Kening Kayla beberapa kali berkerut terus. Wafa, suaminya, tidak ada dirumah sementara hari makin larut. Ponsel pria itu pun susah untuk dihubungi.
Hati Kayla makin gusar. Kemana pergi1 suaminya? Tidak biasanya Wafa pergi tanpa pamit atau setidaknya ponselnya dapat dihubungi."Apa ada hal buruk ya?" Overthingking mulai menyerang pikiran Kayla.Gadis itu terdiam sejenak, mengendalikan nafas, lalu meneguk air putih untuk membasahkan kerongkongan yang kering sekaligus menjernihkan pikiran."Kendalikan dirimu Kayla, Insya Allah Wafa akan baik-baik saja." Ia kembali bermonolog.Gadis itu sempat menyalahkan dirinya yang kebanyakan tidur sampai-sampai membuat dirinya tidak tahu apa-apa. "Ya Allah baru tinggal tidur aja, dunia udah ada aja yang beda." Ujarnya.Kemudian, ia menoleh ke arah jam dinding yang detaknya bergema di seluruh ruangan yang hanya dihuni oleh Kayla seorang.Maklum, akibat kasus itu, Wafa dengan terpaksa meHai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎----------------------------------‐----Mata Kayla terbelalak hebat. "Ngga mungkin Fa. Aku tahu dia memang sudah lama tidak menyukaiku, tetapi untuk melangkah sejauh itu ku rasa dia bukan orangnya." Ujar Kayla berulang kali.Dirinya masih tidak percaya dengan semua ini. Bagaimana mungkin seorang Nasya akan melakukan itu? Tapi untuk tidak mencoba mempercayai Wafa, gadis itu tahu bahwa Wafa bukan tipikal orang yang akan mudah sembarangan dalam berucap."Tenangin diri dulu mu boleh? Aku akan menjelaskannya seusai kamu tenangan." Balas Wafa lembut. Ia mengerti kondisi psikis istrinya. Pasti terguncang.Kayla menggeleng cepat. "Aku tidak bisa tenang kalau belum dijelaskan."Wafa ikut menggeleng. Dipegangi tanga istrinya erat-erat.
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎----------------------------------Sungguh, hari ini makin terasa panas dengan kabar yang Kayla terima kemarin. Bagaimana mungkin seorang temannya akan melakukan itu padanya? Memang sih, temannya itu adalah Nasya. Gadis yang telah lama menunjukan ketidaksukaan padanya.T-tapi tidak mungkin sampai sejauh itu kan?!Ah entahlah, Kayla hanya bisa terdiam dan menatap kosong pada dinding batu bata yang nampak aesthetic di kantin kampusnya dengan laptop di atas meja.Kayla menghelas nafas panjang. Tatapannya bingung. "Benarkah itu?" Kemudian, pikirannya melayang jauh. Memikirkan ucapan Wafa tentang ingin melaporkan ini ke pihak berwajib agar diusut tuntas.Apalagi kabar terbarunya Ayah Wafa disinyalir akan di
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎----------------------------------‐----Pandangan Kayla kosong menatap jalan. Dirinya bingung harus berbuat apa. Saat baru saja tiba di rumah sakit dan belum sempat melangkahkan kaki ke dalam kamar ia mendengar sebuah percakapan yang menghentakan jiwanya.Begini, "Aku tidak suka melihat Kayla hidup kalau begini!"Kalimat singkat yang masuk ke dalam telinga membuatnya segera memutuskan untuk pergi. Padahal begitu banyak hal yang ingin dibicarakan.Kini, ia duduk di sebuah kursi halte untuk menunggu bis datang. Hatinya hanya ingin segera pulang. Melepaskan semua keraguan, ketakutan, dan kecemasan yang semakin lama terasa mencekik. Benarkah? Benarkah bahwa Nasya yang melakukan ini semua?Tapi bagaimana bi
