Home / Romansa / Bukan Calon Kakak Ipar / 78. Sesion 3 : 14. Teman Hidup

Share

78. Sesion 3 : 14. Teman Hidup

Author: Bai_Nara
last update Last Updated: 2021-09-09 21:26:38

"Hai El."

Elang mendongakkan wajahnya, saat ini ia tengah sibuk mempelajari kasus yang akan disidangkan besok. Sehingga dia tak sadar ada yang mngetuk pintu. Ah, mungkin lebih tepatnya main nylonong masuk ke ruangannya.

"Hai," sahut Elang pendek.

"Mana Jovan?"

"Lagi menemui Hakim Darma."

"Oh." 

Elang menutup berkas yang tengah ia pelajari, kemudian berdiri dan berjalan menuju ke arah pintu.

"Mau kemana?"

"Menemui Jo, aku ada perlu dengannya." Bohong, lebih tepatnya Elang tengah menghindar dari Vivian.

Vivian menatap Elang yang keluar ruangan dengan pandangan sedih. Selalu seperti ini. Elang selalu menjarak darinya. Dulu karena Huda sekarang karena Jovan. Padahal dia memilih putus dari Huda demi bisa mengejar Elang, malah dia menjauh ke Purwokerto. 

Vivian menatap ruang kerja Elang dan matanya melotot menatap foto dalam pigura kecil tergeletak di meja Elang. Elang tengah di pantai bersama seorang gadis ca

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bukan Calon Kakak Ipar   79. Sesion 3 : 15. Kabut Yang Menipis

    "Cepat! Kejar!"Dor. Dor. Dor."Dia menuju pintu belakang, cepat-cepat!"Arfan terus berlari. Sial! Tempat persembunyiannya ketahuan.Grep."Diam! Atau kamu ingin mereka tahu kita disini. Cepat ikut aku!"Arfan mengikuti orang itu. Dalam hati dia bertanya-tanya, siapa gerangan lelaki misterius itu?"Diam disana! Biar aku yang urus."Arfan memilih diam mengikuti petunjuk sang penolong untuk bersembunyi di bagasi mobil. Entah sudah berapa lama dia bersembunyi di bagasi mobil hingga dia merasa mobilnya berjalan. Arfan masih bertahan, hingga mobil berhenti dan bagasi terbuka."Keluar!"Arfan mengikuti orang tersebut untuk memasuki sebuah rumah sederhana. Tapi begitu masuk ke sana, ternyata ada ruang bawah tanah berisi senjata dan narkoba."Mr. Q ...?" lirih Arfan."Hehehe. Tak kusangka aku harus menunjukkan wajah asliku di depanmu. Tapi tak apa, kamu berguna untukku. Ikuti perintahku maka kamu akan selam

    Last Updated : 2021-09-09
  • Bukan Calon Kakak Ipar   80. Sesion 3 : 16. Jebakan

    Rafiqa tengah melakukan perjalanan bersama Aldo dan Sasa ke Banjarnegara. Mereka akan menemui salah satu klien Bu Karni. Kliennya kali ini mengalami tindakan penganiayaan oleh sang suami."Yakin ini rumahnya Mas Aldo?" tanya Sasa."Menurut catatan di kertas ini bener kok. Ini alamatnya. Lagian pas kita tanya alamat ini pada ngasih petunjuk kesini kan?""Masa rumahnya sendirian di tengah kebon sih Mas? Mencurigakan banget," celetuk Sasa.Rafiqa menangkap sesuatu yang tidak beres."Ayo kembali," titah Rafiqa.Namun sebelum mereka kembali mereka sudah dihadang oleh seseorang yang berjalan secara terpincang-pincang bersama beberapa anak buah yang mengarahkan senjatanya ke tiga sekawan."Gak mungkin! Kamu?" lirih Sasa tak percaya.Fiqa tak kalah kaget, sedangkan Aldo seperti sudah tahu sehingga ekspresinya datar. Nampaknya justru momen ini yang sedang ditunggu oleh Aldo.******"Siapkan semua personel, kita akan menuju

