Share

Bab 26 Luka

Author: Sisca W.
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Baik, Bapak dan Ibu sekalian. Jika sudah tidak ada yang ingin disampaikan, rapat pagi ini saya akhiri." kata Patrick sambil berdiri di sebuah mimbar kecil samping layar proyektor, "Terima kasih Bapak dan Ibu sekalian untuk rapat hari ini yang sungguh luar biasa."

Satu per satu para anggota rapat pergi meninggalkan ruangan itu. Patrick membereskan berkas-berkas dan mematikan proyektor. Ia melihat David tak kunjung meninggalkan ruangan itu. Bosnya itu tengah sibuk memainkan ponselnya dengan jarinya.

"Halo. Maksud kamu apa, Lang?" tanya David lantang hingga membuat Patrick sedikit terkejut. Hampir saja berkas itu berantakan lagi jika ia tidak sigap memegangnya dengan erat.

"Patrick, ada jadwal meeting lagi nggak setelah ini?" tanya David tanpa menutup panggilan teleponnya.

"Nggak ada, Pak. Tapi hari ini Bapak ada jadwal bertemu dengan klien." jawab Patrick.

"Tolong tunda dan atur jadwalnya lagi! Hari ini saya mau ke rumah sakit." perintah David.

"Siapa ya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 27 Kebaikan Hati

    Pria paruh baya bernama Agus Gunawan itu merasa seperti tersambar petir di pagi hari yang cerah. Seorang anak majikannya berkata ingin menikahi salah satu putri kesayangannya. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Haruskah Pak Agus merasa senang mendengar kabar ini? Ya, betul. Ada setitik rasa kebahagian dalam benak Pak Agus. Pada akhirnya datang juga seorang pria yang meminta restu kepada dirinya untuk menikahi putri sulungnya yang sudah lama menyendiri. Tetapi yang menjadi pertanyaan Pak Agus adalah mengapa harus pria seperti ini? Bukan, bukan. Pak Agus sama sekali tidak meragukan ketulusan dan kejujuran pria itu.Pak Agus percaya, pria ini tulus mencintai putrinya. Jika tak mencintai, bagaimana mungkin ia mau membantu Pak Agus menangani masalahnya secara cuma-cuma. Pak Agus sebenarnya tahu bahwa tidak mudah dan tidak murah memakai jasa pengacara yang di rekomendasikan kepada dirinya. Bahkan sekarang, David ingin memindahkan perawatan Bu Tiwi ke rumah sakit yang lebih besar

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 28 Pindah

    Tidur siang Wenda terasa tidak nyaman dan juga tak nyenyak. Kondisi Ibunya yang tengah sakit menghantui pikirannya, walaupun tindakan operasi sudah berjalan dengan sangat lancar dan keadaannya kini juga sudah stabil. Ia sekarang terbangun dari tidurnya yang hanya berlangsung dua jam saja. Lalu beranjak dari ranjang dan menyiapkan segala sesuatu yang menjadi kewajibannya. Ia membereskan rumah dan memasak lauk pauk untuk Ayah serta ketiga adiknya nanti. Wenda pun dapat membayangkan, usai musibah ini terjadi, semuanya pasti akan berubah drastis. Ibunya dapat dipastikan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya lagi. Serangan stroke itu akan membuat ibunya tidak mampu lagi menggunakan anggota tubuhnya dengan sempurna seperti dulu. Wenda pun telah siap jika harus membantu ibunya untuk menggantikan perannya di dalam rumah ini.Wenda telah selesai menyelesaikan tugasnya. Bersamaan dengan itu Santi tiba di rumah usai menyelesaikan kegiatan sekolahnya. Santi masuk ke dalam rumah

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 29 Hubungan Spesial

    Wenda mengerjapkan mata dan mengerutkan keningnya sambil menatap ayahnya lekat-lekat. Ia sama sekali tak mengerti apa yang diucapkan ayahnya di sore ini. Ia yakin bahwa ia tidak salah mendengar kalimat pertanyaan yang keluar dari mulut ayahnya. Karena lorong ini sepi, tidak ada orang berlalu-lalang saat ini."Ayah ngomong apa sih? Hubungan apa?" tanya Wenda tak paham. "Tidak perlu kamu tutup-tutupi lagi hubungan itu di depan Ayah, Wenda. Ayah sudah tahu semuanya." ucap Pak Agus sambil memegang lengan Wenda seolah mencoba menguatkannya."Menutupi apa, Ayah? Wenda nggak ngerti!" pekik Wenda karena kesal. Ia tahu sepertinya Ayah salah paham akan situasi itu. Hal itu bukan seperti yang dibayangkan ayahnya. Mungkinkah ayahnya mengira ia memiliki hubungan spesial dengan anak majikannya itu? "Ayah tidak akan bertanya banyak hal padamu mengenai hubunganmu dengan Mas David karena dia sudah banyak cerita kepada Ayah. Dan Ayah sudah memutuskan untuk merestui kalian." lanjut Pak Agus yang kini m

