Beranda / Rumah Tangga / (Bukan) Istri Pilihan / Part 57 Luka Seorang Istri 1

Share

Part 57 Luka Seorang Istri 1

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-17 15:08:24
(Bukan) Istri Pilihan

- Luka Seorang Istri

"Bu, kita jenguk Nastasya sekarang," bisik Fauzi.

Akhirnya Bu Eri mengangguk. Dia menyadari kalau putranya tidak nyaman. Fauzi pasti khawatir kalau Bu Mega atau kerabat mereka tiba-tiba datang untuk menjenguk Pak Bastian.

"Mas, aku sama Fauzi mau jenguk Sasa dulu ya. Dan setelah itu kami langsung pulang. Semoga Mas lekas pulih," pamit Bu Eri sambil memegang tangan suaminya.

Fauzi juga lebih mendekat. "Pa, saya pulang, ya. Semoga papa lekas sehat."

"Iya. Hati-hati kalau pulang."

Fauzi mencium tangan Pak Bastian dengan takzim. Rasanya sungguh berat jika harus sampai berpisah, mereka sudah lama bersama dan Pak Bastian adalah orang yang sangat berjasa dalam hidupnya. Tapi kalau diteruskan pun hubungan mereka sangat rumit.

Laki-laki itu melangkah keluar lebih dulu, ia tidak ingin melihat bagaimana cara ibu berpamitan pada suaminya. Kebahagiaan mereka berada di atas luka-luka wanita lain. Fauzi sebenarnya sudah memikirkan hal ini bertahun-tahun.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
Anas pasti bingung. di sisi lain itu Bu Mega ibu kandungnya. tapi di satu sisi ada ibu tirinya yg selama ini selalu mensupport dirinya.
goodnovel comment avatar
istriyangdisyng
nas knp selalu menghindar dr yoshi, sesakit itukah hatimu...
goodnovel comment avatar
Barra
Nas bayangin perasaan mama mu gimana rasanya suaminya nikah lagi diam" .........pasti sakit banget melebihi sakitmu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 58 Luka Seorang Istri 2

    Yoshi menatap istrinya. "Mas akan membawamu dan anak kita pulang. Nanti setelah Yusa sudah umur sebulan lebih, kita bisa mengajaknya sambang ke rumah papa. Kamu istriku dan akan selamanya begitu. Jangan punya pikiran tentang perceraian. Kita nggak akan pernah bercerai. Sekarang masih ada permasalahan yang harus mas selesaikan. Mas nggak ingin terjadi apa-apa sama kamu dan Yusa."Mereka saling pandang. Si mbak yang duduk di sofa sambil memperhatikan si kecil, seolah membeku ditempatnya. Dia serba salah terjebak di situasi seperti itu. Mau pergi salah, duduk diam juga tidak enak."Mumpung anak kita tidur. Kamu juga tidur." Yoshi berdiri dan membantu Anastasya merebahkan diri. Kemudian dia pun duduk bersandar di dinding belakangnya. Matanya juga terasa pedih karena semalaman di tambah setengah hari ini tidak tidur sama sekali. Yoshi memejam.***L***"Udah kamu pikirkan to, Jeng. Setelah sekian lama kalian menikah, sekarang ingin cerai. Bukankah Jeng Mega dan Pak Bastian selama ini bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 59 Karena Keadaan 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Karena Keadaan Author's POV Bumi berdiri di hadapan Bu Mega, senyumnya ramah. "Eh, Dokter." Bu Mega berdiri. "Bagaimana keadaan suami saya. Apa sudah bisa pindah ke ruang perawatan?""Iya, Bu. Sudah boleh. Perawat sedang mempersiapkan untuk memindahkan Pak Bastian. Tinggal menunggu ibu, baru pasien akan dibawa ke ruang perawatan.""Makasih, Dok. Kalau gitu saya mau masuk ke dalam.""Monggo."Bu Mega melangkah masuk. Bumi masih memerhatikan hingga wanita itu hilang dibalik pintu kaca. Dia bisa melihat Bu Mega sedang sedih. Wajahnya tidak bisa menutupi itu. Tentu sakit sekali dipoligami. Bumi tidak bisa menebak-nebak, apa alasan Pak Bastian menduakan istrinya.Banyak alasan-alasan klise yang menjadi dalih kenapa harus menikah lagi. Kadang alasan itu hanya untuk membenarkan diri kenapa harus berpoligami.Bumi menghela nafas pelan, kemudian melangkah pergi.Sementara Bu Mega menghampiri brankar suaminya. Wanita itu tersenyum kemudian duduk. Dua orang perawat me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 60 Karena Keadaan 2

