Share

Nighty Night

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-12 18:25:33

Damay mengulas senyum kecil pada seorang pria yang berdiri dan bersandar pada pintu mobil. Setelah menutup kembali pagar kosnya, Damay segera menghampiri pria yang langsung menegakkan tubuhnya. Dari wajah pria itu saja, Damay bisa melihat gurat lelah yang amat sangat. Harusnya, pria itu langsung pulang ke rumahnya, bukan datang ke kos Damay seperti sekarang.

“Ngapain malam-malam ke sini?” tanya Damay sedikit canggung dan menjaga jarak. “Kak Gilang harusnya pulang, istirahat.”

“Hidungmu kenapa merah?” Bukannya menjawab, Gilang justru mempertanyakan hal lain. Karena mobilnya terparkir tepat di bawah lampu jalan, maka ia bisa melihat wajah Damay dengan jelas.

“Oh.” Tangan Damay reflek menyentuh hidungnya sebentar. “Pilek, kehujanan dikit siang tadi.”

Gara-gara Banyu, Damay harus menunggu hujan reda dengan berdiri di luar gedung restoran. Karena Damay tidak memesan makanan sama sekali, maka dirinya merasa sungkan jika harus menunggu di dalam tempat makan tersebut.

“Kehujanan?” Gilang men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (11)
goodnovel comment avatar
Melisa
Klo cowok sopan gak bakalan main nyosor gitu Hrusnya jadi cewek mahalan dikit
goodnovel comment avatar
Liz Kusnandar
ooowww,,, gilang main nyosor aja euy.. tp kayak ny gilang serius banget sm Damay
goodnovel comment avatar
Shifa chibii
Gilang sweet bnget sih ,,tapi si banyu yg bikin mleyot ( ◜‿◝ )♡
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Istri Sah   Butuh Kepastian

    Meskipun ada perasaan canggung, tapi Damay berusaha menepis dan berusaha bersikap profesional dengan Gilang. Lagi-lagi, pagi ini pria itu menjemputnya setelah seharian Damay beristirahat dan tidak masuk bekerja.“Kita langsung ke Balai Kota,” ucap Gilang seraya membukakan pintu mobil untuk Damay. “Bang Ade sudah OTW ke sana juga.”“Kok, saya yang ikut ke sana.” Damay berhenti sebentar di celah pintu. “Harusnya, kan—”“Doni lagi ngurus acara yang lain,” putus Gilang menyentuh punggung Damay, dan mendorongnya perlahan agar segera masuk ke dalam mobil. “Lo yang nemenin gue seharian di luar hari ini.”Gilang menutup pintu setelah Damay duduk di dalamnya. Mengitari mobil dengan berlari, karena memburu waktu dengan kemacetan pagi.“Oia, nanti kita juga datang ke beberapa pihak sponsor,” lanjut Gilang setelah masuk, lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. “Jadi, tolong hubungi Agni untuk data sponsor yang gue minta kemarin.”Damay mengangguk dan segera mengeluarkan ponsel untuk meng

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • Bukan Istri Sah   Suami Orang

    Setelah mematikan mesin mobil, Gilang kemudian menjatuhkan sisi wajahnya di atas setir. Menatap Damay yang baru melepas sabuk pengaman.“May—”“Temenan aja.” Damay sudah tahu apa yang akan diungkapkan oleh Gilang. “Enakan temenan. Nggak bakalan putus-putus.”“Siapa bilang nggak bakal putus,” sanggah Gilang. “Teman itu bisa jadi musuh.”“Saya nggak mau jadi musuhnya Kak Gilang, jadi nggak usah musuhan, kayak anak kecil aja.” Damay tertawa kecil lalu keluar dari mobil lebih dulu. Sejak Gilang memintanya untuk menjadi kekasih pria itu, Damay selalu memberi jawaban yang sama. Lebih baik mereka berteman, dan tidak melewati batasan tersebut.“Damay.” Gilang segera menyusul gadis itu, dan menyamakan langkah mereka menuju gedung Jurnal. “Teman tapi mesra.”Damay kembali tertawa pelan atas usul Gilang. “Nggak enak, entar baper nggak ada status. Kan, sedih. Jadi makan ati.”“Jalani dulu, May.”Damay berhenti tepat di tengah pelataran gedung. “Kak Gilang itu baik. Tapi, setelah kontrak sama Jurn

