Share

Bab 43. Mimpi Buruk

Penulis: Nuri522
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-05 04:00:50

“Mas. Kumohon ... sadarlah. Jangan seperti ini ....”

“Kumohon, Mas Rama. Ini kesalahan.”

“Mas. Aku mohon. Lepaskan aku dan aku berjanji akan menjauh dari sini. Aku berjanji takkan punya hubungan apa pun lagi dengan Mas Aryo. Aku ikhlas. Kalau perlu aku akan pergi ke luar kota.”

Bayangan pria yang dia panggil Rama tersebut terus saja melintas. Adegan demi adegan buruk itu berputar seolah adegan film yang terus berkelindan, membuat tidur Indira terganggu. Tak lama, wanita itu tersentak dan terbangun dengan keringat sebesar biji jagung telah membanjiri sekujur tubuhnya.

Nafasnya tersengal, sesak dan ketakutan mendominasi suasana hatinya malam ini. Entah kenapa, mimpi itu ... kembali lagi. Mimpi yang dulu tak begitu jelas, sekarang bahkan dirinya merasa itu sungguh nyata.

“Rama? Mas Aryo? Siapa Rama? Ada hubungan apa mereka berdua? Kenapa aku merasa keduanya berhubungan satu sama lain?”

Indira kembali mengingat-ingat mimpi yang terasa nyata tadi. Namun, semakin dipikirkan, kepalanya kian
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 44. Dia cintaku

    “Ayah takut Indira ada di dalam dan terjadi sesuatu. Makanya Nak Aryo Ayah panggil soalnya pintunya tertutup dan terkunci dari dalam. Kami tak memiliki kunci cadangan untuk kamar mandi, Nak,” terang Ayah panjang lebar.Aryo mengangguk dan mencoba untuk mendobrak pintu kamar mandi yang terkunci tersebut. Dengan beberapa kali tendangan dan dorongan paksa, akhirnya pintu terbuka. Alangkah terkejutnya semua orang ketika melihat Indira sudah terkapar lemas dengan luka sayatan di pergelangan tangannya.“Ira ...,” pekik Aryo. Alangkah panik luar biasa dirinya menyaksikan keadaan sang istri yang begitu memprihatinkan.**Dengan sekejap, Aryo langsung memangku tubuh sang istri yang telah bersimbah darah. Terlihat beberapa pecahan kaca, bisa semua orang tebak itu benda yang dipakai Indira untuk melukai dirinya sendiri. Air mata bunda merebak dengan tubuh tuanya yang mulai bergetar, pun Ayah yang hampir saja limbung saking syoknya.“Yah. Bantu saya menyiapkan mobil. Kita bawa Ira ke rumah sakit

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-05
  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 45. Ada apa dengan istriku?

    Suara dering ponsel di saku celana Aryo terdengar, memotong obrolan antara mertua dan menantu tersebut. Ternyata, Wulan lah yang menghubungi Aryo. Pria itu pamit untuk mengangkat telepon kepada kedua mertuanya. Setelah mendapat izin, ia berjalan menjauh dari ruang IGD tempat Indira ditangani. Suara salam terdengar ketika baru saja mengangkat panggilan tersebut, dan Aryo pun membalasnya.“Mas di mana? Bagaimana dengan Ira? Apa udah ketemu?” cecar Wulan terdengar khawatir di seberang sana.“Sayang ... mas hari ini mungkin belum bisa pulang ke rumah. Juga, enggak akan dulu pergi ke kantor. Mas mau ambil cuti beberapa hari ke depan,” jawab Aryo membuat kening Wulan berkerut di seberang sana.“Lho, memangnya Ira belum juga ditemukan?” Wulan kembali bertanya, membuat Aryo menghela napas berat, berusaha mengurangi beban di dada yang terasa menyesakkan. Pun pikirannya yang masih belum tenang sambil menanti kabar dari dokter mengenai kondisi Indira di ruang IGD.“Mas sedang di rumah sakit.”“S

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-07
  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 46. Tak layak