    Malam itu Fauzi menghampiri ibunya yang duduk menonton televisi. Diambilnya setoples cemilan di atas meja. Sambil ngemil ia bicara dengan ibunya."Bu, kalau kantor hendak mindahin aku ke kota lain, Ibu mau ikut aku, nggak?" tanya Fauzi hati-hati. Sebelum bicara, Fauzi cukup lama termenung di kamar. Bingung mau bicara atau tidak. Khawatir ibunya akan marah karena tak sepemikiran dengannya."Memangnya kamu mau dipindahkan?""Ini hanya wacana, Bu. Dan bisa saja terjadi karena semua karyawan mendapatkan rolling pindah tempat. Apalagi aku belum nikah dan aku saja yang belum dapat jatah."Bu Eri diam. Dia berat berpisah dengan Fauzi. Satu-satunya anak yang ia punya. Tapi bagaimana dengan suaminya. Walaupun nikah siri, tapi pernikahan mereka sah dan sudah berjalan sekian lama. Dan Bu Mega juga sudah mulai terbuka hatinya, memberikan izin ia bertemu dengan sang suami. Bu Eri memang belum tahu kalau Bu Mega merencanakan perpisahan setelah Pak Bastian sembuh.Melihat ibunya diam, Fauzi juga di

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 61 Saatnya Menyerah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Saatnya Menyerah Author's POV Ayunda cemberut. Kalau sudah begitu lebih baik Yoshi diam. Tidak perlu membujuk karena akan membuatnya semakin marah. Selama ini kemauan Ayunda selalu dituruti sampai ia sangat sering mengabaikan Anastasya. Menganggap diamnya sang istri adalah hal biasa.Sebagai seorang ayah dia tidak tega jika menolak, tapi sekarang sikap tegas perlu dilakukan jika tidak ingin kehancuran kedua dialaminya."Pak Yoshi, sudah di tunggu di ruang meeting." Evi keluar dan memberitahu bosnya. Gadis itu mengangguk sejenak pada Mayang. "Oke, sebentar lagi saya masuk."Evi kembali ke dalam. Yoshi mencium pipi Ayunda."Papa harus meeting dulu, ya. Maaf, papa belum bisa ngajak Ayun jalan-jalan.""Tapi kalau Papa libur kita bisa jalan-jalan, kan?""Insyaallah, papa belum bisa janji.""Ayun, salim papa dulu," kata Mayang seraya meraih tali tasnya. "Papa masih sibuk."Ayunda menuruti perintah sang mama. Mencium tangan Yoshi dan laki-laki itu memeluknya. "Kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 62 Saatnya Menyerah 2

