Share

Bab 34 Rencana

Penulis: Sisca W.
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-15 23:02:56

Wenda membasuh wajahnya dengan air yang mengalir dari keran wastafel. Ia menatap dirinya yang terpantul dari cermin di hadapannya. Rasa lembut itu masih tertinggal di bibirnya. Ia tak menyangka dirinya akan bertindak hingga sejauh itu. Hanya demi meyakinkan David kalau ia serius menjalani peran dalam sandiwara ini.

Wenda tak merasakan getaran apapun dalam dirinya sewaktu mencium David. Seolah ia telah mati rasa. Perasaan itu mungkin telah pergi seiring rasa kehilangan sosok ibunya yang masih koma. Ia sama sekali belum memberi tahu kabar terbaru ini kepada ayah dan adik-adiknya.

Wenda berjalan untuk kembali ke kamar tunggu dengan langkah yang begitu lemah. Lengannya tiba-tiba terasa dingin yang menusuk, padahal jendela pada lorong yang ia lalui tidak ada yang terbuka sama sekali. Mengapa malam ini terasa sangat dingin?

Setibanya di kamar tunggu itu, terdengar suara tangisan histeris dari seorang wanita. Para tetangga kamar pun sudah banyak yang keluar untuk meliha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 35 Pamit

    Pernikahan itu berlangsung sederhana dalam suasana keagamaan yang khusyuk dan khidmat. Dihadiri oleh sanak saudara dan kerabat dekat saja. Kedua mempelai nampak bahagia di atas pelaminan yang sederhana itu. Namun tak bisa dipungkiri ada segurat rasa kesedihan yang terpancar di mata mempelai wanita beserta keluarga intinya. Tiga hari setelah pernikahan itu berlangsung, musibah kembali datang menerpa keluarga Pak Agus Gunawan. Sang istri tercinta sekaligus ibu dari keempat anaknya telah pergi meninggalkan mereka selama-selamanya. Hati siapa yang tak hancur dan berantakan mengalami duka ini. Semua begitu terpukul, terutama Pak Agus dan Wenda. Mereka berharap Bu Tiwi pergi dengan membawa kedamaian dan ketenangan di sana. Sejak pernikahan, belum pernah sekalipun Wenda menginjakkan kakinya di kediaman keluarga Pramono. Sebelum sepeninggal Bu Tiwi, waktu Wenda telah habis untuk menemani ibunya. Ada sedikit kelegaan yang dirasakan Wenda karena bisa menemani ibunya di waktu-wa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15
  • Bukan Dokter Cinta   Bab 36 Welcome Home

    "Welcome home, Wenda. Mama sudah kangen banget sama kamu." sapa Bu Tina ramah dan sumringah. Ia langsung menggandeng lengan Wenda dan menuntunnya untuk masuk ke dalam rumah. "Terima kasih, Ma." balas Wenda ramah dan tersenyum tipis. "Lang, tolong angkat koper Wenda ke kamarku!" pinta David kepada Gilang. "Papa di mana, Ma?" tanya David yang tak melihat sosok Papa. "Papa ya sudah tidur dong, Vid." ucap Bu Tina sambil duduk di sofa ruang keluarga dan diikuti oleh Wenda. David baru sadar, malam ini mereka pulang terlalu larut, hampir tengah malam malah. Butuh waktu lebih panjang untuk pulang ke rumah ini karena Wenda harus menyiapkan baju-baju dan beberapa barang miliknya. Keputusan ini memang mendadak sekali. David pun mengira, Wenda masih akan bersikeras menolak permintaannya. Tetapi, tak disangka ia malah menjadi gadis penurut malam ini. "Maaf ya, Wenda. Mama dan Papa nggak bisa hadir di acara doa bersama malam ini. Papa sedang tidak enak badan, jadi Ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-16
  • Bukan Dokter Cinta   Bab 37 Kuda Betina

    David menyalakan keran shower dan air pun mengalir deras membasahi seluruh tubuhnya. Kejadian semalam tak mau hilang begitu saja dari ingatannya. Meski air ini mengalir deras mengguyur kepalanya. Wenda si gadis kalem dan pendiam berubah menjadi kuda betina yang liar di kala ia tidur.David ingat betul bagaimana Wenda memeluknya erat seolah tubuh David adalah sebuah guling empuk nan besar. Tidurnya menjadi terganggu, padahal ia baru mau masuk menuju ke alam mimpinya. David berusaha melepaskan pelukan itu, namun yang terjadi kaki kanan Wenda malah naik ke atas kakinya hingga hampir menyentuh kejantanannya. David kesal karena sepele membuat salah satu anggota tubuhnya menjadi tegang malam itu. Ia pun beranjak dari tidurnya dan keluar kamarnya. Mengendap-endap menuju kamar Mila yang sudah ditinggal oleh penghuninya. Ia mengambil guling dan membawa ke kamarnya. Padahal ada selimut di sana, mengapa ia tak mengambilnya kalau kedinginan?David terlalu lelah dan mengantuk m

