Beranda / Romansa / (Bukan) Gadis Matre sang Juragan / 14. Memperbaiki Kesalahan.

Share

14. Memperbaiki Kesalahan.

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-21 13:30:46

"Tentu saja boleh, Nak. Besok Ayah sendiri yang akan menyetir. Kita akan jalan-jalan keliling Citeko berdua." Pak Suhardi tersenyum haru. Penantiannya selama 15 tahun telah dibalas dengan manis oleh putri kesayangannya.

Sementara Nia dan Pak Suhardi bernostalgia, Kencana dan Dahayu saling berpandangan. Darah memang lebih kental dari air. Ternyata seberapa buruk pun Nia memperlakukan ayahnya, ayahnya tetap mencintai Nia. Kalau begini mereka berdua bisa tersingkir dari hati ayah mereka-ayah yang sudah 11 tahun lamanya menemani hari-hari mereka.

"Sekarang sebaiknya kamu beristirahat dulu. Besok adalah hari terakhirmu libur, karena setelahnya kamu harus bekerja seperti kesepakatan kita. Setuju, Nia?" tegas Pak Suhardi. Walaupun hatinya berbunga-bunga karena perubahan sikap sang putri, Pak Suhardi tetap dengan keputusan yang telah mereka sepakati bersama. Dia harus belajar mandiri dan bertanggung jawab.

"Baik, Yah. Nia akan istirahat sekarang. Selamat malam, Ayah." Nia mencium pipi kiri da
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   15. Demonstasi Di Pabrik Susu.

    "Iya, sebentar," sahut Nia saat mendengar suara ketukan pintu. Itu pasti ayahnya yang akan mengajaknya keliling Citeko. Dengan cepat, Nia menguncir rambutnya menjadi ekor kuda yang kuat. Setelahnya, barulah ia membuka pintu. Alih-alih ayahnya, Dia malah mendapati Bik Titin yang berdiri gelisah di ambang pintu."Ayah menyuruh Bibik untuk memanggil saya, ya? Saya sudah siap kok, Bik." Nia menyambar tas ransel mungilnya. Ia siap berpetualang dengan sang ayah."Bukan, Neng. Bapak meminta Bibik menyampaikan ke Eneng kalau jalan-jalan keliling Citeko-nya tidak jadi.""Lho, kok tidak jadi? Bapak sibuk, ya, Bik?" ujar Nia kecewa."Bukan sibuk, Neng, tapi ada huru-hara di pabrik. Pak Karta membawa para peternak ramai-ramai berdemo di pabrik," jelas Bik Titin, menyampaikan apa yang ia tahu."Pak Karta itu siapa, Bik? Terus mengapa mereka demo?" tanya Nia heran.Belum sempat Bik Titin menjawab, terdengar suara langkah-langkah kaki yang mendekat. Bu Isnaini, Kencana, dan Dahayu datang menghampiri

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   16. Pengagum Rahasia.

    "Nia memarkir kendaraan di ujung jalan dan berlari menuju gerbang utama. Ia ingin membantu ayahnya semampunya."Kenapa pabrik tidak mau lagi menerima susu-susu dari kami? Padahal sebelumnya baik-baik saja. Mengapa pabrik tidak mensupport penduduk lokal?""Seperti yang sudah saya katakan berulang kali tadi, kualitas susu Bapak-Bapak semua semakin lama semakin buruk hingga tidak lolos standar pabrik. Protein dan lemaknya rusak karena Bapak-Bapak mencampurnya dengan bahan-bahan lain," jelas Pak Suhardi kepada para peternak."Bukan itu saja. Susu Bapak-Bapak semua telah terkontaminasi dengan bakteri akibat dari campuran bahan-bahan yang tidak dibenarkan. Makanya, pabrik tidak bisa menampungnya karena bisa membahayakan konsumen," tambah Bayu."Halah, itu cuma alasan. Bilang saja kalau kalian lebih suka menggunakan bahan baku susu impor karena bebas pajak! Kalian mau untung besar dengan cara menginjak kepala kami, para peternak lokal. Kalian ingin membuat kami mati pelan-pelan di tanah kami

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   17. Kecemburuan Kencana.

