Gala menatap tidak percaya sosok penjaga sekolah yang sedang mencuci wajahnya. Ternyata bukan setan perak, melainkan penjaga sekolah yang menggunakan masker wajah berwarna perak hingga berkilauan."Lagian, Pak. Kalau pakai masker itu mulut sama kelopak matanya tidak perlu. Ya mana saya tahu bapak ini manusia, apalagi seluruh wajah sampai leher memakai masker. Itu warna maskernya juga sama kayak penambal panci ibu saya."Penjaga itu sibuk mencuci wajahnya."Bapak juga kenapa pakai daster? Kenapa tidak pakai seragam? Atau bapak lagi cosplay jadi setan di sini? Itu beneran penambal panci, Pak? Yang dijadikan masker?"Cantika menepuk bahu Gala mendengar pria itu mengatakan hal tersebut."Apa? Aku bicara jujur," gumam Gala.Dan penjaga sekolah itu berbalik. "Saya pakai seragam, De. Di dalem sini. Saya sengaja kalau maskeran selalu pakai daster biar gak belepotan kemana mana. Biar gak kotor seragamnya.""Terus keliling sekolah dengan penampilan seperti itu?" tanya Gala. "Bapak bisa bikin or
Semua orang berdiri di dalam kelas XII IPA 2 itu sebagaimana yang disuruh oleh guru."Tidak ada yang boleh duduk sebelum ada yang menjawab betul soal di depan."Semuanya saling berbisik bisik."Minggu kemarin kalian bilang sudah paham, Bapak kasih tugas dirumah masa tidak ada yang betul? Ini yang tidak mengerjakan juga kenapa? Kemarin libur kemana saja?" tanya guru tersebut. "Siapa yang mau mengisi nomor terakhir? Tidak ada yang bisa menjawab tidak boleh duduk."Dan saat itulah Cantika memberanikan diri mengangkat tangannya."Anak baru, ayo kerjakan. Siapa namamu?""Cantika, Pak.""Ya, Cantika. Coba kerjakan."Cantika dengan modal otak dan ingatan dari minggu kemarin, dia mencoba mengerjakan soal sebagaimana dia mengerjakan di dalam buku tugasnya.Dan sampai angka terakhir Cantikamenyelesaikannya dia mendapat topuk tangan dari menyelesaikannya, dia mendapat tepuk tangan dari guru tersebut. "Nah lihat, contoh Cantika. Belajar darinya yang belum paham. Sekarang semuanya duduk.""Terima
"Kau serius akan pulang lebih dulu?" tanya Cantika pada Arin.Arin kembali mengangguk. "Bisakah kau memesankan taksi online ke sini? Aku tidak tahu tempat ini dan mobil harus masuk dari mana.""Aku tidak punya aplikasinya.""Pakai milikku saja," ucap Arin memberikan ponselnya. "Boleh aku ikut ke kamar mandimu?"Cantika mengangguk, dia mulai memesan taksi online.Ditatapnya Mentari yang ada di sampingnya itu sedang fokus belajar.Beberapa menit kemudian, supir taksi itu mengirimnya teks pesan.Supir online: Dimana, Kak?Cantika: Bapak dimana?Supir online: Di depan AlfaMartCantika: Masuk gang yang ada plang merah bekas pos ronda, Pak.Supir online: Oke.Tidak lama kemudian, kembali mengirimi pesan.Supir Online: Dimana, Kak?Cantika brdecak. "Tari, aku keluar dulu melihat taksi online ya.""Oke," ucap Mentari yang kini memakan cemilan buatan neneknya Cantika."Bilang pada Arin untuk keluar jika sudah.""Oke."Sementara itu, Cantika keluar dari rumah untuk menunggu taksi online Arin.C
Cantika masih berada di luar kota untuk pengobatan ibunya, dan dia melihat semuanya itu sia sia. Cantika tahu jika berada di Amerika adalah pilihan yang tepat untuk ibunya.Diam diam saat yang lain sedang bercengkrama di rumah pamannya, Cantika keluar untuk menelpon papanya.Beberapa saat menunggu sampai pria di sana menjawabnya."Hallo, Papah?""Cantika Sayang? Ada apa, Nak? Kalian masih berada di rumah Paman? Bagaimana Mama?""Mama sedang bicara di dalam bersama dengan yang lain.""Bagaimana denganmu?"Cantika duduk di atas rumput hijau. "Cantika sedang duduk di rumput sambil menatap kebun jeruk.""Wah, sepertinya menyenangkan, apakah ada yang mengganggu pikiranmu?"Cantika diam beberapa saat sambil memainkan tangannya di rumput."Katakan saja, Sayang. Ada apa?""Bagaimana keadaan di sana, Papah? Apa memungkinkan untuk Mama kembali ke sana dan. menjalani perawatan seperti biasanya."Papahnya terdiam di sana, terdengar helaan napas kemudian nada kalimat yang mencoba menenangkan. "Mam
