Aksi kejar-kejaran itu berujung pada ciuman panjang di sudut kamar. Mila yang sudah lari cepat, namun langkah sang suami jauh lebih lebar. Hanya sebentar, tubuhnya sudah melayang di udara dan terperangkap dalam pelukan erat Radinka.“Kamu istri kecil yang nakal. Sekali lagi saya mendengar kamu menyebutkan nama itu, jangan harap bibir kamu bisa kembali ke ukuran normal," ancam Radin, lebih ke bergairah dari pada marah.Mila meraba bibirnya yang terasa bengkak dan kebas. Sedikit perih juga karena tadi Radin sedikit mengigit entah karena apa. Mila yang masih ngos-ngosan tidak bisa membalas apapun selain mengangguk dan membentuk huruf ‘V’ dengan salah dua jari tangannya. Artinya dia berjanji.“Good. Saya mandi dulu. Kamu mau ganti baju, atau mau temani saya mandi?” Sekarang laki-laki itu membuka kaos yang ia pakai begitu saja, memamerkan dada berotot serta perut ratanya yang six pack. Tatapannya begitu menggoda, seperti ingin mempengaruhi Kemilau agar bersedia mandi untuk yang kedua kali
Perdebatan perihal orang dealer yang menelepon Radin ternyata masih berlanjut sampai di rumah. Mereka tiba saat Nadya dan Greta sudah selesai makan malam. Namun keduanya sama-sama tidak sadar kalau ada orang di ruang makan. “Mila, Mila … jangan marah lagi dong, Sayang.” Radinka mengejar Kemilau yang masuk ke dalam rumah dengan terburu-buru. Dia menangkap tangan perempuan itu dan membuat tubuh mereka ada dalam posisi yang berdekatan.Nadya dan Greta yang tadinya hendak masuk ke kamar, langsung bersembunyi di balik tembok karena mendengar suara Radinka yang cukup keras.“Aku tetap mau dibatalin, titik. Kalau enggak, jangan bicara sama aku dulu.” Mila berucap pelan, setengah suara, tapi masih tetap mampu didengar oleh kedua orang di balik tembok.“Unitnya sudah ready, Mila sayang. Nggak bisa dibatalin sembarangan.” Radinka terlihat semakin galau karena istrinya tetap ngotot tidak setuju. Padahal itu mobil dia beli untuk Mila juga, bukan untuk orang lain. Laki-laki itu duduk di lengan so
Hari ini adalah hari pertama Radinka kembali bekerja. Pagi sekali Mila sudah bangun demi kembali merealisasikan tugasnya sebagai seorang istri. Huftt, kalau ditanya dia berdebar atau tidak, sudah pasti iya mengingat sekarang mereka sudah di rumah. Di Jakarta. Kemarin, saat masih di Bali, dia hanya mempersiapkan baju casual atau baju untuk Radin bersantai. Sekarang, dia harus memilih setelan kemeja, jas hingga celana sang suami yang sudah pasti harus serasi. Untungnya, setelah kembali masuk ke kamar tadi malam, Radinka sudah mengajari dia bagaimana selera mix and match favorit Radin. Mulai dari warna kemeja dan setelan jas, plus dasi, plus warna sepatu. Kemilau seperti terkena migrain mendadak. Dia tidak mengira kalau harus menyamakan warna dasi dan sepatu juga. Sempat bertanya memangnya Radin punya berapa banyak sepatu? Dan saat suaminya membuka pintu lain dari walk in closet miliknya, Kemilau semakin sakit kepala. Bisa-bisanya Radin punya dua lusin sepatu! Bahkan lebih! Oh Tuhan!Pa
