Beranda / Rumah Tangga / (Bukan) Istri Pilihan / Part 129 Kembalikan Dia Padaku 1

Share

Part 129 Kembalikan Dia Padaku 1

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-27 15:43:39

(Bukan) Istri Pilihan

- Kembalikan Dia Padaku

Author's POV

"Zi, apa nggak sebaiknya kita pulang bulan depan kalian langsung nikahan saja. Kalau nggak sekarang, mesti nunggu beberapa bulan lagi kalian baru bisa izin pulang." Bu Eri memberikan saran pada Fauzi ketika mereka tengah duduk berdua malam itu di ruang televisi.

"Waktu seminggu apa mungkin cukup untuk mengurus surat-surat, Bu. Untuk pengajuan nikah di KUA nggak bisa dadakan. Pendaftaran paling lambat sepuluh hari kerja sebelum hari H. Itu pun dokumen untuk syarat-syarat pernikahan juga harus sudah lengkap."

"Kamu bisa minta bantuan Darma. Biar Hanif juga ngabarin kakaknya. Daripada nanti mesti nunggu cuti tiga bulan lagi kalian baru bisa nikah."

"Besok aku bicarakan dengan Hanif dulu, Bu."

"Lagian Hanif juga sudah nggak punya wali. Bapaknya udah meninggal, dia juga nggak punya saudara laki-laki. Dua saudara bapaknya perempuan semua. Kakeknya juga sudah nggak ada. Jadi kalau nikah nanti walinya hakim."

Fauzi mengangguk. Bu Eri
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
cobalah dengan jalur langit Gung. masa kalah sama pak Bas. ......... minta resep mantan mertuamu Sono..
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
kasihan juga Agung tapi itu akibat perbuatannya sendiri... Pak Egi buka konseling pernikahan aja cocok nih
goodnovel comment avatar
Nuniee
Jika semua cara sdh ditempuh lom mempan juga,,yowes jalur langit or mbah dukun yg penting Lidia kembali... buktikan aja Agung klo kmu udah insaf
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 130 Kembalikan Dia Padaku 2

    Satu bulan kemudian ...."Mas Fauzi dan Bu Eri sudah ada di Blitar sekarang ini, Mas. Tadi siang sudah sampai sana." Anastasya menunjukkan isi pesan pada Yoshi."Oke," jawab Yoshi tanpa memandang ponsel istrinya."Lusa dia akan menikah.""Syukurlah, akhirnya dia bertemu dengan jodohnya. Terus, kenapa kamu menangis." Yoshi menangkupkan kedua telapak tangannya di kedua pipi Anastasya. Tidak suka melihat istrinya seperti itu."Aku terharu saja. Aku masih ingat saat dia selalu ada ketika aku membutuhkan bantuan. Tapi saat menikah, aku nggak bisa datang untuknya." Air mata luruh di pipi Anastasya. "Doakan saja semoga acaranya lancar dan menjadi keluarga bahagia." Yoshi mengusap air mata istrinya."Mereka cuman akad nikah saja. Nggak ada resepsi karena waktunya sangat terbatas. Dan kalau bisa sebelum kembali ke Kalimantan, dia ingin bertemu kita, Mas.""Tapi besok kita berangkat ke Malang, kan?""Iya, aku juga bilang gitu. Mas Fauzi kembali ke Balikpapan hari Sabtu depan. Kita di Malang ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 131 Malam di Kota Malang 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Malam di Kota Malang Author's POVKamar itu berukuran 3X3 meter. Ada dipan berukir mepet dinding dan lemari tua satu pintu. Meski tidak mewah, tapi tempat tidur di tata rapi dan ada hiasan kelopak mawar merah di atas seprai. Kakaknya Hanifah yang menatanya sore tadi.Wanita yang tidak banyak bicara itu berusaha memberikan yang terbaik untuk adik satu-satunya. Seminggu sebelum pulang, Fauzi sudah mengirimkan sejumlah uang untuk biaya pernikahan. Tapi yang direalisasikan tidak sesuai budget yang diberikan. Tidak mengapa, tak masalah bagi Fauzi. Yang terpenting acara pernikahannya lancar.Hanifah grogi juga ketika Fauzi menyusulnya dan duduk di tepi pembaringan. Memperhatikannya yang tengah menyusun pakaian ke dalam travel bag. Sebenarnya Fauzi sendiri juga berdebar. Belum pernah ia sedekat ini dengan perempuan. Dia tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita mana pun. Perempuan yang paling dekat dengannya adalah Anastasya. Sekarang dekat dengan perempuan lai