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎----------------------------------Adila diam tak berkutik memandangi Mamahnya yang sedaritadi tidak mau makan. Bahkan, untuk diajak berbicara saja enggan. Suasana di luar sana yang tengah hujan lebat membuat hawa dingin dan menambah perasaan tidak nyaman di antara keduanya. Mau tidak mau, Adila harus berpikir keras memikirkan apa yang harus ia katakan agar suasana kembali mencair. "Mah, aku hari ini coba masak rendang lho. Mau coba?" Mamahnya menggeleng lagi. Kemudian, matanya kembali menatap kosong ke arah lantai. Adila meremas ujung sweaternya gemas. Gregetan karena begitu sulit dan kokoh dinding Mamahnya. Selain itu, ia juga kesal dengan Adiknya yang sembarangan dalam berbicara sehingga menyebabkan Mamahnya diam s
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎----------------------------------"Pak, istirahat dulu." Bayu berulang kali mengingatkan bosnya yang seharian penuh tidak menyentuh makanan yang dibawakan oleh Kayla dan tidak beranjak dari kursi dan laptopnya."Iya, makasih ya, nanti." Jawaban template yang terus dikumandangkan Wafa membuat Bayu jengah. Di satu sisi ia dititipkan amanah oleh Kayla, tetapi di satu sisi ia belum mampu membuat bosnya mau mendengarnya. "Pak, nanti makanannya menjadi dingin. Bapak ngga mau coba dulu? Sepertinya enak lho.""Kamu mau? Ngga papa ambil aja. Saya masih harus menyelesaikan draft ini, besok mau dibawa ke investor. Kasus itu menyebabkan perusahaan saya harus terjun bebas Bay, sedangkan saya menampung banyak harapan pegawai yang meganggantun
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎----------------------------------"Key, jangan lihatin aku seperti itu dong.." Rengek Wafa. Sedaritadi istrinya terus memandanginya yang tengah makan. Kayla tersenyum tipis lalu badannya sedikit ia majukan. "Aku peduli denganmu Fa bukan bermaksud membuatmu kesal karena terlalu bawel dengan kondisi kesehatanmu. Tapi, sejak kemarin ku perhatikan kamu sedikit mengabaikan makanmu. Tidak lahap seperti biasanya. Aku tahu memang tidak mudah untuk makan dengan tenang di tengah situasi yang kurang menyenangkan, tetapi kalau tidak makan kamu bisa jatuh sakit." Ucapnya dengan nada parau sampai-sampai memudarkan senyumannya.Wafa terdiam sejenak, sengaja dianggurkannya makanan yang telah tertuang di atas sendok. "Tapi aku harus berbuat sesuatu Key, kalau
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎----------------------------------"Aneh, ngga biasanya langit Jepang mendung sampai begini." Celeteuk Dinda di kala heningnya ruang tamu apartemennya. Padahal mesin pemanas sudah diaktifkan, tetapi hawa dingin tetap terasa menembus lapisan kulit luar tubuhnya. Semenjak mendengar kabar kasus Adiknya kemarin ia belum tahu lagi perkembangannya.Walaupun, sempat ia mencak-mencak di telfon beberapa hari yang lalu. Maklum, berita itu tidak sampai ke Jepang dan dia juga bukan tipikal seseorang yang senang mencari tahu berita artis. Menurutnya, seharusnya, mereka menghubungi dan mengabarkan berita ini. Walaupun, kata Bundanya di telfon— setelah adegan mencak-mencak tersebut, ia mulai bisa mengerti.Kayla dan Wafa tidak mau membuat
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎----------------------------------Mata Dinda terbuka lebar mendengar jawaban jujur yang tiba-tiba terucap dari mulut gadis itu. Tidak butuh waktu lama untuknya mengetahui dibalik maksud kedatangannya."Ternyata kamu Diana?!" Dinda menggelengkan kepalanya berkali-kali.Diana yang sejak tadi mencoba berakting, menutupi semua identitasnya bertekuk lutut dihadapan Dinda yang bukannya marah karena ada orang asing masuk ke dalam rumahnya dan mengambil barang begitu saja justru meladeni dengan sangat baik dan melempar pembicaraan seperti ini, "Kamu tuh sebenernya butuh teman cerita ya? Soalnya daritadi sikapmu seperti orang mencari perhatian, tetapi terus berpikiran bahwa kamu orang jahat pun serasa enggan.""Kakak kenapa sih baik bange
