Beranda / CEO / Bukan Istri Pilihan Ibumu / Apakah Penyesalan mereka Sungguhan?

Share

Apakah Penyesalan mereka Sungguhan?

Penulis: Syifa Safaah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Axel mengedikan bahunya. Ia setengah menahan tawa melihat wajah Andra yang merasa terganggu dengan godaan para wanita bayaran itu.

“Kenapa? Kamu datang ke apartemenku pasti untuk menenangkan pikiran, bukan? Sekarang nikmati saja sentuhan mereka. Aku jamin pikiranmu akan langsung rileks,” ejek Axel yang kembali meneguk sodanya. Sambil membiarkan wanita seksi itu menciumi pipi kanannya  hingga membuat Andra mendengkus risih. 

“Ck! Axel! Aku ke sini bukan untuk bersenang-senang. Aku hanya ingin bicara denganmu! Bukan untuk bermain dengan mereka!” tegas Andra dan ia mulai melayangkan tatapan tajamnya kearah Axel.

Yang akhirnya membuat Axel terkekeh pelan, tapi kepalanya mengangguk mengiyakan. 

Cukup! Axel tidak ingin membuat Andra marah. Ia tahu jika Andra datang padanya pasti suasana hati lelaki itu sedang carut marut.

Untuk itu, Axel mengeluarkan sejumlah uang dari dalam dompetnya lalu ia berikan pada dua wanita itu.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Seberapa Berengseknya Dirimu

    Alana membasuh piring-piring yang sudah ia sabuni itu, sambil benaknya meresapi perkataan Danu.“Aku tidak tahu, Danu. Aku sedang tidak ingin membahas tentang itu,” ucap Alana menggeleng pelan.Kini Alana selesai mencuci piring dan ia membalikan badannya hendak pergi dari dapur. Akan tetapi Danu masih berdiri tegap di belakangnya dengan kedua tangan yang menyilang di depan—dada.Matanya menatap Alana dengan lurus.“Maaf, Alana. Bukannya aku ikut campur dengan urusanmu. Hanya saja aku tidak bisa membiarkan seseorang yang sudah membuat kamu dan Rehan menderita, kini datang kembali untuk mengajak kamu hidup bersama. Sumpah demi apapun aku tidak rela, Alana. Orang tua Andra sudah banyak menorehkan luka di hati kamu. Rehan dan bayi yang kamu kandung saat ini adalah korban dari kebejatan mereka. Lalu sekarang tiba-tiba saja Andra datang dan ingin memintamu kembali ke pelukannya? Tidak! Dia tidak bisa melakukan itu!”

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Kado untuk Anak

    Andra masih abai. Ia tak menggubris sindiran Axel. Tangan Andra justru kembali meraih cangkir tehnya lalu kali ini Andra memilih untuk menandaskan teh itu hingga tak bersisa.“Kamu tahu? Kaca sekokoh apapun, tetap saja namanya kaca. Jika sudah retak, akan sulit memperbaikinya. Apalagi jika kaca itu hancur berkeping-keping. Mustahil untuk menyatukan serpihannya kembali menjadi utuh seperti semula. Begitu juga dengan hati seorang wanita. Kalau kamu sudah pernah menorehkan luka di hatinya, wanita akan membutuhkan waktu lama untuk bisa sembuh dari luka itu. Jadi menurutku sangat wajar jika Alana masih belum mau bicara denganmu,” jelas Axel.Dan perkataannya membuat Andra termenung. Benaknya berpikir tentang benarnya ucapan Axel.Mustahil hati Alana akan bisa sembuh dalam sekejap. Andra sudah banyak menorehkan luka di sana.Ya. Andra memang—brengsek!Sadar jika malam sudah semakin larut, Andra menghembuskan napasnya kasar, lalu ia memilih