Gala membaca pesan dari Cantika dengan kening berkerut.Centini: Aku akan berangkat bersama Kakek, ada yang harus aku lakukan dulu.Awalnya Gala mengerucutkan bibir, dia merasa diacuhkan. "Apa ini? dia memilih Kakeknya daripada aku yang tampan?"Kemudian satu notifikasi pesan kembali masuk.*Centini : Byeeee Gala yang tampan."Ha ha ha ha, dia mengakuinya," ucap Gala sambil melangkah menuju motornya.Dia mengendarainya dengan kecepatan penuh menuju ke sekolah.Karena Gala mulai malas sekolah, dia sengaja menyimpan motornya di luar gerbang supaya mudah dalam pembolosan. Toh jika dia bolos dan nilai jelekpun tidak akan berpengaruh apa pun padanya."Kenapa menyimpan motornya di sana?""Astaga, Centini! Kau mengagetkanku," ucap Gala memegang dadanya yang berdetak kencang. "Apa yang ada di tanganmu itu?""Kenapa malah balik bertanya? Kenapa motormu di simpan di sini?""Agar mudah untuk bolos.""Kau sering bolos sekarang?""Dari dulu aku bolos," ucap Gala mendekat karena penasaran apa yang
"Akhir pekan nanti, bisakah kau datang ke rumahku?" tanya Gala sambil mendorong troli. Kini mereka sedang berada di mall untuk memilih bahan cookies."Aku tidak tahu, bisa saja Nenek meminta bantuanku," ucap Cantika sambil menyedot minumannya, dia melihat lihat sekeliling untuk mengambil bahan terbaik untuk cookies nya nanti. "Akan aku usahakan.""Centini, kau harus membantuku. Aku tidak mau kau tiba tiba saja membatalkannya, itu tidak sopan.""Maka dari itu aku tidak bisa berjanji, Gala yang tampan."Gala berdehem, dan seperti kebiasannya saat ada yang memanggilnya tampan maka dia akan mengibaskan tangannya mengusap rambut ke belakang. "Bilang pada Nenek untuk jangan meminta bantuan akhir pekan nanti, akan aku sogok dia. Nenek suka apa?""Nenek suka pria tampan."Gala terkekeh dan kembali mengguyar rambutnya. "Aku tidak bercanda, Centini. Kau ingin aku menemani Nenekmu?""Nenek suka botol tampan, seperti itu," tunjuk Cantika pada botol teh yang dimana di sana ada foto idol korea."Tu
'Dia sangat tampan.''Oh astaga, kali ini sekolah kita menang, dan itu karena Gala seorang. Bagaimana bisa dia bisa setampan itu?''Aku memang mencintainya, tapi aku tidak akan merusak keturunannya.''Aku harap dia segera memiliki kekasih, aku fans yang berhati lega.'Gala tertawa tawa saat melihat komentar membanjiri postingan resmi dari sekolahnya, dimana foto itu menunjukan kalau dirinya sedang bermain basket."Well, jadi tampan memang melelahkan.""Apanya yang melelahkan?” tanya Mentari.Gala menengok. "Jadi tampan, kau mau kemana?""Berbelanja bersama Mommy.""Kalian akan keluar?" tanya Gala yang sedang merebahkan diri di sofa, dia melihat Mommy dan Mentari sudah bersiap hendak pergi."Ya, bukannya teman cantikmu itu akan datang," goda Raya.Putranya memang berbeda dari Andro, tidak sembarang wanita dia kencani. Jadi Raya sangat suka menggoda putranya itu."Mom, dia hanya membantuku membuat cookies," ucap Gala yang tidak suka digoda."Baiklah, baiklah. Alden juga akan keluar bers
"Akan aku hancurkan gagang pintu.""Jangan, itu benda ber-Akkhhhh!""Kubilang duduk saja, kakimu sepertinya terkilir," ucap Gala mendekat dan mendudukan Cantika perlahan lagi."Itu benda berharga, Gala.""Aku punya banyak uang, jadi diamlah."CTAAAARRRRR!Suara petir yang begitu keras membuat Cantika otomatis memeluk Gala dan menyembunyikan wajahnya di dada Gala."Wah....," gumam Cantika. "Ternyata aku punya rasa takut."Gala menggeleng tidak percaya. "Benar, kau punya rasa takut. Kupikir awalnya kau alien aneh, Centini.""Tunggu sebentar, aku akan mematahkan knop pintu itu supaya kita bisa keluar. Lepaskan aku.""Aku takut petir, dan disini gelap." Cantika tetap memeluk Gala, bukan untuk menggoda, tapi dirinya benar benar dipenuhi rasa takut saat ini."Maka dari itu aku akan membawamu keluar, Centini," ucap Gala dengan pelan melepaskan pelukan Cantika dari tubuhnya. Bukan tidak ingin terus mendekap gadis itu dan membuatnya nyaman, tapi mereka benar benar perlu keluar dari sini. "Ayo