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 30 Dendam

    Wenda mempertahankan langkah kakinya untuk tetap kuat berjalan, meski terasa lemas. Ia mencoba untuk terus berjalan hingga sampailah ia di mobil kesayangannya. Ia duduk di jok dan membenamkan kepalanya di antara kedua lengannya yang sudah bersandar di kemudi. Cairan hangat perlahan telah keluar dari bendungan bernama kelopak mata. Kejadian yang baru saja terjadi tenyata sangat membuat dirinya syok. David mencium tanpa seijinnya. Sekarang, lelaki itu telah sukses untuk merendahkan dirinya. Setelah ini, apalagi yang akan lelaki itu perbuat terhadap dirinya? Sebenarnya, Wenda datang untuk menemui pria itu karena ia lelah dibuat muak olehnya. Ia merasa tertantang dengan kesepakatan yang David buat. Ia mau David ikut bertanggung jawab atas musibah yang dialaminya. Karena dirinya-lah Ibunya telah jatuh sakit. Ingin rasanya ia menguras habis harta yang sangat dibanggakan dan dipamerkan oleh David itu. Wenda telah mengubah pola pikirnya, keluarganya bukanlah pengemis! J

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 31 Perkenalan

    "Hei, Wenda." seseorang menyapanya di saat ia tengah tertidur di bilik kamar penunggu pasien. Wenda sangat lelah sekali sore ini. Maka dari itu ia memutuskan untuk beristirahat sejenak, sebelum jam besuk sore hari dibuka.Siang tadi Wenda dan ayahnya telah banyak menerima teman serta kerabat yang datang untuk menjenguk ibunya. Mereka menanyakan kabar tentang kondisi Bu Tiwi yang terkini. Kebanyakan dari pembesuk itu memang tidak diperbolehkan untuk melihat keadaan pasien meskipun hanya dari balik kaca ruangan ICU. Selain demi menjaga kenyamanan dari pasien ICU itu sendiri, juga untuk keamanan dari petugas kesehatan agar tetap fokus dalam menangani pasien. "Oh hai Wina, Widya." Ternyata kedua sahabatnya datang untuk membesuk ibunya. "Sorry kita ganggu istirahatmu, Wen." ucap Wina sambil menghampiri Wenda yang sudah duduk di tepi ranjang. "Gimana perkembangan kondisi Ibumu?" tanya Widya menyerahkan sebuah bingkisan kepada Wenda. Ia lalu duduk di kursi yang ada

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 32 Tanpa Harapan

    Dokter Rizal merupakan tipe dokter yang memiliki karakter gamblang dan tidak suka bertele-tele. Ketika apa yang menurut analisa dan logikanya bahwa pasien ini bisa sembuh ia akan berkata sejujurnya, tetapi jika tidak, ia akan berkata tidak. Untuk kasus kali ini, dengan berat hari Dokter Rizal akan berkata tidak. Meskipun, terkesan sangat tak manusiawi, namun hal ini ia lakukan demi kebaikan bersama. Ia tak suka memberi harapan palsu kepada keluarga pasien. Tentu saja, semua ini dilakukan untuk kemungkinan yang terburuk. "Sorry, Wenda. Meskipun operasi sudah sangat baik. Tetapi perdarahan yang dialami Ibumu sudah terlalu luas. Kemungkinan untuk-" Rizal berhenti berbicara dan menghela napasnya. Ia melihat mata Wenda sudah berkaca-kaca lalu tertunduk lesu. David pun sudah merangkul calon istrinya itu ke dalam dekapan. Lelaki itu mencoba menguatkan wanita di sampingnya. Rizal merasa terharu dibuatnya. Ia tak menyangka, akhirnya seorang David mampu melabuhkan hatinya hanya pada