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • Bukan Istri Sah   Yang Terakhir

    “Cerai?”Damay mengangguk menjawab ucapan Isma. Wanita itu dan suaminya, sudah sampai di hotel sejak petang tadi, dan Damay pun tidak ingin membuang waktu untuk bertemu dengan Isma untuk melepas rindu. Tidak hanya itu, Damay pun harus mengatakan semua hal yang terjadi antara dirinya dan Bumi setelah mereka tiba di Jakarta kepada Isma.Namun, malam ini Damay hanya bertemu dengan Isma seorang di kamarnya, karena Angga pun juga tengah menemui teman-teman lamanya di rooftop hotel.“Tapi, belum pernah nyampur, kan?” tambah Isma ingin memastikan kejelasan status Damay saat ini. Saking penasarannya, Isma sampai berdiri dari tempatnya, lalu mengangkat kursi besi di balkon untuk di letakkan di depan Damay. Isma lantas duduk bersila, untuk mendengar penuturan gadis itu“Ohh …” Damay langsung tertawa geli, menanggapi pertanyaan wanita yang sudah menjadi tetangganya sejak kecil. “Nggaklah, Kak. Mana mau cowok macam dia tu, mau sama cewek macam aku ni.”“Eh, kenapa pina kek itu? Kam, tuh bungas Di

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • Bukan Istri Sah   Penawaran

    Begitu langkah Banyu sudah berada di luar lift lantai lobi, maniknya langsung berlari untuk mencari seorang gadis yang masuk ke dalam lift di sebelahnya. Karena hanya selisih beberapa menit, Banyu yakin jika gadis itu belum jauh dari area lobi hotel. Belum lagi, Banyu masih ingat kalau Bumi menyuruh gadis itu pulang menggunakan taksi.Tidak melihat gadis itu berada di sekitar lobi, Banyu mempercepat langkahnya menuju pelataran hotel. Benar saja, sosok yang dicarinya berdiri sembari bersedekap menatap langit. Melihat hujan yang jatuh semakin deras.Tanpa ingin berlama-lama, Banyu segera menghampiri gadis itu. “Kamu pulang nunggu Bumi, atau nunggu taksi?”Damay berjengit kaget. Langsung menjaga jarak, ketika mendengar suara berat itu ada di sebelahnya. Kedua tangannya pun reflek memegang dada karena jantungnya seolah hendak melompat dari rongga.“Kalau saya jantungan terus mati gimana!” Di antara keterkejutannya, Damay seketika itu langsung menyemprot Banyu dengan keras.“Ya bagus! Saya

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • Bukan Istri Sah   Jalan Terbaik

    Damay pernah satu mobil bersama Bumi. Mereka bisa bicara baik-baik, hingga berdebat dan membuat kekesalan Damay memuncak. Damay juga sudah seringkali berada satu mobil dengan Gilang, dan suasana yang ada bisa sangat-sangat menyenangkan, bahkan penuh tawa.Namun, ketika Damay berada satu mobil bersama Banyu, yang ada hanyalah sebuah keheningan di sepanjang perjalanan. Tidak ada musik, dan hanya deheman singkat sesekali yang keluar dari mulut Banyu. Bahkan ketika mobil pria itu berhenti di depan pagar kos yang ditempati Damay, Banyu tidak melontarkan satu patah kata pun.Akan tetapi, jika dipikirkan lagi, justru hal tersebut lebih baik bagi keduanya. Damay tidak perlu sampai membuang-buang energi, hanya untuk meladeni sikap Banyu yang sangat egois itu. “May!”Sebuah remasan pada bahu kanan Damay, seketika membuyarkan lamunannya tentang banyak hal yang terjadi tadi malam. Damay segera menggeleng kecil lalu menoleh ke arah kanan. “Ya?”“Gue manggil dari tadi.”“Oh, maaf, Kak.” Damay bar

