ke arah wajah tampan lelaki matang yang ada di sampingnya itu. "Saya mau ke kota, Tuan," jawab Utari pelan."Waduh, kalau ke kota malam-malam terus sendirian kayak gini berbahaya untuk kamu. Nanti yang ada kamu diperkosa sama o

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Bukan Pelakor   Bab 7. Buah Duren

    Mobil yang dikendarai oleh tuan Darsa akhirnya sampai di sebuah villa yang sangat megah dan mewah. Ada gerbang tinggi yang menghalangi masuk ke dalam villa.Dengan gerakan luwes, Darsa mengambil remote control di balik dasboard mobilnya. Kemudian, membuka kaca jendela mobilnya dan langsung menjulurkan tangannya ke luar guna menyatukan sensor yang tertempel di dinding pagar itu."Wah ... Ini villa pribadi milik Tuan?" tanya Utari berdecak kagum menyaksikannya."Iya, ini punya saya. Tapi, sudah lama tidak ditempati. Karena saya terlalu sibuk di luar kota," jawab Darsa sekenanya."Berarti Tuan ini orang kaya juga di kampung ini, ya?" tanya Utari yang semakin tidak mengontrol rasa antusiasnya mengetahui seluk beluk dari seorang Darsa."Enggak juga lah. Saya sama kayak kalian semua, manusia yang membutuhkan sesuap nasi," elak Darsa yang tidak mau mengaku kebenarannya.Utari hanya bisa mengulum senyuman manisnya yang malu-malu."Kalau jaran

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Bukan Pelakor   Bab 8. Pijatan Tangan Darsa

    Di dalam ruang persegi empat yang lumayan luas dan megah, namun terasa minimalis. Ada Utari yang sedang melihat-lihat isi dari ruang tersebut. Koleksi sabun cair yang beraneka rasa dan masih banyak lagi perlengkapan untuk mandi."Tuan, Utari merasa sedang mimpi melihat kamar mandi orang kaya sebagus kayak gini," ucap Utari terpesona melihat kemewahan yang ditampilkan oleh kamar mandi milik Darsa.Darsa menggelengkan kepalanya pelan. "Kamu ini norak sekali 'sih, Utari. Masa cuma lihat kamar mandi saja sampai air liur kamu tumpah-tumpah," decak Darsa menunjuk sudut bibir Utari yang basah.Sontak Utari langsung mengelap air liurnya yang keluar dikatakan oleh Darsa."Aduh, maaf banget, Tuan. Kalau sikap Utari bikin Tuan Darsa jijik." Utari membukukan tubuhnya beberapa kali guna meminta maaf pada Darsa."Bukannya saya jijik sama kamu Utari. Melainkan saya merasa rugi kalau air liur kamu terbuang sia-sia," jelas Darsa yang terasa ambigu di

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Bukan Pelakor   Bab 9. Sabuk Pengaman

    Sepanjang malam sampai pagi, mata Utari masih terjaga dengan segar bisa dibilang mata Utari kuat melotot. Sejak kejadian di dalam kamar mandi bersama tuan Darsa membuat Utari langsung demam tinggi. Sedangkan tuan Darsa tidurnya malah tambah nyenyak setelah memainkan squisi alami milik Utari. "Tuan, kenapa kita berangkatnya pagi-pagi sekali? Memangnya pejalanannya sangat jauh, ya?" tanya Utari masih dalam keadaan ngantuk, melirik kek arah Darsa yang sedang fokus menyetir mobil. Kenapa Utari bertanya sedemikian seperti itu. Karena, mereka berangkat sebeluum matahari terbit. Sehabis shalat subuh Utari bersama Darsa sudah berangkat untuk meeninggalkan kampung tersebut. Dan Darsa pun melupakan janjinya pada anak buah juragan Somay, tentang janjinya yang menyuruh juragan Somat untuk menemuinya pagi hari. "Sangat jauh, Utari. Sudah begitu Mamah saya dari semalam menanyakan saya kenapa membatalkan rencana saya untuk pulang semalam," jawab Darsa yang menjelaskan secar

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Bukan Pelakor   Bab 10. Hanya Pembantu