    Mendengar pertanyaan sang kakak, Anastasya terkejut. "Mbak, kok bisa ngomong gitu? Nggak mungkinlah, aku sudah nikah dan punya anak.""Ya pokoknya mbak tahu. Tapi kamu nggak usah nanya mbak tahu darimana." Sinta tersenyum. Membuat Anastasya malah penasaran."Lupakan kata-kataku tadi. Kamu sudah punya Yosh dan Yus. Mbak pulang dulu ya."Anastasya mengangguk. Dia baru masuk rumah setelah sang kakak pergi dengan mobilnya.Baru saja masuk kamar, ponselnya berdering. Yoshi melakukan video call. "Halo." Tampak Yoshi duduk di ruangannya."Lagi ngapain?""Aku baru masuk kamar setelah nganterin Mbak Sinta ke depan.""Sinta mampir?""Iya.""Mas yang ngasih tahu alamat rumah. Bentar lagi mas pulang. Kamu mau dibelikan apa?""Nggak usah, Mas. Aku nggak pengen apa-apa.""Mas belikan buah saja, ya.""Di kulkas masih banyak.""Okelah kalau gitu. Sebentar lagi mas pulang." Yoshi memberikan kecupan. Anastasya hanya membalas dengan senyuman. Kemudian layar ponsel padam.***L***Anastasya duduk termang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 63 Luahan Hati 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Luahan HatiAuthor's POVPak Bastian membeku mendengar penuturan Bu Mega di kamar mereka. Selama sepuluh tahun mereka bisa menjalani kehidupan seperti ini, kenapa dikala Bu Mega berubah, dia juga memilih menyerah.Dipandanginya wanita cantik yang tengah menyusut air mata dihadapannya. Perempuan mandiri yang dikenalnya semenjak remaja, baru kali ini terlihat sangat rapuh. Jujur saja, kalau bukan adanya andil Bu Mega, tentu dia tidak akan mengalami kejayaan seperti sekarang ini. Tidak memiliki dan dihormati ratusan karyawannya. Ditambah lagi ratusan karyawan dari perusahaan Bu Mega. Dihadapan mereka, Pak Bastian lelaki terhormat dan perhatian terhadap bawahan. Mereka tidak tahu, kalau Bu Mega mati-matian memperjuangkan hal itu."Apa mama sudah memikirkan apa imbas dari perceraian kita, Ma?""Apa yang papa takutkan? Nama baik, harga diri? Lalu untuk menutupi itu agar tidak terjadi, apa aku harus bertahan lagi. Mengorbankan perasaanku. Papa, jangan khawatir. Bu Er

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 64 Luahan Hati 2

    Pak Bastian terguris mendengar kalimat itu. Dalam hati menangis. Merasakan begitu sakitnya sang istri. Sudah berjuang malah dikhianati.Bu Mega menarik napas dalam-dalam. "Kalau Papa ingin kita berdamai, kenapa nggak pernah mengusahakan ini sejak dulu. Sekarang Papa sudah ada yang ngurus. Kita bisa berpisah secara baik-baik. Aku akan melanjutkan hidup bersama anak-anak."Soal perusahaan, silakan Papa urus sendiri. Fauzi bisa kan di andalkan? Aku nggak mempermasalahkan tentang perusahaanmu, Pa. Terserah Papa sekarang. Aku tidak mau membahasnya, karena perusahaan yang pernah kuperjuangkan mati-matian hanya membuat hatiku terluka. Anak-anak juga sudah legowo tentang keputusan ini. Mereka sudah pada dewasa. Papa, juga sudah sembuh, perusahaan juga baik-baik saja. Jadi Papa nggak butuh aku lagi."Bu Mega bangkit dari duduknya. Namun Pak Bastian meraih dan memeluknya. Mengucapkan permintaan maaf berkali-kali."Nggak usah minta maaf, Pa. Aku yang salah kok. Aku istri yang nggak peduli pada s

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 65 Feeling 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Undangan Author's POV "Lidia. Ayo, masuk!" Yoshi yang melangkah ke ruang tamu melihat Lidia tengah melepas sepatu di depan pintu."Sendirian?""Sama Mama." Lidia menoleh ke belakang. Bu Mega masih mengambil sesuatu dari mobilnya.Saat itu Anastasya keluar kamar sambil menggendong bayinya. Lidia langsung mendekat dan memeluk si bungsu. Yoshi mengambil Yusa dari istrinya. Membiarkan dua bersaudara menangis dan melepaskan rindu. Lidia yang sesenggukan lalu diajak duduk di sofa.Mereka baru bertemu setelah setahun lebih tidak pernah berjumpa. Saling meminta maaf dan berangkulan. Terkadang untuk menyadari sesuatu kesalahan, lebih dulu akan mendapatkan teguran yang tidak di sangka-sangka.Bu Mega masuk, juga disambut pelukan dan ciuman dari Anastasya. Ibu dan anak berdekapan. Anastasya sangat bahagia, sang mama sudi mengunjunginya. Hal yang selalu diimpikan sejak dulu. Bisa dekat, bisa saling ngobrol sebagai seorang ibu dan anak perempuannya. Setelah bertahun-tahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22

