Beranda / Romansa / Bukan Cerita Cinta Biasa / Bab 41. Tika Mulai Berulah

Share

Bab 41. Tika Mulai Berulah

Penulis: EL Dziken
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Plak! Tamparan keras mendarat pada pipi kanan Pras, wajahnya memerah. Tika sudah marah, atas kata-kata ' akhiri saja hubungan ini'.

Pasalnya kini Tika sudah dipecat dari pekerjaannya, hutangnya semakin tak bisa terbayarkan, hutang karena hobinya belanja on line dan kartu kreditnya yang sudah limit, walaupun dirinya dibelikan rumah oleh Pras, Ternyata rumah dan tanah tersebutpun dalam masalah. Semakin kalaplah Tika.

"Aku sudah rela memuaskan Bapak tanpa minta bayaran, Pak. Aku pikir akan hidup nyaman dengan tinggal di rumah mewah, tapi nyatanya kena tipu juga, rumah dalam masalah bank malah kau beli!" Tika sudah tak ada sopan santunnya lagi dalam berbicara.

"Memang aku tahu, kalau rumah itu ternyata masih bersangkutan dengan Bank! aku yang rugi bukan kau! kau hanya pemuas nafsuku tak lebih, dan karena masanya sudah berakhir, makanya aku sudahi saja semuanya."

Tangan kanan Tika sudah akan menampar Pras kembali, tapi kali ini, Pras menahan tangan tersebut dan mendorongnya dengan kasar.

"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 42. Tika Nekad

    Kali ini sungguh sangat keterlaluan, wanita sundal yang Ayu maksud justru kini berada di rumahnya! dia menuntut pertanggung jawaban dari suami Ayu atas perbuatannya hingga dirinya hamil. Kenekadan Tika kali ini sudah diluar kendalinya, karena tuntutan ekonomi dan tumpulnya otaknya, dirinya terpaksa masuk dalam lingkaran yang seharusnya tak dilaluinya."Aku akan tes kehamilanmu apa benar itu anak dari suami aku!" Ayu dengan tenang dan tegas menghadapi wanita di depannya.Tika agak ngepet juga, saat dirinya meminta sejumlah uang untuk keperluan si jabang bayi."Baik aku akan ikuti kemauanmu, bila memang Pras tak mau mempertanggung jawabkan keteledorannya, aku menuntut biaya untuk bayi yang ada dalam kandunganku, memang benar dia adalah anak Mas Pras," ucap Tika dengan suara yang bergetar."Bila terbukti salah, kau akan aku tuntut mencemarkan nama baik suamiku, dan penjara adalah taruhamu. Kau masih mau lanjutkan masalah ini?!"Degh! Tika menelan Salivanya, busyet! nih orang memang tak m

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 43. Sebuah Kenyataan Pahit

    Sejak peristiwa kematian Tika, tak ada lagi penganggu dalam rumah tangga Ayu. Hanya ada luka yang tak bisa disembuhkan, Ayu benar-benar tak mau didekati oleh suaminya. Ada yang tak bisa Ayu jelaskan pada Pras mengapa dirinya tak mau melayani Pras."Maafkan aku Mas, aku tahu, kalau aku salah, sebagai seorang istri tapi aku tak mau melayani dirimu Mas, Bolehkah aku mohon, agar Mas Pras mau memeriksa kan diri ke psikiater?""Apa! kau!"Prasetyo nampak kaget atas kalimat barusan dari Ayu. Ada rasa tersinggung pada jiwa Pras."Dengar ya, aku tahu, akulah yang bersalah. aku terlalu bodoh kala itu. tak menyadari kau begitu sangat terluka Ayu. maaf." Setelah berkata demikian Pras pergi meninggalkan Ayu dalam kamarnya sendirian. Pras mempunyai kamar tersendiri. Sedangkan kamar ibu berdekatan dengan Ayu, baby sitter pun tidur dalam kamar si kembar.Ayu tertunduk, feellingnya, Prasetyo akan langsung setuju untuk memeriksakan diri, tapi nyatanya, dia malah malah dan beberapa hari Pras tak bertegu