    Suara ketukan di kaca mobil Darsa terdengar nyaring membuat tubuh mereka refleks saling menjauh. Buru-buru Darsa membuka pintunya dengan gerakan yang lumayan tergesa. "Wah, ternyata Tuan Darsa yang ada di dalam. Saya kira tamu nyonya Indri, Tuan," ucap seorang satpam dengan sopan pada Darsa. Darsa menganggukkan kepalanya kaku dengan senyuman canggung. "Iya, Pak Dirman. Saya baru saja ganti mobil, pasti Pak Dirman enggak mengenalinya, kan?" "Hahaha ... Tuan Darsa tahu saja apa yang otak saya pikirkan," ucap Dirman terkekeh geli. Lalu, Dirman melongok kan kepalanya guna melihat Utari. "Tuan, yang di dalam itu siapa, ya? Kok, kayak masih anak-anak, ya?" tanya Dirman penasaran. Darsa menghela napasnya sejenak. Kemudian melirik Utari mengkode gadis itu untuk turun dari mobil. Seakan mengerti kode dari Darsa, Utari langsung turun dari mobil dan menghampiri Darsa. "Kenalkan, Pak Dirman. Ini pembantu baru yang akan berkerja di

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-12
  • Bukan Pelakor   Bab 12. Istri Sah Tuan Darsa

    Tubuh Darsa dan juga Utari saling menegang di tempat. Refleks mereka berdua saling menjauhkan dirinya masing-masing dengan gerakan cepat. Utari menatap penuh raut pias pada wajah Darsa, sedangkan Darsa sudah menebalkan wajahnya dengan raut wajah yang sangat dingin sekali."Loh, kamu sudah pulang, Sayang?!" tanya Darsa berseru pelan sambil berjalan ke arah sosok wanita yang berusia matang, namun masih sangat terlihat cantik dan anggun."Ih, kok Mas sambutannya begitu, sih. Jangan bilang Mas Darsa enggak senang kalau aku sudah pulang," tuduh wanita cantik itu yang merajuk kesal.Darsa langsung meraup tubuh istrinya itu dengan lembut, lalu mengecup kening istrinya dengan mesra. "Sssttt ... Kamu ini merajuk terus kayak anak kecil saja. Saya enggak akan senang selama kamu pergi jauh dari saya," ucap Darsa yang mencoba menyakinkan istrinya itu.Utari yang masih berdiri mematung di tempat hanya bisa terdiam dengan jari tangan saling bertaut cemas, ketika menyaks

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17

Bab terbaru

  • Bukan Pelakor   Bab 20. Kekejaman Sarah

    Di sebuah Villa keluarga Munthe.Utari ingin memberitahukan kepada Samu tentang kabar ini. Namun, Utari harus mengumpulkan keberanian untuk menelepon Darsa.Dalam lima detik, panggilannya ditolak. Karena itu, Utari hanya bisa mengirim pesan dengan takut-takut untuk memberitahunya bahwa dia memiliki sesuatu untuk dikatakan dan berharap Darsa bisa pulang malam ini.Pernikahan mereka sekarang sedang jalan menuju satu bulan, namun Darsa tidak pernah menghabiskan malam di rumah. Utari akan selalu sendirian di kamar tidur, dan Utari tahu betul di mana Darsa menghabiskan malamnya.Darsa tidak mengangkat teleponnya juga tidak membalas pesannya. Karena itu, hati Utari menjadi resah karena dia tahu Darsa tidak akan pulang malam ini juga.Utari pun beranjak dari duduknya untuk mandi. Setelah itu hendak beristirahat. Namun, ketika pintu dibanting hingga terbuka lebar membuat Utari mengur

  • Bukan Pelakor   Bab 19. Terpaksa Menikah

    Gemercik suara air yang bertabrakan dengan lantai menjadi pengiring irama di sela-sela tangisan Utari. Tubuh mungil nan rapuhnya bergetar hebat menahan dingin dan kehancuran secara bersamaan.“Hiks ... Kenapa harus aku yang mengalami semua ini ...!” jerit Utari frustrasi yang tertelan dengan kehancuran hati dan fisiknya.“Kenapa semua orang selalu enggak percaya sama aku? Padahal aku sudah berkata dengan sejujurnya,” lirih Utari yang menangis pilu sambil menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.Tubuh Utari pun perlahan merosot begitu saja di lantai. Membiarkan tubuhnya terus-menerus dihujami oleh rintikan air dari shower. Ia menekuk kedua lututnya, menyembunyikan wajahnya di balik lipatan lututnya, dan kembali menangisi nasib malangnya.Tok ... Tok ... Tok ...Suara ketukan pintu membuat kesadaran Utari kembali. Terlebih suara yang sangat familiar bagin