Bab terbaru

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 146 Cinta yang Indah 2

    Baru tiga menit memejam, pintu kamar perlahan terbuka. Lidia muncul dari sana. Agung kembali duduk."Kutelepon nggak kamu angkat tadi," ujar Agung. "Aku lagi meeting, Mas. Selesai meeting kutelepon nomer Mas nggak aktif. Aku telepon rumah, katanya Mas sudah pulang." Lidia menjelaskan seraya melepaskan blazer yang dipakainya."Ponselku kehabisan baterai tadi."Agung menarik lengan istrinya supaya duduk di dekatnya. "Aku mau mandi dulu, Mas. Terus nyiapin pakaian. Setelah Lili pulang ngaji kita langsung berangkat, kan?""Iya. Kalau gitu kita mandi bareng.""Jangan. Biasanya Lili nyelonong masuk setelah pulang ngaji. Mas, duluan saja yang mandi. Biar aku nyiapin pakaian." Lidia membuka lemari. "Aku sudah bilang ke mbak yang nganterin Lili ngaji. Kita akan ngajak dia staycation sore ini," kata Agung sambil melepaskan kancing kemeja."Kenapa ngajak si mbak, Mas?""Aku sudah booking dua kamar. Tidak mungkin kita biarkan Lili tidur sendirian, kan?"Lidia diam sejenak. "Mas, memang nggak

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 145 Cinta yang Indah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Cinta yang Indah Author's POVMobil Agung langsung masuk ke dalam carport rumahnya. Hujan masih deras mengguyur malam. Mereka turun. Agung membuka pintu samping yang terus terhubung dari area carport ke ruang keluarga.Masuk ke dalam suasana rumah sepi. Ruang tamu hanya ada lampu malam yang menyala. Setelah mengunci pintu, ia menggandeng tangan istrinya menaiki tangga. "Mbak ART ke mana, Mas?" tanya Lidia sambil melangkah di samping suaminya."Aku suruh pulang sore tadi. Selama tiga hari dia nggak akan ke sini. Kita habiskan waktu tiga hari hanya berdua saja," jawab Agung sambil memandang sang istri. Tatapannya begitu jahil dan menyiratkan rencana besar dalam benaknya.Lidia bisa menangkap apa yang akan terjadi tiga hari ke depan. Siap-siap saja kalau ia akan dibuat tak berdaya oleh Agung.Mereka berdua masuk kamar. Agung mengunci pintu. Meski tiada sesiapa di sana, ia tidak ingin dibuat was-was. Kamar menguarkan wangi vanila, aroma kesukaan Lidia. Harumny

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 144 Akad Nikah 2

    Usai makan malam, Pak Bastian, Bu Mega, Lidia, dan Agung duduk di ruang keluarga. Sedangkan Lili sedang belajar bersama guru lesnya di ruangan lain yang biasanya digunakan juga untuk bersantai karena langsung menghadap ke taman samping yang ada miniatur air terjun di sana."Papa dan mama merestui kalian berdua jika ingin rujuk. Segera menikah, sama-sama saling mendukung dan memperbaiki diri. Menjadi orang tua yang bisa jadi panutan anak kalian. Tapi papa menyarankan, Agung tetap mengajak Lidia untuk menemui kedua orang tuamu. Minta restu apapun tanggapan mereka. Yang terpenting pada orang tua, jika nggak ingin bertemu keluarga yang lain.""Bener apa kata papamu. Kalian berdua tetap harus menemui kedua orang tuamu, Gung." Bu Mega setuju dengan pendapat sang suami. Apapun tanggapan mereka, yang terpenting tetap meminta restu."Kapan rencana kalian akad nikah?" tanya Pak Bastian."Minggu depan, Pa," jawab Agung spontan. Membuat Lidia menatapnya karena kaget. Sebab mereka belum membahas t