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-18
  • Bukan Istri Sah   Hidup Dengan Tenang

    “Ulfa?”Damay menghentikan suapannya setelah menyebut nama sepupunya. Satu-satunya anak perempuan sang paman, yang usianya terpaut satu tahun lebih tua dari Damay. Ternyata, ada andil Ulfa atas kejadian yang menimpa Damay di Sangatta kala itu, hingga ia sampai menikah dengan Bumi. Namun, Damay bingung mengapa Ulfa sampai melakukan hal tersebut kepada Damay.Isma mengangguk membenarkan. Semua hal yang baru saja dituturkan oleh Isma pun, didukung oleh Angga yang duduk di sebelah wanita itu. Pria itu terus saja makan, dan hanya mendengarkan sang istri bercerita tentang semua hal yang terjadi ketika Damay meninggalkan Kalimantan.“Jadi, Ulfa becerita wan (dengan) Galuh, nahh, si Galuh ini becerita lagi wan mamakku,” lanjut Isma di sela kunyahannya. “Sampailah jua ditelingaku. Terus, May …”“Terus … apa?” Damay masih belum kembali menyuapkan makanan ke mulutnya. Hati dan pikirannya sudah terlanjur tidak nyaman, setelah mendengar penuturan Isma tentang Ulfa.“Sertifikat rumahmu, ada sama ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19
  • Bukan Istri Sah   Tidak Sia-sia

    Bumi berhenti sejenak ketika satu kakinya sudah naik pada tangga pelataran kantor. Melihat Damay turun dari ojek on-line, lalu melepas helm dan menyerahkannya pada sang ojek. Setelah melakukan pembayaran, gadis itu pun memberi senyum formal dan anggukan kecil pada Bumi sembari berjalan ke arahnya.“Sendiri.” Bumi mengeluarkan pernyataan bukan pertanyaan. Ia yakin, bahwa ini pertama kalinya Damay pergi ke kantor tanpa adanya Gilang. Jadi, wajar rasanya jika Bumi mencurigai sesuatu telah terjadi di antara keduanya.“Dari kemaren-kemaren, saya di Jakarta juga sendiri.” Damay berjalan cepat, agar tidak beriringan dengan Bumi. Ia sudah bertekad untuk tidak berada di sekitar Bumi jika berada di kantor. Apapun yang terjadi, Damay tidak boleh terlihat dekat dengan pria beristri tersebut.“Lo tahu maksud gue, May.” Bumi berjalan santai, dan tetap bisa menyamakan langkahnya dengan Damay. “Gilang, sudah bosan sama lo.”Damay tiba-tiba berhenti lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya. Ia mana mau pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19
  • Bukan Istri Sah   Selalu Berdoa

    Setelah menunggu di sebuah lorong selama 15 menit, akhirnya Damay melihat Banyu kembali menghampirinya. Entah dari mana pria itu datang, Damay juga tidak ingin bertanya lebih banyak lagi. Suasana hati Damay sedang berselimut kabut, sehingga sudah tidak tertarik dengan hal apapun.“Waktumu setengah jam,” ujar Banyu sudah melepas jas yang dipakainya. Kini pria itu hanya memakai kemeja hitam, dengan lengan baju yang digulung sebatas siku. “Ikut saya.”Rasanya, Damay ingin protes karena hanya diberi waktu 30 menit. Namun, hal tersebut ia urungkan dan Damay pun hanya mengangguk sambil berdiri. Mengikuti Banyu yang kembali berjalan menyusuri lorong, lalu berhenti di depan sebuah pintu.“Ambil tasnya, dan periksa dari ujung rambut sampai kaki,” titah Banyu pada seorang wanita berseragam yang berdiri di samping pintu.Damay hanya diam dan menurut, ketika harus menyerahkan tas dan merelakan tubuhnya diperiksa oleh wanita yang menurutnya adalah salah satu sipir di lembaga pemasyarakatan tersebu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20