Sebuah dress biru donker dengan model simpel menjadi pilihan Mila setelah sepakat akan bercinta dengan Radinka di dalam ruang kerjanya. Ck ck ck, suaminya memang ada-ada saja. Tapi tidak bisa dipungkiri, Kemilau juga penasaran bagaimana sensasi melakukan hubungan intim di sebuah tempat baru dan yang tak biasa. Mematut diri di kaca sejenak, Mila sangat yakin kalau penampilannya cukup baik pagi ini. Dress tanpa lengan, kerah berbentuk V neck, serta rok di atas lutut dengan model A line. Semoga saja suaminya suka."Baby, belum selesai?" Radinka mengetuk pintu walk in closet. Dia sedikit kesal lantaran istrinya keberatan berpakaian di hadapannya. Padahal Radin sudah hafal seluruh tubuh istrinya, tanpa melewatkan detail sedikitpun."Bentar, Hon. Lipstikan bentar.""Kita masih mau sarapan di bawah. Lipstik kamu toh akan luntur.""Ini water proof, Sayang." Mila kembali menjawab dengan santai. Tiga menit kemudian akhirnya perempuan itu memperlihatkan batang hidungnya. Membuat sang suami terp
Radinka bagai disambar petir tak kasat mata. Dia tidak tau harus berkata apa. Dia terjepit. Benar-benar berada di ujung tanduk. Sialan! Apakah Sheza sudah bosan hidup?Laki-laki itu keluar dari kursinya dan menarik tangan istrinya supaya ikut bangkit. Mereka harus membicarakan ini. Dan Kemilau menurut. Untung saja wanita itu tidak keras kepala. Sedangkan Nadya dan Greta hanya melihat tanpa berani menginterupsi.Pintu kamar terbuka dan kembali tertutup dengan cepat. Radin menyandarkan Mila di daun pintu, kemudian dia berdiri di hadapan perempuan itu dengan tangan kanan ada di pinggang, tangan kiri menempel di dekat telinga Mila yang masih tertunduk. Napas Radin terdengar memburu karena dia sedang marah besar.Tidak ada yang berbicara selama dua menit. Kemilau masih belum bisa melupakan foto yang dia lihat tadi. Dimana Sheza dan Radinka sedang bermesraan di atas kasur. Posisinya mereka sama-sama duduk. Radin ada di belakang dan memeluk Sheza yang ada di depannya. Keduanya dalam posisi n
Absennya Radinka selama satu minggu, rupanya membuat seisi kantor geger saat ada kabar yang beredar bahwa sang direktur akan kembali bekerja hari ini. Banyak yang menerka-nerka bagaimana reaksi Radinka mengenai foto-foto dia dan Sheza yang sedang ramai dibahas di kantor. Mulai dari lantai terbawah, sampai lantai teratas. Tidak sedikit yang memberi cap ‘gila’ pada Sheza. Bagi mereka, perempuan itu seperti sedang menggali kuburannya sendiri, alih-alih ingin merusak rumah tangga seorang Radinka Kevan Saskara.Ya, siapa juga yang tidak bisa menebak kalau itu adalah tujuan Sheza? Mereka yang sudah tau kalau dia dan Radin pernah ada affair, sangat paham kalau Sheza tentunya tidak terima akan pernikahan sang kekasih. Namun tetap sangat disayangkan ketika perempuan itu jatuhnya seperti membongkar aib sendiri. Padahal, image Sheza sebagai manajer keuangan di Saska T&G sedang bagus-bagusnya. Dia dikenal sebagai perempuan cantik dan juga pintar.Yang lebih aneh, sekalipun sudah tau akan diterpa
Kemilau kembali memekik ketika Radinka memisahkan lututnya dan maju selangkah. Tubuh mereka kian rapat dan jelas hasrat perempuan itu langsung terpancing.“Sayang, i—ini yakin aman?” Tapi Mila memutar kepalanya ke kiri dan ke kanan. Semua tirai jendela kaca terbuka. Dia sungguh tidak nyaman.“Kenapa? Kamu takut ada yang melihat kita bercinta di sini?”Mila mengangguk. “Tirainya tutup dulu, Hon. Risih.”“Siap, Nyonya.” Radinka tersenyum sambil membuat gesture menghormat seperti seorang prajurit. Ada baiknya mereka memang main aman dari pada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Maka laki-laki itu meninggalkan meja sebentar untuk menekan tombol yang ada di tembok. Lalu tira-tirai besar itu mulai bergerak menutupi dinding kaca. Mila menyaksikannya dengan takjub, dengan mulut yang sedikit menganga.Ruangan sudah gelap, hanya ada beberapa sinar lurus yang menembus dari ventilasi ruangan. Radinka kembali ke posisinya. Kedua telapak tangan dia taruh di sisi-sisi pinggul Mila, yang memungkin
