Home / Romansa / Bukan Calon Kakak Ipar / 55. Sesion 2 : 13. Lamaran

Share

55. Sesion 2 : 13. Lamaran

Author: Bai_Nara
last update Last Updated: 2021-09-07 23:04:28

POV Royyan

Aku dengan tergesa-gesa menuju ke rumah kedua orang tuaku. Sampai di halaman, aku segera turun pun dengan dua orang dari mobil yang sepertinya baru sampai juga.

"Aya," ucapku begitu melihat Ayana.

"Mas Royyan." Aya pun ikut berteriak.

Aku segera menghampiri Aya dan memeluknya. 

"Mas kangen banget tahu Ay."

"Aya juga Mas, kangen banget."

"Kamu kok lama banget sih? Sampai lumutan tau mas nungguin kamu."

"Maaf Mas, banyak hal yang terjadi."

"Aya ...."

"Mas Royyan ...."

Kami masih saling berpelukan. Bahkan sesekali kucium kepalanya. Pokoknya dunia serasa milik kami berdua yang lain ngontrak. 

"Ekhem."

Pelukan kami terlepas karena suara deheman dari Elang. Aku dan Aya tertawa.

"Sorry Bro, kangen soalnya. Permisi ya. Aku mau culik tuan puteri dulu. Ayo Ay, ikut Mas Royan. Oh iya El, awas ya! Jangan apa-apain Fiqa. Tapi cium boleh," ucapku dengan sering jahil.

"Kali

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bukan Calon Kakak Ipar   56. Sesion 2 : 14. Hampir Saja

    POV Author"Kamu kenapa Nau?""Gak papa kok Nai.""Jangan bohong, kamu kelihatan gak baik-baik saja.""Oke aku memang gak baik-baik aja. Aku dari dulu suka sama Mas Royyan sejak dia masih sama kamu. Segala upaya aku lakuin agar kalian pisah. Saat kamu udah pisah dengan Mas Royyan, aku berusaha menarik hatinya tapi selalu gak ditanggepin dan sekarang apa? Dia mau nikah sama gadis itu yang baru dikenalnya."Naira terkejut dengan pengakuan Naura. Bukan karena dia masih menyukai Royyan. Bukan karena hal itu.Royyan sangat tampan dan supel makanya banyak cewek yang jatuh hati padanya termasuk Naira. Hanya saja dia sungguh tak menyangka jika sepupunya menjadi salah satu penyebab retaknya hubungannya dengan Royyan.Meski tadi sempat kaget namun Naira yang sekarang memang sudah tak ada rasa untuk Royyan. Semua cintanya sudah beralih kepada suaminya, Thomas. Sehingga dia biasa saja ketika mendengar Royyan akan menikah. Bahkan sekarang di

    Last Updated : 2021-09-07
  • Bukan Calon Kakak Ipar   57. Sesion 2 : 15. Tertunda

    Arfan membanting ponsel miliknya. Orang suruhannya mengabarkan jika empat orang suruhannya mati terkena tembakan dari Elang. Sedangkan lima yang lainnya tertangkap."Brengsek! Kenapa aku sampai lupa ada Elang disana? Dia jelas selalu membawa senjata. Agh! Kenapa juga kembaran cowok itu harus menyelamatkan Ayana.""Aggghhhhh!"Arfan tambah stres karena agensi miliknya sedang dalam masalah, salah satu modelnya tertangkap basah sedang melakukan transaksi prostitusi. Bodoh! Kenapa dia bisa kecolongan?Tok! tok! tok!"Masuk.""Permisi Pak, kakek Anda datang dan ingin bertemu dengan Anda.""Baik. Akan saya temui beliau."Arfan segera menemui kakeknya. Wajahnya yang kalut dan marah dia ubah dengan mimik muka tenang dan ramah seperti biasanya."Opa.""Duduk!"Arfan kemudian duduk di sofa di seberang opanya."Kamu lihat ini."Arfan melirik pada berita yang ada di koran yang opanya bawa.