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 33 Secepatnya

    David menghirup oksigen sebanyak-banyaknya yang ada di area taman ini. Ia tak menyangka bayangan wajah mamanya tergambar jelas di sana. Dasi yang melilit lehernya ia longgarkan karena rasa sesak di dadanya tak kunjung hilang."Mas David." sapa seorang dengan suara wanita kepada David. Mengganggu aktivitasnya saja untuk menyegarkan diri. "Hai, Wina." balas David setelah tahu wanita itu adalah salah satu teman Wenda yang menjenguk tadi. "Wenda ke mana, Mas?" tanya Wina penasaran karena David hanya seorang diri dan sedang tertegun di pinggiran taman. "Masih di dalam menemani Ibu." jawab David seadanya. Ia masih merasa sesak dan terlalu malas untuk berbicara dengan siapa pun. "Mas lagi sakit?" tanya Wina lagi. "Enggak. Ehm, Win. Aku mau ke toilet dulu ya." ucap David berusaha menghindar karena sudah lelah diinterogasi oleh Wina. "Kopi nih, Mas. Aku beli untuk kita berempat." Wina menyerahkan satu gelas kopi panas kepada David sebelum ia melanjutkan

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 34 Rencana

    Wenda membasuh wajahnya dengan air yang mengalir dari keran wastafel. Ia menatap dirinya yang terpantul dari cermin di hadapannya. Rasa lembut itu masih tertinggal di bibirnya. Ia tak menyangka dirinya akan bertindak hingga sejauh itu. Hanya demi meyakinkan David kalau ia serius menjalani peran dalam sandiwara ini. Wenda tak merasakan getaran apapun dalam dirinya sewaktu mencium David. Seolah ia telah mati rasa. Perasaan itu mungkin telah pergi seiring rasa kehilangan sosok ibunya yang masih koma. Ia sama sekali belum memberi tahu kabar terbaru ini kepada ayah dan adik-adiknya. Wenda berjalan untuk kembali ke kamar tunggu dengan langkah yang begitu lemah. Lengannya tiba-tiba terasa dingin yang menusuk, padahal jendela pada lorong yang ia lalui tidak ada yang terbuka sama sekali. Mengapa malam ini terasa sangat dingin? Setibanya di kamar tunggu itu, terdengar suara tangisan histeris dari seorang wanita. Para tetangga kamar pun sudah banyak yang keluar untuk meliha

Latest chapter

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 61 Absolutely

    Wenda tak tahu lagi harus bereaksi seperti apa atas perlakuan David terhadapnya. Jantungnya berdetak begitu cepat. Kehangatan yang ada di tangan kanannya mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Membuat ia merasa sedikit kepanasan, terutama di bagian wajahnya. Wenda ingin sekali melepaskan genggaman itu, tetapi semakin Wenda berkutik, semakin erat pula David menggenggamnya. Bahkan akan menarik tangan Wenda untuk tetap berada di atas paha David. Tangannya berada di daerah yang sangat menegangkan, zona di mana membuat Wenda teringat akan sesuatu yang pernah terjadi beberapa hari yang lalu. Wenda memejamkan matanya dan menggeleng dengan cepat. "Kenapa Wen?" "Eh, enggak papa Mas." jawab Wenda cepat. Ia baru sadar ternyata David memperhatikan dirinya sedari tadi. "Kamu sakit? Kepalamu pusing?" "Enggak, Mas. Aku nggak kenapa-kenapa." jawab Wenda lagi dengan cepat. "Tanganmu agak anget sih." David mengelus tangan Wenda yang ada di genggamannya. Ia pun melepas genggaman itu dan mengendali

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 60 Nasi Padang

    Wenda sudah bersiap untuk menuju ke rumah sakit lagi walaupun pada akhirnya nanti ia akan berhadapan dengan omelan mertua karena sikap keras kepalanya. Tangan dan kaki yang beberapa hari kemarin sakit, badan yang sekarang lelah karena kurang tidur pun, seolah tak ia rasakan sama sekali. Ia pun bersikeras untuk tetap datang setiap hari ke rumah sakit demi adik bungsunya itu. Wenda merasa, apa yang dulu menjadi tanggung jawab ibunya, kini ia harus menggantikannya. Terlebih Santi masih terlalu kecil dan tak seharusnya ia kehilangan sosok ibu diusianya saat ini. "Sorry, Wen, nunggu lama. Tadi ada telpon dari David." ucap Gilang yang kini sudah masuk ke dalam mobil sambil membawa sebuah amplop besar berwarna cokelat. Wenda sudah menunggunya dengan masuk ke dalam mobil yang sudah menyala. "Kenapa sama David, Mas?" tanya Wenda penasaran. "Ini, dia, anu, apa.. berkas dia ada yang ketinggalan." jawab Gilang sedikit terbata. Gilang agak terkejut karena Wenda bert

