"Alisya?!" Suara bariton itu membuat Alisya langsung terkejut bukan main. Siapa lagi kalau bukan Pakde Rusdi. Lelaki itu terkejut berpapasan dengan anaknya di hotel itu."Papa?! Papa ngapain disini?" tanya Alisya dengan mimik wajah panik. Wanita itu takut tiba-tiba lelaki tua beristri yang masih ada di dalam kamar itu tiba-tiba keluar. "Lah? Kamu ngapain disini?" Tanya Pakde Rusdi kepada putri bungsunya itu. Lelaki itu juga tampak was-was. Matanya celingak-celinguk tak tenang. "Papa, Lagi ada urusan kerjaan disini. Iya lagi ada urusan kerjaan," jawab Lelaki itu."Kamu sendiri ngapain disini? Sama Jefri?" Tanya Lelaki itu sambil mencari-cari keberadaan menantunya."Kerjaan apa? Mau jual tanah lagi? Jangan lupa jatah buat Alisya," sagut Wanita itu sumringah."Ennnggg… Iya, Papa mau jual tanah yang di dekat jalan raya itu." Rusdi berbohong kepada Putrinya. Tiba-tiba dari kamar yang sama, keluar lelaki tua yang tadi bersama Alisya. "Heyy Beby, kok masih disini?" tanya lelaki itu da
"Sayang, I'm Come."Sambil berlenggak lenggok, Wanita itu langsung berjalan menghampiri suaminya. Seketika wajahnya langsung pias melihat ada mertuanya juga disana. "Ma-Mama kapan datang? Kenapa nggak kabarin dulu?" ujar wanita seksi itu sok akrab. Wanita yang bergelar mertua itu langsung menarik nafas dalam lalu menghembuskan. "Baru sampai Nduk?" tanyawanita itu lembut."Kamu dari mana?" tanya wanita dengan hijab dusty itu."Abis main sama temen, Ma," sahut wanita itu lalu berjalan mengambil air di kulkas."Main kok pake baju kayak begitu Nduk? Kalau keluar rumah usahakan pake baju yang tertutup. Kamu itu bukan wanita lajang lagi, kamu sudah bersuami Nduk. Masa rumahnya sampai berantakan gini? Kasihan, suamimu sudah mencari nafkah. Masa pulang harus kerja lagi di rumah? Mau jalan-jalan bareng teman boleh, tapi rumah dirapikan dulu, biar enak di pandang. Ini bungkus jajan dimana-mana di wastafel banyak piring kotor. Masa kmu tinggalin gitu aja?" Wanita itu sedah berusaha menahan e
Alisya langsung turun dari mobil cepat dan langsung menghempaskan pintu mobil kuat karena emosi. Lupa dia siapa pemilik mobil itu. Semua mata langsung tertuju ke arah wanita itu. "Kamu ngapain kesini hah?" bentak Alisya garang. Wanita itu berjalan sampai menghadap tepat di depan wajah Zafira. Wajahnya penuh dengan gurat kemarahan dan rasa benci. Wanita berparas ayu dan berperawakan tenang itu hanya bergeming sambil melipat tangan di dada."Apa-apaan sih kamu Alisya! Jangan bikin masalah lagi deh! Bukannya langsung liat mama, malah ngamuk-ngamuk nggak jelas kayak orang kesurupan disini!" Jefri langsung menarik tangan Alisya dan meminta maaf kepada Zafira, atasannya di perusahaan."Kamu belain dia Mas?! Kamu belain dia?! Kamu suka kan sama Dia? Jangan-jangan Kamu ada main ya sama dia! Makanya kamu sampai segitu belain perempuan ini! Dasar pelakor!" pekik Alisya dengan emosi yang tak terkontrol. "Siapa yang belain? Emang kamu yang salah kok! Udah jangan bikin ulah lagi. Tujuan kita