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 132 Malam di Kota Malang 2

    Seperti kehamilan sebelumnya, tubuh Anastasya tetap langsing dan perutnya saja yang membuncit. Namun tidak sekurus dulu. Waktu itu badannya sangat ringkih karena sedang dalam tekanan mental."Aku kasihan juga lihat Mas Agung. Dia serius ngarep banget sama Mbak Lidia," kata Anastasya ketika duduk berdua dengan Yoshi di balkon vila."Semoga Lidia bisa luluh dan memaafkan Agung.""Sudah dimaafkan. Hanya saja untuk menerima kembali, Mbak Lidia pikir-pikir lagi. Keluarga Mas Agung juga nentang kalau mereka rujuk. Padahal sebelum kejadian itu, hubungan mereka sangat baik. Lagian yang salah sebenarnya kan Mas Agung, tapi sekarang mereka yang menentang."Yoshi diam. Sensitif sekali sebenarnya membahas tentang Agung ini. Sebab dia juga turut andil menangani kasusnya waktu itu. Mengenai perceraian sekaligus tuntutan. Berawal dari seorang teman, kemudian terpaksa harus jadi lawan, dan sekarang kembali berkawan. Bagaimana ia bisa membantunya lagi sedangkan Lidia telah bulat keputusannya.Untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 133 Tak Akan Menyerah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Tak Akan Menyerah Author's POVYoshi meletakkan segelas wedang jahe di atas meja sebelah Agung. "Minum, Gung.""Thank's. Kamu juga belum tidur?" tanya Agung meraih gagang gelas dan menyesap isinya. Mereka berdua tengah duduk di teras depan villa."Aku melihatmu melamun sejak tadi." Yoshi bersedekap karena malam kian dingin. Suhu mencapai 14°C saat itu.Dua lelaki menatap langit malam. Di angkasa sana tampak bintang-bintang bertaburan. Kabut turun menambah hawa makin dingin. Suara serangga malam menjadi lagu penghantar tidur."Besok kita sudah kembali ke Surabaya. Apa kamu akan menyerah setelah ini?" tanya Yoshi.Agung tersenyum samar. "Kalau Lidia sudah punya lelaki baru, aku akan menyerah. Selagi dia tidak bersama siapapun, aku akan memperjuangkannya.""Jangan sampai kamu membiarkannya punya pria baru. Setahuku, Lidia tidak sedang dekat dengan siapapun. Dia sibuk dengan pekerjaannya. Persis seperti Mama Mega. Ketika patah hati makin gila bekerja.""Tapi aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 134 Tak Akan Menyerah 2