Bab terbaru

  • Bukan Istri Sah   Giveaway~~

    Halu Mba beb ... Kita langsung aja ya. Berikut ini daftar penerima koin GN untuk lima top fans pemberi gems terbanyak untuk Bukan Istri Sah. Plus, yang sudah ngasih usulan nama anaknya pak Banyu yaa. Amee la : 1.000 koin GN + pulsa 200rb ArPi Kim : 750 koin GN + pulsa 150 rb Zee Sandi : 500 koin GN + pulsa 100 rb Tralala : 350 koin GN + pulsa 50 rb Tyarini : 250 koin Gn + pulsa 25 rb RiztyrieM : 150 koin Gn + pulsa 20 rb Sila klaim via DM ke igeh saia yaa, @kanietha_ dan jangan lupa untuk follow lebih duluuh yaa. Atas semua atensinya untuk pak Banyu juga Damay, saia ucapkan terima kasih banyak-banyak. Kiss so muuch ....PS : Saia tunggu sampe tangga 28 Sept '22 pukul 12.00 siang hari yakk.Kalau masih belum setor, saia anggap HANGUS.🙏🙏🙏

  • Bukan Istri Sah   A Great Relationship

    “Haloo, cucu Eyang …” Airin langsung mengambil alih bayi tampan yang semakin menggemaskan dari gendongan Damay. Mengangkatnya setinggi kepala, lalu memberi ciuman gemas pada kedua pipi gembilnya. Bayi mungil yang sudah berusia tiga bulan itu, hanya bisa tertawa geli dengan ulah wanita yang sudah menganggapnya sebagai cucu sendiri. “Kamu titip sini aja sama Eyang, ya!” seru Airin berbicara pada bayi yang tersenyum melihatnya. “Biar daddy sama mami aja yang ke Kalimantan, sekalian bulan madu.” Seno menggeleng melihat tingkah istrinya, yang memang sangat merindukan seorang cucu. Tidak hanya Airin sebenarnya, tapi Seno juga berharap hal yang sama. Namun, apa mau dikata jika Bumi dan Tari masih belum kunjung diberi keturunan hingga saat ini. Keduanya sudah mengikuti program hamil dan menjalankan semua perintah dari dokter, tapi, sampai saat ini masih belum berhasil. Sejenak, Seno sempat berpikir. Bagaimana bila Damay dahulu kala benar-benar menjadi menantunya. Akan tetapi, Seno dengan s

  • Bukan Istri Sah   Demi Apapun

    Malam yang penuh ketegangan itu, akhirnya bisa dilewati Damay dan Banyu dengan rasa lega. Hanya berdua tanpa keluarga, dan benar-benar buta akan semua hal. Mereka hanya mengandalkan petunjuk dan perintah dokter, serta para perawat yang bertugas untuk mengecek kondisi Damay.Setelah ini, Banyu hanya akan memfokuskan diri dengan keluarga kecilnya. Baru kali ini Banyu benar-benar menghadapi semua ketegangan seorang diri. Tanpa support dari keluarga, yang dahulu kala pernah ia bela mati-matian. Hampir seluruh hidup Banyu, sudah ia curahkan pada Selly, maupun Tari. Namun, tidak satu pun dari keduanya datang, atau paling tidak, menghubungi Banyu melalui panggilan telepon.Hanya ada Adam, yang sesekali mengirimkan pesan untuk bertanya mengenai proses kelahiran cucunya. Sementara yang lain, seolah tenggelam bak ditelan bumi.Justru, orang lainlah yang kini terasa seperti keluarga bagi Banyu. Ada Airin, yang langsung menelepon pagi itu, ketika Damay mengabarkan bahwa sang bayi laki-lakinya sud