Lelaki itu hanya bisa memandang mobil yang semakin menjauh itu dengan perasaan tak karuan. Dia mengusap wajahnya frustasi. Alis lelaki itu seketika tertaut melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari nomer istrinya. Wajahnya langsung berubah panik. Apakah Siti sudah mengetahui kalau dia berselingkuh? Tidak biasanya Siti menelpon sampe sebanyak itu. "Semua ini pasti ulah Alisya!" Geram Lelaki paruh baya itu. "Papah, gimana keadaan Mama?" Lelaki itu terkejut. Sedari tadi dia melamun hingga tak menyadari keberadaan Aira. "Keadaan Apa?" Dahi Lelaki itu mengerinyit bingung."Tadi Aira di telpon Tante Mala, katanya Mama Pingsan," Wajah Aira tampak keheranan melihat wajah papanya yang biasa aja. Tidak ada gurat kekhawatiran. "Pantes aja, tadi banyak panggilan tak terjawab, rupanya ini masalahnya. Kenapa nggak mati sekalian aja, biar aku bisa menikah dengan Inem," Monolog lelaki itu dalam hati. Lelaki itu sudah dibutakan oleh pesona Inem. Dihatinya hanya di penuhi dengan wajah pemb
Lelaki itu mengusap wajahnya kasar.Kemudian menggelengkan kepala menghempaskan pikiran buruknya. Lelaki itu masih berharap bisa merubah perilaku istrinya itu. Dia ingin membuktikan kepada orang tuanya bahwa dia bisa merubah perilaku buruk Istrinya. Dia hendak masuk dan berpamitan pulang. Dia merasa kehadirannya disini, sudah tak dibutuhkan lagi. Karena Aira juga sudah datang dan Papa mertuanya juga sudah pulang. Bertiga bisa gantian menjaga mertuanya. Baru sampai di ambang pintu, tampak Alisya keluar dari dalam rumah dengan terburu-buru. Sontak wanita langsung itu kaget melihat keberadaan suaminya. Dia pikir suaminya sudah pulang. "Ngapain masih disini? Sana cari kerjaan sampingan kek, biar menghasilkan banyak uang! Aku muak hidup melarat bersamamu!" Bentak Wanita itu sambil berusaha menyembunyikan kekagetannya. Wanita itu pandai berakting. "Alisya! Bisakah sedikit saja kamu hargai Aku sebagai suamimu? Aku memperjuangkan restu orang tuaku mati-matian loh untuk bisa menikahi k
Zafira berdiri di ambang pintu."Silahkan masuk dulu Bude," ajak Zafira berusaha lembut padahal emosi sudah mulai menguasai."Halahh, nggak perlu! Dasar penghancur rumah tangga orang!" Bentak Alisya dengan suara yang menggelegar."Apa maksudmu?" Zafira terpancing emosinya. Seperti biasa tetangga sudah menjadi penonton setia saat mendengar susara pertengkaran. "Maksudku? Kamu masih bertanya maksudku? Kamu sudah menjadi duri dalam rumah tanggaku! Nggak usah menafik deh! Nggak usah pura-pura nggak tau! Dasar pelakor!" Alisya membalas sengit. Seakan-akan dia melihat di depan mata Jefri berselingkuh dengan Zafira. "Mana buktinya?" Wanita itu terlihat mulai menguasai emosinya lagi. Wajahnya terlihat tenang. "Bukti? Kamu meminta bukti? Dasar tak tau malu! Sudah selingkuh masih menyangkal? Dasar sund*l!" Pekik Alisya dengan suara lantang. Adnan, Amura dan Ningsih keluar dari dalam rumah. "Ada apa ini? Ada apa lagi?" Tanya Adnan.Lelaki itu mengerinyit heran. Kenapa sih Bude Siti ini sel
Alisya merangsek kedepan hendak menam*ar pipi Zafira. Dengan cepat wanita itu menangkap tangan Alisya dan mencekalnya kuat. Alisya langsung menjerit kesakitan."Kamu pikir saya akan tinggal diam? Saya bukan wanita lemah! Jangan pikir saya akan diam saat diperlakukan seenaknya! Saya tidak akan diam! Apalagi kalau sampai kalian berani menyakiti keluarga saya!" ujar Wanita itu dengan tatapan intimidasi. "Heh! Jangan kasar kamu ya! lepasin tangan Alisya! Atau nanti kulaporkan kamu atas kasus kekerasan dan pencemaran nama baik! Kamu pikir hanya kamu yang punya duit hah?! Kami juga orang kaya dengan banyak warisan disini. Jangan macam-macam kamu!" Ancam Bude Siti sambil mengarahkan telunjuknya ke arah Zafirah. "Silahkan, Silahkan laporkan, saya akan menunggu laporan kalian. Saya punya bukti valid atas semua ucapan saya kok.Saya juga akan menuntut balik atas fitnah tanpa dasar kalian. Kalian telah memfitnah saya berselingkuh dengan Jefri. Dan itu semua tidak benar. Apakah kalian punya