    Selesai sarapan anak-anak kembali bermain di halaman. Deny dan Sinta pamit keluar sebentar untuk membeli oleh-oleh. Yoshi menemani Anastasya berjalan-jalan di depan sana. Menikmati pemandangan alam yang menyejukkan mata. Bu Mega dan Pak Bastian memperhatikan para cucu yang riang bermain. Sedangkan Lidia sedang beres-beres di kamar dan Agung masih duduk di kursi meja makan sambil menghabiskan kopinya."Aku pinjam mobilnya bentar, Mas," kata Lidia yang keluar dari kamar sambil menenteng hand bag. "Kamu mau ke mana?""Mau ketemu teman di Kafe Hang Tuah.""Siapa?""Naya.""Kuantar." Agung berdiri kemudian mengambil kunci mobil di meja depan. Lidia tidak bisa menolak. Mau memakai mobilnya Yoshi, khawatir kalau iparnya itu mau ke luar juga.Setelah pamitan pada Pak Bastian dan Bu Mega, mereka berdua pergi meninggalkan vila.Jarak vila dan kafe tidak seberapa jauh. Kebetulan Agung juga kenal Naya. Wanita itu teman kuliahnya Lidia dan sering menemui mereka kalau ada acara di Surabaya.Meliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 135 Kabar Bahagia 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Kabar Bahagia Author's POVDante menyalami Yoshi, Anastasya, juga pada Fauzi, Bu Eri, dan Hanifah. "Apa kabar, Pak Yoshi?""Alhamdulillah, kabar baik.""Kenalkan, mereka istri dan anak-anak saya." Dante menunjuk ke meja yang berjarak satu meja dengan tempat duduk Yoshi.Seorang perempuan yang tengah memangku bayi laki-laki mengangguk dan tersenyum ramah ke arah keluarga Yoshi. Di sebelahnya ada dua anak perempuan dan seorang pengasuh.Yoshi dan Anastasya membalas senyuman itu. Bu Eri menajamkan penglihatan saat melihat sosok Ayunda di sana."Mari Pak Yoshi," pamit Dante dengan anggukan sopan."Silakan, Pak Dante."Dante kembali bergabung dengan anak dan istrinya. Yoshi pun tidak ada niatan hendak bertanya tentang bagaimana penyelesaian permasalahan laki-laki itu dengan keluarganya. Itu bukan ranahnya dan dia tidak mau tahu akan hal itu."Nas, anak itu mirip Ayun, ya. Ibu kira tadi si Ayunda," seloroh Bu Eri seraya memandang ke arah dua anak perempuan. Farah

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 136 Kabar Bahagia 2

    Senyum bahagia terbit di bibir keduanya. Akhirnya yang dinantikan hadir juga. Empat bulan memang belum lama, tapi mereka sangat menunggu kabar baik itu. Terutama Bu Eri yang teringin sekali segera menimang cucu. Biar tidak kesepian di rumah jika anak dan menantunya bekerja."Segera lakukan pemeriksaan ke dokter kandungan ya, Bu. Biar lebih jelas lagi melihat kondisi janin," pesan Bidan sambil memberitahu beberapa vitamin dan pil penambah darah.Fauzi dan Hanifah pulang dengan wajah semringah. Apalagi Bu Eri yang berkaca-kaca sambil mengucapkan rasa syukurnya. Akhirnya ia punya generasi penerus. Hanifah istirahat di rumah dan akan izin dua hari. Sedangkan Fauzi segera berangkat ke kantor sambil membawa bekal yang disiapkan oleh ibunya.***L***Surabaya ....Anastasya tersenyum bahagia setelah membaca pesan dari Fauzi yang mengabarkan kalau Hanifah tengah positif hamil. Wanita itu mengetik ucapan selamat. Karena tidak mungkin menelepon karena Fauzi sedang bekerja dan dia pun sibuk men

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 137 Romansa 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Romansa Author's POV Tangan Agung meraih pinggang Lidia hingga merapat ke tubuhnya. Mereka menjadi begitu dekat dan bertukar hangatnya nafas masing-masing.Perlahan dan pasti, keduanya terhanyut dalam sensasi yang membuat mereka terbuai. Tangan Agung mengusap lembut punggung Lidia. Membangkitkan hawa hangat dalam raga keduanya. Kening hampir bersentuhan dan saling memandang. Dada lelaki itu dipenuhi denyar yang ingin sekali ia tumpahkan. Namun sadar akan posisi mereka seperti apa. Hanyalah mantan, bukan lagi pasangan. Begitu pun dengan Lidia. Raganya tidak bisa ditipu bahwa ia rindu dengan suasana dulu, meski ego masih merajai. Namun naluri alamiah tidak bisa dibohongi.Ketika bibir Agung nyaris menyentuh bibir Lidia. Wanita itu memalingkan muka pelan. Kemudian tangannya bergerak melepaskan tangan Agung yang memeluk pinggangnya. "Aku harus kembali ke kantor, Mas," ujar Lidia membenahi blouse warna navy yang dipakainya. Ia juga kembali mengatur napas karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02

