“Kapan Haikal liatnya?” tanya Haidar dengan kedua bola mata yang langsung membulat sempurna.Haikal terdiam sebentar. Ia memandangi wajah ayahnya tak hanya menahan rasa penasaran saja, tetapi menahan rasa amarah. Anak kecil itu pun refleks menundukkan wajahnya, mengira ayahnya marah padanya.“Maafkan aku, Ayah. Aku tidak bermaksud tak sopan pada bunda,” ucap Haikal penuh sesal.Tentu saja Haidar terkejut dengan respon anak lelakinya. Ia lantas meraih kedua pundak putranya, lalu berpindah meraih dagu mungilnya Haikal. Dokter tampan itu mensejajarkan pandangannya dengan putranya lalu tersenyun tipis.“Ayah maafkan, Haikal tidak sengaja melihat pesan pada ponselnya bunda. Nanti ayah sampaikan maaf pada bunda biar Haikal tak kena marah,” ucap Haidar lembut, mencoba memahami isi pikiran anaknya.“Ayah janji?” Haikal bertanya dengan tatapan antusias.Haidar langsung mengangguk diikuti senyuman meyakinkan. Anak lelakinya lantas menunjukkan jari kelingkingnya, isyarat tautan janji yang harus
Di hari setelah Haidar kecelakaan, rumah sakit tempat dia bekerja seolah ikut berkabung. Pasien-pasien dokter tampan tersebut ikut merasakan kesakitan yang dideritanya. Bahkan pasien rawat jalannya banyak yang memilih melakukan jadwal kunjungan ulang, menunggu kesembuhan dokter mereka.Tak hanya tampan dan sopan, tetapi Haidar terkenal sebagai dokter yang sangat pengertian pada pasiennya. Tentu saja hal tersebut membawa dampak kerugian bagi rumah sakit. Rumah sakit tersebut menjadi terkenal karena kehadiran dokternya yang tampan dan ramah.Pengobatan terbaik harus dilakukan demi dokter tampan tersebut. Hingga kabar kecelakaan dokter Haidar sampai pada Nurul, Zalimar dan Wahid. Tentu saja, Nurul adalah pasiennya saat ini.Sontak saja, mereka pun mencari informasi tentang kecelakaan yang dialami dokter Haidar. Walaupun diberikan dokter pengganti untuk Nurul, tetapi Wahid lebih penasaran dengan keadaan Haidar dibandingkan istrinya. Mungkin karena lelaki itu sudah hampir mati rasa karena
“Ayah!” panggil Haikal dan langsung membuat lamunan ayahnya tersadar.Haidar melebarkan senyumannya. Ia menatap hangat anak lelakinya. Tergambar jelas rasa ingin tahu Haikal yang begitu dalam.“Nama Zalimar itu banyak, nanti ayah tanyakan siapa orang tersebut dan kenapa orang tersebut berkata tidak sopan pada bunda,” ucap Haidar sedikit berbohong untuk menenangkan putranya. “Haikal tak perlu cemas, ya! Bunda itu sudah dewasa, pasti bunda bisa menyelesaikan masalahnya,” imbuhnya diakhiri senyuman meyakinkan.“Okeh, Ayah,” sahut Haikal membalas senyuman ayahnya.“Sini, tidur lagi di pelukan ayah!” ajak Haidar seraya membawa tubuh anaknya kembali dalam pelukannya.Bukan
“Aku percaya padamu, Haidar.” Suara Aisyah terdengar menenangkan. “Hanya saja aku takut kamu akan sakit hati,” sambungnya dengan nada melemah.“Kamu pasti tak akan tega jika mendengar aku dihina,” imbuh Aisyah makin berat.“Tapi, kamu sudah janji untuk menceritakan semuanya padaku, Aisyah. Aku merasa lebih berguna jika kamu mau menceritakan semuanya padaku,” sahut Haidar langsung. “Aku sadar, kita memang tak lagi muda untuk saling mengungkapkan semua isi hati kita. Tapi, aku merasa sangat senang jika aku tahu masalah yang kamu hadapi dari bibirmu langsung,” tandasnya tegas.Hening. Tak terdengar suara Aisyah dari balik telepon. Haidar yakin, wanita itu tengah merenungkan ucapannya.“Aku hanya ingin kamu tahu, kalau aku selalu ada untukmu, Aisyah,” ungkap Haidar dengan suara meyakinkan. Haidar lantas menghela napas panjang. Indera penglihatannya menangkap tubuh anaknya yang sedikit beringsut dari posisi tidur nyamannya. Tampaknya, Haikal hendak terbangun.“Pelan-pelan saja, Asiyah! Ak
“Untuk bersama Aisyah, aku tak perlu mendapatkan persetujuan dari mantan suaminya ... apalagi mantan suaminya sudah mempunyai istri yang sudah hamil,” ucap Haidar setelah menghela napas panjang mengatur emosinya. Tampaknya, berbicara baik-baik dengan Zalimar adalah hal yang sia-sia. Dokter tampan itu meraih gelas miliknya yang berisi es kopi dan menyeruputnya untuk menenangkan hati dan pikirannya. Ia tak ingin membuang banyak waktu dengan meladeni wanita di hadapannya yang kini tak ada ikatan saudara ataupun keluarga. “Sepertinya sia-sia saja aku menemui, Kak Zali,” ujar Haidar seraya merapikan ponsel dan kunci mobilnya yang ia letakkan di samping gelas minumannya. “Tujuanku menemui Kak Zali untuk meminta secara baik-baik, jangan ganggu hidupnya Aisyah!” tegasnya setelah selesai mengantongi ponsel dan kunci mobilnya. Kedua bola mata Zalimar membulat sempurna. Garis kekesalah terlihat jelas pada wajahnya. Haidar yang ia kenal sebagai anak sepupu suaminya, seorang yang berhati santun,