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab Kiara dan Kinara

    "Hai sayang," sapa Desi pada dua baby gemoy kiara dan Kinara. Mereka tertawa riang menyambut wanita yang semakin cantik dan bersinar. Di sampingnya Tegar sudah mencium satu persatu adiknya."Hem, wangi .... pipi adek wangi semua." Tegar menjawil pipi kedua adiknya bergantian.Santi tertawa dan menggendong salah satu baby twins."Tante, aku juga mau gendong.""Hust, tante aja lah, Tegar ajak main Dede Kinara aja, tapi jangan digendong ya, nanti jatuh bareng, kasihan adeknya," jelas Santi pada tegar.Ayu dan Desi tersenyum pada mereka. Sengaja Desi berkunjung ke rumah Ayu dan membawa tegar. Ibu yang mendengar ada Tegar, langsung keluar dari kamar, masih menggenakan mukenanya, berjalan cepat sambil memanggil "Tegar, cucuku datang."Desi tersenyum geli melihat ibu Rita begitu heboh, tiga cucunya berkumpul sungguh ramai rumahnya kali ini.Sementara Pras sedang tidak ada di rumah, dirinya memaksa juga pergi ke kantornya, walaupun masih terlihat lemah.Wajah Desi terlihat cerah dan berkata p

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 45. Bertemu Seseorang

    Ayu menatap layar komputer di depannya. Kali ini pekerjaannya hanya mengecek semua data beberapa tahun yang lalu. Bahkan beberapa pembelian yang tidak untuk keperluan kantor pun terdata .Ayu tak menceritakan pada Desi. Dirinya kini paham seperti apa suaminya. Bahkan cara kerjanya termasuk tak beres."Macam ini kah? yang katanya pernah lulusan komputer dan menjadi andalan papinya Desi dulu? kocar-kacir dalam membuat laporan neraca." Ayu hanya geleng-geleng kepala saja.Semua karyawannya dikumpulkan, bukan meeting tapi Ayu ingin tahu setiap keahlian karyawan suaminya ini. Merekrut keahlian bagus-bagus, tapi kinerja kurang falid."Saya minta, atas nama suami saya. mohon dengan amat sangat. bila masih mau bekerja di sini, kerahkan kemampuan dan skil kalian agar perusahaan maju dan menghasilkan." "Maaf Bu, saya Sarjana Tehnik , tapi mengapa aku ditempatkan di bagian finansial?"Ayu mengangguk mengerti dan meminta Bu Indira untuk mengatur skil karyawannya sesuai yang dibutuhkan perusahaan

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 46. Terjebak Situasi Rasa

    Singgih menatap wajah Ayu, kali ini tangannya masih menggenggam erat tangan Ayu."Kau tahu sekarang, aku dulu pernah melamarmu, tapi kau menolakku, karena kau masih ingin bebas tak mau terikat.""Lah, iya, kau melamarku setelah lulus sekolah SMA, ya jelas lah aku masih ingin sendiri, masih ingin bebas.""Lalu sekarang? apakah kau ingin ...""Ingin apa?! aku sudah bersuami dua kali lagi " jelas Ayu sambil menarik tangannya dari genggaman Singgih "Tapi aku tau kau tak bahagia.""Kata siapa?!""Jangan bohong, aku tahu dari binar matamu.""Dukun Ya?" canda Ayu sambil tersenyum.Tapi singgih tampak tak tersenyum ataupun berekspresi lainnya, ditatapnya Ayu dengan serius."Aku serius , Ayu. aku mau jadi bagian dari hidupmu, aku ... aku kini hidup sendiri, kau tahu sendiri bukan aku adalah anak tunggal dan ibu bapakku sudah meninggal. aku paling susah untuk bisa membuka hati."Ayu terdiam, apa maksudnya ini, "masih banyak wanita yang pantas untukmu, percayalah pasti jodoh akan datang padamu.