    Last Updated : 2021-09-09
  • Bukan Calon Kakak Ipar   81. Sesion 3 : 17. Isyarat

    "Ayo kembali!" titah Rafiqa.Namun sebelum mereka kembali mereka sudah dihadang oleh seseorang yang berjalan secara terpincang-pincang bersama beberapa anak buah yang mengarahkan senjatanya ke tiga sekawan."Gak mungkin. Kamu?!" lirih Sasa tak percaya.Fiqa tak kalah kaget, sedangkan Aldo seperti sudah tahu sehingga ekspresinya datar. Nampaknya justru momen ini yang sedang ditunggu oleh Aldo.Fiqa mengepalkan tangannya dan hendak menerjang Pandu. Namun, sebuah remasan pada lengan kanannya membuat niatnya tertunda. Fiqa menoleh ke arah Aldo. Aldo menggelengkan kepalanya sebagai isyarat agar Fiqa jangan gegabah karena percuma saja. Mereka kalah jumlah dan musuh pun memiliki senjata. Fiqa membenarkan isyarat Aldo. Iya, mereka kalah jumlah dan hampir semuanya membawa senjata."Ini maksudnya apa, Mas Pandu?" tanya Sasa."Hahaha. Siapa Pandu?""Apa maksud kamu?" Sasa semakin bingung."Oh. Perkenalkan, namaku Athala Putra Qaiser

    Last Updated : 2021-09-09
  • Bukan Calon Kakak Ipar   82. Sesion 3 : 18. Jantung Hatiku

    Elang menatap semua bukti yang telah dikumpulkan oleh Aldo. Rupanya selama berkenalan dengan Elang, Aldo mengikuti perkembangan tentang Mr. Q juga. Bahkan dia memberi Elang beberapa foto-foto Pandu alias Athala saat berada di rumah sakit. Luar biasa. Dia bahkan memberi sesuatu, sebuah alat penghubung dua arah dimana yang satu ada di amplop sedangkan yang lain masih dibawa oleh Aldo. Dan dari alat itu lokasi mereka sudah terkunci berada di daerah perbatasan Purwojati dan Cilongok. "Siap El." "Siap Jo. Kita mulai." Jovan memimpin pasukan khusus dibantu Kapolres Banyumas serta kaplosek Purwojati. Mereka bergerak menggunakan pakaian biasa agar tak mencolok. Bahkan pergerakan mereka sudah dimulai dari kemarin agar tak membuat curiga Athala dan anak buahnya. Mereka terus bergerak hingga semua sudah berada di posisinya masing-masing. Athala tinggal di sebuah rumah mewah yang terletak di pemukiman padat penduduk. Sungguh pintar sekali mere

    Last Updated : 2021-09-09
  • Bukan Calon Kakak Ipar   83. Sesion 3 : 19. Raja Tidur Ayo Bangun

    "Cepat-cepat!"Dua buah ranjang disiapkan untuk dua korban, salah satu korban langsung dibawa ke ruang IGD sedangkan yang lainnya langsung menuju ruang operasi.Rayyan, Nasha, Ayana dan Wisnu langsung menuju ke rumah sakit begitu mendapat telepon dari Royyan.Tindakan pertolongan langsung dilakukan pada Fiqa, beruntung sekali Fiqa memakai rompi anti peluru. Entah sejak kapan gadis itu memakainya, rompi yang dipakai adalah jenis rompi berbahan tipis tapi mampu menahan tembakan.Ketidaksadaran gadis itu lebih diakibatkan karena syok dan kurangnya asupan makanan dan minuman. Sedangkan luka-luka di tubuhnya tidak terlalu parah namun tetap harus diperiksa lebih lanjut.Sementara di ruang operasi, Elang tengah bertaruh nyawa. Dua tembakan bersarang pada punggungnya. Peluru harus segera diambil.Kondisinya yang kehilangan banyak darah juga harus segera diatasi. Beruntung golongan darahnya O persis seperti ayahnya, Nasha dan Ayana. Sedan