Aisyah dan Haidar langsung memutar tubuhnya menghadap arah suara tadi. Tampaknya Aisyah mengenali pemilik suara bariton tadi. Dugaannya benar, ia mengenalinya.Wanita itu refleks membulatkan kedua bola matanya sembari menutup mulutnya yang sudah terlindung oleh cadar hitamnya. Tiba-tiba wajahnya berubah panik dan sedikit cemas, hingga ia langsung menundukkan wajahnya. Detak jantung Aisyah berpacu tak karuan.“Nicholas Wirawan?” ucap Haidar yang juga mengenali lelaki tersebut.Nicholas Wirawan, seorang desainer terkenal dari Indonesia yang sudah terkenal di kancah Internasional. Rancangan dan kekayaannya tak diragukan lagi. Ada perasaan cemas menyelimuti Haidar, sama seperti Aisyah saat ini.“Maafkan aku mengejutkan kalian.” Suara Shahira terdengar dari belakang tubuh Nicholas yang berdiri di depan pintu.Lelaki itu langsung memberi jalan pada pemilik rumah untuk memasuki ruangan tempat Aisyah dan Haidar berada. Sama seperti Aisyah, Haidar memilih menundukkan pandangannya, tak berani m
Aisyah terdiam. Tergambar jelas pada sorot matanya, ekspresi bingung, ragu, dan senang. Ia terkejut, kesempatan untuknya bangkit terasa instan.“Tak perlu buru-buru! Kamu bisa memikirkannya dulu! Masih ada waktu hingga minggu depan,” ucap Nicholas memberi harapan.Wanita itu justru makin terdiam. Ia lantas menoleh pada Haidar, meminta pendapat lelaki itu tanpa bersuara. Haidar hanya mengangguk dan tersenyum, memberikan keputusan padanya untuk menjawab.“Tuan Nicholas benar, Aisyah. Kamu tak perlu menjawabnya sekarang ... kamu bisa memikirkan lagi tawarannya.” Shahira bersuara menyadarkan Aisyah yang makin bingung.“Tapi, bagaimana dengan Kak Shahira? Bukankah aku sudah menandatangani kontrak dengan Kak Shahira hingga satu tahun?” tanya Aisyah menyuarakan rasa ragunya.Shahira tertawa kecil seraya menutup mulutnya. Wajah cantiknya makin terlihat anggun, walaupun artis cantik itu sudah berusia hampir 40 tahun. Sementara Aisyah hanya bisa menggigit bibir bawahnya di balik cadar, bingung
Aisyah refleks menaikkan pandangannya. Tatapan lelaki itu tajam dan sedikit menusuk. “Kamu akan menyesal!”Kedua bola mata Aisyah langsung membulat sempurna. Mulutnya di balik cadar terbuka lebar. Suasana dalam ruangan itu mendadak tegang dan memanas.Namun, detik ketiga Nicholas tertawa ringan. Aisyah dan Haidar saling bertukar pandang cemas dan takut. Shahira yang memasang tegang langsung mengerutkan dahinya. Artis cantik menatap heran pada Nicholas hingga lelaki itu menghentikan tawanya. Nicholas lantas melebarkan senyumannya. Tatapan matanya yang semula tajam kini berubah teduh.“Saya salut dengan kejujuran dan keberanianmu, Mbak Aisyah. Biasanya seorang pemula, jika mendapatkan tawaran seperti tadi dia tak akan berpikir panjang dan langsung menerimanya,” jelas Nicholas diakhiri hembusan napas yang panjang. Lelaki itu belum selesai dengan penjelasannya.“Kamu begitu banyak perhitungan, tetapi terarah ... mungkin itulah sebabnya, hasil rancanganmu menjadi sempurna. Kamu mempertimb
Kehidupan Aisyah benar-benar terasa tenang. Dimas Fahri yang semula mencibir karena iri padanya, mulai menerima dan memahami alasan wanita cantik tersebut. Shahira yang benar-benar memutuskan berhenti dari dunia entertainer memilih membantu Aisyah membuat rancangan berbagai pakaian muslim.Bahkan Shahira memutuskan membeli sebuah ruko untuk membuka butik pakaian muslim dan Aisyah lah yang menjadi perancang busananya. Tentu saja, wanita itu lebih bersemangat. Hingga tak terasa masa iddahnya pun selesai dan rencana pernikahannya dengan Haidar akan terlaksana.Dokter tampan itu sudah merencanakan semuanya berjalan dengan lancar. Hingga di malam sebelum acara pernikahan mereka Zalimar mendatangi Haidar. Untuk pertama kalinya lelaki itu mendekati Zalimar dengan wajah penuh penyesalan yang sungguh-sungguh.Zalimar m