  • Bukan Istri Sah   Buruaan

    “Tarik napas.” Damay mengikuti instruksi Banyu, ketika kontraksinya mulai kembali datang. Sejak pria itu kembali dari kantor, yang dilakukan Damay hanyalah menempel pada sang suami. Saat kontraksi itu datang, yang diinginkan Damay hanya berada di dalam pelukan Banyu, dan menginginkan sang suami untuk mengusap punggung, maupun perutnya dengan perlahan. “Masih kuat?” tanya Banyu kembali memastikan kondisi istrinya. Banyu memang tidak bisa merasakan rasa sakit yang mulai kerap menghampiri sang istri. Namun, jika dilihat dari wajah pias disertai bulir keringat yang membasahi wajah Damay, Banyu yakin bahwa rasa sakit itu benar-benar luar biasa. Itu baru kontraksi, bagaimana jika waktu kelahiran itu akhirnya tiba? “Kuat.” Damay berujar lirih untuk menyemangati dirinya sendiri. Sudah hampir seharian ini Damay merasakan sakit yang tidak ada duanya. Sekujur tubuhnya, dari kepala hingga kaki sungguh merasakan semua nyeri tanpa terkecuali. “Tapi sakiiit.” “Sabar sebentar.” Banyu masih memeluk

  • Bukan Istri Sah   Iya, Daddy

    “Sebentar lagi aku tinggal, sebelum makan siang aku balik.” Jelang subuh, Damay mulai mengeluh sakit perut. Baik Airin maupun dokter yang menangani Damay, sudah berpesan agar jangan terlalu panik dalam menghadapi kontraksi jelang hari perkiraan lahir. Apalagi, jika rentang waktu kontraksi tersebut belumlah terlalu rapat, Namun, tidak dengan Banyu. Ketika ia mendengar keluhan yang berbeda dari sang istri, Banyulah yang merasa panik lebih dulu. Semua tas persiapan untuk pergi ke rumah sakit, langsung Banyu letakkan sendiri di bagasi mobil tanpa menyuruh siapa pun. Banyu ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri, jika semua persiapan sudah lengkap dan tidak ada yang kurang sama sekali. Tidak cukup sampai di situ. Begitu pagi menjelang, Banyu segera meminta Damay bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Karena ada meeting yang tidak bisa ditinggal Banyu pagi harinya, maka ia merasa lebih aman jika meninggalkan Damay di rumah sakit. “Tapi kalau ada apa-apa, cepat kabari aku,” tambah Ban

  • Bukan Istri Sah   Langsung Pulang

    “Nggak usah beli boks bayi, taruh aja di kasur, beres. Nggak ribet angkat-angkat.” Banyu masih berdiri di samping boks bayi, yang menarik perhatiannya. Namun, Damay sudah meninggalkannya karena tidak setuju membeli tempat tidur khusus untuk bayi mereka. Bukankah lebih aman jika bayi mungil mereka nantinya diletakkan di boks bayi, daripada di atas tempat tidur? Banyu yang masih ingin membeli tempat tidur untuk bayinya, bergegas menyusul Damay yang tengah berbicara dengan salah satu pramuniaga toko. Banyu menunggu sejenak, sampai Damay menyelesaikan obrolannya sembari menyerahkan daftar catatan perlengkapan bayi yang akan dibeli kali ini. “Bukannya lebih enak dan aman pake boks bayi?” ujar Banyu setelah pramuniaga toko pergi, untuk mencari dan mempersiapkan barang-barang pesanan Damay. “Tetanggaku yang pernah lahiran, nggak ada yang pernah beli boks bayi, aman-aman aja.” Mata Damay menyasar pada kursi tunggu yang berada di sebelah pintu bagian dalam. Kemudian, ia kembali meninggalkan