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 143 Akad Nikah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Akad Nikah Author's POV"Beneran kamu mau rujuk sama Lidia? Kamu nggak dengar mama bilang apa sama kamu?"Agung masih diam mendengarkan kemarahan sang mama, saat ia memberitahu akan rujuk dengan Lidia. Sedangkan -Pak Ringgo- papanya diam menatap layar televisi yang menampilkan acara berita."Kenapa kamu keras kepala? Sedangkan keluarga sudah sepakat dengan perjodohanmu dan Grace.""Sejak awal aku nggak setuju dengan rencana, Mama. Aku hanya akan menikah lagi dengan Lidia. Kami punya Lili, Ma. Keluarga setuju atau pun tidak, aku akan kembali menikahi Lidia."Bu Ringgo menatap marah pada putranya. "Mengenai Lili, kamu kan masih bisa menemuinya. Atau ambil dia dan ajak tinggal bersamamu."Tidak semudah itu. Apa mamanya pikir, Lidia akan diam saja kalau Lili diambil darinya?"Kamu nggak ingat apa yang terjadi dua tahun kemarin? Kita harus menanggung malu atas semua yang terjadi," lanjut Bu Ringgo."Itu salahku, Ma," bantah Agung. "Bahkan keluarga Lidia yang telah

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 142 Kita Akan Menikah 2

    "Mas mau meeting di kantor papa nanti jam dua. Makanya mas mampir pulang dulu." Yoshi mengusap pipi Yasha dan mengecupnya. "Yusa, mana?""Barusan tidur.""Kamu belum makan?" Yoshi memandang piring yang masih berisi penuh di atas nakas."Belum. Mau makan keburu Yasha nangis."Yoshi mengambil piring. "Mas suapi."Anastasya makan dari tangan Yoshi hingga makanan di piring tandas. Yasha kembali terlelap dan ditidurkan di atas tempat tidur. Untuk sementara ini kedua anaknya memang tidur di pisah. Khawatir akan saling ganggu jika salah satunya terbangun lebih dulu."Mas, mau makan apa sholat zhuhur dulu?" Anastasya bangkit dari duduknya."Mas sudah sholat sebelum masuk kamar tadi.""Ya udah, kalau gitu aku ambilin makan dulu." Anastasya keluar kamar dan kembali dengan nasi, lauk, potongan buah semangka, dan minum di nampan."Makasih, Sayang." Yoshi mengecup kening istrinya. Kemudian duduk di karpet ditemani Anastasya."Besok mas ada seminar tiga hari di Malang.""Nginep?" tanya Anastasya un

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 141 Kita Akan Menikah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Kita Akan Menikah Author's POVLidia bangkit dari duduknya sambil membenahi ikatan kimononya. "Aku nemui Sinta dulu, Mas. Ada hal penting yang akan kami bahas." Selesai bicara Lidia langsung keluar kamar. Sedangkan Agung bangkit dari duduknya dan berdiri di dekat jendela kamar. Menatap langit kelabu di atas sana.Sinta berdehem ketika Lidia masuk ke ruang kerja papanya. Ruangan yang lumayan luas. Ada meja panjang dengan kursi-kursi yang mengitarinya. Juga ada layar proyektor di sana. Biasa digunakan untuk meeting dadakan jika ada sesuatu yang harus dibahas segera."Pasti kamu mikir yang enggak-enggak tadi," ucap Lidia sambil duduk di depan adiknya.Dengan gaun se*si, tipis, dan dibalut kimono luarnya, rambut diikat asal-asalan dan terkesan semrawut, belum lagi wajah dan leher yang basah berpeluh, otomatis pikiran Sinta sudah terbang ke mana-mana. Apalagi jika ingat bagaimana Agung begitu agresif belakangan ini. Mereka manusia dewasa yang pernah hidup bersam