  • Bukan Pelakor   Bab 18. Sosok itu Utari

    Sarah mengacak rambutnya sambil mengerang frustrasi. Kepalanya berdengung sakit ketika memaksakan tubuhnya bangkit dari tempat tidurnya. Ia mengingat semua kejadian di ruangan kerja Darsa semalam.“Sial! Kenapa Darsa harus pergi menghilang begitu saja! Padahal dia lagi dalam keadaan terbakar gairah. Harusnya dia meminta bantuan padaku,” dengus Sarah yang menggeram marah.Memang benar Darsa menghilang tanpa jejak ketika ia izin ke toilet. Sampai acara puncak di ruangan itu pun dia tetap tidak kembali. Dan akhirnya, Sarah harus menanggung malu dan kekalahan atas taruhannya pada dirinya sendiri bahwa Darsa masih bisa ditaklukkan oleh pesonanya.“Kalau berakhir kayak gini sama saja aku yang rugi!” decak Sarah yang masih tidak terima dengan kekalahannya.Sarah pun lantas keluar dari kamarnya. Ia berjalan menuju ke dapur untuk mengambil minum.Ruang tamu rumah Indri -ibunya Darsa- sudah kembali rapi dan bersih berkat p

  • Bukan Pelakor   Bab 17. Ingin Punya Anak

    Bab 17.Utari mengambil semua pakaian yang sedang di jemur. Teriknya matahari membuat Utari kegerahan. Terlebih ranjang pakaian bersih yang terlihat besar menutupi tubuh Utari.“Bagaimana Darsa? Apa ‘kah rumah kamu yang ada di sana sudah selesai di bangun?”Langkah kaki mungil milik Utari terhenti. Ia tidak sengaja mendengar suara Nyonya besar yang sedang berbicara dengan Tuan Darsa. Meski Utari tahu menguping adalah sebuah kesalahan, tetapi Utari merasa perlu mendengarkan percakapan mereka berdua.“Mah, mamah tenang saja. Saya sudah menyiapkan semuanya di rumah itu. Lagian renovasinya sudah selesai lama. Mamah tidak usah khawatir. Secepatnya saya bersama istri saya akan pindah,” ucap Darsa dengan tenang penuh dengan kejelasan.“Mamah tahu soal itu, Darsa. Tapi Mamah enggak mau istri kamu itu menunda momongan lagi. Sudah hampir lima tahun pernikahan kamu berjalan, tapi sampai sekarang belum juga dapat momongan,&r

  • Bukan Pelakor   Bab 16. Mesin Cuci

    Bab 16.Sinar matahari yang sangat menyorot terik membuat tubuh atletik milik Darsa semakin berkilau karena keringat yang membasahi sekujur tubuhnya.“Huh, sudah berapa lama saya enggak olahraga lagi? Padahal cuma baru setengah jam saja napas saya sudah ngos-ngosan,” gumam Darsa yang mendesa lelah.Darsa menyeka keringat di wajahnya menggunakan handuk kecil yang terlampir di bahunya. Tidak sengaja, mata Darsa bertemu dengan bokong Utari yang seksi.“Pagi-pagi sudah disuguhkan pemandangan yang luar biasa sempurna nan indah,” decak Darsa sambil menggelengkan kepalanya pelan dengan senyuman culasnya.Karena tidak mau membuang waktu lama, Darsa langsung menghampiri Utari yang sedang sibuk menyirami tanaman milik ibunya.“Ehem!” Darsa berpura-pura batuk untuk mengalihkan fokus Utari.“Eh, Tuan Darsa. Ada apa ya, Tuan?” tanya Utari terkejut, buru-buru ia menaruh selang di atas tanah.&l

  • Bukan Pelakor   Bab 15. Tergagap

    Prang ...! Nampan yang dipegang Utari sontak terjatuh ke lantai ketika mata sucii Utari benar-benar melihat belalai panjang, besar, dan berurat milik Darsa. "Utari!" *** Kedua mata Utari terpejam sangat erat sekali dengan kedua tangan saling meremas sisi samping bajunya untuk mengurangi rasa takut, cemas, dan juga malu. Sarah langsung naik ke daratan guna mengambil handuk untuk suaminya, sedangkan Darsa hanya menenggelamkan dirinya di dalam kolam renang agar mata Utari tidak lagi jelalatan. "Pakai ini, Mas." Sarah memberikan baju handuk tersebut kepada Darsa. Dengan gerakan cepat Darsa naik ke atas daratan dan juga langsung memakai baju handuk itu untuk menutupi tubuhnya. Kali ini, Sarah menatap tajam ke arah Utari. "Heh, Utari! Siapa yang suruh kamu ke sini, hah! Pasti kamu sengaja kan ganggu kegiatan kami berdua!" tuduh Sarah dengan suara menggeram marah. Utari menggelengkan kepalanya cepat. "Enggak, Nyonya. S