Aksi memukau Kemilau tadi tentu saja kembali menjadi topik obrolan anak-anak kantor. Yang ikut meeting sepertinya tidak bisa menahan diri untuk tidak membicarakan pesona wanita muda yang kini berstatus menjadi istri direktur mereka. Puji-pujian kembali berkumandang di segala arah, membuat telinga seorang Sheza Noura panas bukan main."Brengsek brengsek brengsek!!" Kakinya menendang-nendang pintu toilet yang baru saja dia masuki. Dia tidak menyangka Mila juga berhasil menyihir semua orang yang ada di sini. Bahkan rekan-rekan terdekatnya pun tidak ada yang terlihat membahas foto dia dan Radin. Malah sibuk mengomentari Kemilau dan segala kelebihannya. Lantas untuk apa dia membuka aibnya sendiri dengan mengekspos foto-foto itu??? Haish!Sheza merasakan sel-sel darahnya sedang mendistribusikan seluruh rasa marah ke seluruh tubuh. Hawa di sekitarnya berubah menjadi panas, padahal semua toilet di kantor ini dipasang air conditioner. Hufffttt! Inhale, exhale. Inhale, exhale."Ini masih permul
Selama dua tahun terakhir, Bali dan segala isinya adalah momok yang sangat menakutkan bagi seorang Radinka Kevan Saskara. Setelah Mila meninggalkannya di tempat itu dengan cara yang tragis, dia berjanji tidak akan pernah menginjakkan kaki di sana lagi. Hidupnya benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat. Radinka kembali ke setelan pabriknya. Dingin dan tak tersentuh. Selama dua tahun memegang pemerintahan di Saska, dia berhasil menaikkan omset tahunan lima kali lipat dari jaman kejayaan ayahnya. Kepergian Mila membuatnya tidak punya pilihan selain fokus pada Saska. Radinka harus mengakui, kata-kata Mila sangat benar tentang Saska adalah tanggung jawabnya. Setelah dipikir-pikir kembali, alangkah bodohnya dia saat berniat melepaskan Saska demi hal lain yang belum tentu layak untuk diperjuangkan. Seperti Mila salah satunya. Hingga sekarang, sama sekali tidak ada kabar dari perempuan itu. Radinka juga tidak berusaha untuk mencari tau keberadaannya. Hati yang sudah membatu, membuat
Tidak hanya Radinka yang merasakan hati bagai tersayat-sayat. Kemilau juga sama. Sepanjang penerbangan ke London dia tidak berhenti menangis. Mengorbankan hidupnya ke dalam tangan Amar yang bahkan tidak dia kenal dengan baik, adalah satu hal besar yang sesungguhnya tidak ingin dia lakukan. Tapi dia tidak berdaya ketika Amar dan Adam selalu menerornya lewat pesan. Mengancam akan benar-benar menjatuhkan Saska jika dia tidak bersedia ikut ke London.Mila bahkan tidak tau apa tujuan sepasang orang tua ini membawanya ke sana. Bukankah itu tindakan yang terlalu berani? Sepanjang perjalanan Kemilau tidak bersuara. Sedikitpun tidak berkenan menjawab pertanyaan Amar dan Pratiwi. Hingga akhirnya mereka tiba di tempat tujuan, Mila masih betah dengan segala kebungkamannya.“Tersenyumlah. Karena itu membuatmu jauh lebih cantik.” Pratiwi mencoba menghibur cucunya. Namun jelas itu tidak penting. Kemilau tidak membutuhkannya. Yang ada di pikirannya sekarang adalah Radinka. Entah bagaimana kabar pria