Bab terbaru

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 146 Cinta yang Indah 2

    Baru tiga menit memejam, pintu kamar perlahan terbuka. Lidia muncul dari sana. Agung kembali duduk."Kutelepon nggak kamu angkat tadi," ujar Agung. "Aku lagi meeting, Mas. Selesai meeting kutelepon nomer Mas nggak aktif. Aku telepon rumah, katanya Mas sudah pulang." Lidia menjelaskan seraya melepaskan blazer yang dipakainya."Ponselku kehabisan baterai tadi."Agung menarik lengan istrinya supaya duduk di dekatnya. "Aku mau mandi dulu, Mas. Terus nyiapin pakaian. Setelah Lili pulang ngaji kita langsung berangkat, kan?""Iya. Kalau gitu kita mandi bareng.""Jangan. Biasanya Lili nyelonong masuk setelah pulang ngaji. Mas, duluan saja yang mandi. Biar aku nyiapin pakaian." Lidia membuka lemari. "Aku sudah bilang ke mbak yang nganterin Lili ngaji. Kita akan ngajak dia staycation sore ini," kata Agung sambil melepaskan kancing kemeja."Kenapa ngajak si mbak, Mas?""Aku sudah booking dua kamar. Tidak mungkin kita biarkan Lili tidur sendirian, kan?"Lidia diam sejenak. "Mas, memang nggak

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 145 Cinta yang Indah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Cinta yang Indah Author's POVMobil Agung langsung masuk ke dalam carport rumahnya. Hujan masih deras mengguyur malam. Mereka turun. Agung membuka pintu samping yang terus terhubung dari area carport ke ruang keluarga.Masuk ke dalam suasana rumah sepi. Ruang tamu hanya ada lampu malam yang menyala. Setelah mengunci pintu, ia menggandeng tangan istrinya menaiki tangga. "Mbak ART ke mana, Mas?" tanya Lidia sambil melangkah di samping suaminya."Aku suruh pulang sore tadi. Selama tiga hari dia nggak akan ke sini. Kita habiskan waktu tiga hari hanya berdua saja," jawab Agung sambil memandang sang istri. Tatapannya begitu jahil dan menyiratkan rencana besar dalam benaknya.Lidia bisa menangkap apa yang akan terjadi tiga hari ke depan. Siap-siap saja kalau ia akan dibuat tak berdaya oleh Agung.Mereka berdua masuk kamar. Agung mengunci pintu. Meski tiada sesiapa di sana, ia tidak ingin dibuat was-was. Kamar menguarkan wangi vanila, aroma kesukaan Lidia. Harumny

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 144 Akad Nikah 2

    Usai makan malam, Pak Bastian, Bu Mega, Lidia, dan Agung duduk di ruang keluarga. Sedangkan Lili sedang belajar bersama guru lesnya di ruangan lain yang biasanya digunakan juga untuk bersantai karena langsung menghadap ke taman samping yang ada miniatur air terjun di sana."Papa dan mama merestui kalian berdua jika ingin rujuk. Segera menikah, sama-sama saling mendukung dan memperbaiki diri. Menjadi orang tua yang bisa jadi panutan anak kalian. Tapi papa menyarankan, Agung tetap mengajak Lidia untuk menemui kedua orang tuamu. Minta restu apapun tanggapan mereka. Yang terpenting pada orang tua, jika nggak ingin bertemu keluarga yang lain.""Bener apa kata papamu. Kalian berdua tetap harus menemui kedua orang tuamu, Gung." Bu Mega setuju dengan pendapat sang suami. Apapun tanggapan mereka, yang terpenting tetap meminta restu."Kapan rencana kalian akad nikah?" tanya Pak Bastian."Minggu depan, Pa," jawab Agung spontan. Membuat Lidia menatapnya karena kaget. Sebab mereka belum membahas t