    “Nak. Bukannya Ayah mau menghalangi Nak Aryo menemui Ira. Tapi, sepertinya untuk sekarang, dia sama sekali tak bisa Nak Aryo temui,” terang Ayah membuat sang menantu menoleh dengan kening berkerut.“Maksud Ayah bagaimana?”“Indira tak ingin bertemu dengan Nak Aryo. Jadi ... lebih baik, Nak Aryo pulang dulu saja.”Ucapan sang mertua membuat bahu pria itu merosotkan bahunya. Apa yang terjadi lagi sebenarnya? Kenapa Ira tak ingin bertemu dengannya? **“Tapi bagaimana bisa, Yah? Ira itu istriku? Mana mungkin aku tak menemuinya sedikit pun.”“Ayah tahu, Nak. Ayah juga tak bisa berbuat apa-apa. Ini kemauan Ira sendiri. Nak Aryo untuk sementara berikan dia waktu dulu. Ayah rasa ... ingatan lamanya sudah kembali. Ayah minta, Nak Aryo bisa mengerti kondisinya sekarang. Sebaiknya Nak Aryo pulang saja dulu. Biar Ayah dan Bunda yang menjaganya di sini,” ujar ayah.Bahu Aryo merosot mendengar permintaan mertua laki-lakinya. Ia sesungguhnya ingin menemani Indira di rumah sakit ini. Akan tetapi, pr

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-07
  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 47.

    Manik mata Indira mengandung banyak tanya ketika mendengarkan ucapan wanita yang telah melahirkannya. Mata Indira kembali sendu penuh dengan luka setelah mendengar nama Aryo. Pria yang sudah mengisi semua sudut hati Ira, tetapi dirinya kini merasa menjadi istri yang tak layak di samping suaminya.“Apa Ira layak menjadi istri pria baik seperti Mas Aryo, Bun? Ira malu. Ira takut buat Mas Aryo kecewa. Apalagi, aku tak bisa menjaga kehormatan sebagai seorang perempuan. Selamanya, Ira akan menjadi wanita kotor.”Tumpah sudah tangis Indira yang semakin lama semakin terdengar pilu. Hati orang tua mana yang tak terluka melihat sang putri menderita. Begitu pun Ayah dan Bunda Indira, mereka tak kuasa memendam kesedihan. Bunda tetap tak bisa menyembunyikan tangisnya, sedangkan Ayah, ia berusaha tak menunjukkan luka apa pun di hadapan sang putri. Pria paruh baya tersebut memang pintar menyembunyikan rasa di sakit di hati. Yang kini dia lakukan, hanya mengusap kepala sang putri yang terbungkus ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 48.

    “Mas kok udah pulang? Gimana kondisi Ira? Kok bisa sih dia ada di rumah sakit?” berondong Wulan ketika Aryo baru saja masuk ke rumah mereka.“Nanti kita bicarakan di kamar saja,” balas Aryo dengan senyuman. Ia mencoba terlihat baik-baik saja di hadapan istri pertamanya. Tak mungkin menunjukkan rasa sedih yang berlebihan takut Wulan terluka. Ia yakin, bila itu terjadi, sang istri pastinya akan merasa kalau cinta Aryo untuk Indira begitu besar dibandingkan kepadanya.Bukankah memang dilarang menunjukkan terang-terangan condong ke salah satu istri bila sedang bersama istri yang lain? Sebisa mungkin, pria itu menyembunyikan isi hatinya. Meski, memang benar, sekeras apa pun Aryo melupakan Indira dahulu, wanita itu tetap yang paling tinggi bertahta di hatinya. Apalagi, kini dirinya telah menjadi suami sah dari cinta pertamanya tersebut.“Anak-anak di mana, Sayang?” tanya Aryo mencoba mengalihkan pembicaraan.“Oh. Lagi diajak Yuri nyari camilan ke minimarket.”Aryo mengangguk tanda mengerti

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 49.

    “Saya mohon. Biarkan saya bertemu dengan Ira. Ada sesuatu yang harus saya katakan kepadanya. Lagi pula, sampai kapan Ira akan terus menghidari saya? Saya berjanji, jika memang kondisi Ira tak memungkinkan untuk diajak bicara, saya pasti akan mengalah dan kembali menghindar darinya,” ujar Aryo menatap penuh permohonan kepada sang mertua.“Hah ... baiklah, Nak. Ayah tak bisa melarangmu lagi. Mungkin benar. Nak Aryo memang harus mengajak bicara Ira dari hati ke hati. Ayah berharap, dengan kehadiran Nak Aryo, Ira bisa merasakan ketulusan yang Nak Aryo berikan,” harap Ayah mertua pria tersebut.**Aryo membuka pintu kamar rawat sang istri. Setelah sebelumnya ia diberikan waktu berdua oleh kedua mertuanya. Kali ini, pria itu melihat Indira tengah terlelap pulas. Menurut Bunda, putrinya tersebut tertidur setelah beberapa saat lalu minum obat.Baru hari ini Aryo dapat bertemu kembali dengan sang istri. Setelah beberapa hari hanya memantau dari kejauhan tanpa bisa mendekat. Rasanya, hati Aryo

