Bahkan pelukan Andra membuat hidung mancung mereka nyaris bersentuhan. Napas Andra mendesau, menyapu permukaan kulit wajah Alana.
“Apa kamu benar-benar tidak ingin terus memelukku seperti ini, Andra? Apa kamu benar-benar tidak ingin aku pergi?” Alana bergumam pelan. Bibirnya mengukir senyum yang tak dapat ia tahan.
Disentuhnya hidung mancung Andra dengan telunjuknya.
“Aku tahu ini salah. Aku sadar sekali kalau apa yang sudah terjadi di antara kita ini tidak dibenarkan, Andra. Karena kita sudah bukan lagi suami istri. Tidak seharusnya kita tidur satu ranjang. Tapi, entah mengapa aku malah merasa bahagia saat terbangun di dalam pelukanmu. Aku tidak sadar dengan apa yang sudah terjadi semalam. Yang jelas, aku tidak kuasa saat hatiku sangat merindu pada sentuhanmu.” pelan sekali Alana bicara. Karena ia sangat takut jika Andra bangun lantas mendengar apa yang dia katakan.
Alana menarik napasnya pelan. Lalu ia mengarahkan pandangan
Di dalam kamar mandi, Alana mengamati tubuhnya di depan cermin. Alana dapat melihat pantulan dirinya sendiri dari balik cermin itu.Sambil menahan napasnya, jemari tangan Alana terangkat menyentuh lehernya yang terdapat noda merah di sana. Itu adalah bekas ciuman Andra. Tanda kepemilikan yang Andra tinggalkan di leher Alana yang jenjang.“Aku sudah menyerahkan tubuhku begitu saja pada Andra. Aku tidak berdaya menolaknya. Sepertinya apa yang Andra katakan tentangku itu benar. Aku memang wanita yang murahan. Aku sudah tidak memiliki harga diri.” Alana menyeka air di sudut matanya.Terbersit rasa penyesalan yang amat dalam di hati untuk Winarti.Ya. Tak seharusnya Alana membiarkan dirinya terlena dengan sentuhan Andra. Padahal sudah jelas laki-laki itu merenggut kehormatannya dengan sesuka hati dan seringkali merendahkan harga dirinya tanpa perasaan.Akan tetapi Alana selalu saja tidak berdaya. Rasa cinta yang masih mengg
“Maaf, Pak. Daripada ribut, kenapa Anda tidak ajak saja pacar Anda untuk duduk di kursi itu sama-sama. Ya, mungkin memang akan sedikit sempit karena berhimpitan di atas satu kursi. Tapi keromantisannya akan lebih terasa,” usul kernet bus sambil bersiul dan menaik-turunkan alisnya pada Andra dan Alana.Sementara Andra dan Alana saling pandang satu sama lain.Alana menahan senyum. Melirik kearah sampingnya dimana Andra tampak setengah mengantuk sambil menyender di pundaknya.Ya. Akhirnya Andra dan Alana melakukan apa yang diusulkan oleh kernet bus itu. Mereka duduk berhimpitan bertiga dengan salah satu penumpang yang lain. Kursi yang kecil itu membuat Andra mau tak mau harus merapat pada Alana agar ia tidak terjatuh.‘Kamu tampan sekali, Andra. Wajah kamu selalu terlihat tenang saat tidur. Dan aku selalu suka memandanginya sejak dulu,’ batin Alana.Alana tidak tahu, jika sebenarnya Andra mengantuk karena lelaki i
“Ke mana saja kamu semalam? Dan kenapa telpon Papa selalu kamu reject, Andra?” Andra seperti sedang disidang. Saat ini Andra tengah duduk di sofa ruang tengah. Tampak di hadapannya telah duduk Darma dan Nita yang menatapnya dengan tatapan dingin dan tajam.Saat sebelum pulang pun Andra sudah menduga jika hal ini pasti akan terjadi. Interogasi dan ceramah dari orang tuana memang selalu melekat dalam kehidupan Andra sehari-hari. Hingga membuat Andra merasa muak dan bosan.“Aku habis dari Club, Pa. Aku pergi dengan teman-temanku dan menginap di hotel.” Andra pun berdusta. Karena tak mungkin ia mengatakan yang sejujurnya pada kedua orang tuanya.Mata Darma memicing menatap Andra tak yakin. “Club Mana yang kamu maksud? Dan siapa teman-teman kamu itu?”“Kenapa Papa harus bertanya sedetile itu? Apa perlu aku menjelaskan hingga ke tektek bengeknya? Sudah jelas aku pergi ke Club yang biasa aku kunjungi. Dan Papa pun tidak