    "Ayah tidak menyangka kalau kamu tidak gentar menghadapi mereka semua tadi, Nia. Ayah sangat bangga padamu." Sembari menyendok ikan balado, Pak Suhardi kembali memuji Nia. "Ya ampun, Yah. Kita ini sedang makan lho. Cana hitung sudah tujuh kali Ayah menceritakan hal yang sama. Apa tidak ada topik yang lain, Yah?" cetus Kencana kesal. Hatinya panas mendengar ayahnya terus saja memuji-muji sang kakak tiri."Cana," Bu Isnaini memperingati sang putri dengan hanya memanggil namanya. "Maksud Cana, entah Ayah menceritakan soal bagaimana cara Ayah meyakinkan para peternak untuk membubarkan diri, atau kesepakatan apa yang telah kedua belah pihak setujui. Biar Cana nantinya bisa belajar. Begitu lho maksud Cana, Yah." Kencana dengan cepat meralat ucapannya setelah melihat delikan mata sang ibu. Kalau tidak demi menyenangkan hati ayahnya, sudah dari tadi ia meninggalkan meja makan. Telinganya pengeng karena terus menerus dijejali pujian tentang Nia."Oh, ya seperti yang Ayah ceritakan dari awal.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   18. Dia Lagi!

    "Selamat pagi, Pak. Kita berangkat sekarang?" Bayu menyapa Pak Suhardi sopan. Sedangkan kepada Nia, Bayu hanya melirik sekilas. "Iya, Yu. Eh, Bapak mau tanya, bukannya seharusnya Wahyu yang akan berangkat ke Jakarta? Ayahmu kemarin bilang, Wahyu akan menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor.""Seharusnya sih, Pak. Cuma Wahyu tadi bilang, ia ingin di sini saja menemani Kencana di pabrik. Ya sudah, saya saja yang mengurus pekerjaan kantor di Jakarta." Bayu menjelaskan secara singkat. Mendengar jawaban Bayu, Nia meringis. Perjodohan Bayu dan Kencana sepertinya tidak mudah. Ada aroma cinta segitiga antara Kencana, Bayu dan juga Wahyu. "Oh begitu toh. Ayo kita berangkat sekarang. Biar tidak kesiangan sampai di Jakarta." "Tasnya saja saja yang membawa, Pak," tawar Bayu. "Tidak usah. Tas segini, ringan kok. Bapak belum tua-tua amat." Pak Suhardi menolak. Lima menit kemudian mobil melaju perlahan meninggalkan Citeko. Nia menatap ke depan dengan harapan besar. Ia akan menyelesaikan semua p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   19. Bertemu Bandot Tua.

    "Oh, itu Bayu, Bu. Anak sahabat Ayah saya." Dengan sedikit enggan, Nia menjelaskan jati diri Bayu kepada Tante Titik."Oh, pantesan," ujar Tante Titik singkat, nada bicaranya penuh pengertian."Mungkin Ayah saya sedang ada keperluan, jadi Bayu yang menjemput," tambah Nia, mencoba terdengar wajar meskipun ada rasa tidak nyaman.Sejurus kemudian, Bayu masuk ke ruang tamu. Ia mengangguk singkat ke arah Tante Titik dan menyapa formal."Selamat sore, Bu. Saya Bayu." Bayu memperkenalkan diri. Suaranya tegas namun sopan."Sore juga, Bayu. Saya Titik. Panggil saja Tante Titik. Mau menjemput Nia, ya?" Tante Titik bertanya ramah, senyumnya mengembang."Iya, Tante. Pak Suhardi sedang ada sedikit urusan, jadi saya menggantikannya," jawab Bayu singkat, nyaris tanpa ekspresi."Karena sudah dijemput, saya pamit pulang ya, Tante," potong Nia cepat. Ia tidak ingin memperpanjang basa-basi."Baiklah. Nak Bayu, tolong bantu Nia membawa box-box ini ke mobil, ya," pinta Tante Titik dengan nada menghimbau.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   20. Amarah Bayu.

