Share

Part 44 Dinner 2

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-10 15:24:11

"Teruslah berjuang, Bro. Nggak mudah mengembalikan kepercayaan yang sudah berulang kali tercalar. Apalagi dia sekarang enjoy menjalani hidupnya. Bahkan hamil pun nggak butuh kamu. Bukan karena sudah ada ibu tiri atau kakak tirinya yang care itu, tapi karena dia memang nggak perlu kamu."

Kalimat terakhir ini yang membuat perasaan Yoshi makin tidak karuan. Dan apa yang dikatakan Egi itu benar. Anastasya begitu cuek sekarang. Bahkan tidak berniat menceritakan secara gamblang mengenai hasil pemeriksaan kehamilan. Padahal yang dia kandung itu anaknya.

***L***

Sepagi itu Anastasya sudah sibuk di dapur dibantu sama si Mbak. Yoshi yang baru selesai mandi menghampiri. Aroma gurih bercampur pedas terhidu di penciumannya.

"Masak apa?" tanya Yoshi berdiri di sebelah istrinya. Di meja granit ada tiga piring yang sudah terisi makanan.

"Aku bikin seblak."

Saat mendekat, Anastasya mencium wangi sabun. Lelaki disebelahnya terlihat segar, memakai kaus berkerah warna hitam. Di sofa pojok ruangan ia me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (34)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
nah kan sikap Mayang beda. di hadapan Yoshi baik di belakang dia nunjukin wajah aslinya.
goodnovel comment avatar
Ani Maryani
Mayang ga nyerah euy,yg diserang ganti Anas,,,Ayo Yosh,,,buktikan ke Anas kl masih cinta
goodnovel comment avatar
Anik Martinik
next.... jangan pisahkan... Yoshi dan Sasa.... menarik .... good job .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 45 Ada rahasia apa? 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Ada rahasia apa?Author's POVAnastasya tersenyum pada Mak Ijah yang berdiri di teras. Wanita setengah baya yang menjadi pekerja paruh waktu di rumah sang suami, kini menyambutnya di tempat baru."Mbak Anas, apa kabar? MasyaAllah sudah hamil sebesar ini?" Wanita itu mengusap permukaan perut majikan perempuannya. Netranya menatap haru. Dia ingat saat Anastasya sering bilang kalau segera ingin punya anak. "Kalau aku punya bayi, rumah ini nggak akan sepi, Mak.""Mas Yoshi cuman bilang kalau Mbak Nas hamil, tapi nggak bilang udah usia berapa bulan," lanjut wanita setengah baya itu."Sudah masuk usia sembilan bulan ini, Mak. Mak Ijah, apa kabar?""Alhamdulillah. Kabar baik, Mbak.""Kita masuk dulu," ajak Yoshi pada mereka.Rumah itu memang hanya satu lantai. Namun cukup luas dan mewah. Interior di dominasi dengan warna putih dan silver. Sofa besar warna abu-abu siap menunggu tamu. Terus ke dalam lagi ada ruang keluarga kemudian ruang makan menyatu dengan dapur ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 46 Ada rahasia apa? 2

    Wanita dengan rambut model bob itu memeluk. Mengusap punggung Anastasya kemudian memperhatikan perutnya yang membuncit. "Kenapa waktu itu kamu nggak bilang ke mama kalau hamil, Nas? Yoshi ngasih tahu setelah kamu hamil tujuh bulan. Tapi ketika mama ingin bertemu, Yoshi melarang.""Maaf, Ma," jawab Anastasya singkat. Sang mertua mengusap perutnya. Kalau bisa dibilang, Bu Nana ini justru lebih bisa menunjukkan kasih sayangnya ketimbang Bu Mega, mama kandung Anastasya sendiri. Sejak kecil, setiap kali wanita itu datang ke rumah. Pasti akan membawakannya sesuatu. Makanan kesukaan Anastasya atau buku cerita. Mengajaknya bicara dan bertanya tentang kesehariannya.Waktu Anastasya setuju menikah dengan Yoshi, Bu Nana sangat gembira. Namun karena kesibukannya sebagai wanita karir di perusahaan dan menjadi anggota dewan kala itu, membuatnya jarang bisa bertemu dengan sang menantu. Dipikir Anastasya sudah bahagia dengan Yoshi. Karena mereka terlihat baik-baik saja. Bu Nana tidak tahu apa yang d