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 59 Belenggu Rindu

    "Wen.. Bangun...!"Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Bu Tina menepuk perlahan lengan Wenda dan ia masih saja tertidur pulas di sofa samping ranjang Santi. "Mbak Wenda belum mau bangun ya, Tante?" tanya Santi dengan kondisi yang masih sangat lemah. Ia memiringkan tubuhnya perlahan untuk menatap Bu Tina dan Wenda. "Belum, Nak." jawab Bu Tina, "Wen, Wenda sayang.. Bangun.. ""Iya, Mas.. Bentar lagi, Wenda masih ngantuk.."Bu Tina tersenyum geli mendengar kata 'Mas' yang terucap di bibir Wenda. Pasti menantunya itu mengira dirinya adalah David, anaknya. Memang sebaiknya pengantin baru itu jangan berpisah terlalu lama. Akhinya akan jadi seperti ini 'kan? "Wenda.. Bangun..!" Bu Tina menepuk lengan Wenda lebih keras lagi. Namun ternyata hasilnya sama saja. Wenda malah sedikit menggeliat dan melipat kedua lengan ke depan tubuhnya. Seperti sedang memeluk sesuatu. "Iya, Mas.. Wenda juga kangen sama Mas... Hmmm..""W

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 58 I Miss You

    "David itu bener-bener keterlaluan! Nggak ada rasa empatinya sama sekali. Lagi kondisi kayak gini bisa-bisanya dia berlagak jadi bos, yang tinggal perintah sana perintah sini! Emang dia pikir Santi itu barang yang bisa asal dipindah tempat apa!"Wenda terus saja menggerutu di sepanjang perjalanannya menuju ruang rawat Santi. Ia meluapkan semua rasa kekesalannya atas ucapan David tadi. Ia masih tak habis pikir dengan kelakuan David yang seenak jidat itu. "Mending dia pergi aja jauh-jauh daripada harus repot-repot dateng ke sini tengah malem, kalo cuma mau ngajak ribut. Huh!"Wenda menghela napas kesalnya sekali lagi. Ia menghentikan gerutuannya usai lift yang ia naiki sudah sampai di lantai yang ia tuju. Ia terlalu malu untuk menggerutu sendiri di sepanjang lorong ruangan, di mana perawat terkadang masih lalu-lalang untuk mengecek kondisi pasien di kamar masing-masing. Saat ini, Santi tengah menjalani terapi penambahan trombosit dari para donor s

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 57 Curhat Colongan

    Sejak mendapat kabar buruk mengenai kondisi adik iparnya, David langsung terbang kembali ke Jakarta malam itu juga. Hampir saja David kehabisan tiket, karena hari ini hari Minggu, jadwal penerbangan di Bali saat itu padat sekali. David pun terbang dengan jadwal penerbangan terakhir di malam itu. Sesampainya di Jakarta, David juga langsung menuju ke rumah sakit tempat Santi dirawat. Namun karena ia datang disaat hampir tengah malam dan bukan di waktu jam besuk pasien, ia pun tak diperbolehkan masuk oleh petugas security. David pun hanya bisa mengalah setelah berbagai kalimat negosiasi ditolak mentah-mentah oleh mereka. David sadar, ini memang bukan saat yang tepat untuk menjenguk Santi, tetapi ia juga merasa khawatir dengan kondisi kaki Wenda yang tengah sakit. Bu Tina memberi tahunya bahwa Wenda malam ini tidur di rumah sakit ini untuk menjaga adiknya. Itulah mengapa ia hanya ingin memastikan bahwa Wenda baik-baik saja. Itu saja! David hanya bisa duduk