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Susu Hamil

    Kali ini nadanya terdengar antusias. Karena Andra tak menyangka jika ternyata sekretaris barunya ini juga memiliki seorang anak laki-laki. Itu artinya Andra bisa bertanya tentang mainan apa saja yang paling disukai oleh anak laki-laki di umur tujuh tahunan.Karena rencananya, setelah pulang dari kantor, Andra akan pergi ke toko mainan untuk membelikan sebuah kado untuk Rehan.Ya. Andra akan mencoba lagi peruntungannya hari ini. Siapa tahu kali ini Rehan akan luluh melihatnya, dan Andra bisa memeluk anak lelakinya itu.“Setiap anak biasanya tidak selalu sama kesukaannya, Pak. Tapi kalau anakku, dia paling senang jika aku membelikannya mobil-mobilan dan juga robot. Tapi Robotnya harus yang bisa bergerak sendiri. Sekarang ‘kan banyak sekali robot yang pakai batu batre. Kalau mobil-mobilan, dia paling suka yang pakai remote.” Vani menuturkan. Ia menceritakan tentang kesenangan anak laki-lakinya di rumah.Andra menaikan sebelah alisnya menatap Vani.

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Kenapa Membuangnya?

    Andra tersenyum.“Tidak, Ma. Aku pasti akan pulang ke rumah kok. Mama jangan khawatir. Hanya saja aku harus pergi dulu ke suatu tempat,” ucap Andra menggantung.‘Kamu mau pergi ke mana?’ Nita bertanya penasaran.“Aku mau pergi ke rumah Alana. Aku mau mencoba peruntunganku lagi. Siapa tahu kali ini aku bisa memeluk Rehan. Doakan ya Ma. Agar Rehan mau memaafkanku dan aku bisa memeluk cucu Mama.”Andra memang sudah memberitahukan tentang Rehan dan juga tentang kehamilan Alana pada Nita. Tentu saja Nita langsung antusias mendengarnya, Nita senang sekali.Hanya saja dia bersedih saat mendengar dari Andra, kalau Rehan tidak mau memanggilnya dengan sebutan Papa.‘Pasti Mama akan selalu doakan kamu, Andra. Mama selalu dukung kamu. Tetaplah semangat memperjuangkan cinta Alana dan anak-anak kamu. Segera bawa mereka ke rumah ini. Mama ingin kalian berkumpul kembali.’***Kini Andra sudah berdiri

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Harus Alana!

    “Rehan tidak mau mainan dari om itu, Ma! Om itu sendiri ‘kan yang bilang kalau Rehan tidak suka dengan mainannya, tinggal dibuang saja,” seru Rehan mengulangi ucapan Andra yang tadi.Alana menarik napasnya pelan. Ia sangat tahu jika Rehan masih marah pada Andra. “Kamu boleh marah. Mama mengerti. Tapi mainan itu tidak salah apa-apa. Kalau kamu tidak mau dengan mainannya. Nanti kita bisa kasihkan ke orang lain,” ucap Alana. Sembari tangannya mengusap pelan rambut Rehan yang hitam legam.“Iya, Ma. Sama susu hamil itu, sekalian saja Mama kasihkan ke orang lain juga! Rehan yakin, adik bayi juga tidak mau mendapat pemberian dari om itu! Jadi Mama tidak perlu minum susu hamil itu. Nanti kita bisa beli lagi yang baru, Ma. Yang jelas, Mama jangan terima sogokan apapun dari om itu!” ucap Rehan pada Alana. Sebelum kemudian bocah kecil itu berlari masuk ke dalam rumah.“Rehan!” Alana berseru memanggil Rehan.

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Godaan Andra

    “Sebentar, Cha. Aku sedang mencatat pesanan,” ucap Alana pada Icha yang berdiri di sampingnya. Lalu Alana kembali fokus mencatat pesanan lagi. Tapi dengan cepat Icha berbisik di telinga Alana.“Pelanggan di meja nomor 15 mencarimu. Katanya dia tidak mau pesan makanan apapun kalau bukan kamu yang melayaninya. Jadi ayo cepat ke sana, dan meja nomor 24 ini biar aku saja yang melayani mereka!” bisik Icha membuat Alana tercenung di tempatnya.Dengan melempar senyum ramah, Icha langsung mengambil alih pekerjaan Alana.Sementara Alana yang sejujurnya masih bingung dengan siapa pelanggan yang ingin dilayani olehnya itu, kini mulai melangkahkan kakinya untuk berjalan menuju meja nomor lima belas.“Aneh. Baru kali ini ada pelanggan yang memilih-milih ingin dilayani oleh siapa. Dan, kenapa pelanggan itu malah ingin dilayani olehku?” gumam Alana bertanya-tanya. Tapi kakinya tetap melangkah.Hingga akhirnya Alan