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 47 Terungkap 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Terungkap Author's POVAnastasya diam memendam kecewa. Kalau Yoshi memilih tidak jadi menyentuhnya, bermakna ada sesuatu yang dirahasiakan. Entah tentang apa? Pasti ini tentang keluarganya. Kalau tentang keluarga Yoshi sendiri, rasanya tidak mungkin. Perasaannya makin khawatir."Mak Ijah, nggak mau cerita padaku, kenapa Mas Yoshi mengajakku pindah ke sini?" tanya Anastasya pada Mak Ijah tadi siang."Mboten, Mbak. Mas Yoshi cuman bilang, kalau saya harus nemani Mbak di rumah ini.""Keluarga Mak Ijah nggak apa-apa kalau Mak harus menginap di sini?""Nggak apa-apa, Mbak. Waktu Mbak Anas pergi, saya kasihan sama Mas Yoshi. Kayak orang linglung di rumah."Anastasya tersenyum samar menanggapi ucapan ART-nya. Ia menarik napas dalam-dalam. Serba sulit posisinya sekarang. Dia tidak bisa berbuat banyak karena tengah hamil besar. Tidak ada pilihan kecuali nurut sama suaminya.Namun suatu hari nanti, ia akan mewujudkan mimpinya. Memiliki usaha kuliner. Dia tidak ingin me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 48 Terungkap 2

    "Ngomonglah, Mas. Kenapa dengan papa?" Anastasya menepiskan tangan Yoshi yang menyentuhnya.Yoshi menarik napas berat. Jika dia mengarang cerita, semuanya akan menjadi rumit meski itu dilakukan untuk menenangkan istrinya. Lebih baik cerita saja apa yang tengah terjadi."Kamu tahu kan kalau Lidia dan Agung sedang bermasalah." Yoshi menyebut nama saja pada kakak iparnya, karena dirinya memang lebih tua dari Lidia. Dan mereka sebenarnya juga berteman sejak remaja.Anastasya mengangguk."Mereka telah resmi bercerai sebulan yang lalu. Tapi Agung tidak terima saat Lidia membongkar perselingkuhannya di media. Hak asuh anak juga jatuh ke tangan Lidia. Karir Agung hancur setelah kabar perselingkuhannya mencuat. Dia tidak terima, dia mengancam Lidia. Namun Lidia mengabaikan ancaman itu. Dipikirnya Agung hanya mengertak."Kemudian malam itu, Agung datang bersama dua preman untuk mengambil Lili. Mereka ribut besar di rumah. Kebetulan malam itu satpam sedang keluar di suruh papa untuk mengantarkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 49 Berdamai dengan Hati 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Berdamai dengan HatiAuthor's POVKecewa sebenarnya, tapi itu aturan rumah sakit. Yoshi harus patuh. Kalau di lingkungan pengadilan, kliennya harus mengikuti aturannya. Di mana tempat harus menyesuaikan diri dengan peraturan yang telah ditetapkan.Yoshi memperhatikan dokter itu membukakan pintu untuk Anastasya, mereka sepertinya juga sudah kenal akrab. Namun sejak kapan? Pasti ada yang tidak Yoshi ketahui selama beberapa bulan ini. Perasaan Yoshi tak enak dan lain rasanya.Saat menoleh, ia melihat sekelebat bayangan Bu Eri di ujung lorong. Benarkah dia? Laki-laki itu berdiri untuk memastikan, tapi wanita itu sudah tidak ada.Bu Mega pindah duduk di samping Yoshi untuk menanyakan bagaimana perkembangan kasusnya Lidia.Sedangkan di dalam ICU. Anastasya berdiri mematung tidak jauh dari brankar Pak Bastian. Sangat sedih saat melihat tubuh sang papa ditempeli dan ditusuk sejumlah alat yang ia tak paham cara kerjanya. Ada juga monitor di meja sebelahnya. Entah apa i