    "Saya... saya..." Nia makin gugup saat Pak Abdi mendekatkan wajahnya. Napas memburu Pak Abdi mengingatkannya akan malam-malam mengerikan di waktu lalu -malam di mana ibunya pulang syuting atau mabuk-mabukan di antar oleh laki-laki yang berbeda-beda. Para lelaki itu selalu mencari cara untuk mendekatinya. Sedari remaja dan dewasa muda, ia kerap diganggu oleh pacar-pacar maupun rekan-rekan kerja ibunya."Saya... saya... apa, Sayang?" Pak Abdi menggoda Nia dengan kedipan mata.Jangan lagi. Ia tidak mau lagi mengalami hal seperti ini. Ia sudah dewasa sekarang. Ia bisa melawan!"Jangan sentuh saya!" Nia berteriak sekuat tenaga. Bayangan tangan-tangan gemuk berbulu yang berebutan ingin menjamahnya membuatnya histeris."Lho... lho... lho... kok ngamuk? Saya belum menyentuhmu, lho, Cantik. Saya cuma—""Argh! Kamu siapa? Lepaskan saya!"Pak Abdi berteriak kesakitan saat seseorang tiba-tiba menarik dan memutar pergelangan tangannya."Jangan memperlakukan perempuan dengan kelakuan kampungan sepe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   21. Pengagum Rahasia.

    Nia tersenyum saat banyak pengikut yang men-DM-nya. Rata-rata dari mereka ingin tahu harga-harga tas yang ia spill tipis-tipis. Ketika makanan yang dipesan datang, ia menyantapnya dalam diam. Ia tidak mempedulikan obrolan Bayu beserta dua temannya."Menurut pendapat Nia bagaimana?" Tiba-tiba saja Niko bertanya pada Nia."Heh, bagaimana apanya?" Nia, yang memang tidak menyimak obrolan, balik bertanya."Jangan mulai lagi, Nik. Nia tidak tahu-menahu soal dunia usaha. Nia tahunya belanja saja." Bayu mendecakkan lidah. Sebenarnya, ia muak sekali melihat Nia yang terus-menerus menscroll berbagai macam model tas di ponselnya. Gadis ini pasti ingin membeli tas lagi. Nafsu belanjanya memang di luar nalar.Nia meneguk minumannya hingga tandas. Bayu memang tidak pernah menganggapnya berotak."Jangan judgmental begitu dong sama pacar sendiri, Yu. Siapa tahu Nia punya pandangan lain." Sekarang, giliran Leo yang membela. Sikap underestimate Bayu terhadap Nia membuat Leo merasa kasihan."Kami tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   22. Siapa Dia?

    "Ibu Berta ini adalah kreditur terakhir yang harus Ayah bayar, bukan?" bisik Pak Suhardi lirih sebelum mentransfer sejumlah dana kepada Ibu Berta. Saat ini mereka berada di rumah Ibu Berta, rentenir yang meminjamkan ibunya dana sejumlah dua ratus lima puluh juta rupiah dengan jaminan kalung dan cincin berliannya. Kini mereka harus membayar empat ratus lima puluh juta beserta bunganya."Iya, Yah," Nia balas berbisik. Saat ini Ibu Berta tidak ada di rumah. Rita, anak perempuannyalah yang mewakili ibunya."Baik. Ayah akan transfer sekarang." Pak Suhardi menekan beberapa tombol di ponselnya. Dalam sekejap, uang pun berpindah ke rekening Ibu Berta."Oke. Uangnya sudah masuk, kata ibu saya. Ini barang jaminannya." Rita memberikan sebuah kotak beludru berwarna merah. Nia membuka kotak itu dengan hati-hati. Kalung berlian dan cincin berbentuk hati ada di dalamnya, berkilauan indah. Ibunya menggadaikan kalung dan cincin hadiah dari ayahnya. Syukurlah, barang-barang itu kini telah kembali pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25