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 50

    Selama pengobatan Indira, sering sekali Wulan mengajak kedua putra putrinya untuk mengunjungi madunya. Berharap, istri lain suaminya tersebut tak kesepian, pun lebih dekat dengan ibu tirinya tersebut.Entah apa yang ada di dalam pikiran Wulan. Saat ini, tujuannya hanya satu. Ia hanya ingin melihat kedua anaknya membangun ikatan batin bersama Indira. “Ra. Jika nanti aku pergi. Tolong jaga anak-anak dengan baik, ya. Sayangi mereka seperti aku menyayangi keduanya. Aku tahu, tak mudah menjadi ibu sambung. Tapi, Mbak tahu, kamu bisa melakukannya. Kata Mas Aryo, kamu sangat suka anak kecil. Jadi, kamu pun bisa dekat dengan mereka dengan cepat,” ujar Wulan ketika mereka tengah duduk berdua sambil mengobrol ringan. Pun, memantau anak-anak yang tengah bermain kejar-kejaran di halaman depan rumah Indira.“Lho. Mbak Wulan memangnya mau pergi ke mana?” Wulan menggeleng. Ia menerawang langit dan matanya terpaku pada Mega yang mulai mendung.“Enggak. Mbak enggak kemana-mana kok. Hanya saja, Mbak

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 51.

    “Tutup mata kamu sekarang, aku punya sesuatu buat kamu,” ucap Aryo dengan senyum merekah.Aryo tengah duduk bersila di depan istrinya. Ia menatap wanita itu cukup lama. Pria itu menyerahkan sebuah kotak hadiah kepada Indira. Dengan canggung ia menerimanya.“Ini apa, Mas? Ulang tahunku kan masih lama?” tanya Indira heran.“Bukalah, pasti kamu suka.”Perlahan dia membukanya. Mata Indira terbelalak melihat isi kado tersebut. Sebuah gaun pesta Muslimah yang sangat anggun. Keningnya mengerut memikirkan alasan suaminya sehingga memberikan pakaian seperti itu.Aryo menceritakan tentang Wulan yang tengah pergi ke rumah ibunya karena sesuatu keperluan. Padahal hari ini ada acara penting di kantor dan harus mengajak pasangan. “Mas yakin mau mengajakku?” tanya Indira masih tak percaya.“Tentu, Sayang. Terus Mas harus ajak siapa? Masa Bunda?”“Tapi aku takut Mas Aryo malu.”Kening Aryo berkerut, masih tak mengerti dengan apa maksud sang istri.“Aku kan belum pernah diajak Mas ke sana. Yang merek

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12

Bab terbaru

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Ending

    Akan tetapi, wanita itu berhenti sejenak di depan pintu. Sorot matanya menangkap sosok tampan di dalam sana yang tengah mengusap perut Indira. Ia berniat kembali berbalik arah, tetapi Indira melihat Wulan yang bergegas langsung memanggilnya.Wulan menoleh dan tersenyum menatap adik madu dan sang suami. Sebenarnya, ia pergi bukan karena cemburu, tetapi lebih karena tidak enak hati telah mengganggu kebersamaan Aryo dan Indira. Wulan memasuki kamar adik madunya. Aryo segera berdiri menghampiri Wulan dan merangkulnya. “Mbak cuma mau nyuruh kamu turun. Kita makan bersama. Hidangannya sudah siap ,” ujar Wulan.“Mbak masak sendiri?”“Iya spesial buat kamu, Ra. Mbak masak ayam bakar.”“lho, kok repot-repot sih, Mbak. Padahal Mbak Wulan sendiri pasti capek ngurus Salma dan anak-anak, kan?” ujar Indira memandang heran wajah kakak madunya yang seperti tak pernah merasa capek.“Wulan memang begitu, Ra. Dia wanita hebat yang seperti tak pernah kenal lelah dalam hidupnya,” timpal Aryo dan mendap

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 59

    Mereka jalan bersama sekedar melihat wahana yang ada. Siang ini udara begitu panas sehingga membuat para pengunjung kegerahan. Begitu pun dengan Indira, seketika tubuh Indira lemas dan matanya sedikit berkunang. Penglihatannya mulai redup seakan hari akan menjelang malam. Indira tak sadarkan diri. Untung saja, Salma sedang Wulan susui pun tangan Aryo sigap tubuh sang istri dan bergegas membawanya ke rumah sakit terdekat. Satu keluarga itu panik bukan main melihat Indira tak sadarkan diri. Apalagi, Aryo, kentara sekali kekhawatiran di wajah pria itu.Setelah sampai, Indira segera ditangani oleh dokter.Selang beberapa saat, dokter yang memeriksa Indira keluar dengan wajah senyum merekah. Aryo bergegas menghampirinya. “Ada apa dengan istri saya, dok? Kenapa dia bisa pingsan gini. Apa istri saya sedang sakit, dok?” cecar Aryo. Wulan mengelus punggung sang suami agar tetap bersabar.Bibir dokter itu tersenyum lebar. Lalu mengulurkan tangan pada Aryo dan mengucapkan selamat. Membuat keb

