Saat Chakra tengah fokus merapikan jas yang baru dikenakannya tepat berada di depan cermin, seketika Chakra takjub kala melihat pantulan dari cermin akan kecantikan Alora yang semakin sempurna dengan make up flawlessnya dan berpadu dengan gaun indah yang dikenakannya.Gaun putih yang di design simple tanpa lengan, menjuntai indah dan terlihat begitu elegan ketika berpadu dengan kulit putih susu milik Alora dan begitu pas saat melekat sempurna di lekuk tubuh Alora yang cukup berisi di bagian tertentu saja, yang semakin menambah keseksiannya ditambah rambut hitam milik Alora terurai indah dengan mahkota kecil di kepala, semakin mempercantik penampilannya.Chakra langsung menoleh kearah belakang, tatapannya tidak bisa di bohongi jika dirinya tengah takjub bahkan laki-laki itu hampir tidak mengedipkan matanya hingga suara dari wanita yang tengah membantu Alora untuk memegang gaunnya bersuara."Gimana pak cantik kan?" Kata Mua itu meminta pendapat pada Chakra."Cantik." Jawabnya singkat.T
"Tenanglah sayang, saat ini aku sudah menyadari bagaimana posisimu. Aku mulai mengerti dan aku tidak akan menyalahkan mu akan pernikahan ini, jadi jangan menangis karna aku akan semakin sakit ketika melihat air matamu turun." Kata Damian lembut memperhatikan dalam kecantikan Alora yang masih dapat terlihat meski sebagian tertutup oleh topeng."Terimah kasih Dam, terimah kasih atas pengertiannya, dan aku akan berdoa untuk kebahagiaanmu." Jawab Alora yang tidak dapat berkata banyak."Jika memang kamu mengharap kebahagiaanku maka teruslah berbahagia sayang, karna itu adalah kebahagiaanku juga." Kata Damian, semakin membuat Alora tidak bisa menahan air matanya untuk keluar.Damian kembali mengusap air mata itu dengan pelan. "Berhentilah menangis, waktu kita sudah habis." Damian segera merentangkan tangannya yang langsung diikuti oleh Alora dan saat itulah Chakra langsung mengambil alih dan langsung membawa Alora dalam dekapannya."Setelah ini kembalilah ke dalam kamar untuk memperbaiki ma
Malam yang terus beranjak mengantarkan pada pagi dingin nan sejuk, dalam tidur lelapnya Alara mulai mengerjapkan mata berusaha untuk segera sadar, ketika Alara dapat merasakan di dalam kamar ada aktivitas yang tengah di lakukan oleh seseorang."Apa tidurmu nyenyak sayang?" Tanya Chakra menyadari jika Alara mulai terbangun.Kesadaran yang tadinya belum sepenuhnya terkumpul, tapi ketika suara yang di kenalnya terdengar. Seketika membuat Alara melebarkan matanya dan langsung bangkit dan duduk dengan menyandarkan punggungnya di headboard, cukup terkejut dengan kehadiran Chakra."Mas kenapa kamu disini?, dan sejak kapan?, lalu susternya kemana?" Alara langsung memberikan Chakra rentetan pertanyaan."Tenanglah sayang, kenapa kamu terlihat begitu panik. Lagi pula meskipun aku kesini itu bukanlah masalah." Kata Chakra dengan masih fokus mengganti pampers Zevanya."Aku kesini saat aku merasa tidak bisa tidur sayang, sepertinya aku sangat rindu dengan putriku setelah beberapa hari aku tidak terl
"Bukankah kamu sekarang suaminya, kenapa bisa kamu tidak mengetahui kemana istrimu pergi!" Kata Sarah ketus pada Chakra, yang kini semuanya tengah menunggu kabar dari dokter tentang keadaan Alara."Maaf Ma." Jawab Chakra yang hanya bisa mengucapkan kata maaf, karna ia pun juga bingung harus bersikap seperti apa karna belum terbiasa dengan keadaan dan situasi yang begitu cepat berbeda.Setelah mengomeli Chakra, Sarah kembali mengeluarkan ponselnya lalu mencoba menghubungi ulang menantunya itu. Tapi sama halnya seperti sebelumnya Alora belum kunjung mengangkat telpon darinya, membuatnya semakin di terpa kekhawatiran.Di tengah kekalutan dua keluarga, seorang dokter keluar dari dalam ruangan dimana Alara tengah di tangani, dan Chakra adalah orang pertama yang langsung menghampiri dokter laki-laki itu dengan raut wajah kekhawatiran."Bagaimana dengan keadaannya Dok?" Tanya Chakra langsung pada dokter."Pendarahan yang di alami pasien cukup banyak, pasien mengalami komplikasi dan sekarang