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 50 Berdamai dengan Hati 2

    Sementara di ruang ICU rumah sakit, Bu Mega masih memegangi jemari Pak Bastian. Air matanya menganak sungai. Ketakutan akan kehilangan sang suami jauh lebih besar ketimbang saat Pak Bastian akhirnya berbagi raga dengan perempuan lain.Semarah apapun, sekecewa apapun, Bu Mega tidak ingin kehilangan dengan cara seperti ini. Sang suami membahayakan nyawanya sendiri demi menyelamatkan putri sulung mereka. Padahal antara Pak Bastian dan Lidia tidak sedekat Pak Bastian dengan Sinta, terutama dengan Anastasya.Lidia yang paling mengamuk ketika tahu papanya menikah lagi. Saat itu berbulan-bulan tidak mau menegur sang papa. Dan sampai sekarang hubungan mereka berjalan begitu saja. Lidia menginginkan sang papa meninggalkan Bu Eri.Namun malam itu, melihat papanya yang terjatuh bersimbah darah, Lidia kalap dan menghantam Agung dengan guci mahal dari Cina. Membuat mantannya pun tersungkur juga. Meski akhirnya ia harus di tahan."Pa, bangunlah. Ayo, buka matamu. Sasa-mu datang tadi." Bu Mega berka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 51 Pasrah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Pasrah Author's POV "Maaf, Dok. Ibu ini istri kedua Pak Bastian." Pak Parmin bicara pada Bumi saat melihat dokter itu masih terdiam.Bumi terkejut dalam hati, tapi tetap tenang. Sudah pembawaan khas dokter spesialis seperti dirinya. Harus tenang, teliti, dan bisa membaca situasi dan mengambil tindakan yang tepat. "Oh, maaf. Saya tidak tahu. Kalau gitu silakan, Bu." Dokter berusia tiga puluh tiga tahun itu mempersilakan Bu Eri masuk.Wanita itu masuk dengan perasaan campur aduk, khawatir, cemas, dan bingung karena kakak madunya tiba-tiba saja baik pagi itu. Padahal tadi ia sudah di telepon berulang kali oleh Fauzi, supaya ibunya pulang saja. Tapi belum puas rasanya kalau belum tahu bagaimana keadaan suaminya.Bu Eri duduk di kursi sebelah Pak Bastian. Air matanya tumpah tiba-tiba. Hanya bisa memandangi tapi takut untuk menyentuh raga yang terbaring diam. Dialah lelaki yang banyak berjasa dalam hidupnya. Mengangkat dari lembah kemiskinan. Menyekolahkan Fauzi h

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-14
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 52 Pasrah 2

    Ketika di tengah kesibukannya Bu Mega masih bisa menyelesaikan S3-nya dengan sempurna di universitas paling bergengsi di Surabaya, Pak Bastian masih bertahan di S1, padahal banyak kesempatan ia bisa melanjutkan pendidikannya seperti saran sang istri. Untuk meningkatkan kualitas diri agar tidak kalah jauh dari istrinya. "Kamu nggak ingin pulang dulu untuk jenguk Sheireen?""Nggak, Ma. Dia anteng kata baby sitter-nya. Tadi sudah aku telepon.""Dari pernikahan papa dan mama, dari pernikahan kakakmu, dan dari pernikahan adikmu, kamu bisa belajar untuk mengambil hikmahnya. Jangan sampai rumah tanggamu seperti kami."Sinta mengangguk pelan. Deny suami dengan fisik sempurna sebelum kecelakaan membuat kakinya harus dipasang pen. Dia juga dari kalangan berada, hanya saja dua tahun yang lalu perusahaan keluarganya mengalami kebangkrutan. Dia suami yang baik meski tidak setampan Yoshi dan Agung."Besok atau lusa, usahakan bisa jenguk kakakmu.""Iya, Ma. Hari ini Mas Yoshi sudah ke sana.""Sekar