    Last Updated : 2021-09-07
  • Bukan Calon Kakak Ipar   58. Sesion 2 : 16. Buka Puasa

    POV RoyyanWajah kusut, rambut awut-awutan, mata kayak panda. Menyedihkan.Aku menoleh menatap istriku yang masih tertidur nyenyak. Kulirik jam di dinding kamar pukul empat pagi. Sungguh tragis semalaman aku gak bisa tidur. Karena sibuk nenangin si Royyan kecil. Huhuhu. Ngenesnya."Mas.""Eh Aya, kok udah bangun."Ayana bangun dan ikut duduk di kursi sofa yang ada di kamarku. Dia membelai rambutku kemudian mencium pipiku."Maaf ya." Kemudian menyandarkan kepalanya pada bahuku. Aku pun memeluknya penuh cinta."Mas.""Hem.""Beberapa bulan lagi puasa kayaknya.""Empat bulan lagi.""Masih cukup lama berarti.""Iya.""Mas.""Hem.""Tahu gak kenikmatan pas orang lagi puasa itu pas kapan?""Nikmatnya itu pas waktu buka, air minum aja serasa kurma," jawabku. Eh. Aku melonggarkan pelukanku dan menatap Ayana. Dia tersenyum manis sekali, duh aku merasa tersindir ini.

    Last Updated : 2021-09-07
  • Bukan Calon Kakak Ipar   59. Sesion 2 : 17. Misi

    POV AyanaAku terkapar, aku gak bisa bergerak sama sekali. Sakit. Bahkan aku kayak bayi yang harus dimandiin. Sholat aja sambil tiduran. Setelah pertempuran semalam yang begitu menggairahkan, mendebarkan dan membuat kami ketagihan kami terkapar tak berdaya lebih tepatnya aku sih. Huhuhu. Sakit guys. Hampir semalaman Royyan kecil kesenangan buka puasanya sampe gak mau berhenti, lupa dianya kalau aku kan baru pertama kali gitu-gituan."Dek."Aku menoleh ke arah Mas Royyan yang datang dengan membawa sarapan."Makan dulu ya?""Iya.""Sini mas bantu kamu duduk. Sandaran kek gini aja ya." Ucapnya sambil memposisikan diriku agar bisa duduk bersandar pada tumpukan bantal yang telah dibuatnya.Dia memperlakukanku dengan lembut sekali. Duh pengin cium jadinya. Tapi jangan ah, ntar Royyan kecil ngajak perang lagi, akunya yang kerepotan. Kerepotan nolak maksudnya hihihi.Eh. Udah ah jangan bahas Mas Royyan apalagi adik kecilnya

    Last Updated : 2021-09-07
  • Bukan Calon Kakak Ipar   60. Sesion 2 : 18. Penculikan

    POV Ayana"Kamu jangan kemana-mana pokoknya?""Iya Mas.""Harus ada yang nemenin kalau mau pergi-pergi.""Iya Mas.""Kalau ada apa-apa telepon mas.""Oke.""Jangan lupa makan.""Iya.""Jangan lupa mimpiin mas.""Siap.""Love you.""Love you too.""Muah.""Hahaha. Kapan Mas sampainya kalau nelfon terus?""Hahaha. Oke mas tutup ya, Cinta.""Iya, Mas.""Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumslam."Aku menutup telepon, dasar Mas Roy. Selalu perhatian, makin cintakan akunya. Hihihi."Aya.""Iya Eyang. Eyang mau makan?""Enggak, eyang masih belum lapar. Nanti saja. Royyan yang tadi telepon?""Iya.""Hehehe. Baru juga pergi beberapa jam sudah telepon terus.""Mas Royyan memang gitu Eyang."Dua bulan lima belas hari usia pernikahan kami. Dan ini kali pertama aku ditinggal dinas keluar kota sama Mas Royyan. Dia ada