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-16
  • Bukan Dokter Cinta   Bab 38 Program

    "David, setelah makan malam kamu ke ruang kerja Papa ya." perintah Pak Johan sambil mengelap mulutnya dengan selembar tisu. "Baik, Pa." sahut David mengangguk. Makan malam hari itu telah selesai. Wenda membantu Bu Tina membereskan piring untuk di bawa ke dapur. Meskipun ada Bi Darmi, Bu Tina tetap melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga. Bi Darmi hanya menjadi pelengkap bagi Bu Tina untuk meringankan pekerjaan itu. Mengingat Bi Darmi sudah tak muda lagi seperti dulu, Bu Tina pun inisiatif untuk mengurangi beban pekerjaan itu. Toh, anak-anak Bu Tina kini sudah besar dan mandiri. Berbeda waktu mereka masih kecil, Bu Tina secara khusus menaruh perhatian kepada mereka seratus persen dan Bi Darmi bagian mengurus pekerjaan rumah tangga. "Letakkan saja di situ saja, Non. Biar Bibi yang cuci." pinta Bi Darmi. "Wenda bisa cuciin piringnya, Bi. Biar Bibi istirahat aja." ucap Wenda yang sudah mengambil spons cuci piring. "Jangan, Non! Nanti saya kena tegur Tuan

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • Bukan Dokter Cinta   Bab 39 Surat

    David masih saja penasaran bagaimana Pak Johan bisa semudah itu mengetahui titik kelemahannya. David pun mencari tahu walaupun papanya sudah melarangnya. Ia menghela napasnya di depan daun pintu ruangan kerja Pak Johan yang sudah tertutup. Bersamaan dengan itu, Wenda keluar dari kamar utama sambil membawa sesuatu. Tatapan mereka bertemu dan Wenda langsung menyembunyikan benda berbentuk kotak itu di balik tubuhnya. David mengernyitkan wajahnya karena penasaran. Wenda kemudian tersadar, untuk apa menyembunyikan benda ini. Toh tidak akan mempengaruhi apapun dalam hubungan ini. Anggap saja ini adalah hadiah dari seorang ibu yang baik hati kepada anaknya. Nikmati saja benda ini yang akan berguna untuk hidupnya kelak bersama orang yang ia cintai. Wenda pun berjalan menuju anak tangga dan menaikinya tanpa mempedulikan David yang masih terpaku di sana. David pun mengekor kepadanya dan bertanya, "Itu apa?""Bukan apa-apa." jawab Wenda tak acuh. David yang penasaran merebut

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • Bukan Dokter Cinta   Bab 40 Berdamai?

    "Wen, aku minta maaf. Please dengerin penjelasan aku dulu." ujar David sangat menyesal sambil mengikuti Wenda membereskan barang-barangnya. "Aku mau pulang!" kata Wenda ketus. "Jangan, Wen. Aku masih butuh kamu!" ucap David sambil memegang kedua lengan Wenda agar dia berhenti memasukkan baju ke dalam kopernya. Wenda menatapnya tajam dengan mata yang berkaca-kaca, "Butuh untuk nafsumu?""Oh, come on, Wen. Tinggal selangkah lagi aku dapat jabatan itu. Please, hm?" rayu David dengan wajah penyesalannya, "I'm sorry, mulai malam ini aku akan tidur di kamar Mila. Oke?"David mengacungkan jari kelingkingnya. Seperti anak kecil di saat ingin mengikat perjanjian bersama kawan terbaiknya. Tetapi Wenda bukan kawannya. Wenda pun hanya tertunduk dan tak membalas perlakuan David."Tidurlah, aku tidak akan menganggumu lagi." David menurunkan tangannya yang tak dibalas oleh Wenda dan menuntunnya agar duduk di ranjang. Ia pun pergi meninggalkan kamarnya dan berjalan mengendap-endap ke kamar Mila. D

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-21
  • Bukan Dokter Cinta   Bab 41 Hadiah