    Last Updated : 2021-09-10
  • Bukan Calon Kakak Ipar   84. Sesion 3 : 20. Elang VS Elang KW

    "Suster ...," teriak Fiqa.Semua orang yang ada di luar langsung kaget. Rayyan langsung masuk dan melakukan tindakan RJP untuk Elang menggunakan alat pacu jantung atau defribrilator.1 2 3 tekan. Tubuh Elang terguncang, namun indikator detak jantung masih garis lurus1 2 3 tekan. Masih sama.1 2 3 tekan. Masih sama.Rayyan terus berusaha menolong Elang, Fiqa sendiri sudah menangis tersedu-sedu dan tengah ditenangkan oleh Royyan."Sabar Dek. Sabar. Istighfar. Istighfar." Royyan berusaha menenangkan adiknya.Nasha dan Ayana saling memeluk. Wisnu tengah dipapah menuju kursi oleh Jovan. Sementara yang lain masih was-was."Bismillah. Elang berjuanglah, kamu gak boleh ninggalin anak om, dengan cara seperti ini," lirih Rayyan.1 2 3 tekan. Dug dug dug."Alhamdulillah." Rayyan mengucap hamdallah.Dokter Andi baru datang karena habis mengoperasi pasien. Dia melihat Rayyan tengah membereskan alat pacu jantung.

    Last Updated : 2021-09-10
  • Bukan Calon Kakak Ipar   85. Sesion 3 : 21. Kisah Yang Sebenarnya

    "Fiqa ...!" teriak Elang Putra."Fiqa. Kamu Fiqa, 'kan? Akhirnya kita ketemu lagi. Beberapa kali aku pengin ketemu sama kamu. Maria bohongin aku, dia gak hamil. Dia bohongin kita. Aku sudah cerai sama dia, Maria udah aku jeblosin ke penjara. Dia berusaha membunuh anakku dengan .... " Elang Putra terdiam, dia hampir saja keceplosan."Jangan bilang, kamu nanem benih sembarangan lagi Elang Putra Danendra," sahut Fiqa dingin. Sedangkan pria yang duduk di kursi roda hanya diam mengamati."Bukan begitu Fiq ... ceritanya rumit."Elang Putra Danendra menceritakan semua hal yang terjadi dalam hidupnya. Fiqa merasa jengah namun Elang memberinya kode untuk mendengarkan. Mau tak mau Fiqa manut sama calon imamnya."Jadi begitulah Fiq. Hidupku hancur," keluhnya."Kamu hancur karena ulah kamu sendiri. Kalau kamu mau menerima Maria dan memperbaiki semuanya pasti gak akan mungkin kayak gini jadinya," tutur Fiqa dengan mimik muka datar."Dan sekarang m

    Last Updated : 2021-09-10
  • Bukan Calon Kakak Ipar   86. Sesion 3 : 22. Ujung Penantian

    Menunggu itu perlu kesabaran. Menunggu itu sungguh membosankan. Menunggu itu butuh perjuangan dan pengorbanan. Itulah yang dialami oleh Fiqa dan Elang. Tujuh bulan lamanya mereka harus menunggu untuk mencapai kata halal. Rasanya nano nano pokoknya, ditambah lagi si biang resek Royyan yang selalu mengompori mereka dengan kemesraan bersama sang istri. Tambah merana kan jadinya. Sudah tahu menuju halal banyak ujian dan godaan malah digoda terus. Hadeh. Dasar Royyan.Ingin rasanya Elang dan Fiqamenimpuk kepala Royyan. Kalau perlu bawa dia ke kutub utara atau antartika biar jadi temennya Reihan. Eh ... kan emang kembaran Reihan yah? Halah. Ckcck.Untungnya baik Elang dan Fiqa memiliki mental baja, sabar dalam menunggu, saling percaya dan selalu giat berdoa.Lebih beruntung lagi mereka itu bukan pengangguran. Mereka punya kesibukan yang menguras fisik dan tenaga sehingga kalau malam bawaannya capek dan pengin rebahan. Jadi rasa galaunya bisa sedikit terobati.