"Apaan sih Ma. Nanyanya kok gitu. Mama sekarang ikutan percaya sama Zafira wanita sial*n itu?" Alisya tampak tak suka di temya seperti itu."Bukan percaya, Mama hanya ingin memastikan! Kalau emang bener dan suaminya orang itu lebih kaya, mending kamu tinggalin suami Kamu yang kere itu dan merayu suami oramg yang kaya-raya itu. Gak apa-apa deh jadi pelakor. Yang penting kamu bisa dapetin orang kaya. Kalau perlu cari laki-laki yang lebih kaya dari si Zafirah kurang ajar itu!" Sahut Bude Siti dengan wajah memerah menahan emosi."Jadi maksudnya Mama setuju gitu?" Tanya Alisya tak percaya. Dia pikir Mamanya akan memarahinya habis habisan. Ternyata dia malah mendukungnya."Asalkan kita bisa kaya raya melebihi Zafirah yang songong itu, Mama akan dukung kamu! Kalau perlu, hancurkan rumah tangga mereka dan rebut suaminya," Bude Siti memanas-manasin anaknya.Aira hanya menggelengkan kepala mendengar percakapan dua wanita itu. Meskipun dia juga jahat, namun tidak sampai berfikir untuk merebut s
Wanita cantik itu tersenyum menatap lelaki yang tengah asyik dengan spatula dan wajan itu. Ya, Zafira sedang ngidam pengen makan nasi goreng buatan Adnan. Lelaki yang sejak kecil sudah terbiasa mandiri itu tampak cekatan di depan peralatan masak. Sesekali menyeka peluh di dahinya. Zafira yang memperhatikan dari ambang pintu dapur menyunggingkan senyuman manis. “Sepertinya enak sekali, sudah tercium dari aromanya, sangat menggugah selera. Nak, kita makan masakan ayah ya,” ucap Zafira seraya tersenyum dan mengelus-elus perutnya yang masih tampak rata. Adnan tersenyum menatap wajah istrinya. Lelaki itu kemudian mengecup singkat pucuk kepala wanita yang tengah mengandung benihnya tersebut. “Anak ayah harus makan yang banyak ya, biar bundanya nggak lemes.” Adnan berucap sambil tersenyum dengan wajah bahagia. Lelaki itu masih tidak menyangka bisa mempersuntig gadis secantik Zafira. Andai ini hanya mimpi biarkan ia tidur lebih lama lagi. “ Awas, gosong masakannya, Mas!” ucapan
Sepasang mata menatap dengan penuh kebencian dari ambang pintu. Setelah mengambil dan mengeluarkan nafas perlahan, wanita itu kemudian melangkah masuk kedalam kamar yang tengah dipenuhi kebahagiaan itu. “Maaf mengganggu, tadi Bik Sum buatkan bubur untuk Zafira. Mau mengantar kesini takutnya mengganggu. Kebetulan ada berkas yang harus Zafira tanda tangani, jadi Bik Sum sekalian minta Saya bawakan buburnya,” ucap Aira yang masih berdiri disamping Buk Ningsih. “Terima kasih Mbak Aira,” ucap Zafira sambil tersenyum. “Mana berkas yang harus di tanda tangani?” tanya Zafira dengan wajah penuh senyum kebahagiaan. “Ini bubur nggak dicampur apa-apa kan?” ucap Amira dengan wajah penuh selidik. Bu Ningsih langsung menyenggol tangan Amira dengan lengannya. “Nggak boleh begitu Nduk,” bisik Bu Ningsih tepat disamping telinga putri bungsunya. Belajar dari pengalaman, Amira kini sangat over protektif terhadap kakak iparnya. “Maafkan Adikmu Nduk Aira,” ucap ningsih kepada Aira. “Nggak apa-ap