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-14

Bab terbaru

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 146 Cinta yang Indah 2

    Baru tiga menit memejam, pintu kamar perlahan terbuka. Lidia muncul dari sana. Agung kembali duduk."Kutelepon nggak kamu angkat tadi," ujar Agung. "Aku lagi meeting, Mas. Selesai meeting kutelepon nomer Mas nggak aktif. Aku telepon rumah, katanya Mas sudah pulang." Lidia menjelaskan seraya melepaskan blazer yang dipakainya."Ponselku kehabisan baterai tadi."Agung menarik lengan istrinya supaya duduk di dekatnya. "Aku mau mandi dulu, Mas. Terus nyiapin pakaian. Setelah Lili pulang ngaji kita langsung berangkat, kan?""Iya. Kalau gitu kita mandi bareng.""Jangan. Biasanya Lili nyelonong masuk setelah pulang ngaji. Mas, duluan saja yang mandi. Biar aku nyiapin pakaian." Lidia membuka lemari. "Aku sudah bilang ke mbak yang nganterin Lili ngaji. Kita akan ngajak dia staycation sore ini," kata Agung sambil melepaskan kancing kemeja."Kenapa ngajak si mbak, Mas?""Aku sudah booking dua kamar. Tidak mungkin kita biarkan Lili tidur sendirian, kan?"Lidia diam sejenak. "Mas, memang nggak

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 145 Cinta yang Indah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Cinta yang Indah Author's POVMobil Agung langsung masuk ke dalam carport rumahnya. Hujan masih deras mengguyur malam. Mereka turun. Agung membuka pintu samping yang terus terhubung dari area carport ke ruang keluarga.Masuk ke dalam suasana rumah sepi. Ruang tamu hanya ada lampu malam yang menyala. Setelah mengunci pintu, ia menggandeng tangan istrinya menaiki tangga. "Mbak ART ke mana, Mas?" tanya Lidia sambil melangkah di samping suaminya."Aku suruh pulang sore tadi. Selama tiga hari dia nggak akan ke sini. Kita habiskan waktu tiga hari hanya berdua saja," jawab Agung sambil memandang sang istri. Tatapannya begitu jahil dan menyiratkan rencana besar dalam benaknya.Lidia bisa menangkap apa yang akan terjadi tiga hari ke depan. Siap-siap saja kalau ia akan dibuat tak berdaya oleh Agung.Mereka berdua masuk kamar. Agung mengunci pintu. Meski tiada sesiapa di sana, ia tidak ingin dibuat was-was. Kamar menguarkan wangi vanila, aroma kesukaan Lidia. Harumny

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 144 Akad Nikah 2

    Usai makan malam, Pak Bastian, Bu Mega, Lidia, dan Agung duduk di ruang keluarga. Sedangkan Lili sedang belajar bersama guru lesnya di ruangan lain yang biasanya digunakan juga untuk bersantai karena langsung menghadap ke taman samping yang ada miniatur air terjun di sana."Papa dan mama merestui kalian berdua jika ingin rujuk. Segera menikah, sama-sama saling mendukung dan memperbaiki diri. Menjadi orang tua yang bisa jadi panutan anak kalian. Tapi papa menyarankan, Agung tetap mengajak Lidia untuk menemui kedua orang tuamu. Minta restu apapun tanggapan mereka. Yang terpenting pada orang tua, jika nggak ingin bertemu keluarga yang lain.""Bener apa kata papamu. Kalian berdua tetap harus menemui kedua orang tuamu, Gung." Bu Mega setuju dengan pendapat sang suami. Apapun tanggapan mereka, yang terpenting tetap meminta restu."Kapan rencana kalian akad nikah?" tanya Pak Bastian."Minggu depan, Pa," jawab Agung spontan. Membuat Lidia menatapnya karena kaget. Sebab mereka belum membahas t