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 59

    Sudah beberapa hari ia tinggal di rumah baru, membuat Indira sedikit kesepian. Pasalnya, ia merasa masih asing di tempat ini. Apalagi, seminggu ini Aryo tak bisa berkunjung seperti biasanya. Ia harus rela jatahnya bersama sang suami kini terganggu gara-gara kondisi kehamilan Wulan yang membuat semua orang khawatir.Bagaimana tidak, selama tujuh hari ini, badan Wulan lemas dan muntah-muntah. Bahkan, setiap ia memakan nasi atau pun bubur pasti selalu tak masuk. Terkadang Wulan hanya mau makan roti dan pisang saja. Untunglah, kedua makanan itu pun termasuk ke dalam sumber karbohidrat. Jadi, menurut dokter itu tak begitu membuat khawatir. Namun, tetap saja ia tak bisa meninggalkan sang istri begitu saja. Meski, ia merasa bersalah telah abai terhadap istri yang lain.“Maaf, Ra. Mas benar-benar tak enak sama kamu. Maaf juga kalau Mas sudah abai sebagai seorang suami,” ujar Aryo ketika ia menyempatkan diri untuk mampir ke rumah istri keduanya meski hanya bisa sebentar, itu pun sepulangnya A

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 58

    Setelah memastikan Wulan baik-baik saja selepas siuman. Aryo terpaksa harus meninggalkan istri pertamanya untuk melanjutkan rencana kepindahan Indira, itu pun atas izin dari Wulan.“Mas pergi saja. Bukankah ini sudah direncanakan Mas beberapa bulan yang lalu. Aku enggak apa-apa, kok. Sekarang sudah lebih baik. Lagi pula, ini bukan kehamilan pertamaku. Jadi, aku udah bisa jaga diri.”Indira yang duduk di ranjang menemani Wulan menggeleng.“Enggak, Mas. Jangan tinggalin Mbak Wulan. Kepindahanku bisa dipending, tapi kesehatan Mbak Wulan lebih penting. Aku enggak mau kecolongan lagi, terus Mbak malah kembali pingsan,” kekeh Indira tak ingin mengindahkan ucapan kakak madunya.“Mbak enggak apa-apa, Ra. Kamu jangan khawatir. Tadi, Mbak pingsan gara-gara kelelahan aja. Beberapa Minggu ini kan kegiatan Danish di sekolah banyak banget, terus belum lagi kerjaan rumah yang enggak selesai-selesai. Mungkin itu juga yang membuat tubuh Mbak drop.”“Apa perlu Mas nyari orang lagi buat nemenin kamu di

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 57

    Hari sudah menjelang malam. Mereka sibuk merapikan barang yang akan di bawa ke rumah barunya. Ada perasaan sedih karena harus meninggalkan kamar yang menyimpan banyak kenangan. Indira menatap foto keluarga saat dirinya masih kecil. “Kalau kamu belum siap untuk pindah, enggak papa kok, Sayang,” ucap Aryo seraya menepuk pundaknya.“Insya Allah aku siap kok, Mas. Sudah kewajibanku sebagai istri untuk nurut sama suami.”“Makasih ya, Sayang. Aku janji akan selalu berusaha menjaga dan membahagiakanmu semampu yang aku bisa. Aku enggak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi.”Indira mengangguk sambil tersenyum. “Mbak Wulan gimana, Mas? Udah tahu aku mau pindah? Keberatan enggak? Soalnya aku enggak enak sama Mbak Wulan. Mas Aryo udah ngasih aku rumah,”“Udah, Sayang. Wulan juga senang kalau kamu bahagia. Lagi pula, kamu juga berhak mendapatkannya. Mas jadi tenang sudah memberikan tempat tinggal layak untuk kalian berdua. Berarti fokus Mas kedepannya untuk membiayai kalian berdua dan yang

