Ayu melihat Pras sedang duduk tenang dengan. tangan dan kaki terikat."Moh, ada apa?" tanya Desi panik."Pras berusaha bunuh diri, dia memecahkan gelasnya dan mengancam akan bunuh diri, dia maunya pergi dari kamar ini, tak mau dirawat.""Lalu bagaimana baiknya, mih?""Pras mencari istrinya."Ayu langsung menoleh pada Maminya, terdiam dan kembali menatap Pras."Ayu, cobalah untuk menemui dia.""Aku takut tahu, Des. ""Takut?"Ayu mengangguk, " Aku takut dia akan menyerang aku. karena aku yang membuatnya begitu, saat dia tahu CCTV nya berubah semua, dia mengamuk hebat dalam kamarnya."Desi terdiam dan menatap Maminya."Ayu aku temani kau menemui Pras, Ayo, ijin dulu sama Dokternya .""Tapi —" Belum sempat Ayu selesai bicara, Desi sudah menariknya dan meminta ijin pada Dokter untuk meminta masuk ke dalam ruangan Prasetya.Dokter pun mengijinkan karena Ayu adalah istri dari si pasien. Desi diijinkan masuk juga karena Ayu tak berani masuk sendirian. Kini dengan hati berdebar, Kedua wanita
Di sebuah resto kecil, terlihat Ayu sedang tertawa ringan dan bercanda dengan seorang bernama Singgih. Ayu menceritakan semuanya tentang akibat dari rencana Ayu yang sukses karena bantuan dari Singgih "Entah, bagaimana kalau aku tak dibantu olehmu, pasti aku masih dalam cengkeramannya sungguh aku tak menyangka ternyata sepahit itu latar belakang suamiku. ""Iya, dari caranya pun sudah terlihat dia seperti apa. Lalu, bagaimana kabar ibu dan si kembar, aku kangen dengan dua anakmu itu, lucu sekali." Singgih tersenyum dan mulai mengaduk minumannya."Ibu mengajaknya main ke tempat penitipan anak, niatnya cuma bermain saja karena tempatnya tak jauh dari rumah, eh malah si kembar betah, akhirnya ibu diperbolehkan sama pemiliknya untuk datang setiap hari, tentu saja aku tetap membayar ke penitipan anak tersebut." jelas Ayu."Oh ya, aku butuh lawyer, untuk mengurus perceraianku dengan Mas Pras.""Apakah tak terlalu cepat?""Aku sudah takut bila harus hidup satu atap dengannya.""Aku punya ke
"Mengapa kau lakukan ini?!"Pras cuma diam, tak pedulikan amarah Mami yang sejak tadi sudah pecah.Ayu dan Desi memperhatikan Prasetya yang di mata mereka sangat menyebalkan ."Betul kata Ayu, kau penuh intrik, hidupmu penuh drama! aku semakin kecewa padamu." dengkus Desi.Ayu memandang Pras, dulu dirinya pun pernah di suruh tutup mulut atas perasaan yang sebenarnya pada Desi. "Kau keterlaluan sekali Mas. Mencintaiku tapi tak sepenuhnya, kau hanya menyiksaku dalam cintamu. itu bukan cinta namanya." desis Ayu kecewa."Aku minta cerai Mas." sambung Ayu dan langsung bangkit dari duduknya dan menjauhi Pras."Kau memang GILA, Pras!" bentak Mami."Tapi, mi, bolehlah aku ikut Mih, jadi tukang kebun juga tak apa, toh nyatanya dari dulu aku budak mami." Pras mengiba pada Mami. ***"Mih, apa rencana mami?" tanya Desi melihat wajah Mami yang masih melototi lelaki bernama Pras itu."Heran sama kamu Pras, dari dulu sifatmu tak berubah, sudah ada yang mencintaimu dengan tulus, bahkan anakku, kura
Singgih langsung mengendong Kinara yang menangis dalam pelukan Ayu, Ibu pun sedang menggenggam tangan Kiara yang tak mau lepas dari Neneknya."Aku bawa kinara keluar dulu, biar dia tenang." ijin Singgih dan diiyakan oleh Ayu yang terus menyeka air matanya. Baru kali ini si kembar rewelnya tiada tara, walaupun masih berumur tiga tahun, tapi mereka berdua mengerti kesibukan mamanya, bahkan perhatian dari Neneknya menjadikan Kiara dan Kinara bergantung terus pada Neneknya, dulu semasa ada baby sitter bisa terbantu sedikit."Ayu, istirahatlah, bila kau menangis terus, Kiara tidak akan tenang melihatmu.' saran Ibu dan mengelus pundak anaknya."Aku tak tega melihatnya Bu," Tangan Ayu mengelus tangan mungil anaknya yang telah di gips . Tangan kiri Kiara retak pada sudut tulang sendinya. Memang Dokter mengatakan hal ini tak mengapa, karena pertumbuhan tulang muda masih pesat dan mudah sembuh dengan bantuan obat gamat."Ibu tahu, tenang ya, syukur Alhamdulilah ada Singgih, dia tadi yang bayar