    Last Updated : 2021-09-10

Latest chapter

  • Bukan Calon Kakak Ipar   133. Sesion 4 : 40. Epilog (Tamat)

    "Dek, maafin Mas ya. Mas khilaf. Janji ini yang terakhir khilafnya." Aku hanya bisa menghembuskan nafas. Dulu sekali Mas Rei juga bilangnya khilaf tapi ini malah khilaf lagi. "Dek, jangan marah ya. Senyum dong." "Buat apa marah Mas? Toh udah kejadian bukan?" sahutku sinis. "Iya juga sih. Tapi Mas seneng kok bisa khilaf terus." "Ck." Aku mencebik dan mencubit perutnya. Dasar. Mas Reihan hanya tertawa, sesekali mencium tanganku dan keningku. Bahkan aku yakin kalau gak ada orang, pasti dia sudah mengajakku adu bibir. Haish. Punya suami kok gini amat, untung aku cinta. Mungkin karena aku diam saja Mas Reihan kembali membujukku dengan kata-kata manis. "Iya, iya nanti Mas lebih hati-hati tapi khilafnya gak bakalan ilang, Sayang." Dia mengucap dengan seringai jahil. Dih, dasar! Aku memilih mengerucutkan bibir. Bodo amat kelihatan jelek. Salah sendiri tuh Kulkas jadiin aku istri. Jadi harus terima dong lahir batin kecantikan sama kejelekanku kalau lagi ngambek. "Udah jangan marah ya B

  • Bukan Calon Kakak Ipar   132. Sesion 4 : 39. Mr. Kulkas Itu Suamiku

    "Kalian gak bawa baby sitter?" tanya Joshua."Gak.""Gak kerepotan?""Enggaklah," jawab Mas Reihan cuek."Kalian kok bisa cuma punya ART sekaligus pengasuh bayi tanpa pakai jasa baby sitter sih?""Ya bisalah," ucap Mas Reihan."Kok Zaza bisa ya ngajar sekaligus bisa kasih ASI. Eksklusif lagi.""Istriku gitu loh.""Iya-iya yang istrinya paling cantik, paling pinter, paling ter-semua pokoknya.""Harus. Kan istri sendiri bukan istri orang lain.""Ck. Dasar Dokter Kulkas." Joshua mengumpati suamiku. Lalu dia bergegas mengikuti gadis cilik yang berlari hendak bermain dengan air.Aku hanya bisa menahan tawa melihat bagaimana interaksi suamiku dengan para sahabat sekaligus rekan kerjanya."Mimik muka suamimu loh Za, gak berubah. Bisa datar gitu. Kok kamu mau sih nikah sama dia.""Eh Bu Mila." Aku menyalami Bu Mila, salah satu istri dari rekan Mas Reihan. Dokter Siswo, spesialis jant

  • Bukan Calon Kakak Ipar   131. Sesion 4 : 38. Memaafkan

    Sepuluh hari aku dan Baby Twins di rumah sakit. Kini kami kembali ke Sokaraja dan disana aku dan Twins disambut oleh seluruh keluarga. Bahkan, Tante Raisa sekeluarga pun datang.Malamnya acara akikah kedua anakku diselenggarakan dengan meriah. Sebetulnya acara akikah standar, hanya saja malam ini semua keluargaku dan Mas Reihan datang jadi sangat ramai.Seperti biasa Royya dan Rael akan bertengkar. Kali ini mereka bertengkar memperebutkan siapa yang jadi saudara ketiga. Astaga.Acara akikah sudah selesai dari tadi tapi kami masih sibuk bercengkrama. Aku yang merasa lelah meminta ijin untuk ke kamar lebih dulu, tentu saja dengan diantar oleh Mas Reihan."Mas temeni yang lain aja. Rana gak papa sama Twins.""Oke. Tidur yang nyenyak ya Dek.""Iya."Mas Reihan mencium pipi Twins dan terakhir mencium keningku mesra."Tidur ya, Mas keluar dulu.""Oke."Aku merebahkan diri di samping si kembar. Kami memutuskan meme