    Last Updated : 2021-09-07
  • Bukan Calon Kakak Ipar   61. Sesion 2 : 19. Penyelamatan

    POV 3"Aya ... Roy ...," lirih Aditya. Dia merasa bersalah karena dirinya, kedua cucunya sedang dalam bahaya.Aditya ingat, saat Aya sedang ke toilet wanita itu menghampiri Aditya sambil menekankan pistol ke perutnya. Memintanya untuk ikut atau Ayana akan terluka. Sehingga mau tak mau Aditya mengikuti wanita itu menuju sebuah mobil. Sampai disana ia disekap dan dibawa jauh entah kemana."Jangan lakukan apapun atau eyang kamu akan aku tembak. Hahaha.""Mau kamu apa Arfan. Lepaskan eyangku. Kalau kamu ada masalah denganku, jangan bawa-bawa Eyang," ucap Ayana penuh kemarahan."Kamu. Masalahku adalah kamu. Aku mencintai kamu dari dulu tapi kamu malah mau dinikahkan sama Amir. Aku meminta opaku agar aku yang menikah denganmu. Tapi Amir yang manja itu merengek menyebalkan sekali. Aku kalah hanya karena aku bukan berasal dari menantu yang berdarah konglomerat. Namun perkataanmu tentang Amir bahwa Amir buaya darat membuatku melakukan tindakan untuk memperm

    Last Updated : 2021-09-07
  • Bukan Calon Kakak Ipar   62. Sesion 2 : 20 Hari Yang Baru

    POV AyanaAku tengah menangis di depan sebuah pusara ditemani para eyang, Pakdhe Wisnu dan suamiku, Mas Royyan.Suaraku sampai sesenggukan rasanya. Ya Allah, umur manusia memang tidak ada yang tahu.Mas Royyan menghampiriku lalu mengelus kepalaku penuh kasih sayang."Setiap yang bernyawa pasti akan mati, sudah jangan ditangisi lagi. Bukankah lebih baik didoakan agar diterangi alam kuburnya.""Iya Mas.""Udah ayok balik.""Iya."Kami akhirnya memutuskan pulang, sedangkan Pakdhe Wisnu masih ingin menemani pusara orang terkasihnya. Kami akhirnya meninggalkannya dengan ditemani oleh Bon dan Bin yang berada tak jauh dari makam tentu dengan menyamar.Setelah melalui berbagai masalah dan cobaan akhirnya kami sedikit merasa tenang. Berita penggrebegan di rumah elit di daerah Purwojati masuk koran dan menjadi trending topik. Arfan dan kakeknya ditetapkan sebagai tersangka kasus prostitusi. Karena kakeknya sudah

    Last Updated : 2021-09-07
  • Bukan Calon Kakak Ipar   63. Sesion 2 : 21. Ngidam Horor

    POV Royyan"Mau tambah lagi gak?" tanya Mamah."Gak Mah cukup," sahut Elang."Kamu mau nambah gak Roy?""Gak Mah tapi kalau boleh mangganya tambahin dong.""Okeh."Mamah dengan sepenuh kasih menuruti apapun kemauan kami.Siapakah kami?Jawabnya calon bapak yang lagi ngidam pengen rujak buah buatan Mamah Nasha. Hahahaha.Udah tahu kan kalau Ayana hamil 8 minggu sedangkan Fiqa 5 minggu. Yes, mumpung ini sabtu minggu jatahnya pada libur, aku pulang dong ke Sokaraja.Alhamdulillah kondisi kandungan Ayana bagus. Juga gak mabokan lah orang yang mabok aku. Aku guys. Bahkan aku lagi kena sindrom ngidam pengen makan rujak buah buatan Mamah. Gak nyangka ketemu calon bapak yang satu lagi. Dia juga sama ngidam pengen tidur di rumah mertua katanya. Ck. Ngidam apa itu? Waktu ditawari bikin rujak dianya gak mau, tapi pas rujaknya jadi. Dia yang paling semangat makan. Aku juga sih hehehe."Kayaknya dulu mas gak kayak