Kali ini, Ayu hanya fokus pada sidang perceraiannya yang ke dua, dengan ketidak hadiran dari pihak tergugat, yaitu Prasetya, malah menjadikan ketuk palu tiga kali sukses. Ayu sah berpisah dari Prasetya, kini menyandang predikat janda.Waktupun berlalu, keadaan Pras menjadi sepenuhnya tanggung jawab Mami, karena dia yang mengemban amanah dari Papi, untuk kehidupan Pras, begitu juga Prasetyo , lelaki yang tak mau miskin, tak mau susah dan tak mau menjadi gelandangan. Masa trauma dulu pernah dialami menjadikan dirinya harus menginduk pada orang yang mau dengan ikhlas merawatnya, Rumah Mami yang besar di Swiss tempat yang aman untuk Pras, karena dirinya yang tak bisa berkomunikasi dalam bahasa inggris, menjadikan lelaki itu hanya dijadikan sebagai tukang kebun seperti profesinya yang dahulu.Ayu sudah menyerahkan semua urusan perusahaan pada Desi. Kini kegiatan Ayu untuk memenuhi kebutuhan berencana membuka toko butik sesuai keinginannya sejak awal.Perceraian dengan Prasetya sama dengan
Kali ini Ayu tak mau berspekulasi terlalu tinggi, tanggapan dan respeknya terhadap Singgih mungkin tak terlalu dalam. Apa lagi, melihat kebaikan yang Singgih berikan padanya tulus murni karena hanya ingin menolong saja.Malam ini, ibu menanyakan hal tersebut, tentang kedekatan dirinya dengan lelaki jomblo tersebut. Mungkin tak pantas janda dua kali akan mendapatkan suami bujangan, tajir lagi. Walaupun Singgih memang sudah berumur matang.Entah dalam kesendiriannya, lelaki itu betah, di samping itu kedua orang tua Singgih pun sudah almarhum, hanya ada satu adik perempuannya yang sudah menikah dan kini tinggal bersama suaminya di Kalimantan.Ayu tak bisa memejamkan matanya malam ini. Wajah Singgih selalu ada di pelupuk matanya. Apakah aku bisa menerima dia? Sementara sejak kedatangan Desi, seakan dia selalu hadir di kantor Singgih, itu yang tadi siang lelaki itu laporkan. Ada apa sebenarnya? andaipun bisa menilai, Desi bisa mendapatkan. seorang pasangan yang kaya lagi, atau sekedar tem
"Aku minta, kau bersedia Ayu, maafkan aku.""Tak bisa, aku sudah punya usaha sendiri, bagaimana butikku yang baru saja buka?""Tapi ini urgen, penting sekali. dari perusahaan Manunggal maunya ada kamu."Ayu terdiam, " Aku bilang nggak bisa Desi, sungguh."Desi tampak kecewa, " aku baru saja merintis perusahaan yang dulu, Ayu cobalah untuk kerjasamanya." Ayu menatap tajam pada Desi. "Aku yang seharusnya minta perhatianmu Desi, mohon pengertianmu. Aku baru mulai usaha."Desi menatap kecewa pada Ayu."Maaf, aku pergi, aku butuh kamu cuma beberapa hari saja ....". Desi segera pergi meninggalkan. rumah Ayu tanpa pamit. Ayu menjadi serba salah. Mengapa harus ada hal seperti ini sih?Perasaan Ayu lagi tak menentu, hingga sempat membentak kedua putri kembarnya, selama ini dirinya tak pernah berkata keras pada keduanya, Akhirnya jadi bad mood semuanya."Nenek mau main ke taman bermain, siapa yang mau ikut?" Akhirnya ibu Rita pun memberikan solusi untuk si kembar yang rewel hari ini "Bu, apa
"Aku itu, orangnya gampang badmood loh," kata Desi sambil menatap pria didepannya."Kau tahu sifatku ini iya kan?" sambungnya lagi dan menuangkan air minum di gelas si pria." Tapi aku sudah berubah, aku bukan Singgih yang dulu. aku buk—""Stt, aku tak butuh pernyataan mu saat ini, aku juga nggak butuh perubahanmu, yang aku tahu kau adalah Singgih yang aku kenal dulu, yang pernah ada dalam hatiku, Apakah tak kau ingat saat itu?""Aku mau pergi ," Singgih akan bangkit dari duduknya, tapi tangannya dicegah Desi dengan kuat."Apa perlu aku bongkar kelakuanmu dulu? aku mengancam saat ini, bila bukan kau pemilik perusahaan besar itu, aku tak sudi bertemu kau lagi! tapi ternyata kau ada saat gentingnya perusahaanku," ucap Desi setengah mengancam. Singgih duduk kembali, lalu menatap Desi dengan pandangan tak menyenangkan."Kau mau mengancam akan membongkar kelakuanku dulu di depan Ayu bukan?"Desi tersenyum manis, "Nah, itu pintar, kita bisa tukar deal. aku minta, tender dengan perusahaan Ang