“Apa kita nggak kepagian, Aisyah?” tanya Nilam dengan tatapan bingung.Aisyah dan Nilam sudah berada di lokasi persidangan untuk kasus desainnya yang dicuri. Suasana di dalam gedung itu tampak sepi sekali, bahkan hanya ditemukan beberapa orang saja yang lalu lalang. Namun, Aisyah yakin ia tak terlalu pagi. Jadwal sidangnya memang di pagi hari dan sekitar 15 menit lagi persidangan akan di mulai.“Kayaknya nggak deh, Bu. Mungkin orang-orang memilih menunggu kedatangan kak Shahira yang akan melakukan wawancara sebentar dengan para wartawan sebelum acara sidang dimulai,” jelas Aisyah santun. Kemudian ia menunjuk bangku di samping gedung yang menghadap taman kecil. “Kita tunggu di sana saja, yuk!” ajaknya.Nilam menurut. Keduanya langsung berjalan dan duduk bangku yang masih koso
Usaha Haidar tak sia-sia. Kondisi Nurul kembali stabil. Ia pun lantas segera menyelesaikan operasinya, menutup lukanya dan menjahitnya dengan hati-hati.Haidar bisa saja memberikan tugas tersebut pada dokter lainnya yang berada di sana, karena itu adalah proses terakhir dan tak terlalu berat. Namun, ia memilih menuntaskannya sendiri. Haidar ingin bertanggung jawab penuh atas permintaan Wahid.Alasan lainnya, ia perlu memastikan bahwa pasien di hadapannya baik-baik saja agar bisa menjaga perasaan Wahid sebelum dirinya resmi menjadi suami dari mantan istri lelaki itu. Mungkin bisa diartikannya sebagai ucapan terima kasih sudah melepaskan Aisyah untuknya. Akan tetapi, ia tetap memastikan semua yang dilakukannya sesuai prosedur kesehatan.“Tutup lukanya dengan hati-hati!” perintah Haidar setelah selesai dan
Setelah mendapatkan persetujuan dari Aisyah, Haidar langsung bergegas ke rumah sakit. Sejujurnya, bukan persetujuan tetapi ia ingin memastikan Aisyah tak salah paham sebab Wahid memintanya secara khusus untuk menyelamatkan Nurul. Walaupun wanita itu pasti memahami dirinya yang seorang dokter, tak berhak untuk memilih pasien.Namun, kebesaran hati Aisyah tak bisa ia sepelekan. Wanita yang akan menjadi pasiennya adalah orang yang membuat hidup wanitanya hancur. Jadi, Haidar perlu memastikan perasaan Aisyah tak akan terluka.“Aku percaya padamu, Haidar. Lakukan tugasmu dengan baik!” Kalimat tersebut mampu menguatkan keberanian Haidar. Dokter tampan itu mampu mengesampingkan perasaan dan hatinya untuk fokus pada pekerjaannya. Tak butuh waktu lama, ia langsung menuju IGD dan bertepatan dengan Wahid yang baru saja tiba membawa istrinya.“Apa yang terjadi, Pak wahid?” tanya Haidar sembari menunggu petugas medis memindahkan tubuh Nurul ke ranjang beroda.Belum sempat Wahid menjawab, dokter t
“Bagaimana kamu masuk ke rumahku?” Nurul terkejut dan hampir saja ia terjengkang ke belakang. Toni tiba-tiba muncul di dalam rumahnya saat ia baru saja memasuki rumah setelah mengantar Wahid. Untunglah lelaki itu berhasil menahan tubuh wanita yang tengah hamil besar itu. Usia kandungannya yang sudah melewati tujuh bulan membuatnya kesulitan menjaga keseimbangannya. Namun, wanita itu langsung menepis kasar tangan Toni setelah berhasil menguasai keseimbangan tubuhnya. Wajah Nurul bahkan berubah panik dan cemas. “Mau apa lagi kamu menemuiku, Toni? Kita sudah tak ada hubungan apapun!” cecar Nurul cemas. Sesekali wanita itu menoleh ke arah pintu. Takut dan cemas, jika Wahid tiba-tiba kembali lalu memergoki dirinya bersama Toni. Ia sudah memutuskan untuk menuruti per
Sebuah mimpi yang begitu mengganggu Aisyah. Wanita bahkan tak bisa berpikir jernih. Takut jika mimpi itu menjadi kenyataan.Akankah kejadian yang sudah pernah ia alami akan kembali terulang? Aisyah benar-benar tak bisa tenang. Ia tak bisa berdiam diri hingga akhirnya memutuskan menemui Haidar di rumah sakit, tepat di jam istirahatnya.Tentu saja dokter tampan itu senang dikunjungi oleh Aisyah. Mereka memilih sebuah kafe di luar rumah sakit yang tak terlalu ramai. Setidaknya Aisyah perlu mengungkapkan rasa cemasnya dalam keadaan tenang.“Sepertinya ada masalah serius? Ada apa, Aisyah?” tanya Haidar yang bisa membaca jelas sorot mata wanitanya.Ya, walaupun hanya tatapannya saja, tanpa melihat wajahnya yang tertutup cadar Haidar bisa melihat tatapan gelisahnya.