“Aku pengen jalan-jalan.” Mila sesumbar membuat permohonan saat Radika sedang memakai baju tidurnya. Wanita itu memeluknya dari belakang dan mencium tengkuknya dengan agresif.“Jalan-jalan ke mana, Baby?”“I don’t know. Mungkin Bandung, atau Bali lagi?”Radinka memutar tubuhnya dengan senyum yang sudah terlukis di wajah. “Kamu … mau honey moon sesi kedua?”Mila balas tersenyum lebar dan mengangguk dengan semangat. “Aku sumpek dengan semua yang terjadi belakangan. Pengen menghirup udara segar.”“Bali? Kapan?”“Bebas. Kamu bisa ijinin aku ke kampus ‘kan Sayangg?” Mila memohon manja.“Baiklah. Saya juga akan mengatur jadwal cuti lagi di kantor. Bagaimana kalau kita berangkat besok lusa?”Lagi-lagi anggukan di kepala Mila membuat Radinka begitu yakin kalau Mila sudah memilihnya. Lusa berarti sudah melewati batas perjanjian dengan Amar. Kalau Mila sendiri yang meminta untuk jalan jauh, itu artinya Radin sudah bisa tenang.Dan Bali akan menjadi tempat yang akan Radinka benci seumur hidupnya
Nadya dan Greta sudah menanti kepulangan Radinka dan Kemilau. Meski dulu sempat tidak menyukai Mila, sekarang kedua orang itu justru tidak berharap Mila lebih memilih keluarga Amar. Sungguh nyata Allah adalah maha pembolak-balik hati. Saat Radin dan Mila muncul di ambang pintu, senyum di wajah Nadya langsung terkembang. Entah bagaimana bisa melihat sosok Kemilau ada di rumah ini terasa lebih baik dari pada tidak.Nadya menepuk kursi di sebelahnya, seperti memberi kode kepada Mila agar perempuan muda itu duduk di antara dia dan Greta. Dan Radinka membiarkan istrinya menuruti sang mama."Kami sungguh-sungguh meminta maaf." Nadya membuka pembicaraan. Memang inilah yang harus mereka bahas sekarang. Sebelum mereka kembali melanjutkan hidup dengan normal."Iya, Ma. Aku mengerti."Nadya mengambil kedua tangan Kemilau dan dia genggam begitu erat. "Maafkan semua perbuatan kami di awal-awal pernikahan kalian. Kami sungguh malu dan sangat menyesal."Lagi-lagi Kemilau harus menangis. Terpaksa. I
Setelah percintaan panas itu selesai, Mila menepati janji untuk menceritakan semuanya kepada Radinka. Mulai dari foto yang dia lihat di ruang kerja Adam, hingga obrolan Adam dan Sastri yang dia dengar kemarin siang. Kemudian tentang obrolan dia dengan Ibu Sulis saat di kampus, yang membuat dia sedikit curiga kepada Deva. Mila tidak mengurangi atau menambahi apapun. "Kenapa kamu lebih percaya kepada mas Adam dan mba Sastri? Bukan kepada saya? Kenapa kamu memilih untuk menyembunyikan ini, Sayang? Seandainya dulu kamu jujur saat saya bertanya tentang kedua orang tua kamu, mungkin urusannya tidak harus sampai sejauh ini." Kini Radinka sedang berada dalam pelukan Mila. Dia benar-benar ingin dimanja. Dia ingin Mila membelai rambutnya, wajahnya, semuanya. "Aku minta maaf. Aku masih egois dengan pemikiranku sendiri. Aku mengira ini bukanlah perkara besar. Maafkan aku." Mila tidak punya pilihan kata lain. Dengan lembut dia menyugar rambut Radinka dan melabuhkan kecupan panjang di setiap inc
*Sebelumnya maaf kalau ada typoMobil Radinka bergerak dengan cepat meninggalkan pelataran rumah Adam. Hasrat ingin melampiaskan rindu terhadap Kemilau begitu menggebu-gebu di dalam dirinya. Tangan yang tak berhenti tertaut melambangkan betapa dia sangat takut perempuan itu meninggalkan dia. Radinka sudah berjanji akan melakukan segala cara agar Kemilau memilih untuk bertahan di sisinya. Tidak perlu mempertimbangkan Amar dan keluarganya yang penghianat itu.“Sayang, aku kangen.” Mila tak sungkan-sungkan mengutarakan isi hatinya sambil meremas jemari Radin yang besar.“Kamu pikir saya enggak, hm? Kamu berhutang penjelasan tentang semuanya. Kenapa saya harus mengetahui ini dari orang lain, bukan dari kamu sendiri.”Mila menggigit bibir. “Aku akan menceritakan semuanya nanti. Dari awal.”“Better like that, Baby. Karena saya merasa bodoh ketika mengantar kamu ke kampus, lalu kamu pergi lagi tanpa sepengetahuan saya. Saya mencari kamu ke mana-mana tapi tidak ada yang tau kamu di mana. Saya