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 47. Tak Bisa Menghindar

    Perasaan Ayu semakin galau, dan entahlah. Perhatian pada Kiara dan Kinara pun berkurang. Dirinya lebih asyik pergi sendiri, mengunjungi tempat hiburan untuk menghilangkan suntuk yang telah menganggu pikirannya.Ibu Rita menasehati segala rupa. Tapi nyatanya, kelucuan dari anak kembarnya tak bisa mengalihkan perasaan yang terus berkecamuk. Apa lagi wajah si kembar betul-betul semakin jelas mirip dan Mas Pras. Kebencian pada suaminya ini semakin saja menjadi. kala Pras hanya bisa meminta uang dan uang saja."Aku jenuh dengan kehidupanku Mas, apa tak sebaiknya kita ..." Ayu tak berani utarakan maksud dari kata-katanya."Cerai?! aku sampai kapanpun tak akan menceraikan mu Ayu. kau pilihan Desi waktu itu, hingga Desi rela melepaskan hanya untukmu, lalu apa kah ini balasanmu?!""Tapi bukan begini yang aku inginkan Mas, Setidaknya mas tahu takaran sebagai suami dan ayah dari kembar. Apa yang sudah kau perjuangkan? kau hanya terus saja menuntut ini dn itu." Ayu menghela napasnya yang terasa s

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 48. Ibu Senang

    Ayu menepati janjinya, membawa Ibu dan si kembar ke taman bermain. Benar saja , Singgih sudah berada di sana. Yang membuatnya heran, Ternyata ibu dan Singgih sudah saling mengenal. Bahkan, ibu terlihat senang melihat lelaki gaek itu. Ayu hanya memandang saja, Apakah ini kejutan untuknya? "Nak Singgih ini dulu pernah main ke rumah loh?" ujar ibu masih terus memegang tangan Singgih tak mau melepasnya, maksudnya apa ini?"Oh ya, apakah iya, kok ibu tak pernah cerita padaku, Bu?" Ayu sudah mencecar pertanyaan pada ibunya."Jangan marah pada ibumu, aku dulu pernah ke rumahmu, untuk meminang mu tahu, tapi ternyata aku kau tolak mentah-mentah, aku yang meminta pada ibu untuk merahasiakan identitas ku waktu itu, iya kan Bu, dan ibumu adalah wanita yang paling amanah selama ini.""Maafkan ibu Ayu, ibupun sebenarnya sudah lupa, saat kau baru lulus SMA, dan Singgih ini datang ke rumah mau melamar kamu, tapi ibu mau tanya padamu dulu, dan kau menolaknya tak mau menikah dulu, ya ibu katakan pada

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 49. Singgih mulai Singgah

    Plak! sebuah tamparan dari Pras untuk Mba Triana."Aku tahu akal bulusmu, kau sengaja menggodaku bukan? aku bisa laporkan hal ini, bukan aku yang salah, kau goda aku, dan jangan salahkan aku bertindak lebih padamu! anggap saja dilakukan suka sama suka bukan?"Pras berkata penuh emosi pada wanita yang kini menunduk saja, tamparan itu membuatnya malu setengah mati, pasalnya justru kini dirinya yang dikupas habis-habisan oleh Prasetya."Tenang Pak, tidak gini juga memperlakukan wanita Pak Pras.""Semua wanita sama, cuma mau uangnya saja, dulu aku mengagungkan seorang wanita, tapi setelah aku tertipu berkali-kali karena wanita, aku jadi nggak respek lagi dengan yang namanya wanita, Paham kan?"Ayu menelan salivanya serat, sepertinya ada gejolak batin dalam diri suaminya, sejak bercerai dengan Desi, yang notebene dirinya sangat mencintai wanita berduit itu, dan harus mengalah dan hidup bersama Ayu yang punya harapan untuk bisa hidup bahagia bersama Pras. Akan tetapi ternyata tak semudah it