    Pak Johan meminta David dan Wenda untuk berkumpul di ruang keluarga usai sarapan di pagi hari itu. Kedua orang tua itu ingin menyampaikan hal penting yang berkaitan dengan kedua pengantin baru tersebut. David dan Wenda pun menurut saja dan mereka berempat di sofa dengan posisi Wenda dan David berdampingan begitu pun Pak Johan dan Ibu Tina. "Wenda, terimalah. Ini adalah hadiah pernikahan untukmu dari Papa." ucap Pak Johan sambil meletakkan kunci mobil di atas meja beserta kelengkapan surat-suratnya. Betapa terkejut hati Wenda ketika mendapatkan hadiah semewah itu dari papa mertuanya. Ia hanya bisa terdiam sambil membelalakkan matanya sedangkan David bersikap biasa saja karena ia sudah mengetahui niat kedua orang tuanya. "Dan ini hadiah pernikahan untuk kalian dari Mama." lanjut Bu Tina sambil meletakkan sebuah amplop bewarna coklat ke sebelah kunci mobil itu. Wenda menduga amplop itu berisi selembar cek dengan nominal yang mungkin cukup besar. "Terima kasih, Pa, Ma. Wenda sudah terla

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-23
  • Bukan Dokter Cinta   Bab 42 Mual

    "Kenapa, Lang?" tanya David telah sadar jembali dari rasa terpesonanya karena penampilan Bianca. "Buruan noh, lu ke sono foto sama bini lo." Gilang mendorong tubuh David agar berjalan mendekati Bianca."Oh, Ehem." David berdeham dan pura-pura merapikan jasnya. Ia berjalan mendekati Bianca yang sedari tadi sibuk mengobrol dengan Wina dan Widya. "Kak David, nanti untuk gaya pertama Kakak peluk istrinya dari belakang untuk stok shoot video kami, ya!" pinta Sahrul. "Oh, oke." jawab David singkat lalu menatap Bianca yang kini sudah melihat kehadirannya."Ayo Wen." David mengajak Wenda sambil menengadahkan tangan di depannya. Wenda pun meraih tangannya. Sahrul dan Dicky berusaha mengarahkan gaya yang pas agar foto dan video yang dihasilkan menjadi paripurna.David merasa canggung ketika harus bergaya memeluk Wenda dari belakang. Begitu pun Wenda yang risih ketika nafas David berhembus ke seluruh tengkuknya. Momen ini membuat perut Wenda terasa bergejolak. Sepert

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27

Bab terbaru

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 61 Absolutely

    Wenda tak tahu lagi harus bereaksi seperti apa atas perlakuan David terhadapnya. Jantungnya berdetak begitu cepat. Kehangatan yang ada di tangan kanannya mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Membuat ia merasa sedikit kepanasan, terutama di bagian wajahnya. Wenda ingin sekali melepaskan genggaman itu, tetapi semakin Wenda berkutik, semakin erat pula David menggenggamnya. Bahkan akan menarik tangan Wenda untuk tetap berada di atas paha David. Tangannya berada di daerah yang sangat menegangkan, zona di mana membuat Wenda teringat akan sesuatu yang pernah terjadi beberapa hari yang lalu. Wenda memejamkan matanya dan menggeleng dengan cepat. "Kenapa Wen?" "Eh, enggak papa Mas." jawab Wenda cepat. Ia baru sadar ternyata David memperhatikan dirinya sedari tadi. "Kamu sakit? Kepalamu pusing?" "Enggak, Mas. Aku nggak kenapa-kenapa." jawab Wenda lagi dengan cepat. "Tanganmu agak anget sih." David mengelus tangan Wenda yang ada di genggamannya. Ia pun melepas genggaman itu dan mengendali

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 60 Nasi Padang

    Wenda sudah bersiap untuk menuju ke rumah sakit lagi walaupun pada akhirnya nanti ia akan berhadapan dengan omelan mertua karena sikap keras kepalanya. Tangan dan kaki yang beberapa hari kemarin sakit, badan yang sekarang lelah karena kurang tidur pun, seolah tak ia rasakan sama sekali. Ia pun bersikeras untuk tetap datang setiap hari ke rumah sakit demi adik bungsunya itu. Wenda merasa, apa yang dulu menjadi tanggung jawab ibunya, kini ia harus menggantikannya. Terlebih Santi masih terlalu kecil dan tak seharusnya ia kehilangan sosok ibu diusianya saat ini. "Sorry, Wen, nunggu lama. Tadi ada telpon dari David." ucap Gilang yang kini sudah masuk ke dalam mobil sambil membawa sebuah amplop besar berwarna cokelat. Wenda sudah menunggunya dengan masuk ke dalam mobil yang sudah menyala. "Kenapa sama David, Mas?" tanya Wenda penasaran. "Ini, dia, anu, apa.. berkas dia ada yang ketinggalan." jawab Gilang sedikit terbata. Gilang agak terkejut karena Wenda bert