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎🌼Sudah lebih dari 10 menit, Kayla terus celingak celinguk melihat sekeliling perpus kampus. Ada buku yang ingin ia cari, namun belum kunjung ketemu. Iya, adanya kasus itu membuat kehidupan akademis nya sempat terbengkalai. Beberapa kali ia juga mengerjakan tugas mepet dengan batas akhir pengumpulan. "Ngga boleh Key, harus dikerjakan sekarang." Ia mengingatkan dirinya sendiri.Tadi pagi, saat tubuhya tengah rileks tiba-tiba temannya memberitahu bahwa ada tugas individu yaitu merangkum dari buku karangan John Aferdo dengan judul 'Menjadi Manusia Beradab' dan setelahnya akan diminta menyampaikan pandangan terhadap hal tersebut' untuk tugas jati diri mahasiswa.Kata temannya, buku itu dapat ditemukan di perpus p
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎🌼🌼🌼Kayla menggeleng lemah. Tangisnya makin tercekat. "Hanya lelah." Tidak merespon kata-kata, melainkan makin mengeratkan pelukan istrinya. "Maaf ya sayang, aku masih membuatmu terluka." Bisik Wafa pelan tepat mengenai rambut halus lehernya hingga membuat Kayla sedikit bergidik. Pikirannya sedikit melayang. Sungguh, saking masalah nyaman pada Kayla hingga menyebabkan gadis itu lupa bahwa mereka belum melangsungkan bulan madu sama sekali sejak pertama kali menikah. Entah disebut menyedihkan atau tidak, Kayla pun tidak tahu. Namun yang pasti ia sangat butuh kekuatan dan obrolan intens seperti ini. "Fa, terus hangat begini ya. Aku suka." Ujar Kayla tiba-tiba. Posisi tubuhnya masih menghadap ke arah jendela, membelaka
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎🌼🌼🌼Hari ini merupakan malam terpanjang bagi Kayla. Tidak, bukan waktu tiba-tiba tidak berjalan pada garisnya, melainkan ia sangat menikmati semua hal yang masuk ke dalam panca indera.Semilir angin yang menyapu kulitnya, suara detik jam yang menggelitik telinganya, hingga mata yang saling menatap ke segala penjuru arah. Namun, untuk menutupi aktivitas yang tengah ia lakukan dengan sengaja Kayla menyamarkan nafas dari yang biasanya agar tidak mengganggu Wafa yang telah tertidur pulas entah sejak kapan.Percakapan tadi malam membuatnya terjaga malam ini.Pertanyaan demi pertanyaan hinggap ke isi pikirannya. Siapa yang melakukan ini semua?Benarkah ada yang tidak menyukai Wafa sejak lama?Dan
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎xxx"Kalian mau bahas apa sih?" Sesuai tebakan Wafa, pasti Kakaknya akan bertanya itu. Jadi, lebih baik poin 'ingin bahas apa sih' lebih disorot dibandingkan poin 'yang tadi malam sebelum kita melakukan' Ingat, ini adalah Adila!Secara cepat Wafa segera menjelaskan kepada kedua perempuan yang sudah dari semalam terus naik pitam dan terasa sangat tidak ramah untuk didekati.Memang, awalnya Wafa mengurungkan niatnya dengan segala macam pertimbangan. Terutama kekhawatiran pada kedua gadis itu akan meningkat. Wafa merupakan tipikal pria yang ingin memanjakan gadis kesayangannya maka sebisa mungkin ia menjaga agar proses nya tidak diketahui agar bagian gagalnya biar Wafa yang merasakan. Namun, setelah dip