Bab terbaru

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   102. Akhir Bahagia (End)

    Nia tersenyum haru. Bayu sudah lulus ujian. Selama bulan-bulan terakhir ini, ia memang sengaja memperlakukan Bayu dengan buruk. Ia memberi Bayu begitu banyak tekanan dan juga sikap yang tidak menyenangkan. Ia kira, pada akhirnya kira Bayu akan menyerah dan meninggalkannya. Ternyata Bayu pantang menyerah dan sabar menghadapinya. "Saya juga mencintaimu kok, Yu. Hanya saja saya memilih mencintaimu dalam diam, dalam kesendirian dan dalam mimpi." Nia akhirnya membuka isi hatinya. Bayu terhenyak. Ia bengong sesaat karena mengira pendengarannya bermasalah. "Kamu bilang apa, Nia? Coba u... ulangi." Bayu membersihkan kedua telinganya dengan jari telunjuk. Ia ingin mendengar pengakuan cinta Nia dengan sejelas-jelasnya. Nia pun dengan senang hati mengulangi pernyataan cintanya. "Kenapa harus begitu, Nia?" tanya Bayu dengan suara parau. Keromantisan Nia dan Bayu membuat ruang bersalin hening sejenak. Dokter Widya membuat gerakan menggeleng pelan, saat perawat ingin memindahkan Nia ke ruang pe

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   101. Lahirnya Baskara Ilmani.

    Dua Bulan Kemudian - Rumah SakitBayu berlari menyusuri lorong rumah sakit, jantungnya berdegup kencang. Kedua orang tuanya, Bu Sekar dan Pak Jafar, mengikuti di belakangnya dengan wajah cemas. Pak Suhardi sudah menunggu mereka di depan ruang bersalin, wajahnya diliputi kekhawatiran."Bagaimana Nia, Pak?" Bayu bertanya dengan napas tersengal. Ia mengoper pekerjaan di Jakarta pada Wahyu di Jakarta langsung ke Cisarua. "Masih berjuang, Nak. Sudah hampir lima jam." Suara Pak Suhardi terdengar bergetar. Hatinya juga sangat risau.Sekonyong-konyong terdengar suara jeritan tertahan dari ruang bersalin, berikut instruksi-intruksi dari dokter. Bayu mengenali jeritan kesakitan menyayat hati itu. Suara Nia! Bayu mengepalkan tangan, matanya mulai memanas. "Apa saya boleh masuk ke dalam, Pak ?" tanya Bayu khawatir. "Walau kami sudah bercerai, tapi anak yang akan Nia lahirkan adalah darah daging saya. Tolong, beri saya kesempatan untuk mendampingi Nia, Pak." Bayu meminta izin Pak Suhardi."Perg

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   100. Aku Akan Menujumu.

    Nia duduk di sofa faviliun dengan ekspresi tenang, meskipun jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia tahu pertemuan ini tidak akan mudah. Dan benar saja, ketika Bayu dan kedua orang tuanya memasuki ruangan, tatapan Bu Sekar langsung tertuju pada perutnya yang membukit.Bu Sekar menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya langsung berkaca-kaca. Ia pun segera menghampiri Nia di sofa dan duduk di sampingnya."Ya Tuhan…" bisiknya dengan suara bergetar. "Aku benar-benar akan menjadi seorang nenek," bisik Bu Sekar penuh perasaan.Pak Jafar yang berdiri di samping Bu Sekar menghela napas panjang. Ia ikut terharu akan menjadi seorang kakek. Selain itu, ia sangat lega. Karena setelah ditemukannya Nia, Bayu jadi kembali bersemangat. Hidupnya menjadi lebih terarah. Bayu sendiri walau diam, tapi sorot matanya penuh rasa haru. Sejak masuk ke dalam faviliun, pandangannya tidak pernah lepas dari wajah Nia. Sinar cinta tidak bisa disembunyikan dari tatapan matanya.Bu Sekar meraih tangan

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   99. Rekonsiliasi.