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Tawaran Tumpangan

    Alana menoleh lantas mengangguk pelan. Segera saja Alana memutuskan tatapannya dengan Andra. Kini Andra memerhatikan setiap gerak-gerik Alana yang memberikan piring kotornya pada Icha untuk dibawa ke dapur. Sementara Alana sendiri tampak sibuk mengelap meja itu.“Andra! Kamu Andra Wijaya ‘kan?” seruan seseorang yang tiba-tiba saja datang menghampiri Andra, membuat Andra mengalihkan pandangannya dari Alana.Kini mata Andra menoleh pada orang itu dengan kening yang berkerut. Alana pun ikut menoleh sebentar. Alana kenal dengan orang itu. Tapi yang membuat Alana heran, apa Andra dan orang itu saling mengenal?“Iya. Aku Andra. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Andra. Pada seorang lelaki yang mungkin seusia dengannya. Lelaki itu tampak berbalut kemeja dan dasi sama seperti Andra.Dia adalah Dion. Pemilik asli dari restoran itu. Dion tersenyum mendengar pertanyaan Andra. “Tentu saja

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Diantar Andra

    Andra mengedikkan bahunya. “Makanya. Kamu harus ikut pulang denganku. Ayo! Sekarang diamlah dan jangan membantah lagi! Karena hujan deras begini tidak baik bagi kehamilanmu!” Andra merangkul pundak Alana lalu menariknya dan membawanya berjalan menuju mobil.Andra membuka pintu untuk Alana, kemudian Alana masuk ke dalamnya. Meski dengan wajah yang sedikit merengut.Setelah itu, Andra masuk melalui pintu yang satunya dan ia mendudukan dirinya di kursi kemudi. Tak menunggu lama, Andra langsung menjalankan mobilnya menjauhi restoran itu.Mobil Andra menembus hujan dan membelah jalanan kota yang cukup lenggang. Coba saja tadi Alana benar-benar menunggu angkutan umum, Andra sangsi kalau akan ada angkutan umum yang mau beroperasi di saat hujan deras begini. Tapi kini Andra dan Alana disiksa oleh kecanggungan yang melingkupi suasana di dalam mobil itu. Andra berkali-kali menelan ludahnya bingung. Ia ingin mengakhiri kesenyapan ini. Tapi apa yang

Bab terbaru

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   TAMAT- Aku Tetap Milikmu

    Yang seketika membuat Alana menelan ludahnya. Alana lalu menggigit bibir. Tentu saja ia mengerti dengan apa maksud dari perkataan Andra barusan. Andra mempertanyakan apakah ia sudah boleh menyentuh Alana lagi malam ini? Ya. Karena setelah kelahiran Alin, Andra sama sekali belum buka puasa. Ia berusaha menahannya hingga Alana siap.“Belum..” cicit Alana pelan. Membuat Andra menghela napasnya. “Jahitannya belum kering. Jadi kita belum bisa melakukannya malam ini,” dusta Alana pada Andra.Karena sebenarnya jahitanya sudah kering. Alana bahkan sudah siap jika Andra ingin menyentuhnya. Hanya saja, Alana sengaja mengerjai Andra.Alana sengaja membohongi Andra karena ia sudah mempersiapkan sebuah kejutan untuk suaminya itu.“Begitu ya? Ya sudah. Tidak apa-apa,” ucap Andra meskipun terdengar helaan pelan yang keluar dari mulutnya.Alana menangkup kedua tangan Andra yang masih memeluk perutnya.“Kamu ti

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Rindu Alana

    Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa terasa kini usia Alin sudah memasuki bulan ketiga. Alin sudah pintar mengoceh dan mengemut tangannya sendiri. Kadang ia akan menjambak pelan rambut Andra dan Rehan saat Papa dan kakaknya itu menciumi wajahnya.“Alin! Sayang! Berapa kali Papa bilang, berhenti mengemuti tanganmu seperti ini. Tadi ‘kan sebelum berangkat ke taman, kamu sudah minum susu yang banyak dari Mama Alana. Perut kamu pasti sudah kenyang ‘kan? Jadi sekarang hentikan mengemut tangannya ya!” Andra menarik tangan Alin yang mengepal dan masuk ke dalam mulutnya.Andra tidak ingin Alin terbiasa melakukan itu. Tapi yang namanya bayi berusia tiga bulan. Tentu saja dia tidak akan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Papanya.Berulang kali Andra menarik tangan Alin dari mulut mungilnya, berulang kali pula Alin tetap memasukan tangannya itu ke dalam mulut lagi.Hingga akhirnya Andra menyerah. Ia menghembuskan napasnya pelan.“B