    Last Updated : 2021-09-07

Latest chapter

  • Bukan Calon Kakak Ipar   133. Sesion 4 : 40. Epilog (Tamat)

    "Dek, maafin Mas ya. Mas khilaf. Janji ini yang terakhir khilafnya." Aku hanya bisa menghembuskan nafas. Dulu sekali Mas Rei juga bilangnya khilaf tapi ini malah khilaf lagi. "Dek, jangan marah ya. Senyum dong." "Buat apa marah Mas? Toh udah kejadian bukan?" sahutku sinis. "Iya juga sih. Tapi Mas seneng kok bisa khilaf terus." "Ck." Aku mencebik dan mencubit perutnya. Dasar. Mas Reihan hanya tertawa, sesekali mencium tanganku dan keningku. Bahkan aku yakin kalau gak ada orang, pasti dia sudah mengajakku adu bibir. Haish. Punya suami kok gini amat, untung aku cinta. Mungkin karena aku diam saja Mas Reihan kembali membujukku dengan kata-kata manis. "Iya, iya nanti Mas lebih hati-hati tapi khilafnya gak bakalan ilang, Sayang." Dia mengucap dengan seringai jahil. Dih, dasar! Aku memilih mengerucutkan bibir. Bodo amat kelihatan jelek. Salah sendiri tuh Kulkas jadiin aku istri. Jadi harus terima dong lahir batin kecantikan sama kejelekanku kalau lagi ngambek. "Udah jangan marah ya B

  • Bukan Calon Kakak Ipar   132. Sesion 4 : 39. Mr. Kulkas Itu Suamiku

    "Kalian gak bawa baby sitter?" tanya Joshua."Gak.""Gak kerepotan?""Enggaklah," jawab Mas Reihan cuek."Kalian kok bisa cuma punya ART sekaligus pengasuh bayi tanpa pakai jasa baby sitter sih?""Ya bisalah," ucap Mas Reihan."Kok Zaza bisa ya ngajar sekaligus bisa kasih ASI. Eksklusif lagi.""Istriku gitu loh.""Iya-iya yang istrinya paling cantik, paling pinter, paling ter-semua pokoknya.""Harus. Kan istri sendiri bukan istri orang lain.""Ck. Dasar Dokter Kulkas." Joshua mengumpati suamiku. Lalu dia bergegas mengikuti gadis cilik yang berlari hendak bermain dengan air.Aku hanya bisa menahan tawa melihat bagaimana interaksi suamiku dengan para sahabat sekaligus rekan kerjanya."Mimik muka suamimu loh Za, gak berubah. Bisa datar gitu. Kok kamu mau sih nikah sama dia.""Eh Bu Mila." Aku menyalami Bu Mila, salah satu istri dari rekan Mas Reihan. Dokter Siswo, spesialis jant

  • Bukan Calon Kakak Ipar   131. Sesion 4 : 38. Memaafkan

    Sepuluh hari aku dan Baby Twins di rumah sakit. Kini kami kembali ke Sokaraja dan disana aku dan Twins disambut oleh seluruh keluarga. Bahkan, Tante Raisa sekeluarga pun datang.Malamnya acara akikah kedua anakku diselenggarakan dengan meriah. Sebetulnya acara akikah standar, hanya saja malam ini semua keluargaku dan Mas Reihan datang jadi sangat ramai.Seperti biasa Royya dan Rael akan bertengkar. Kali ini mereka bertengkar memperebutkan siapa yang jadi saudara ketiga. Astaga.Acara akikah sudah selesai dari tadi tapi kami masih sibuk bercengkrama. Aku yang merasa lelah meminta ijin untuk ke kamar lebih dulu, tentu saja dengan diantar oleh Mas Reihan."Mas temeni yang lain aja. Rana gak papa sama Twins.""Oke. Tidur yang nyenyak ya Dek.""Iya."Mas Reihan mencium pipi Twins dan terakhir mencium keningku mesra."Tidur ya, Mas keluar dulu.""Oke."Aku merebahkan diri di samping si kembar. Kami memutuskan meme