*Maaf kalau ada typoSemua orang tercengang. Nadya, Greta, Julian dan Kemilau sama sekali tidak kepikiran ke sana. Mendengar Radinka mengutarakan hal tersebut membuat mereka bertukar pandang satu sama lain. Berbeda dengan keluarga Amar yang membeku di tempat.Akhirnya … motif mereka mendekati Kemilau terbongkar sudah.“Benarkah?” Radinka mengulangi pertanyaannya dengan nada skeptis. “Apakah Sheza juga yang memberi tahu kalian bahwa Mila mendapat bagian yang begitu besar?”“Opa, benar begitu Opa?” Kemilau merasa kalau dia berhak untuk mendengar jawaban dari sang opa.“Kalau iya … bukankah niat kalian lebih busuk dari pada ayah saya? Kalian bahkan tidak perduli tentang kebakaran itu dan tentang orang tua Kemilau yang meninggal karenanya. Tapi kalian hanya peduli warisan itu? Begitu??”…“Kalian juga sengaja membuat syarat untuk kembali menguliahkan Mila. Supaya apa? Supaya saat waktunya kalian mengambil dia dari sisi saya, dia sudah siap untuk kalian jadikan robot pekerja, begitu?”“DIA
Feeling Nayda ternyata benar. Setelah mengetahui bahwa Kemilau adalah keponakan Adam, wanita itu langsung merasa bahwa ada yang tidak beres dengan keluarga Amar. Apalagi berdasarkan info dari Julian, Radinka tidak berhasil menemukan Mila di kampus. Nadia langsung tau di mana mereka bisa menemukan Mila. Dia mengajak Julian dan Greta segera pergi menyambangi rumah Adam.Bisa dibilang mereka tiba di waktu yang tepat. Persis saat Amar dan Pratiwi tiba, tapi kedua orang itu tidak menyadari kedatangan mereka. Nadya, Julian dan Greta tidak langsung masuk, memilih untuk berdiam sebentar di luar untuk mengetahui apa yang mereka bicarakan. Dan sudah tentu ini adalah tentang peristiwa kebakaran itu.“Lantas apa yang kalian mau? Apa kalian pikir suami saya juga menginginkan kebakaran itu?” Nadya masuk menyahut ucapan bengis Amar dari ambang pintu. Hanya melihat Radinka dicecar secara verbal saja sudah membuat hatinya teriris-iris. Memang, harus diakui, menganiaya Mila seperti dulu adalah perbuat
Radinka melarikan mobilnya secepat kilat menuju rumah kediaman Adam. Sebelum orang-orang itu meracuni pikiran istrinya dengan yang tidak-tidak, lebih baik dia segera sampai. Hampir saja dia menerobos lampu merah dan menbuat kekacauan di jalan raya. Namun untung saja kontrol diri laki-laki itu masih bekerja dan dirinya tidak sampai berurusan dengan pihak yang berwajib.Akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Radinka turun dengan terburu-buru. Bahkan sampai pintu mobilnya terdengar berdebam keras dari dalam rumah. Adam, Sastri dan Kemilau berdiri karena kaget.“Mila!” Teriakan itu membuat tubuh Kemilau seketika dibanjiri bermacam rasa. Campur aduk. Senang tapi sedih. Rindu tapi bingung. Sosok yang sedari tadi mereka bicarakan akhirnya muncul di depan mata dengan napas yang tersengal hebat.Dua pasang mata itu saling menatap. Sama-sama ada kerinduan yang tersirat di sana. Namun, sebagaimana yang mereka sudah ketahui bersama, ada sebuah batu besar yang kini menghalangi sehingga raga mereka