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Alindra

    Kening Alana berkerut menatap pada suaminya."Alindra?" ulang Alana.Dan Andra langsung mengangguk mantap."Ya. Alindra. Alindra Wijaya. Dia akan menjadi seorang perempuan yang kuat dan berhati lembut. Dia akan pintar dan berwawasan luas. Dia juga akan tumbuh menjadi orang yang penuh kasih sayang. Semua orang akan memanggilnya dengan sebutan Alin!" ujar Andra menuturkan.Membuat Alana yang mendengarnya kini menarik kedua sudut bibirnya ke samping.Hingga membentuk sebuah senyuman."Alindra Wijaya? Aku setuju. Nama yang sangat indah," ucap Alana.Kemudian ia mengelus pipi mungil Alin yang masih sibuk menyusu--di dadanya."Hei, Alin! Ini Mama! Kata Papa, mulai sekarang nama kamu adalah Alin, ya. Nanti kamu akan bertemu dengan kakak Rehan. Juga dengan kedua nenek kamu. Kakak Rehan pasti akan senang saat melihat kamu yang secantik ini!" ujar Alana.Ya. Rehan adalah salah

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Kelahiran Bayi Kedua

    “Emhh.. Maaf Pak Andra! Mr. Steve! Saya mau pamit ke kamar kecil dulu sebentar. Boleh?” tanya Vani dengan wajah sungkan.Yang kemudian langsung diangguki oleh Andra dan Mr. Steve.“Tentu saja boleh. Silakan Vani!”Vani mengangguk. Lalu ia bangkit berdiri sambil meraih ponselnya. Kaki Vani terus bergerak menjauhi meja itu. Lantas ia berhenti ketika berada di dekat kamar kecil.Vani segera saja mengangkat panggilan dari Nita.“Hallo Nyonya Nita! Mohon maaf saya baru mengangkat telpon Anda. Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanya Vani setelah menempelkan ponselnya di telinga kanan.‘Kenapa ponsel Andra tidak aktif? Sejak tadi saya menghubungi ponsel Andra sampai berpuluh-puluh kali. Tapi tidak satu pun yang tersambung. Jadi saya menghubungimu. Mana Andra?! Saya mau bicara dengannya?’ tanya Nita dari seberang telpon.Pertanyaan Nita itu seketika membuat Vani menggigit bibirnya. Ia tergugu dan

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Tak Perlu Bahas Masa Lalu

    Sambil memegangi kepalanya dengan sebelah tangan, Andra menatap Alana dengan alis yang bertaut.“Kenapa kepalaku dijitak?” tanya Andra dengan memasang wajah sok polos.Alana berkaca pinggang di hadapannya. “Aku melakukan itu agar isi otak suamiku tetap waras. Ini sudah malam ‘kan? Kalau aku yang mandikan, bisa-bisa kita menghabiskan waktu berjam-jam di dalam kamar mandi itu. Karena aku sudah tahu betul dengan apa yang ada di dalam pikiranmu!” Alana berkata dengan tegas. Dan dagunya terangkat kearah Andra.Andra mengusap wajahnya dengan sebelah tangan, kemudian ia menghembuskan napasnya pelan. Lalu matanya menatap Alana lurus.“Hhh.. padahal aku sudah membelikanmu bunga. Tapi aku tidak mendapatkan balasan apa-apa,” gumam Andra pelan.Namun gumaman itu masih bisa terdengar dengan jelas di telinga Alana. Hingga membuat kedua bola mata Alana melebar dan ia mendelik kearah suaminya.“Oh! Jadi kamu sengaja membe