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 143 Akad Nikah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Akad Nikah Author's POV"Beneran kamu mau rujuk sama Lidia? Kamu nggak dengar mama bilang apa sama kamu?"Agung masih diam mendengarkan kemarahan sang mama, saat ia memberitahu akan rujuk dengan Lidia. Sedangkan -Pak Ringgo- papanya diam menatap layar televisi yang menampilkan acara berita."Kenapa kamu keras kepala? Sedangkan keluarga sudah sepakat dengan perjodohanmu dan Grace.""Sejak awal aku nggak setuju dengan rencana, Mama. Aku hanya akan menikah lagi dengan Lidia. Kami punya Lili, Ma. Keluarga setuju atau pun tidak, aku akan kembali menikahi Lidia."Bu Ringgo menatap marah pada putranya. "Mengenai Lili, kamu kan masih bisa menemuinya. Atau ambil dia dan ajak tinggal bersamamu."Tidak semudah itu. Apa mamanya pikir, Lidia akan diam saja kalau Lili diambil darinya?"Kamu nggak ingat apa yang terjadi dua tahun kemarin? Kita harus menanggung malu atas semua yang terjadi," lanjut Bu Ringgo."Itu salahku, Ma," bantah Agung. "Bahkan keluarga Lidia yang telah

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 142 Kita Akan Menikah 2

    "Mas mau meeting di kantor papa nanti jam dua. Makanya mas mampir pulang dulu." Yoshi mengusap pipi Yasha dan mengecupnya. "Yusa, mana?""Barusan tidur.""Kamu belum makan?" Yoshi memandang piring yang masih berisi penuh di atas nakas."Belum. Mau makan keburu Yasha nangis."Yoshi mengambil piring. "Mas suapi."Anastasya makan dari tangan Yoshi hingga makanan di piring tandas. Yasha kembali terlelap dan ditidurkan di atas tempat tidur. Untuk sementara ini kedua anaknya memang tidur di pisah. Khawatir akan saling ganggu jika salah satunya terbangun lebih dulu."Mas, mau makan apa sholat zhuhur dulu?" Anastasya bangkit dari duduknya."Mas sudah sholat sebelum masuk kamar tadi.""Ya udah, kalau gitu aku ambilin makan dulu." Anastasya keluar kamar dan kembali dengan nasi, lauk, potongan buah semangka, dan minum di nampan."Makasih, Sayang." Yoshi mengecup kening istrinya. Kemudian duduk di karpet ditemani Anastasya."Besok mas ada seminar tiga hari di Malang.""Nginep?" tanya Anastasya un

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 141 Kita Akan Menikah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Kita Akan Menikah Author's POVLidia bangkit dari duduknya sambil membenahi ikatan kimononya. "Aku nemui Sinta dulu, Mas. Ada hal penting yang akan kami bahas." Selesai bicara Lidia langsung keluar kamar. Sedangkan Agung bangkit dari duduknya dan berdiri di dekat jendela kamar. Menatap langit kelabu di atas sana.Sinta berdehem ketika Lidia masuk ke ruang kerja papanya. Ruangan yang lumayan luas. Ada meja panjang dengan kursi-kursi yang mengitarinya. Juga ada layar proyektor di sana. Biasa digunakan untuk meeting dadakan jika ada sesuatu yang harus dibahas segera."Pasti kamu mikir yang enggak-enggak tadi," ucap Lidia sambil duduk di depan adiknya.Dengan gaun se*si, tipis, dan dibalut kimono luarnya, rambut diikat asal-asalan dan terkesan semrawut, belum lagi wajah dan leher yang basah berpeluh, otomatis pikiran Sinta sudah terbang ke mana-mana. Apalagi jika ingat bagaimana Agung begitu agresif belakangan ini. Mereka manusia dewasa yang pernah hidup bersam