Bab terbaru

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 76. Kemarahan Ayu

    "Ayu! Tunggu!" teriak Desi mengejar sosok yang yang tampak memperhatikan kerumunan di jalan utama.Ayu langsung berhenti melangkah dan mencari sumber suara yang memanggilnya. Dilihatnya Desi setengah tergesa mendekatinya.Plak! Sebuah tamparan tiba-tiba mendarat di pipi Ayu. Wanita itu kaget atas perlakuan kurang ajar dari Desi."Kembalikan Tegar padaku!" cecarnya dengan emosi. "Dia sudah menjadi anakku, ingat aku punya surat adopsinya!"Ayu memandang sengit pada Desi, ia masih memegang pipinya yang terasa perih akibat tamparan dari Desi.'Kau! Apa kau tak malu, bodoh kok ngga sembuh-sembuh! Semua surat yang Mamimu buat itu palsu, tersebut surat adopsi Tegar! Dan semua itu tak ada gunanya lagi! Paham! Tegar tetap anakku, kau tak berhak atas semua tentang Tegar!" Ayu lebih garang, ia tak pedulikan beberapa orang sudah mulai mengerubunginya.Adu mulut dengan Desi menjadi tontonan gratis. Desi semakin kalap mendengar penuturan Ayu. Ia merasa dijatuhkan harga dirinya. Apa lagi sudah terbo

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 75. Mami Tertangkap

    Mami sudah mulai ketar ketir, karena pemberangkatannya sepertinya akan bermasalah. Ia sudah siapkan beberapa surat penting dan beberapa kartu yang akan diperlukan nanti, tapi tiba-tiba ... "Ibu Suharti betul ? ikutlah bersama kami," Sebuah suara wanita berpakaian preman segera merangkul pundak Mami dengan cepat memborgol tangan Mami. Mami sudah tidak bisa berkutik lagi, Mami ditangkap petugas imigrasi. Sementara itu, beberapa petugas sudah mengerumuni sebuah mobil yang sudah ringsek. Beberapa warga yang kaget dengan suara letusan mirip senapan itu pun mencari sumber letusan. karena mereka pikir ada sebuah insiden di area pembuangan sampah terakhir ini. Tubuh Pras ditemukan sudah kaku, ada benturan keras di dada dan kepalanya, tak ada tanda kekerasan , sepertinya petugas menganggap pengemudi sedang mabuk dan keluar jalur masuk dalam kubangan jurang pembuangan. Evakuasi mobil cukup sulit karena banyaknya sampah dan penonton yang heboh pada peristiwa tersebut. *** Desi me

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 74. Perselisihan Pras Dan Budiman

    Mami pergi bersama Pras, kali ini benar-benar akan melakukan sesuatu yang semua orang tak menyangkalnya. Mami minta di antar ke beberapa perusahaan, Pras mengantar hingga usai. Kemudian mereka menuju sebuah kawasan elite, menuju sebuah rumah yang sudah mereka beri tanda.Sementara itu Budiman terus menguntit kemanapun mereka pergi, sasaran utama lelaki itu adalah koper yang ada di tangan Pras."Pras! Tunggu di sini, mami mau ambil sesuatu ingat! Jangan telat jemput mami lagi ke sini. Pergilah, jangan sampai mobil Desi diketahui seseorang."Pras mengangguk dan langsung meluncur lagi. Mami segera keluar mobil dan menggenakan masker dan sebuah rambut pasangan yang ia sediakan dalam tasnya. Lalu berjalan mengendap mendekati sebuah mobil mewah yang terparkir depan rumah bertingkat. Tak disangka Mami melakukan hal tersebut, yaitu memutus slang rem dari bawah mobil dan mengiris beberapa kabel otomatis! Pras kali ini pergi ke sebuah tempat yang cukup sepi ia akan menyimpan uang dalam koperny