  • Bukan Istri Sah   Besok Pagi

    “Pak Banyuu.” Damay menempel pada bingkai pintu ruang kerja Banyu. Menguap sebentar, kemudian kembali melanjutkan ucapannya. “Kerjanya masih lama? Aku sudah ngantuk.” Banyu mengalihkan wajah dari laptop. “Tidur aja duluan.” Bagaimana Damay bisa tidur jika tidak ada Banyu di sampingnya. Jika siang hari, Damay memang sudah terbiasa tidur tanpa Banyu, karena suaminya itu memang harus bekerja. Namun, ketika malam menjelang seperti ini, Damay tidak bisa memejamkan mata kecuali ada Banyu di sampingnya. Hal ini sudah terjadi sejak awal-awal kehamilan Damay, dan ini pertama kalinya Banyu belum masuk ke kamar mereka, padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. “Aku nggak bisa tidur,” keluh Damay kemudian berjalan masuk menghampiri Banyu. Damay mendudukkan dirinya di atas paha Banyu, lalu bersandar pada tubuh sang suami. “Nggak ada yang meluk.” Banyu terkekeh pelan, lalu merengkuh tubuh Damay dengan kedua tangannya. Semakin hari, istrinya itu semakin posesif, manja, dan tida

  • Bukan Istri Sah   Hati Damay

    “Ini pertama, dan terakhir kalinya kita pergi nonton.” Belum ada lima menit mereka berdua duduk berdampingan di dalam bioskop, Damay sudah menguap hingga berulang kali. Saat penerangan di dalam ruang mulai dimatikan, detik itu juga Damay langsung menutup mata dan merajut mimpinya dengan lelap. Menyisakan Banyu, yang pada akhirnya harus menonton film romantis pilihan sang istri, yang sangat membosankan seorang diri. Damay tergelak tanpa melepas tangannya yang bergelayut rapat pada lengan Banyu. “Ngajaknya, sih, pas jam aku tidur siang. Jadinya ngantuk, kan? Apalagi habis makan banyak di rumah bu Airin, tambah lengket mataku jadinya.” Banyu berdecak, tapi tersenyum kemudian saat melihat wajah Damay yang tampak ceria. Lebih baik seperti ini, daripada harus melihat sang istri menangis seperti pagi tadi. “Ini mau makan lagi? Pulang? Atau … ke mana?” “Cari tempat duduk, ngabisin pop corn, terus kita pulang.” Banyu tidak salah jika masih saja menganggap sang istri terlalu naif. Sebenar

  • Bukan Istri Sah   Sekali Aja

    Banyu membuka pintu kamar dengan perlahan. Menghela sejenak, saat melihat Damay sudah berbaring miring dengan memakai selimut yang dipakainya dengan asal. Tubuh Damay masih terlihat berguncang kecil, karena sesenggukan dengan sisa tangis yang belum kunjung hilang.Setelah mendengar semua isi perasaan Damay, Banyu akhirnya menyadari di mana letak kesalahannya. Tari dan keluarganya memang penting bagi Banyu, tapi mereka semua bukanlah hal yang utama setelah ia memiliki istri. Harusnya, Banyu bisa menempatkan diri ketika berada di situasi seperti sekarang.Damay benar tentang Tari. Harusnya, Banyu tidak perlu lagi memikirkan Tari karena sang adik sudah memiliki keluarga sendiri. Tari sudah dewasa dan bahagia bersama Bumi. Jadi, Banyu tidak perlu terlalu mengkhawatirkan bagaimana perasaan Tari saat ini.Banyu naik ke atas tempat tidur dan langsung membaringkan tubuh di samping Damay. Memeluk istrinya dari belakang, kemudian mengusap perut buncit itu dengan perlahan.“Mau ke tempat bu Airi

DMCA.com Protection Status