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 59 Belenggu Rindu

    "Wen.. Bangun...!"Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Bu Tina menepuk perlahan lengan Wenda dan ia masih saja tertidur pulas di sofa samping ranjang Santi. "Mbak Wenda belum mau bangun ya, Tante?" tanya Santi dengan kondisi yang masih sangat lemah. Ia memiringkan tubuhnya perlahan untuk menatap Bu Tina dan Wenda. "Belum, Nak." jawab Bu Tina, "Wen, Wenda sayang.. Bangun.. ""Iya, Mas.. Bentar lagi, Wenda masih ngantuk.."Bu Tina tersenyum geli mendengar kata 'Mas' yang terucap di bibir Wenda. Pasti menantunya itu mengira dirinya adalah David, anaknya. Memang sebaiknya pengantin baru itu jangan berpisah terlalu lama. Akhinya akan jadi seperti ini 'kan? "Wenda.. Bangun..!" Bu Tina menepuk lengan Wenda lebih keras lagi. Namun ternyata hasilnya sama saja. Wenda malah sedikit menggeliat dan melipat kedua lengan ke depan tubuhnya. Seperti sedang memeluk sesuatu. "Iya, Mas.. Wenda juga kangen sama Mas... Hmmm..""W

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 58 I Miss You

    "David itu bener-bener keterlaluan! Nggak ada rasa empatinya sama sekali. Lagi kondisi kayak gini bisa-bisanya dia berlagak jadi bos, yang tinggal perintah sana perintah sini! Emang dia pikir Santi itu barang yang bisa asal dipindah tempat apa!"Wenda terus saja menggerutu di sepanjang perjalanannya menuju ruang rawat Santi. Ia meluapkan semua rasa kekesalannya atas ucapan David tadi. Ia masih tak habis pikir dengan kelakuan David yang seenak jidat itu. "Mending dia pergi aja jauh-jauh daripada harus repot-repot dateng ke sini tengah malem, kalo cuma mau ngajak ribut. Huh!"Wenda menghela napas kesalnya sekali lagi. Ia menghentikan gerutuannya usai lift yang ia naiki sudah sampai di lantai yang ia tuju. Ia terlalu malu untuk menggerutu sendiri di sepanjang lorong ruangan, di mana perawat terkadang masih lalu-lalang untuk mengecek kondisi pasien di kamar masing-masing. Saat ini, Santi tengah menjalani terapi penambahan trombosit dari para donor s

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 57 Curhat Colongan

    Sejak mendapat kabar buruk mengenai kondisi adik iparnya, David langsung terbang kembali ke Jakarta malam itu juga. Hampir saja David kehabisan tiket, karena hari ini hari Minggu, jadwal penerbangan di Bali saat itu padat sekali. David pun terbang dengan jadwal penerbangan terakhir di malam itu. Sesampainya di Jakarta, David juga langsung menuju ke rumah sakit tempat Santi dirawat. Namun karena ia datang disaat hampir tengah malam dan bukan di waktu jam besuk pasien, ia pun tak diperbolehkan masuk oleh petugas security. David pun hanya bisa mengalah setelah berbagai kalimat negosiasi ditolak mentah-mentah oleh mereka. David sadar, ini memang bukan saat yang tepat untuk menjenguk Santi, tetapi ia juga merasa khawatir dengan kondisi kaki Wenda yang tengah sakit. Bu Tina memberi tahunya bahwa Wenda malam ini tidur di rumah sakit ini untuk menjaga adiknya. Itulah mengapa ia hanya ingin memastikan bahwa Wenda baik-baik saja. Itu saja! David hanya bisa duduk