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 73. Sebuah Kabar Yang buruk

    Kasus ini semakin melebar, Singgih menjadi penasaran apa sebenarnya dibalik semua ini. Dengan cepat dirinya menelusuri keluarga Desi yang selama ini ia kenal sebatas kenal saja. Dari nama Ayahnya, ibunya hingga bisnis yang katanya berbasis utama ada di Swiss. Sempat kesulitan juga Singgih menemukan keterangan tentang mereka. "Rita, panggilkan Tommy ke sini, aku ada perlu dengannya." Singgih menyuruh Rita asistennya memanggil anak buahnya yang jago dalam mencari hal seperti ini.Tak lama terdengar pintu diketuk dari luar."Masuk!" Seru Singgih. Mereka pun kini terlibat dalam sebuah pembicaraan serius.***Tampak Santi terlihat melamun di atas balkon, dan didekati Ayu. Wanita itu menyentuh pundak Santi."Kenapa, San? Apa yang kau pikirkan?"Sedikit terkejut dan Santi berdiri dan langsung memeluk Ayu."Ada apa? " Ayu balas memeluk adik angkatnya ini."Aku tak tahu harus bagaimana kak, mau cerita tapi aku takut."Ayu tertegun dan langsung menyuruhnya duduk."Ada apa sebenarnya , Santi? A

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 72. Penyusup

    Bab 72. Budiman menyalakan sebatang rokoknya di depan sebuah kios kecil di pinggir trotoar. Matanya terus saja mengawasi sebuah mobil mewah yang sudah melintas semenit yang lalu. Mengingat nomor plat tersebut dan langsung pergi dengan sepeda motornya.Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Kini saatnya ia harus laporan pada majikannya. Motor melaju ke arah jalan Halmahera, jalanan cukup ramai, tapi rumah megah di pinggir jalan raya itu mudah dicapainya dalam waktu dalam setengah jam saja."Bos, ada berita bagus nih, dan apa rencana sudah fiksi?" tanya Budiman di sebuah ponselnya.Tak lama dirinya turun dari sepeda motor dan membuka pagar yang masih terkunci dari dalam, dengan lihainya jarinya sudah bisa mencongkel grendel dari pagar besi itu. Memasukkan motornya dan menutup pintu pagar kembali.Lelaki itu sesaat mematikan rokok yang sudah tinggal beberapa centi saja, membuang sembarang pada taman yang sedikit tak terawat."Selamat pagi bos!" Suaranya lantang menyapa penghuni r

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 71. Budiman Yang Licik

    Malam ini Ayu sedang duduk di beranda teras menatap malam yang penuh bintang, walaupun badannya penat seharian bertamasya tapi dirinya tak bisa memejamkan matanya. Pikirannya melambung entah kemana."Sayang, kenapa?" tanya Singgih seraya memeluk istrinya dari belakang. Tercium bau segar sabun mandi dari tubuh suaminya. Ayu tersenyum dan mengelus bagian belakang suaminya yang sudah mencium tengkuk leher wanita ayu itu."Apa yang kau pikirkan?" Pertanyaan ulang Singgih lontarkan lagi.Ayu menggelengkan kepalanya, "tidak ada apa-apa, aku cukup bahagia, aku sedang menikmati tenang dan nyamannya malam ini. Udara malam ini dingin tapi menyejukkan," jawab Ayu. Singgih pun duduk menjejeri istrinya."Kau betah bukan? Tinggal di kawasan ini?"Ayu mengangguk pelan dan menyandarkan kepalanya di lengan suaminya."Ini impianku selama ini, ingin punya rumah di kawasan elite ini, dengan keluarga yang aku sayangi."Ayu masih terus tersenyum saat Singgih terus bercerita tentang rencana-rencana masa dep

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 70. Rencana Apa Lagi?