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎xxxAdila menatap kedua pasangan muda dengan tatapan penuh ledekan. Beberapa kali ia juga terdengar ingin tertawa namun terus ia tahan. Jam masih menunjukan pukul 6 pagi namun kedua rambut mereka basah dan tingkahnya menunjukan gelagat yang aneh. Salah tingkah, tidak banyak berbicara, dan tidak berani menatap mata Adila. Paling hanya Kayla yang menanyakan ingin dimasakan apa. Sementara Wafa? Ah pria itu, seperti biasa cenderung cuek dan menganggap itu adalah hal yang biasa.Memang sih, tetapi kan?! Sepertinya pembaca pun bisa langsung menangkap apa yang dimaksud."Fa, aku buatkan teh untukmu ya? Ini...""Hahahaha." "Kayak ngga pernah aja sih." Sekalinya buka suara pria itu langsung ultimatum
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca.xxx Tidak ada satupun sanggahan, argumen, atau apapun itu sebutanya yang keluar dari mulut Wafa. Pria itu nampak mempersilahkan istrinya untuk mengeluarkan seluruh uneg-uneg yang dirasakan.Pria itu juga menundukan kepalanya dengan kedua tangan yang diletakan di depan tubuhnya bak murid yang hendak dihukum. Diam. Sama sekali tidak ada perlawanan.Sementara, di luar ruangan sudah ada sepasang kuping yang tengah duduk santai menikmati cokelat panas untuk menemani kegiatan menonton film yang tengah diputar di laptop.Kakinya pun dengan santainya di alun-alunkan sebagai pertanda bahwa moodnya meningkat drastis dan sangat menunggu-nunggu momen tersebut.Iya, apalagi kalau bukan, Wafa seorang pria dingin nan cuek yang
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎----------------------------------‐----"Fa, Wafa..." "Kamu dimana?"Teriakan Kayla terus bergema di seluruh ruangan. Sudah lebih dari 5 jam pria itu seperti hilang di telan bumi. Nomornya tiba-tiba tidak aktif, Bayu yang hampir selalu mengetahui seluk-beluk kehidupan Wafa pun juga tidak mengetahuinya. Sebenarnya tidak ada sama sekali kabar Wafa masih bisa dimengerti mengingat lelaki itu jika sudah lelah dengan dunia biasanya akan rehat sejenak, tetapi saat ini pria itu sangat dibutuhkan kehadirannya.Pengacara dari kasus Ayah Wafa harus mengatakan sebuah hal yang penting dan enggan memberitahu kepada siapapun kecuali hanya ke Wafa seorang.Katanya ini perintah dari Raizan. "Pak Ilham, saya juga Kakak
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎----------------------------------‐----Selepas menutup panggilan telfon dengan Dinda, tugas Wafa menambah satu yaitu menghubungi Diana. Padahal kasus yang kemarin sudah Wafa maafkan dan tidak ingin diperpanjang. Namun, jika sudah begini, sepertinya gadis itu perlu diajak bicara."Di, tetap saja gertakanmu masih belum ada peningkatan." Wafa bermonolog sendiri sambil menempelkan ponsel ke telinganya dengan tujuan panggilan yaitu Diana.'Maaf nomor yang ada hubungi sedang tidak aktif...'"Kemana kamu Di, angkat telfonku." Wafa mengerang kesal, sudah 5 kali panggilannya terus ditolak. Padahal last seen nya menunjukan 5 menit yang lalu aktif. Kalaupun tidur seharusnya tidak langsung pulas. Lagipula, Diana
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca🤎----------------------------------‐----Siang yang sangat terik ini, Wafa nampak begitu sibuknya dengan seluruh aktivitas yang tengah ia jalani. Membaca setumpuk dokumen perusahaan, rapat dengan para investor, dan tambahannya adalah mempelajari serba-serbi hukum yang memusingkan kepalanya.Bagaimana tidak, dua hari lagi adalah keputusan final dari kasus yang menimpa Ayahnya. Entah akan berakhir di penjara dan menanggung segala bentuk hukuman atau terbebas dari kasus ini sekaligus nama baik akan terselematkan.Tentu siapapun akan memilih jawaban yang kedua. Apalagi jika Ayahnya tidak terbukti bersalah.Namun, pertanyaannya yang sampai saat ini mengganggu pikiran, benarkah Ayahnya tidak bersalah?Atau justru selama ini