  • Bukan Calon Kakak Ipar   130. Sesion 4 : 37. Reza dan Zahra

    "Mereka luar biasa Mas.""Iya. Sangat luar biasa."Aku dan Mas Reihan tengah menatap baby twins. Keduanya benar-benar luar biasa. Mereka adalah hadiah terindah bagi kami setelah tiga tahun penantian. Aku bersyukur, Allah memberi kami kepercayaan dua buah hati sekaligus. Mana kembar sepasang lagi.Cup.Aku menoleh ke arah Mas Reihan. Lalu mencubit perutnya."Mas!" bentakku sambil memelototinya. Dasar! Suka sekali cari kesempatan."Apa? Hem ...." Dia hanya tersenyum dan menatapku jahil. Bahkan tangannya sudah memainkan kerudungku dari tadi dan diputar-putarnya."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Refleks Mas Reihan menghentikan aksi anehnya dan berdiri menyambut tamu yang datang."Zazaaaaa.""Yayaaaa."Yaya menuju ke ranjangku. Dia langsung memelukku dan aku balik memeluknya, heboh pokoknya. Aku menyambut uluran tangan semua rekan kerjaku yang datang."Wah ganteng dan cantik ya Za

  • Bukan Calon Kakak Ipar   129. Sesion 4 : 36. Kembali

    POV RanaAku terbangun di sebuah hamparan pasir yang indah. Kutatap sekelilingku. Pantai?Aku menoleh ke kiri dan ke kanan. Sepi. Kemana semua orang?Mana Mas Reihan? Dan ... kenapa perutku kempes? Dimana bayiku? Aku panik. Aku mencoba berlari mencari orang-orang tapi tak ada satupun yang kutemui. Hingga kulihat sebuah perahu di sana. Aku berlari menuju perahu yang masih berada di bibir pantai sepertinya mereka akan berlayar."Permisi ... permisi. Bolehkah sa-" Aku tertegun. Mataku berkaca-kaca. Aku segera berlari menyongsong kedua orang yang sangat kurindu."Ayah, Bunda, Rana kangen." Kedua orang tuaku memelukku. Lama kami berpelukan."Kalian mau kemana?""Berlayar," ucap Ayah."Boleh Rana ikut?""Boleh," kini Bunda yang menyahut.Aku menggenggam tangan Ayah dan Bunda di kanan kiriku. Aku bahagia sekali. Kami berjalan bergandengan tangan dan akan naik ke perahu. Ayah yang pertama naik, kemudian Ayah mengulurkan t

  • Bukan Calon Kakak Ipar   128. Sesion 4 : 35. Percobaan Penculikan

    Sudah tiga hari, Rana masih tak sadarkan diri. Menurut ahli obgyn, perut Rana mengalami benturan yang cukup keras. Namun tak membahayakan rahimnya. Aku masih ingat, bagaimana Rana berkutat dengan Karina yang ingin memukul perutnya saat itu. Berulangkali dia menghalangi tinju Karina. Ya Allah. Semoga Engkau membalas perlakuan Karina sesuai dengan tindakannya, amin.Pembersihan rahim juga sudah dilaksakan. Nindy bilang, tak ada masalah. Ketidaksadaran Rana diakibatkan kelelahan dan pasokan oksigen ke otak yang hampir saja berkurang.Selama tiga hari ini kondisi baby twins mulai stabil. Mereka sudah dipindahkan ke ruang anak. Bersyukur Aya dan Fiqa memiliki ASI yang melimpah. Riyyan dan Ela juga sudah berusia satu tahun dan sudah makan. Jadi, ibu mereka bisa mendonorkan ASI-nya untuk kedua anakku."Kondisi mereka sudah stabil." Mamah menghampiriku dan mengelus kedua pipi cucu kembarnya. Mamah habis melaksanakan sholat tahajud di masjid."Iy