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 56 AB+

    Mobil hitam itu melaju dengan tangkas memasuki area parkir di sebuah rumah sakit. Gilang, sang pengemudi handal sudah sangat terlatih untuk mencari slot kosong di area parkir dengan cepat. Hal inilah yang memberi kelegaan di dalam hati Wenda. Batinnya kini tengah terkoyak karena kabar buruk sedang menimpa adik bungsunya itu. Wenda melangkah keluar mobil dengan cepat sambil menggandeng Monic. Tak lama Bu Tina dan Gilang menyusul kemudian. Dengan setengah berlari Wenda memasuki gedung rumah sakit itu dan bertanya kepada salah seorang petugas security."Siang, Pak. Mau tanya ruangan Dahlia di mana ya, Pak?" tanya Wenda menyebutkan nama ruangan berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari Monic. Meskipun informasi itu belum terlalu detail di kamar nomer berapa adiknya, Santi, tengah dirawat. "Ibu silakan jalan ke arah sini, nanti ruangannya ada di sebelah kanan Ibu." ucap pria security tersebut dengan ramah sambil menunjukkan arah dengan tangan kanannya.

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 55 Santi

    "Habisnya nggak sembuh-sembuh. Kan kasian istriku ini.. Mau ya sayang?" David mencoba merayunya dengan panggilan itu lagi. Membuat bulu kuduk Wenda merinding. "Diih, ogah!" sahut Wenda singkat lalu reflek mematikan panggilan telepon itu dan melempar ponsel untuk menjauhi dari dirinya. Ia pun menenggelamkan wajahnya lagi ke atas bantalnya.Wenda begitu terkejut ketika Tuan Muda itu tiba-tiba meneleponnya. Tepat di saat Wenda sedang memikirkan David di dalam otaknya bersama dengan kenangan yang terjadi kemarin malam di hotel Lombok. Bagaimana David bisa tahu bahwa ia sedang memikirkannya? Bahkan David menjawab apa yang sedang ia tanyakan di dalam otaknya. Wenda hanya ingin tahu apakah David sudah sampai di Bali atau belum. Memikirkan hal ini membuat Wenda merasa malu. Ia pun memukul-mukul ranjangnya perlahan untuk pelampiasan emosinya itu. Tak lama, Wenda pun segera beranjak dan duduk di atas ranjang dengan sangat cepat. Ia seperti teringat akan

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 54 Warning Alert

    Nicho membuka pintu kamar hotel tempat di mana awalnya ia akan bermalam dengan wanita koper itu. Namun, tak jadi ia lakukan karena sudah tertangkap basah oleh kakak iparnya sendiri. Wanita itu sangat terkejut saat melihat wajah Nicho sudah lebam dan bibir berdarah. Sedangkan David hanya menyeringai kecut melihat drama yang ditampilkan oleh wanita itu. "Mas, wajahmu kenapa?" tanya Wanita Koper yang akan menyentuh wajahnya tetapi di tepis oleh Nicho. Nicho pun lanjut berjalan dengan langkah gontai dan masuk ke dalam kamar. Wanita itu bergantian menatap David yang hanya berdiri di ambang pintu. "Mbak, mau tau jawabannya nggak?" cibir David sambil bersandar di tembok. "Mas tau siapa yang mukul suami saya?" tanya Wanita Koper penasaran. "Saya yang mukul." jawab David enteng saja tanpa beban apalagi merasa bersalah. "Loh, Mas ini siapa ya kok berani-beraninya mukul suami saya? Ada masalah apa sama suami saya, ha?" Wanita itu naik pitam dan memelototi David."Ck! Ini suaminya siapa, tapi

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 53 Affair

    Pesawat David landing tepat pukul 11 malam Waktu Indonesia Tengah. Rasa lelah sudah menghantui tubuhnya hingga tanpa sadar ia salah mengambil koper saat bagasi pesawat mulai dibuka. Warna koper itu sama-sama hitam dan besarnya juga tak jauh berbeda. Namun perbedaan itu terletak pada motifnya. "Maaf, Mas. Itu koper saya." ucap seorang wanita tinggi semampai dan berambut panjang dengan model highlight. Jika wanita itu tak memperingatkan David sudah bisa dipastikan koper itu akan terbawa sampai ke hotel. "Oh iyakah?" David pun mengecek koper itu sekilas dan benar saja seperti apa yang diucap wanita cantik itu. "Maaf, Mbak, kopernya mirip. Ini saya kembalikan." David memberikan koper itu dengan perasaan malu dan canggung. Setelah mengucapkan terima kasih wanita itu pun berlalu pergi. Sedangkan David masih menunggu kedatangan koper miliknya. David menaiki taksi yang sudah tersedia di bandara. Untuk kali ini tidak ada supir pribadi utusan dari perus

DMCA.com Protection Status