    Nia duduk di sofa faviliun dengan ekspresi tenang, meskipun jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia tahu pertemuan ini tidak akan mudah. Dan benar saja, ketika Bayu dan kedua orang tuanya memasuki ruangan, tatapan Bu Sekar langsung tertuju pada perutnya yang membukit.Bu Sekar menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya langsung berkaca-kaca. Ia pun segera menghampiri Nia di sofa dan duduk di sampingnya."Ya Tuhan…" bisiknya dengan suara bergetar. "Aku benar-benar akan menjadi seorang nenek," bisik Bu Sekar penuh perasaan.Pak Jafar yang berdiri di samping Bu Sekar menghela napas panjang. Ia ikut terharu akan menjadi seorang kakek. Selain itu, ia sangat lega. Karena setelah ditemukannya Nia, Bayu jadi kembali bersemangat. Hidupnya menjadi lebih terarah. Bayu sendiri walau diam, tapi sorot matanya penuh rasa haru. Sejak masuk ke dalam faviliun, pandangannya tidak pernah lepas dari wajah Nia. Sinar cinta tidak bisa disembunyikan dari tatapan matanya.Bu Sekar meraih tangan

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   98. Belajar Ikhlas.

    Sebenarnya ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Nia, tetapi suaranya terhenti di tenggorokan.Nia tetap berdiri di sana, tersenyum tipis, tanpa dendam atau amarah. Ia sudah mengikhlaskan semuanya."Sudah ya, saya harus ke kantor guru. Setelah beristirahat sebentar saya harus mengajar kembali," kata Mia, menjauh. Elusan tangan Bayu pun terlepas."Baiklah. Bisakah kita bertemu lagi? Ada banyak hal yang ingin saya bicarakan," pinta Bayu penuh harap."Bisa saja. Tapi harus disesuaikan dengan jadwal saya," jawab Nia setelah menimbang-nimbang sesaat."Kalau begitu, bolehkah saya meminta nomor ponselmu yang baru? Saya membutuhkannya untuk mengatur jadwal denganmu.""Kamu telepon saja Ayah. Nanti Ayah pasti akan menyampaikan pesanmu."Nia menolak memberikan nomor ponselnya."Satu pertanyaan lagi, Nia. Apakah kamu membenci saya?" tanya Bayu harap-harap cemas.Nia mengerutkan kening sesaat sebelum menggeleng mantap. "Tidak."Alhamdulillah."Tepatnya, saya tidak memiliki perasaan apa pun l

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   97. Pertemuan.

    Di sebuah sekolah dasar swasta, Budi Pekerti, anak-anak berseragam merah putih duduk dengan tertib. Mereka tengah menunggu kedatangan guru Bahasa Inggris yang sangat mereka sukai.Beberapa saat kemudian, guru yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Dengan senyum manis, guru favorit anak-anak kelas dua itu masuk dengan sebuah buku panduan di tangannya."Good morning, class," Nia menyapa murid-muridnya. Sudah empat bulan ini, ia mengajar Bahasa Inggris di sekolah Budi Pekerti."Good morning, Mrs. Nia," murid-murid menjawab serempak."Oke. Today, we are going to learn new words. Does anyone know what 'apple' means in Indonesian?" tanya Nia kepada murid-muridnya.Fuji—salah satu muridnya—mengangkat tangan."Yes, Mrs! 'Apple' is 'apel' in Indonesian," jawabnya dengan yakin."Very good, Fuji! Now, repeat after me. Apple.""Apple," seluruh kelas mengikuti.Bayu berdiri diam di luar kelas. Matanya tak berkedip menatap Nia—mantan istrinya—yang sedang mengajar. Ia tidak menyangka bahwa tempa

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   96. Takdir dan Cinta.