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 140 Menikahlah Denganku 2

    Sambil nyetir, Agung memperhatikan Lidia yang ketiduran bersandar pada jok. Wanita itu tidak bisa menahan kantuknya. Terbesit pula pikiran konyol ingin membawa Lidia pulang saja ke rumah mereka. Sampai mobil berhenti di depan pagar rumah, Lidia tidak terbangun. Akhirnya Agung pun bersedekap dan memejam, karena sudah ngantuk berat. Keduanya sama-sama tertidur hingga azan subuh berkumandang. Lidia yang terbangun lebih dulu, kaget dengan posisinya yang ternyata masih di dalam mobil. Di sebelahnya Agung masih lelap. Kenapa ia tidak dibangunkan ketika mereka sampai?"Mas." Lidia mengguncang pelan lengan mantannya.Dua kali panggilan, Agung membuka mata. Laki-laki itu menegakkan duduknya."Sudah subuh. Kenapa tadi malam mas nggak bangunin aku?""Kamu pules banget tidurnya."Lidia mengambil ponsel dari dalam tas, kemudian menelepon salah satu ART supaya membuka pintu pagar. Tak lama pintu pagar terbuka perlahan secara otomatis."Mas, aku turun dulu, ya. Hati-hati kalau nyetir," pesan Lidia

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 139 Menikahlah Denganku 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Menikahlah Denganku Author's POVSuasana bahagia di restoran hotel sejam yang lalu berubah menjadi ketegangan di bangsal rumah sakit. Di akhir acara, Anastasya membisiki sang suami kalau perutnya terasa mulas tak tertahankan. Tanpa banyak bicara, Yoshi pamitan membawa Anastasya ke rumah sakit dan semua keluarga mengikuti. Sampai di rumah sakit sudah bukaan dua ketika diperiksa oleh bidan yang berjaga. Pak Bastian, Deny, Sinta, membawa anak-anak pulang. Sedangkan yang tinggal di rumah sakit, Yoshi, Bu Mega, Lidia, dan Agung. Jarak setengah jam kemudian Bu Nana dan Pak Yudi datang.Yoshi gelisah menemani Anastasya yang berjalan mondar-mandir di dalam ruangan. Ia ingat saat sang istri melahirkan anak pertama mereka waktu itu. Begitu menegangkan karena keadaan Anastasya yang sedang down. Malah sempat berwasiat pula pada kakaknya yang nomer dua. Semoga kali ini tidak ada drama lagi. Sekarang ini Yoshi menyarankan cesar, tapi Anastasya memilih lahiran pervaginam.

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 138 Romansa 2

    Bu Mega meninggalkan ruangan putrinya. Dia tidak bisa memaksa Lidia harus mengubah keputusannya. Biar putri sulungnya itu membuat keputusan sendiri. Walaupun sebagai nenek, ia sangat kashian pada Lili. Sebab dulu ia bertahan dengan rasa sakit demi melihat anak-anaknya tetap memiliki keluarga yang utuh. Sosok ayah yang ada untuk mereka. Broken home efeknya sangat luar biasa untuk psikologi seorang anak.Setelah sang mama pergi, Lidia membuka map yang diletakkan asistennya di atas meja. Namun jujur saja, pikirannya tidak bisa berkonsentrasi. Adakalanya ia ingin bisa hidup seperti kedua adiknya atau wanita lain di luar sana. Lifestyle yang sangat balance dan no overwork. Tapi kesendirian membuatnya gila kerja untuk menghilangkan kesepian.Sepertinya dialah penerus jejak nasib mamanya. Karena perselingkuhan papanya, sejak awal Lidia sudah dipersiapkan sang mama untuk menjadi wanita kuat, tangguh, dan mandiri. Persis seperti masa muda sang mama. Hanya saja, mamanya hidup dalam keluarga tan

DMCA.com Protection Status