"Aku mau mengambil ponselku sebentar." Kata Alora pada Damian, dan sebuah anggukan menjadi jawaban singkat.Alara bergegas berdiri menuju dimana mobilnya terparkir, setelah mengambil ponsel Alara kembali menutup pintu dan mulai menyalakan benda pipih itu sembari melangkah menuju tempat dimana Damian berada, satu persatu pesan dan panggilan telpon yang tidak terjawab Alora lihat sampai dimana Alora langsung panik dan reflek memanggil Damian."Dam, Damiaan!" Panggil Alora panik.Damian yang mendengar panggilan Alora seketika langsung menoleh dan berlari ke arah Alora yang tampak begitu panik dengan masih melihat kearah ponselnya."Ada apa Ra!?" Tanya menjadi turut panik."AYO KITA BALIK DAM, KAK ALARA MASUK RUMAH SAKIT DAN KEADAANNYA KRITIS." Alora seketika menarik lengan kekar Damian untuk segera masuk ke dalam mobilnya, dan Damian langsung menurutinya.Damian dengan cepat langsung menghidupkan mesin mobil, setelah mobil menyala Damian menjalankan mobil itu dengan kecepatan cukup tingg
Ketika Alora hendak menuju ke dapur, sayup-sayup terdengar suara Zevanya menangis cukup kencang, bahkan suara dari beberapa orang yang tengah mencoba menenangkan pun terdengar cukup riuh ketika Zevanya tidak kunjung terdiam. Niat Alora yang hendak ke dapur akhirnya di urungkannya, dengan melawan rasa takut yang pasti akan menghadapi sosok Chakra, ia mengesampingkan terlebih dahulu rasa takut itu dan memilih untuk membelokkan langkahnya ke arah kamar kakaknya.Setelah mengetuk pintu beberapa kali, Alora langsung saja masuk dan seketika semua yang tengah berusaha menenangkan Zevanya menoleh dan menatap ke arah Alora, tidak luput dengan Chakra meski itu hanya sekilas."Kamu belum tidur nak?" Tanya Sarah ketika melihat kedatangan Alora."Belum Ma, tadinya aku ingin ke dapur dan nggak sengaja denger Zevanya nangis, apa dia lagi rewel banget ya Ma?" Jawab Alora lalu bertanya keadaan Zevanya."Iya, entah kenapa dia rewel sekali padahal dia sudah nyusu bahkan popok dan semua bajunya udah di
"Lihatlah kak, kamu pasti akan merasa senang ketika melihat jika putrimu secantik ini, kenapa kamu malah memilih untuk menyerah kak apakah selama ini aku trus mengalah pada kakak itu masih belum cukup." Gumamnya memandangi wajah Zevanya.Ketika Alora hendak kembali ke kasur untuk melanjutkan tidur, tiba-tiba saja ia merasa ketika perutnya berbunyi karna lapar dan membuat Alora mengurungkan niatnya untuk kembali tidur."Sepertinya aku harus makan, kenapa tiba-tiba aku lapar di jam segini." Gumamnya pada dirinya sendiri memutuskan untuk ke dapur.Namun, Alora tidak langsung ke dapur begitu saja karna ia menimbang-nimbang apakah Zevanya akan di tinggal sendirian dan itu tidak mungkin di lakukannya, sampai akhirnya Alora memutuskan untuk segera menggendong Zevanya lalu ia bawa ke dapur agar perasaannya bisa tenang selama ia tinggal memasak.Seulas senyuman di bibir Alora tampak begitu indah melengkung, ketika ia berhasil menidurkan Zevanya dalam stroller. Merasa jika Zevanya sudah aman Al
"Udah pesan tempatnya kan?" Tanya Chakra pada Arco assisten pribadinya."Sudah pak, kalau boleh tau kenapa tiba-tiba minta pindah tempat pak?" Jawab Arco lalu bertanya alasan Chakra ingin pindah tempat."Ada dua hal yang harus aku lakukan dalam satu waktu dan tempat, oh ya apa pak Arka sudah datang Co?" Kata Chakra bertanya soal meeting yang akan berlangsung."Sudah pak, mari ke atas pak Arka sudah datang bersama asistennya." Arco mempersilahkan Chakra untuk ke lantai dua dimana sebuah tempat sudah ia pesan.Ketika Chakra dan Arco mulai meniti tangga, terdengar pintu cafe kembali terbuka dari setelah ia masuk dan terdengar suara beberapa perempuan tengah mengobrol ringan tengah menuju ke arah tempat dimana menyediakan kursi lebih dari dua."Jangan lupa sisain satu kursi buat Alora." Ucap salah seorang perempuan itu ketika mereka satu-persatu mulai menduduki kursi.Chakra yang sudah menginjakkan kakinya di lantai atas seketika menghentikan pergerakannya ketika mendengar seseorang menye