"Jadi—." Zafira menjeda ucapannya. Menantu Ningsih itu kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. "Taraa—!" "A… apa ini Nduk?" Tanya Bu Ningsih terbata melihat testpack yang di perlihatkan Zafira. "Ini testpack namanya Buk, jadi kalau garis dua berarti positif hamil, dan kalau garis satu berarti negatif, atau nggak hamil," jelas Zafira sambil memperlihatkan testpack kepada mertuanya. "Oh, begitu," sahut bu Ningsih manggut-manggut tanda paham. "Jadi ini garis dua, tandanya Nduk Ha–mil? Ya Allah." Ningsih membekap mulutnya sendiri karena kaget. Zafira hanya mengangguk, lalu menatap Ibu mertuanya dengan tatapan nanar karena haru. "Iya, Buk. Alhamdulillah Zafira hamil, dan sudah Fira periksa ke dokter juga," sahut Zafira dengan mata berkaca-kaca namun binar bahagia terpancar jelas dari sana. "Masya Allah, Alhamdulillah, terima kasih Robb, doa-doa hamba sudah di kabulkan," ucap Ningsih lalu kemudian sujud syukur dari tempatnya berdiri. Setelah berdiri, wanita paruh baya it
Zafirah memandang wajah lelaki dihadapannya yang tampak pucat. Lelaki yang ngamuk-ngamuk ketika masuk itu tampak mati kutu. "Hallo, Pak Gunawan," tegur Zafira sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah lelaki herpenampikan necis itu. "Anda masih mengenal saya bukan?" imbuh Zafira dengan senyum mengejek."Ma–masih," sahut lelaki itu terbata-bata. "Pa, itu orang yang sudah mwnampar Lexa tadi! Papa kok diem aja sih anaknya di perlakukan seperti ini?!" Alexa menegur Papanya yang tampak gugup. Zafira tersenyum sinis ke arah Alexa kemudian beralih menatap Pak Gunawan yang tampak salah tingkah. "Tentu Saja Anda masih mengenal saya dan tidak melupakan Saya. Lha wong tiap hari minggu menghubungi Saya melaporkan kekurangan dana ini itu di universitas ini. Rupanya uang sarana prasarana Anda akui sebagai Donasi dari Anda Pak Gunawan yang dermawan?" Zafira tersenyum sinis dengan tatapan tajam kearah Lelaki itu. "Saya minta catatan-catatan keuangan yang masuk dari donatur-donatur? Ma
Lelaki berseragam satpam itu masih keheranan melihat wanita yang baru turun dari mobil itu. "Pak Rektor ada, Mang?" Zafira bertanya kepada lelaki yang tadi menegurnya. "Pak Rektor lagi ke LN Nyonya, tapi Pak Dekan ada," sahut lelaki itu dengan wajah segan. "Bisa antarkan saya ke ruangannya?" Zafira tampak tak sabar. "Bisa Nyonya," ujar Lelaki itu sambil mengangguk mantap. "Buk Zafira? Mari silahkan masuk. Kenapa nggak ngabarin dulu kalau mau kesini? Kan kami bisa adakan persiapan untuk menyambut." Pak Dekan tampak terkejut melihat kedatangan Zafira. Zafira hanya tersenyum simpul menanggapi. Dia langsung duduk di sofa dalam ruangan itu. "Ada apa Buk? Biasanya Ibu hanya memantau dari rumah. Kayaknya ada sesuatu hal penting sampai Ibu Zafira datang tanpa memberi kabar," ujar Lelaki berkaca mata itu menatap Zafira serius. "Apakah ada masalah disini?" tanya Zafira. "Sejauh ini nggak ada masalah apa-apa Buk. Semua terpantau aman," sahut Lelaki itu sambil tersenyum. "Aman? Ter
Darel langsung menyenggol lengan Abhimana."Apa maksud Kamu kalah taruhan?" Amira bertanya dengan tatapan tajam. "Heh cewek tengil! Lo pasti pake susuk kan? Secara orang kampung di pelosok gitu kan suka pake susuk. Jangan-jangan Lo juga pinter guna-guna agar semua laki-laki suka sama Lo, dasar munaf1k! Pakaiannya aja tertutup, ternyata bersekutu dengan Iblis!" Bentak Alexa yang terlihat dikuasai cemburu. Amira tersentak dan melongo mendengar tuduhan yang keluar dari bibir wanita berambut pirang itu. Detik berikutnya Amira langsung membalas tatapan tajam Alexa. "Iya, Saya pinter guna-guna. Kamu nggak takut saya guna-gunain?" Amira menjawab dengan tatapan tajam ke arah Alexa. Wanita berambut pirang itu seketika nyalinya menciut."Ngadi-ngadi nih cewek! Kuyy ke Kantin." Darel langsung mengajak Abhimana ke kantin."Dasar cewek kampung! Jadi bener lo pake susuk? Jangan-jangan orang tua lo dukun lagi." Alexa tersenyum sinis ke arah Amira."Jaga mulut kamu ya! Silahkan kalau mau mengh