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 140 Menikahlah Denganku 2

    Sambil nyetir, Agung memperhatikan Lidia yang ketiduran bersandar pada jok. Wanita itu tidak bisa menahan kantuknya. Terbesit pula pikiran konyol ingin membawa Lidia pulang saja ke rumah mereka. Sampai mobil berhenti di depan pagar rumah, Lidia tidak terbangun. Akhirnya Agung pun bersedekap dan memejam, karena sudah ngantuk berat. Keduanya sama-sama tertidur hingga azan subuh berkumandang. Lidia yang terbangun lebih dulu, kaget dengan posisinya yang ternyata masih di dalam mobil. Di sebelahnya Agung masih lelap. Kenapa ia tidak dibangunkan ketika mereka sampai?"Mas." Lidia mengguncang pelan lengan mantannya.Dua kali panggilan, Agung membuka mata. Laki-laki itu menegakkan duduknya."Sudah subuh. Kenapa tadi malam mas nggak bangunin aku?""Kamu pules banget tidurnya."Lidia mengambil ponsel dari dalam tas, kemudian menelepon salah satu ART supaya membuka pintu pagar. Tak lama pintu pagar terbuka perlahan secara otomatis."Mas, aku turun dulu, ya. Hati-hati kalau nyetir," pesan Lidia

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 139 Menikahlah Denganku 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Menikahlah Denganku Author's POVSuasana bahagia di restoran hotel sejam yang lalu berubah menjadi ketegangan di bangsal rumah sakit. Di akhir acara, Anastasya membisiki sang suami kalau perutnya terasa mulas tak tertahankan. Tanpa banyak bicara, Yoshi pamitan membawa Anastasya ke rumah sakit dan semua keluarga mengikuti. Sampai di rumah sakit sudah bukaan dua ketika diperiksa oleh bidan yang berjaga. Pak Bastian, Deny, Sinta, membawa anak-anak pulang. Sedangkan yang tinggal di rumah sakit, Yoshi, Bu Mega, Lidia, dan Agung. Jarak setengah jam kemudian Bu Nana dan Pak Yudi datang.Yoshi gelisah menemani Anastasya yang berjalan mondar-mandir di dalam ruangan. Ia ingat saat sang istri melahirkan anak pertama mereka waktu itu. Begitu menegangkan karena keadaan Anastasya yang sedang down. Malah sempat berwasiat pula pada kakaknya yang nomer dua. Semoga kali ini tidak ada drama lagi. Sekarang ini Yoshi menyarankan cesar, tapi Anastasya memilih lahiran pervaginam.

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 138 Romansa 2

    Bu Mega meninggalkan ruangan putrinya. Dia tidak bisa memaksa Lidia harus mengubah keputusannya. Biar putri sulungnya itu membuat keputusan sendiri. Walaupun sebagai nenek, ia sangat kashian pada Lili. Sebab dulu ia bertahan dengan rasa sakit demi melihat anak-anaknya tetap memiliki keluarga yang utuh. Sosok ayah yang ada untuk mereka. Broken home efeknya sangat luar biasa untuk psikologi seorang anak.Setelah sang mama pergi, Lidia membuka map yang diletakkan asistennya di atas meja. Namun jujur saja, pikirannya tidak bisa berkonsentrasi. Adakalanya ia ingin bisa hidup seperti kedua adiknya atau wanita lain di luar sana. Lifestyle yang sangat balance dan no overwork. Tapi kesendirian membuatnya gila kerja untuk menghilangkan kesepian.Sepertinya dialah penerus jejak nasib mamanya. Karena perselingkuhan papanya, sejak awal Lidia sudah dipersiapkan sang mama untuk menjadi wanita kuat, tangguh, dan mandiri. Persis seperti masa muda sang mama. Hanya saja, mamanya hidup dalam keluarga tan

DMCA.com Protection Status