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Suami Genit

    Membuat Alana dan Rehan sama-sama tersenyum mendengarnya.“Oh iya. Apa PR-nya Rehan sudah selesai?” tanya Andra yang melemparkan tatapanya ke arah buku tulis milik Rehan.“Sudah, Pa. Kalau untuk PR-nya, aku sudah mengerjakannya tadi. Sekarang hanya tinggal belajar membaca saja. Karena besok ada tes membaca oleh Ibu Guru,” sahut Rehan menjawab. Dan Andra mengangguk-anggukan kepalanya.“Oh begitu. Baiklah. Berhubung sekarang Papa sudah pulang ke rumah. Jadi bagaimana kalau Papa saja yang membantu kamu belajar membaca? Kamu mau?” Andra menaruh tas kerjanya di atas tempat tidur Rehan. Kemudian ia bertanya pada bocah kecil itu.“Mau Pa! Rehan mau!” seru Rehan dengan senang. Sampai ia mengangkat kedua tangannya ke atas hingga Andra terkekeh menggeleng-gelengkan kepalanya.Namun Alana menatap Andra dengan mengerutkan keningnya.“Tapi, Andra. Kamu ‘kan baru pulang dari kantor. Pasti k

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Mengajari Berbohong

    “Apa pensil warnanya sudah? Jangan sampai ada yang tertinggal, Rehan!” Alana sedang mengecek perlengkapan sekolah Rehan yang ada di tas anak itu.“Sudah Rehan masukan semuanya, Ma? Isi tasku sudah lengkap, ‘kan?” Rehan balas bertanya pada Alana yang duduk di tepi ranjang sambil meneliti isi tas anak lelakinya itu.Pagi ini Alana memang langsung mendatangi Rehan ke kamarnya. Hal yang selalu menjadi kebiasaan Alana. Ia selalu memeriksa PR Rehan dan isi tas bocah itu. Alana takut jika sampai ada yang tertinggal di rumah.Merasa semuanya sudah lengkap, Alana menganggukan kepalanya lalu ia memberikan tas itu kembali ke tangan Rehan.“Ternyata semuanya sudah lengkap. Kalau begitu kemarikan sisirnya. Biar Mama yang sisirkan rambut kamu!” pinta Alana menengadahkan tangannya pada Rehan.Namun Rehan menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak usah, Ma. Rehan sudah besar sekarang. Mama tidak perlu lagi menyisiri rambut R

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Ingin seperti Papa

    Malam ini, Andra sedang duduk di kursi yang terletak di balkon kamarnya. Tampak kaki kanannya tertumpang di kaki kiri. Dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, Andra mengamati lamat-lamat buku-buku tebal yang ia pangku di atas—paha.Yang sedang Andra baca itu tentu saja sebuah buku bisnis.Ketika itu Rehan datang dengan membawa snack di tangannya. Bocah kecil itu melangkah mendekati Papanya yang langsung menoleh dan tersenyum begitu melihat Rehan.“Hei! Papa pikir kamu sudah tidur?” Andra tersenyum pada Rehan sembari melepas kacamatanya dan menaruhnya di atas meja.“Belum, Pa. Rehan tidak bisa tidur.” Rehan kini menghempaskan pantatnya di kursi yang ada di depan Andra.“Kenapa kamu tidak bisa tidur? Apa kamu sudah minum susu hangatnya dari Bik Sumi?” tanya Andra kemudian ia menaruh buku tebalnya juga di atas meja. Untuk bergabung dengan kacamatanya.Rehan mengangguk sebagai j

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Istri yang Manis

    Kini Andra dan Alana sudah ada di mobil. Alana mengerutkan keningnya menatap kearah jendela di sampingnya, benaknya berpikir kemana Andra akan menjalankan mobilnya ini?Andra bilang, mereka akan pergi jalan-jalan. Tapi Andra belum memberitahunya kemana tujuan mereka sebenarnya.Sementara Andra sendiri tampak fokus menyetir sembari tatapannya tajam ke depan sana.“Andra!”“Hmm?” Andra berdeham, melirik sekilas kearah Alana yang duduk di sampingnya. Sebelum kemudian kembali memusatkan pandangannya ke jalanan.“Sebenarnya kamu mau bawa aku ke mana?” Alana tak bisa menahan diri untuk tidak menanyakan hal itu. Ia sungguh penasaran.Tapi Andra hanya menahan senyumnya. Melihat Alana yang menatapnya dengan pandangan penuh tanya, membuat Andra merasa geli.“’Kan sudah ku bilang, kalau aku mau membawamu ke sebuah tempat yang akan membuatmu senang melihatnya. Karena it

DMCA.com Protection Status