Amira mengernyit heran mendengar namanya disebut oleh Dosen itu. Dokter Gibran tersadar dan wajahnya langsung memerah menahan malu. Dia terkenal dengan julukan Dosen Kulkas, karena selalu bersikap dingin. Alexa menatap sinis ke arah Amira. "Punya kelebihan apa gadis desa miskin itu? Jangan-jangan pake susuk lagi, kan biasanya orang kampung di pelosok gitu suka pake-pake begituan." Alexa berbisik pada teman di sampingnya."Bisa-bisanya Lo mikir sampe kesitu. Anaknya memang cantik kok, tanpa sentuhan make up sudah cantik begitu, Alami." Seketika teman Alexa yang bernama Aletta itu langsung menutup mulutnya. Dia nggak sadar sedang memuji Amira di depan Alexa. Reflek saja pujian itu meluncur dari bibirnya. "Maksud gue, bisa saja dia pake susuk. Lihat aja auranya beda begitu," imbuhnya dengan wajah bersalah. Alexa menatapnya dengan tatapan tajam membuat Aletta salah tingkah."Maafkan, tadi salah ngomong, lo yang paling cantik deh," ujar Aletta sambil menunjukkan wajah bersalahnya."A
Gadis 20 tahun itu menarik senyum simpul menatap gedung kampus impiannya. Amira Syarifah–Nama Wanita berparas ayu itu. Adik dari Adnan Syarif. Putri kedua Pak Rusli dan Bu Ningsih. Amira memilih menetap di kota dan tinggal di indekos. Sekalipun dia tau kakaknya kaya raya, dia tidak mau memanfaatkan harta kekayaan kakaknya untuk berfoya-foya. Bahkan untuk masuk ke kampus impiannya itu, Amira lewat jalur prestasi. Tidak heran, karena adik bungsu Adnan itu Gadis yang cerdas. Dia memilih bekerja paruh waktu biar bisa belajar mandiri. Indekost yang dipilih juga kost khusus perempuan. Karena pergaulan Amira sedari kecil sudah terjaga. Wanita dengan hijab sage itu berjalan masuk ke kampus dengan perasaan gembira. Gadis cantik itu berhenti di depan ruangan fakultas kedokteran. Ya, Amira mengambil jurusan kedokteran. Gadis dengan hijab yang menutupi dada itu tersenyum lebar. Dia bahagia karena bisa berkuliah di kampus favoritnya juga fakultas impiannya. Hari ini hari pertamanya masu
"Bu Siti dan Pak Rusdi! Bukti-bukti sudah ada dan kalian tidak bisa mengelak lagi. Pak Rusdi biar di rumah sakit khusus tahanan. Bu Siti sepertinya Anda sehat-sehat saja. Maaf, ini perintah," ujar Lelaki berseragam polisi itu dengan nada tegas."Kalian memang tidak ada rasa kemanusiaan sedikitpun! Suami saya ini butuh perawatan intensif. Kalian tolong mengertilah!" Bude Siti berucap dengan nada tinggi.Polisi itu hanya menggelengkan kepala. Sudah salah masih terus ngeyel. "Silahkan nanti anda jelaskan di kantor polisi," ujar polisi itu sambil memberikan perintah kepada anak buahnya."Kalian pasti sudah makan suap. Makanya orang yang sakit dan lemah juga kalian tangkap. Dasar polisi mata duitan!!" Bude Siti mengamuk.Wanita itu lalu memecahkan gelas di nakas ruangan itu lalu mengarahkan kepada polisi yang hendak berjalan ke arahnya."Berani kalian mendekat, akan kugor*k leher kalian! Sini mendekat! Biar ku b*nuh sekalian!" Wanita itu sudah seperti orang depresi. Dia mengancam anggota