  • Bukan Calon Kakak Ipar   127. Sesion 4 : 34. Tolong Bertahanlah

    "Dek ... Dek," panggilku.Rana tersenyum kearahku. Aku menggenggam tangannya dan sesekali menciumnya."Kamu bisa. Kamu bilang kamu ingin mereka selamat kan?"Dia mengangguk, dengan susah payah Rana menahan rasa sakitnya. Aku tahu pembukaan sudah sempurna hanya saja Rana mungkin sudah tak punya tenaga untuk mengejan. Sementara perjalanan kami masih lama."Eghhh ... huft ... egghhh ....""Dorong sayang, ingat Allah, ingat anak kita. Kamu mau mereka selamat kan? Ingat, surga kita ada pada mereka Sayang?"Rana menatapku dengan mata berkaca, entah kenapa aku seperti melihat pancaran semangat dalam matanya.Meski susah payah Rana berusaha mengejan dan aku mencoba membantunya. Rana terus mengejan hingga tangisan pertama keluar."Eaaaaa ...."Aku segera mengeluarkan bayiku, melepas bajuku dan kuselimuti bayi lelakiku."Mbak, pegang!""Oke."Setelah menyerahkan kepada rekan Elang, aku segera menyemangati Rana

  • Bukan Calon Kakak Ipar   126. Sesion 4 : 33. Menyelamatkanmu

    POV ReihanAku membaca chat dari Rana yang meminta ijin menjenguk Diva yang sedang sakit. Aku pun mengijinkannya.Hampir satu jam kemudian HP-ku berdering terus. Aku mengeceknya. Pak Yadi."Kenapa Pak?""Mas Rei, Mbak Zaza gak ada. Tadi saya disuruh beli apel sama Mbak Zaza. Eh pas balik mereka udah gak ada.""Oke. Kamu tetap tunggu disitu. Cari terus."Aku segera mematikan sambungan dan menghubungi Elang."El, tolong lacak Rana. Dia menghilang.""Oke."Aku segera mengambil kunci mobilku dan berpesan pada Suster Dira untuk meminta bantuan Dokter Joko menangani pasien-pasienku. Aku berlari menuju ke mobil. Entah kenapa firasatku tak enak."Iya El, bagaimana?""Mereka ke arah Baturaden. Aku sharelock lokasinya. Aku dan kawan-kawan menuju kesana."Aku segera memacu mobilku dengan kecepatan maksimal yang aku bisa. Kurang lebih tiga puluh menit aku sampai di sebuah vila. Aku parkir di tempat j

  • Bukan Calon Kakak Ipar   125. Sesion 4 : 32. Rahasia Karina

    Karina kembali mengelus perutku dengan penuh pemujaan sedangkan aku benar-benar ketakutan. Karina menatapku dengan seringai jahat.Bugh."Aw ...." Aku meringis karena Karina memukul perutku.Aku merintih menahan rasa sakit."Kak Karin jangan!""Hahahaha."Karina menatapku dengan tatapan penuh kebencian. Aku masih berusaha menahan rasa sakit."Kamu tahu, ibuku benar-benar wanita menjijikkan. Entah berapa pria yang pernah tidur sama dia. Sungguh menyebalkan." Karina menoleh ke arah Dinda. Kemudian dia mengelus pipi Dinda membuat Dinda ketakutan bahkan berusaha memalingkan wajahnya."Aku dan Dinda berasal dari rahim yang sama namun ayah berbeda. Dan yang menyebalkan, kami tak tahu siapa mereka.""Bukannya kakak, anak mendiang Dokter Wijaya?" cicit Dinda."Hahaha. Bukan! Sayangnya bukan! Kalau bukan karena otak cerdikku dan keinginan Ibu kita untuk lepas dari kemiskinan, tak mungkin aku bisa sampai disini."

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status