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 56 AB+

    Mobil hitam itu melaju dengan tangkas memasuki area parkir di sebuah rumah sakit. Gilang, sang pengemudi handal sudah sangat terlatih untuk mencari slot kosong di area parkir dengan cepat. Hal inilah yang memberi kelegaan di dalam hati Wenda. Batinnya kini tengah terkoyak karena kabar buruk sedang menimpa adik bungsunya itu. Wenda melangkah keluar mobil dengan cepat sambil menggandeng Monic. Tak lama Bu Tina dan Gilang menyusul kemudian. Dengan setengah berlari Wenda memasuki gedung rumah sakit itu dan bertanya kepada salah seorang petugas security."Siang, Pak. Mau tanya ruangan Dahlia di mana ya, Pak?" tanya Wenda menyebutkan nama ruangan berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari Monic. Meskipun informasi itu belum terlalu detail di kamar nomer berapa adiknya, Santi, tengah dirawat. "Ibu silakan jalan ke arah sini, nanti ruangannya ada di sebelah kanan Ibu." ucap pria security tersebut dengan ramah sambil menunjukkan arah dengan tangan kanannya.

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 55 Santi

    "Habisnya nggak sembuh-sembuh. Kan kasian istriku ini.. Mau ya sayang?" David mencoba merayunya dengan panggilan itu lagi. Membuat bulu kuduk Wenda merinding. "Diih, ogah!" sahut Wenda singkat lalu reflek mematikan panggilan telepon itu dan melempar ponsel untuk menjauhi dari dirinya. Ia pun menenggelamkan wajahnya lagi ke atas bantalnya.Wenda begitu terkejut ketika Tuan Muda itu tiba-tiba meneleponnya. Tepat di saat Wenda sedang memikirkan David di dalam otaknya bersama dengan kenangan yang terjadi kemarin malam di hotel Lombok. Bagaimana David bisa tahu bahwa ia sedang memikirkannya? Bahkan David menjawab apa yang sedang ia tanyakan di dalam otaknya. Wenda hanya ingin tahu apakah David sudah sampai di Bali atau belum. Memikirkan hal ini membuat Wenda merasa malu. Ia pun memukul-mukul ranjangnya perlahan untuk pelampiasan emosinya itu. Tak lama, Wenda pun segera beranjak dan duduk di atas ranjang dengan sangat cepat. Ia seperti teringat akan

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 54 Warning Alert

    Nicho membuka pintu kamar hotel tempat di mana awalnya ia akan bermalam dengan wanita koper itu. Namun, tak jadi ia lakukan karena sudah tertangkap basah oleh kakak iparnya sendiri. Wanita itu sangat terkejut saat melihat wajah Nicho sudah lebam dan bibir berdarah. Sedangkan David hanya menyeringai kecut melihat drama yang ditampilkan oleh wanita itu. "Mas, wajahmu kenapa?" tanya Wanita Koper yang akan menyentuh wajahnya tetapi di tepis oleh Nicho. Nicho pun lanjut berjalan dengan langkah gontai dan masuk ke dalam kamar. Wanita itu bergantian menatap David yang hanya berdiri di ambang pintu. "Mbak, mau tau jawabannya nggak?" cibir David sambil bersandar di tembok. "Mas tau siapa yang mukul suami saya?" tanya Wanita Koper penasaran. "Saya yang mukul." jawab David enteng saja tanpa beban apalagi merasa bersalah. "Loh, Mas ini siapa ya kok berani-beraninya mukul suami saya? Ada masalah apa sama suami saya, ha?" Wanita itu naik pitam dan memelototi David."Ck! Ini suaminya siapa, tapi

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 53 Affair

    Pesawat David landing tepat pukul 11 malam Waktu Indonesia Tengah. Rasa lelah sudah menghantui tubuhnya hingga tanpa sadar ia salah mengambil koper saat bagasi pesawat mulai dibuka. Warna koper itu sama-sama hitam dan besarnya juga tak jauh berbeda. Namun perbedaan itu terletak pada motifnya. "Maaf, Mas. Itu koper saya." ucap seorang wanita tinggi semampai dan berambut panjang dengan model highlight. Jika wanita itu tak memperingatkan David sudah bisa dipastikan koper itu akan terbawa sampai ke hotel. "Oh iyakah?" David pun mengecek koper itu sekilas dan benar saja seperti apa yang diucap wanita cantik itu. "Maaf, Mbak, kopernya mirip. Ini saya kembalikan." David memberikan koper itu dengan perasaan malu dan canggung. Setelah mengucapkan terima kasih wanita itu pun berlalu pergi. Sedangkan David masih menunggu kedatangan koper miliknya. David menaiki taksi yang sudah tersedia di bandara. Untuk kali ini tidak ada supir pribadi utusan dari perus

DMCA.com Protection Status