  • Bukan Calon Kakak Ipar   130. Sesion 4 : 37. Reza dan Zahra

    "Mereka luar biasa Mas.""Iya. Sangat luar biasa."Aku dan Mas Reihan tengah menatap baby twins. Keduanya benar-benar luar biasa. Mereka adalah hadiah terindah bagi kami setelah tiga tahun penantian. Aku bersyukur, Allah memberi kami kepercayaan dua buah hati sekaligus. Mana kembar sepasang lagi.Cup.Aku menoleh ke arah Mas Reihan. Lalu mencubit perutnya."Mas!" bentakku sambil memelototinya. Dasar! Suka sekali cari kesempatan."Apa? Hem ...." Dia hanya tersenyum dan menatapku jahil. Bahkan tangannya sudah memainkan kerudungku dari tadi dan diputar-putarnya."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Refleks Mas Reihan menghentikan aksi anehnya dan berdiri menyambut tamu yang datang."Zazaaaaa.""Yayaaaa."Yaya menuju ke ranjangku. Dia langsung memelukku dan aku balik memeluknya, heboh pokoknya. Aku menyambut uluran tangan semua rekan kerjaku yang datang."Wah ganteng dan cantik ya Za

  • Bukan Calon Kakak Ipar   129. Sesion 4 : 36. Kembali

    POV RanaAku terbangun di sebuah hamparan pasir yang indah. Kutatap sekelilingku. Pantai?Aku menoleh ke kiri dan ke kanan. Sepi. Kemana semua orang?Mana Mas Reihan? Dan ... kenapa perutku kempes? Dimana bayiku? Aku panik. Aku mencoba berlari mencari orang-orang tapi tak ada satupun yang kutemui. Hingga kulihat sebuah perahu di sana. Aku berlari menuju perahu yang masih berada di bibir pantai sepertinya mereka akan berlayar."Permisi ... permisi. Bolehkah sa-" Aku tertegun. Mataku berkaca-kaca. Aku segera berlari menyongsong kedua orang yang sangat kurindu."Ayah, Bunda, Rana kangen." Kedua orang tuaku memelukku. Lama kami berpelukan."Kalian mau kemana?""Berlayar," ucap Ayah."Boleh Rana ikut?""Boleh," kini Bunda yang menyahut.Aku menggenggam tangan Ayah dan Bunda di kanan kiriku. Aku bahagia sekali. Kami berjalan bergandengan tangan dan akan naik ke perahu. Ayah yang pertama naik, kemudian Ayah mengulurkan t

  • Bukan Calon Kakak Ipar   128. Sesion 4 : 35. Percobaan Penculikan

    Sudah tiga hari, Rana masih tak sadarkan diri. Menurut ahli obgyn, perut Rana mengalami benturan yang cukup keras. Namun tak membahayakan rahimnya. Aku masih ingat, bagaimana Rana berkutat dengan Karina yang ingin memukul perutnya saat itu. Berulangkali dia menghalangi tinju Karina. Ya Allah. Semoga Engkau membalas perlakuan Karina sesuai dengan tindakannya, amin.Pembersihan rahim juga sudah dilaksakan. Nindy bilang, tak ada masalah. Ketidaksadaran Rana diakibatkan kelelahan dan pasokan oksigen ke otak yang hampir saja berkurang.Selama tiga hari ini kondisi baby twins mulai stabil. Mereka sudah dipindahkan ke ruang anak. Bersyukur Aya dan Fiqa memiliki ASI yang melimpah. Riyyan dan Ela juga sudah berusia satu tahun dan sudah makan. Jadi, ibu mereka bisa mendonorkan ASI-nya untuk kedua anakku."Kondisi mereka sudah stabil." Mamah menghampiriku dan mengelus kedua pipi cucu kembarnya. Mamah habis melaksanakan sholat tahajud di masjid."Iy