“Maksud Rehan. Mama tidak boleh mengulangi kecerobohan Mama. Semalam Mama sampai lupa tidak memberi kabar ke rumah. Mama jangan ulangi lagi ya. Rehan sama nenek ‘kan jadi khawatir di sini,” sahut Rehan. Dan Alana langsung menarik napasnya lega.‘Hah. Ternyata itu maksud Rehan. Aku sampai panik. Ku pikir Rehan mengetahui apa yang terjadi sebenarnya malam tadi,’ desah Alana dalam hatinya.Alana mengangguki ucapan Rehan. Kemudian Alana menangkupkan kedua tangannya di pipi gembil bocah itu. Lantas menatap kedua bola mata Rehan dengan tatapan lembut.“Iya, sayang. Mama janji sama Rehan. Mulai sekarang, Mama tidak akan pernah mengulangi hal itu lagi. Kalau Mama pulang terlambat, pasti Mama akan langsung memberi kabar. Maaf ya, karena sudah membuat Rehan dan nenek merasa khawatir.”Rehan mengangguk. Kini seberkas senyum manis sudah terbit di wajahnya.“Nggak apa-apa, Ma. Yang penting sekara
“Aku hanya ingin mengobrol, Axel. Aku tidak butuh wanita!” tukas Andra dengan nada bicaranya yang tegas.Dan tawa Axel terdengar semakin tumpah di seberang telpon.‘Haha.. baiklah. Aku mengerti kalau kamu memang tipe lelaki lugu, Andra. Oke. Aku akan bersiap-siap sekarang. Sampai jumpa di Club!’TUT!Axel memutuskan sambungan telpon dan Andra langsung melemparkan pelan ponselnya ke atas dashboard. Kemudian netra Andra kembali menatap lurus pada jalanan yang terhampar di hadapannya.Tujuannya sudah bulat. Andra akan bertemu dengan Axel di sebuah Club yang sering mereka kunjungi sejak masih duduk di bangku kuliah dulu.***“Tolong tambahkan lagi minuman di gelasku!” pinta Andra pada seorang bartender sambil menyodorkan gelasnya yang sudah kosong.“Hey, Man! Sudah hentikan. Cukup hanya satu gelas lagi kali ini. Jika kamu minum terlalu banyak, nanti kamu pasti akan mabuk, Andra!
Andra menggeleng mendengar ocehan dan tawaran Axel padanya. Lebih lagi niat Andra ke Club ini hanya untuk minum dan menumpahkan masalah yang merundung pikirannya.Sama sekali Andra tak merasa tertarik dengan para wanita yang berpakaian setengah telanjang—di sudut sana. Mungkin lain halnya jika wanita itu adalah Alana. Pasti Andra tak akan menolak.‘Tidak! Pergi saja sana! Aku hanya butuh minum dan menenangkan pikiranku!” Andra mengibaskan tangannya di udara. Mengisyaratkan pada Axel kalau ia boleh pergi dan Andra tak masalah ditinggalkan sendirian.Axel tertawa senang. Sejurus kemudian ia langsung pergi dan bergabung dengan para wanita-wanita seksi itu.“Ck! Dia memang lelaki penggila wanita! Sejak dulu tidak pernah berubah!” Andra berdecak pelan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Axel yang tak perlu waktu lama, sudah bisa menjerat para wanita-wanita malam yang akan menjadi santapannya malam ini.***
Yanti mengangguk. “Ya. Kamu juga tertawa dan bertingkah aneh. Kamu mengoceh terus dan tak bisa berhenti. Sampai akhirnya Pak Andra menghampiri kamu. Dan kamu tebak apa yang dia lakukan setelah itu?” tanya Yanti. Membuat wajah Alana menatap horror padanya sambil menggeleng tidak tahu.“Pak Andra langsung meraup bibir kamu. Dia menciumi kamu di hadapan semua tamu yang hadir. Dan hal itu membuat semua orang terkejut, Alana!”“Apa?” spontan Alana menyentuh bibirnya. Benaknya mencoba mengingat dengan apa yang sudah terjadi semalam. Tapi nihil. Kepala Alana justru malah merasa pusing. Dan Alana sama sekali tidak bisa mengingatnya.“Aku tidak percaya kalau Pak Andra berani melakukan hal itu di depan umum. Dia seorang yang sangat menjaga kehormatan perusahaan. Jadi mustahil kalau dia menciumku! Kamu pasti berbohong, Yanti!” tuduh Alana.“Jadi kamu masih belum percaya? Hemm.. baiklah. Kalau begitu lihat v
Alana memutuskan untuk pulang dengan memesan gojek. Tapi ketika gojek itu melewati sebuah gerobak yang sangat familiar bagi Alana. Seketika saja Alana meminta untuk diturunkan di sana.“Loh, bukannya rumahnya masih di depan ya, Mbak?” tanya tukang gojek itu sambil menatap Alana dengan terheran-heran.Alana mengangguk, tapi tangannya mengangsurkan selembar uang pada tukang gojek itu sambil tersenyum tipis.“Iya. Tapi aku turun di sini saja, Pak. Aku ingat mau membeli sesuatu dulu. Lagipula jarak ke rumahku sudah dekat. Terimakasih ya Pak,” sahut Alana menjelaskan.Dan tukang gojek itu langsung mengangguk dan tersenyum ramah pada Alana. Dimasukannya uang yang tadi Alana berikan ke dalam saku jaketnya. Lalu kemudian tukang gojek itu berlalu pergi dengan motornya.“Hah, melihat gerobak nasi goreng Mang Karim membuat aku jadi teringat dengan Rehan. Rehan pasti akan senang kalau aku pulang membawa nasi goreng kesukaann