    Pras makan dengan tenang, tapi sekali suap bisa dua kepalan tangan masuk sekaligus ke dalam mulutnya. Tak perlu hitungan jam, dalam sepuluh menit, Lelaki itu sudah menghabiskan empat telor balado, lima perkedel kentang, lima potong ayam kremes dan satu bakul nasi, belum ditambah dua roti isi milik Desi yang belum sempat dimakannya.Mami cuma nyengir saja, melihat Desi menatap Pras dengan heran."Kau makan banyak sekali, jatahku pun kau makan!" tutur Desi sambil geleng-geleng kepala."Ya begitulah," jawab Mami."Mih, apa benar Pras sama sekali tak mengenalku?" Desi masih terus memandang mantan suaminya itu."Coba saja tanya padanya."Desi menyentuh pundak Pras pelan."Masih ingat denganku?" tanya Desi perlahan.Pras terdiam dan menatap Mami, "anaknya Nyonya kan?""Nyonya? Mih, dia panggil mami dengan sebutan Nyonya!" Desi kaget dan menutup mulutnya."Mih, ini benar-benar mencuci otak Pras seratus persen!" "Bila tak ada tindakan ini , ia akan kumat dan mengamuk, bahkan sering ia menya

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 69. Prasetyo Kembali!

    Perjalanan dengan pesawat dari Swiss menuju Indonesia tak banyak kendala, bahkan paspor atas nama Prasetya pun tak bermasalah. "Kau jangan banyak cakap, diam saja, dan lakukan semua perintahku. Setelah sampai rumah, baru aku beri obat dari Dokter, aku tak ingin kau kesakitan lagi, paham? Jadi jangan banyak berulah. Kita tak lama, bila urusan selesai kita pulang lagi ke Swiss, di sini tak aman buatmu," kata Mami panjang lebar pada lelaki berkacamata minus di sampingnya. Tubuh kekarnya bak seorang bodyguard. Wajah melankolisnya tak pernah hilang, yang berbeda dari Pras, ia cenderung diam dan hanya mengangguk setiap perintah Mami. Matanya terus menatap ke depan. Roti isi yang disediakan oleh maskapai penerbangan sudah habis ludes di makan, begitu juga jatah punya Mami.Pras yang dulu sering kesakitan di bagian kepalanya, yang bila datang rasa sakit itu ia bisa berteriak dan menyakiti dirinya sendiri. Kini terlihat lebih tenang. Beberapa terapi susah ia jalani. Mami begitu menjaga Pras,

  • Bukan Cerita Cinta Biasa   Bab 68. Rencana Licik Mami

    Ayu terdiam dan kaget melihat hancurnya pesta pernikahannya bersama Singgih. Lelaki itu masih terus memeluk pundaknya erat."Ini ada yang nggak suka dengan kita," desis Singgih geram. Ayu tahu siapa dalang semua ini, dan ia belum menceritakan pada Singgih."Aku harus membawa Santi pergi dari rumah itu." "Desi? Apa dia yang ...."Ayu menatap suaminya, "tapi ia tak tahu kita sudah resmi menikah, yang diinginkannya adalah menggagalkan semua ini."Suara Ayu sedikit bergetar, tahu sifat sahabatnya itu, apapun akan dia lakukan asal keinginannya tercapai, walaupun itu melukai orang lain."Masuklah, biar WO, yang membereskan semua ini. Mati kita rencanakan sesuatu yang lain."Ayu memandang singgih dengan tajam. Singgih tak pedulikan tatapan Ayu, dirinya segera mengalihkan pundak Ayu untuk segera mengikuti dirinya masuk ke kamar hotel.Dalam sebuah rumah yang mewah, Desi tertawa terbahak-bahak atas kemenangannya. Santi melihat Desi dengan marah."Aku tidak terima dengan tindakan ini, Bu. Wal

DMCA.com Protection Status