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 143 Akad Nikah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Akad Nikah Author's POV"Beneran kamu mau rujuk sama Lidia? Kamu nggak dengar mama bilang apa sama kamu?"Agung masih diam mendengarkan kemarahan sang mama, saat ia memberitahu akan rujuk dengan Lidia. Sedangkan -Pak Ringgo- papanya diam menatap layar televisi yang menampilkan acara berita."Kenapa kamu keras kepala? Sedangkan keluarga sudah sepakat dengan perjodohanmu dan Grace.""Sejak awal aku nggak setuju dengan rencana, Mama. Aku hanya akan menikah lagi dengan Lidia. Kami punya Lili, Ma. Keluarga setuju atau pun tidak, aku akan kembali menikahi Lidia."Bu Ringgo menatap marah pada putranya. "Mengenai Lili, kamu kan masih bisa menemuinya. Atau ambil dia dan ajak tinggal bersamamu."Tidak semudah itu. Apa mamanya pikir, Lidia akan diam saja kalau Lili diambil darinya?"Kamu nggak ingat apa yang terjadi dua tahun kemarin? Kita harus menanggung malu atas semua yang terjadi," lanjut Bu Ringgo."Itu salahku, Ma," bantah Agung. "Bahkan keluarga Lidia yang telah

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 142 Kita Akan Menikah 2

    "Mas mau meeting di kantor papa nanti jam dua. Makanya mas mampir pulang dulu." Yoshi mengusap pipi Yasha dan mengecupnya. "Yusa, mana?""Barusan tidur.""Kamu belum makan?" Yoshi memandang piring yang masih berisi penuh di atas nakas."Belum. Mau makan keburu Yasha nangis."Yoshi mengambil piring. "Mas suapi."Anastasya makan dari tangan Yoshi hingga makanan di piring tandas. Yasha kembali terlelap dan ditidurkan di atas tempat tidur. Untuk sementara ini kedua anaknya memang tidur di pisah. Khawatir akan saling ganggu jika salah satunya terbangun lebih dulu."Mas, mau makan apa sholat zhuhur dulu?" Anastasya bangkit dari duduknya."Mas sudah sholat sebelum masuk kamar tadi.""Ya udah, kalau gitu aku ambilin makan dulu." Anastasya keluar kamar dan kembali dengan nasi, lauk, potongan buah semangka, dan minum di nampan."Makasih, Sayang." Yoshi mengecup kening istrinya. Kemudian duduk di karpet ditemani Anastasya."Besok mas ada seminar tiga hari di Malang.""Nginep?" tanya Anastasya un

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 141 Kita Akan Menikah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Kita Akan Menikah Author's POVLidia bangkit dari duduknya sambil membenahi ikatan kimononya. "Aku nemui Sinta dulu, Mas. Ada hal penting yang akan kami bahas." Selesai bicara Lidia langsung keluar kamar. Sedangkan Agung bangkit dari duduknya dan berdiri di dekat jendela kamar. Menatap langit kelabu di atas sana.Sinta berdehem ketika Lidia masuk ke ruang kerja papanya. Ruangan yang lumayan luas. Ada meja panjang dengan kursi-kursi yang mengitarinya. Juga ada layar proyektor di sana. Biasa digunakan untuk meeting dadakan jika ada sesuatu yang harus dibahas segera."Pasti kamu mikir yang enggak-enggak tadi," ucap Lidia sambil duduk di depan adiknya.Dengan gaun se*si, tipis, dan dibalut kimono luarnya, rambut diikat asal-asalan dan terkesan semrawut, belum lagi wajah dan leher yang basah berpeluh, otomatis pikiran Sinta sudah terbang ke mana-mana. Apalagi jika ingat bagaimana Agung begitu agresif belakangan ini. Mereka manusia dewasa yang pernah hidup bersam