    "Suhar..." Suara Bu Sekar pecah."Aku mohon... Bayu sudah seperti orang gila enam bulan ini! Ia tidak bekerja, tidak peduli dengan kesehatannya. Tidak ada yang ia pikirkan selain mencari Nia!"Pak Suhardi menarik napas panjang. Hatinya resah. Ia bisa membayangkan bagaimana keadaan Bayu.Bu Sekar menelan ludah, air matanya menggenang."Bayu depresi, Hardi. Aku takut kalau dia sampai menyakiti dirinya sendiri. Bayu hanya ingin menemui Nia sekali saja, Har. Satu kali saja."Hening. Di ujung telepon, Pak Suhardi mengusap wajahnya, serba salah. Ia tahu Nia sangat tersakiti, dan ia sudah berjanji akan melindungi putrinya itu dari segala hal yang membuatnya menderita. Namun, di sisi lain, ia juga melihat bagaimana Bayu benar-benar berubah."Aku akan mengatakan satu rahasia yang selama ini aku pendam semampuku, Har." Suara Bu Sekar bergetar."Apa itu, Sekar?" Suara Pak Suhardi terdengar khawatir."Aku menderita kanker pankreas stadium tiga, Har.""Astaghfirullahaladzim. Berarti pertemuan kit

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   95. Patah Hati.

    Enam bulan kemudian.Hujan deras menyelimuti Cisarua sore itu, menciptakan kabut tipis di sepanjang jalanan desa yang sepi. Bayu turun dari mobilnya dengan langkah gontai, membiarkan hujan membasahi tubuhnya yang sudah kedinginan. Rambutnya lepek, wajahnya pucat, dan tubuhnya lebih kurus dari terakhir kali ia menginjakkan kaki di rumah ini.Di beranda, Bu Sekar berdiri dengan payung di tangan. Wajahnya sendu saat melihat putranya dalam keadaan menyedihkan. Tanpa berkata apa-apa, ia meraih tangan Bayu dan menariknya masuk ke dalam rumah."Ya ampun, Bayu. Enam bulan lamanya kamu tidak pernah ke sini, sekarang kamu datang dalam keadaan seperti ini?" Bu Sekar menyambut sang putra dengan tatapan prihatin.Bayu tidak menjawab. Ia hanya berdiri diam, menatap kosong ke seantero rumah yang dulu terasa hangat karena ada Nia di dalamnya. Namun, kini semua hanya tinggal kenangan."Kau menyiksa diri sendiri, Nak. Lihat dirimu... Kamu bahkan lebih mirip gelandangan sekarang." Bu Sekar memandu putra

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   94. Jangan Sakiti Hatiku Lagi.

    "Saya cemburu," ucap Bayu pelan, nyaris seperti bisikan.Nia mengernyit. "Apa maksudmu?"Bayu menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Nia."Semua kekacauan ini, ketidakmasukakalan sikap saya, diawali oleh rasa cemburu," ulang Bayu, kali ini dengan suara lebih keras."Setiap kali saya melihatmu dekat dengan pria lain, saya tidak bisa berpikir jernih. Makanya, semua jadi kacau."Nia diam, namun ia tetap mendengarkan curahan hati Bayu.Bayu menarik napas panjang, menguatkan hatinya untuk terus mengeluarkan isi hatinya."Kamu ingat tidak saat saya melamarmu dulu? Saya bilang pada ayahmu kalau saya jatuh cinta padamu sejak melihatmu turun dari bus. Itu semua benar, Nia. Saya memang sudah menginginkanmu sejak saat itu. Namun, saya gengsi untuk mengakuinya. Karena...""Karena kamu menganggap saya yang penuh dosa ini tidak pantas untukmu yang suci, murni, tak bernoda, bukan?" potong Nia cepat.Bayu kembali menghela napas panjang. Walau terdengar memalukan, ia harus jujur."Benar. S

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status