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 56

    “Maafkan kesalahan anak kami ya Nak Indira. Maaf sebagai orang tua kita nggak becus mendidik anak. Kami menyesal sekarang atas semua perbuatan Rama sama kamu,” ujar ini Bu Rina sambil memohon maaf dengan berurai air mata.Indira meraih tangan Bu Rina dan menggenggamnya dengan erat.“Aku memaafkan semua kesalahan Mas Rama dulu. Meski sulit, tapi aku sedang berusaha untuk ikhlas. Lupakan semua yang telah terjadi. Bukankah Allah maha pemaaf kenapa kita saja sebagai hamba yang tak memiliki kuasa tidak?“Lagi pula, aku bersyukur dengan jalan ini, bisa mengenal sosok kakak seperti Mbak Wulan,” tambahnya lagi. Mendengar ucapan Indira, Buu Rina menghambur ke arah madu sang putri dan memeluknya erat. Ia mengucap terima kasih karena sudah mendapat maaf dari mereka. Hatinya sedikit lega. Padahal, ia dan sang suami sempat berpikiran picik terhadap wanita itu.Keduanya kira, Indira itu wanita yang gila harta sehingga mengincar Aryo dan bahkan mau menjadi istri kedua dari menantunya. Ternyata sang

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 55.

    “Masih sakit?” tanya Aryo melihat cara jalan sang istri yang tak biasa.Pipi Indira merah merona mengingat kejadian semalam. Wanita itu hanya menjawab dengan anggukan tetapi kemudian berubah jadi gelengan. Sebenarnya, ia malu membahas hal yang masih tabu untuknya tersebut, apalagi ketika melihat kasur yang masih berantakan.Aryo mendekat ke tubuh Indira dan memeluknya dari belakang. Ia mencium aroma tubuh wanita itu yang baru saja selesai mandi keramas. “Kamu wangi banget, Ra.”“Jangan gitu Mas, aku malu,” ujarnya seraya mendorong tubuh suaminya.Bibir Aryo terkekeh pelan melihat reaksi sang istri yang terlihat lucu saat wajahnya tengah memerah karena dia goda. Ada rasa lega dalam diri pria itu sekarang. Terlebih Indira sudah mau menunaikan kewajibannya sebagai istri. Suara ketukan pintu dari luar membuatnya terlonjak kaget. Ia melangkahkan kaki ke arah pintu dan membukanya. Bunda Indira sudah berdiri di sana dengan senyum canggung. “Maaf Bunda ganggu kalian enggak?” ucapnya seraya

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 54

    “Ra, kok Mas enggak lihat Bunda dan Ayah?”“Oh, hari ini mereka nginap di rumah saudara yang lagi hajatan, Mas. Emangnya Mas udah lupa?”Aryo menggeleng sambil menggaruk pipinya yang tak gatal.“Mas lupa, Ra.”“Kebanyakan mikirin kerjaan, jadi gampang banget lupa,” kekeh Indira yang tengah membuka kerudung yang dikenakannya di meja rias.Tangan Aryo terulur untuk menyisir untaian demi untaian mahkota kepala sang istri. “Mas lebih baik wudu dulu, deh. Kita salat bareng, ya. Mas jadi imamnya.Malam memang telah menyambut, kini waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam lebih belasan menit. Sudah waktunya bagi mereka untuk menunaikan ibadah wajib bersama-sama. Kebetulan, magrib tadi Aryo tak salat di rumah, melainkan di mesjid.“Iya. Kita wudu bareng.”Sang istri mengangguk dan mengikuti suaminya yang lebih dulu mengambil wudu di kamar mandi. Setelah keduanya suci, Aryo memimpin Indira untuk salat berjamaah. Sangat terasa khusyuk dan damai.Wanita itu tak pernah menyangka bakal sampai di

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 53

    Indira merasa kesusahan untuk bernapas karena Aryo begitu kuat memeluknya. Wanita itu melepaskan pelukannya. Pria itu membungkukkan badannya di depan Indira hingga membuatnya tak nyaman. Jemarinya mendorong bangkunya ke belakang agar ia bisa menghindar. “Kamu mau ngapain, Mas?” “Apa perlu aku sujud di kakimu agar aku bisa membuktikan rasa cintaku padamu? Betapa aku mengkhawatirkan keadaanmu. Apa masih ada tempat yang lebih nyaman untuk berbagi cerita selain kepada pasangan sendiri?” Wanita itu tercengang atas ucapan Aryo. Matanya bersitatap dengannya. Tangan Aryo meraba ke bawah hendak mencari bunga yang terjatuh. “Mas kok ngomongnya begitu.”“Kamu aja nggak percaya sama, Mas,” jawabnya seraya bangkit dan kembali duduk di kursi kemudi. Sementara Indira membetulkan bangku ke posisi semula. Ia menghembuskan napas lega sembari mengusap dada.“Aku percaya kok sama, Mas.”“Kalau percaya, berarti kamu bisa cerita sama, Mas,” ucap Aryo.Indira tersenyum dan mengangguk. Senyum di bibir A

DMCA.com Protection Status