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 140 Menikahlah Denganku 2

    Sambil nyetir, Agung memperhatikan Lidia yang ketiduran bersandar pada jok. Wanita itu tidak bisa menahan kantuknya. Terbesit pula pikiran konyol ingin membawa Lidia pulang saja ke rumah mereka. Sampai mobil berhenti di depan pagar rumah, Lidia tidak terbangun. Akhirnya Agung pun bersedekap dan memejam, karena sudah ngantuk berat. Keduanya sama-sama tertidur hingga azan subuh berkumandang. Lidia yang terbangun lebih dulu, kaget dengan posisinya yang ternyata masih di dalam mobil. Di sebelahnya Agung masih lelap. Kenapa ia tidak dibangunkan ketika mereka sampai?"Mas." Lidia mengguncang pelan lengan mantannya.Dua kali panggilan, Agung membuka mata. Laki-laki itu menegakkan duduknya."Sudah subuh. Kenapa tadi malam mas nggak bangunin aku?""Kamu pules banget tidurnya."Lidia mengambil ponsel dari dalam tas, kemudian menelepon salah satu ART supaya membuka pintu pagar. Tak lama pintu pagar terbuka perlahan secara otomatis."Mas, aku turun dulu, ya. Hati-hati kalau nyetir," pesan Lidia

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 139 Menikahlah Denganku 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Menikahlah Denganku Author's POVSuasana bahagia di restoran hotel sejam yang lalu berubah menjadi ketegangan di bangsal rumah sakit. Di akhir acara, Anastasya membisiki sang suami kalau perutnya terasa mulas tak tertahankan. Tanpa banyak bicara, Yoshi pamitan membawa Anastasya ke rumah sakit dan semua keluarga mengikuti. Sampai di rumah sakit sudah bukaan dua ketika diperiksa oleh bidan yang berjaga. Pak Bastian, Deny, Sinta, membawa anak-anak pulang. Sedangkan yang tinggal di rumah sakit, Yoshi, Bu Mega, Lidia, dan Agung. Jarak setengah jam kemudian Bu Nana dan Pak Yudi datang.Yoshi gelisah menemani Anastasya yang berjalan mondar-mandir di dalam ruangan. Ia ingat saat sang istri melahirkan anak pertama mereka waktu itu. Begitu menegangkan karena keadaan Anastasya yang sedang down. Malah sempat berwasiat pula pada kakaknya yang nomer dua. Semoga kali ini tidak ada drama lagi. Sekarang ini Yoshi menyarankan cesar, tapi Anastasya memilih lahiran pervaginam.

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 138 Romansa 2

    Bu Mega meninggalkan ruangan putrinya. Dia tidak bisa memaksa Lidia harus mengubah keputusannya. Biar putri sulungnya itu membuat keputusan sendiri. Walaupun sebagai nenek, ia sangat kashian pada Lili. Sebab dulu ia bertahan dengan rasa sakit demi melihat anak-anaknya tetap memiliki keluarga yang utuh. Sosok ayah yang ada untuk mereka. Broken home efeknya sangat luar biasa untuk psikologi seorang anak.Setelah sang mama pergi, Lidia membuka map yang diletakkan asistennya di atas meja. Namun jujur saja, pikirannya tidak bisa berkonsentrasi. Adakalanya ia ingin bisa hidup seperti kedua adiknya atau wanita lain di luar sana. Lifestyle yang sangat balance dan no overwork. Tapi kesendirian membuatnya gila kerja untuk menghilangkan kesepian.Sepertinya dialah penerus jejak nasib mamanya. Karena perselingkuhan papanya, sejak awal Lidia sudah dipersiapkan sang mama untuk menjadi wanita kuat, tangguh, dan mandiri. Persis seperti masa muda sang mama. Hanya saja, mamanya hidup dalam keluarga tan

DMCA.com Protection Status