“Maafkan aku, Aisyah. Aku tak bisa melanjutkan rencanaku menikahimu … Kita batalkan saja pernikahan ini!”Tubuh Aisyah terasa disambar petir di siang bolong. Kedua bola matanya yang membulat sempurna langsung tersiram air mata, banjir dan deras bak air terjun. Bibirnya bergetar, hingga ia kesulitan untuk membuka mulutnya.Aisyah sungguh tak menyangka, Haidar mengatakan hal tersebut tepat di hadapan kedua orang tuanya yang percaya sepenuhnya pada dirinya. Bukan itu saja yang membuatnya terasa terguncang, gaun putih yang menutupi tubuhnya tanpa memperlihatkan lekuk indah tubuhnya, serta rangkaian bunga melati yang menghiasi hijab lebarnya.Ya, di hari pernikahannya yang seharusnya berikrar sebuah akad, tetapi Haidar mengikrarkan kata maaf. Tak ada sirat penyesalan pada wajah lelaki itu. Hatiny
“Kak Shahira yakin?” tanya Aisyah sedikit tak percaya.Shahira yang dikenal sebagai artis yang selalu modis dan glamor, serta tak malu dengan pakaian seksi meski usianya sudah tak lagi muda. Itulah imej yang melekat pada artis cantik itu. Satu hal lagi, Shahira dikenal sebagai artis yang santun dan ramah, yang membuatnya tetap terkenal dan tak kalah dengan artis pendatang baru.Hari ini, Aisyah dan Haidar mendengar ungkapan hatinya. Artis cantik itu ternyata menyimpan beban yang berat. Shahira tak segera menjawab pertanyaan Aisyah.“Maafkan aku, Kak. Maksudku ... aku senang jika Kak Shahira ingin berubah menjadi lebih tertutup, tetapi harus dari hati agar Kakak bisa menemukan kedamaian dan ketenangan,” jelas Aisyah hati-hati, berharap kata-katanya tak menyinggung artis cantik itu. “Mm ... jika aku boleh kasih saran tentang rumah tangga Kak Shahira, sebaiknya coba jalin hubungan lebih baik lagi dengan suaminya. Menurutku dukungan dari suami adalah yang paling berharga, seberat apapun
Shahira tak segera menjawab. Artis cantik itu menurunkan tumpangan kakinya dan menegapkan wajahnya dengan ekspresi datar. Tentu saja tindakannya membuat sorot mata Aisyah cemas.“Aisyah sama sekali tak berniat untuk melanggar kontrak kerja, Kak. Dia hanya ingin mencoba desain pakaian yang tertutup tetapi tetap anggun,” seru Haidar mencoba menengahi. “Bukankah di kontrak hanya dicantumkan Aisyah membuat desain sesuai keinginan Kak Shahira, tidak dispesifikan bagaimana jenis desainnya,” imbuhnya.“Tidak spesifik? Contohnya?” selidik Shahira dengan tatapan penuh arti pada Haidar.Haidar mengulum bibir bawah dan atasnya ke dalam sembari berpikir. Jawaban apa yang bisa diterima oleh Shahira. “Maksud saya, desain pakaiannya tidak dijelaskan harus seksi dan terbuka,” jawabnya hati-hati, tetapi terdengar tegas.Asiyah sedikit bersyukur Haidar bisa membantu mengeluarkan rasa cemasnya, tetapi kini ia merasa was-was. Khawatir, jika respon Shahira justru memberikan penolakan. Terlihat jelas saat