  • Bukan Pelakor   Bab 14. Kolam Renang

    Suara nyaring dari handpone butut milik Utari membuat gadis itu mengurunkan niatnya untuk tidur malam. Buru-buru Utari bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke arah lemari kecil yang menyimpan pakaian miliknya. Tertera di layar kecil handphone milik Utari, ada nama Ajeng -Adik kandung Utari- "Assalamu'alaikum, Dik Ajeng." Utari memberikan salam terlebih dahulu dengan kelewat antusias. "Wa'alaikum salam, Mbak! Kabar Mbak Utari di sana bagaimana?" Ajeng membalas dengan menyapa Utari tak kalau antusiasnya. "Alhamdulillah, Mbak baik di sini. Kalau kamu bagaimana, Dik? Apakah juragan Somat tidak melakukan hal yang berbahaya sama kamu?" tanya Utari balik dengan rasa cemasnya. Ada keheningan panjang di seberang telepon sana. Sangat kentara sekali kalau ada masalah yang sedang di hadapi oleh Ajeng, adiknya. "Ajeng, kenapa kamu diam saja? Tolong ceritakan keadaan kamu sekarang di sana sama Mbak, Ajeng," ucap Utari memohon dengan suara yang

  • Bukan Pelakor   Bab 13. Kemarahan Juragan Somat

    Suasana di dapur milik Indri terasa sunyi dan sepi sepertitidak ada kegiatan apa pun. Namun, ada ketegangan yang mengisi di are sana, karena ada Darsa yang semakin berani mengukung tubuh Utari ke pojok dinding dapur yang ke halang kulkas besar."Tuan Darsa mau apa lagi dari Utari, hah? Mending Tuan Darsa pergi temui istri Tuan Darsa dari pada di sini bersama Utari," ucap Utari gugup yang tidak berani menatap wajah Darsa langsung.Darsa semakin menundukkan kepalanya sampai pucuk hidungnya menyentuh kening Utari. "Kamu ini kenapa Utari? Jangan bilang kamu cemburu sama istri saya, ya?" tanya Darsa yang menggoda Utari dengan suara berat nan maskulin miliknya itu.Kening Utari mengerut tinggi tidak suka dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Darsa. "Harusnya Utari yang tanya ke Tuan Darsa seperti itu. Kenapa Tuan Darsa tega menjebak Utari dalam permainan ini? Memang iya Tuan Darsa membebaskan Utari dari jeratan juragan Somat, tapi Tuan Darsa sendiri yang malah menja

  • Bukan Pelakor   Bab 11. Tangan Nakal Tuan Darsa

    Utari mengambil seprai yang masih terlipat rapih di dalam lemari kecil yang berada di pojok kamar pembantu yang sanga kecil sekali. Lalu, menerapkannya pada kasur lipat untuk dirinya tidur selama tinggal di rumah Indri, ibu kandung tuan Darsa."Kalau tuan Darsa sudah menikah, lalu kenapa tuan Darsa tega melakukan yang tidak senonoh dengan aku kemarin," gumam Utari dengan wajah yang masih pias, karena terkejut.Kepala Utari menunduk dalam dengan jari tangannya saling bertaut cemas. Tetapi Utari tidak bisa menampik kalau ketampanan dan kegagahan Darsa membuat hati Utari tertarik dan terpesona."Aku jadi takut kalau bertemu dengan istrinya tuan Darsa," lirih Utari cemas. "Apa aku mengundurkan diri saja, ya, dari pekerjaan ini?" sambung Utari yang bertanya pada dirinya sendiri.Lamunan Utari langsung buyar ketika suara ketukan dari pintu kamar yang ditempati olehnya. Sontak Utari bergegas cepat membukakan pintunya.Tok ... Tok ... Tok ..."Utari

DMCA.com Protection Status