  • Bukan Calon Kakak Ipar   127. Sesion 4 : 34. Tolong Bertahanlah

    "Dek ... Dek," panggilku.Rana tersenyum kearahku. Aku menggenggam tangannya dan sesekali menciumnya."Kamu bisa. Kamu bilang kamu ingin mereka selamat kan?"Dia mengangguk, dengan susah payah Rana menahan rasa sakitnya. Aku tahu pembukaan sudah sempurna hanya saja Rana mungkin sudah tak punya tenaga untuk mengejan. Sementara perjalanan kami masih lama."Eghhh ... huft ... egghhh ....""Dorong sayang, ingat Allah, ingat anak kita. Kamu mau mereka selamat kan? Ingat, surga kita ada pada mereka Sayang?"Rana menatapku dengan mata berkaca, entah kenapa aku seperti melihat pancaran semangat dalam matanya.Meski susah payah Rana berusaha mengejan dan aku mencoba membantunya. Rana terus mengejan hingga tangisan pertama keluar."Eaaaaa ...."Aku segera mengeluarkan bayiku, melepas bajuku dan kuselimuti bayi lelakiku."Mbak, pegang!""Oke."Setelah menyerahkan kepada rekan Elang, aku segera menyemangati Rana

  • Bukan Calon Kakak Ipar   126. Sesion 4 : 33. Menyelamatkanmu

    POV ReihanAku membaca chat dari Rana yang meminta ijin menjenguk Diva yang sedang sakit. Aku pun mengijinkannya.Hampir satu jam kemudian HP-ku berdering terus. Aku mengeceknya. Pak Yadi."Kenapa Pak?""Mas Rei, Mbak Zaza gak ada. Tadi saya disuruh beli apel sama Mbak Zaza. Eh pas balik mereka udah gak ada.""Oke. Kamu tetap tunggu disitu. Cari terus."Aku segera mematikan sambungan dan menghubungi Elang."El, tolong lacak Rana. Dia menghilang.""Oke."Aku segera mengambil kunci mobilku dan berpesan pada Suster Dira untuk meminta bantuan Dokter Joko menangani pasien-pasienku. Aku berlari menuju ke mobil. Entah kenapa firasatku tak enak."Iya El, bagaimana?""Mereka ke arah Baturaden. Aku sharelock lokasinya. Aku dan kawan-kawan menuju kesana."Aku segera memacu mobilku dengan kecepatan maksimal yang aku bisa. Kurang lebih tiga puluh menit aku sampai di sebuah vila. Aku parkir di tempat j

  • Bukan Calon Kakak Ipar   125. Sesion 4 : 32. Rahasia Karina

    Karina kembali mengelus perutku dengan penuh pemujaan sedangkan aku benar-benar ketakutan. Karina menatapku dengan seringai jahat.Bugh."Aw ...." Aku meringis karena Karina memukul perutku.Aku merintih menahan rasa sakit."Kak Karin jangan!""Hahahaha."Karina menatapku dengan tatapan penuh kebencian. Aku masih berusaha menahan rasa sakit."Kamu tahu, ibuku benar-benar wanita menjijikkan. Entah berapa pria yang pernah tidur sama dia. Sungguh menyebalkan." Karina menoleh ke arah Dinda. Kemudian dia mengelus pipi Dinda membuat Dinda ketakutan bahkan berusaha memalingkan wajahnya."Aku dan Dinda berasal dari rahim yang sama namun ayah berbeda. Dan yang menyebalkan, kami tak tahu siapa mereka.""Bukannya kakak, anak mendiang Dokter Wijaya?" cicit Dinda."Hahaha. Bukan! Sayangnya bukan! Kalau bukan karena otak cerdikku dan keinginan Ibu kita untuk lepas dari kemiskinan, tak mungkin aku bisa sampai disini."

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status