Di rumah Dody.Riana dan Mika yang masih sangat kesal mencoba mengadukan kelakuan Diana dan Doni pada Dody berharap Dody akan memihak mereka dan memarahi Diana dan Doni."Pa, lihat tuh kelakuan anak-anak kamu." Riana mendatangi Dody dan mulai mengadu lebih dulu."Kenapa, Ma?" Dody terlihat santai karena belum menonton vidio perkelahian antara istri dan anaknya. "Diana sama Doni buat Mama sama Mika dipermalukan di warung baso depan. Mama kesel banget, Pa." Riana merengek seperti biasa saat ia menginginkan sesuatu pada Dody dan rayuan serta rengekannya itu biasanya berhasil, tapi tidak sekarang."Aduh Mama. Kenapa kalian bisa berurusan sama Diana? Pergi minta maaf, jangan buat masalah." Riana terkejut dengan respon Dody yang malah memarahinya dan memintanya agar segera meminta maaf pada Diana. Bukan ini respon Dody yang Riana harapkan."Papa kenapa sih? Kok malah Mama yang harus minta maaf? Yang salah itu mereka, Pa!" Kesal Riana yang mulai bersikap tidak sopan pada Dody."Papa, Mama
Diana memalingkan wajahnya, setelah ia bisa merasakan bahwa handuk dari pinggang Michel terlepas."Kenapa kau tidak mau melihatnya?" Diana kini memejamkan matanya. Ia takut ketika membuka matanya, Diana harus melihat sesuatu yang tidak ingin dilihatnya."Sudah, hentikan," Michel menghentikan Diana dan berjalan melaluinya."Mau saya pijet, Tuan?" Diana menawarkan yang lain setelah beberapa saat. "Hmm, pundakku." Michel sedikit penasaran dengan sikap inisiatif Diana yang biasanya harus disuruh dulu namun kali ini Diana yang lebih dulu menawarkan.Michel mengambil posisi duduk di bibir ranjang sedang Diana duduk di belakang Michel."Tuan, aku tidak melihat Nyonya dan Nona di rumah. Apa mereka pergi dan menginap?" Baru saja Diana memulai tugasnya untuk memijit Michel tapi mulut Diana juga tidak henti-hentinya berkata dan bertanya hal yang membuat Michel kesal."Bukankah kamu senang jika mereka tidak di rumah?" Kesal Michel berusaha menoleh ke arah Diana namun Diana memegang kepala Miche
Dave menunggu balasan pesan dari Diana cukup lama sampai tanpa sadar, Dave tertidur setelah berpikir dirinya akan datang ke kantor Michel besok untuk membawakan Diana bunga dan berusaha agar Dave mendapatkan alamat rumah Diana.Pagi hari.Diana sangat terkejut saat dirinya turun ke ruang makan dan melihat Nyonya Kelly dan Vanessa berada di sana.Nyonya Kelly dan Vanessa terlihat sedikit menghitam namun tatapan mereka padanya terlihat sama. Nyonya Kelly dan Vanessa tidak bisa melakukan apapun sekarang walau mereka sangat membenci Diana.Sudah cukup beberapa hari ini Michel membuang mereka ke Laos tanpa uang karena bertengkar dengan Diana.Jika sudah saatnya nanti, mereka akan menendang Diana keluar dari rumah Michel dan mempermalukannya.Tadi pagi, dengan bersusah payah Diana menutupi tanda merah disekitar leher dan dadanya dengan alat makeup. Syukurnya tanda merah itu sudah tidak terlalu terlihat sekarang sehingga Diana tidak perlu memakai syal."Diana, duduk di sini." Michel memberi
"Michel, aku tertarik dengan Diana, tolong lepaskan dia dan aku akan membayar ganti rugimu." Bukannya pergi, Dave malah menantang Michel."Diana menolakmu, Dave." Michel bersikeras."Itu karena dia takut padamu, Michel." "Kalau gitu tanya saja pada Diana, kalau dia mau, kamu bisa membawanya pergi tanpa ganti rugi," ujar Michel menantang Dave dan lalu menatap Diana yang saat ini semakin bingung karena merasa diperebutkan.Tentu saja Diana ingin bebas, tapi jika Diana menerima tawaran Dave, Michel pasti akan menyiksa Doni. Diana tidak bisa menerima kalau Doni harus menderita karena dirinya.Di sisi lain, Michel sudah sangat yakin jika pasti Diana akan memihaknya."Bagaimana, Diana?" Dave menunggu jawaban Diana."Maaf, Pak. Tolong jangan ganggu saya. Saya senang bekerja dengan Tuan Michel. Saya tidak akan merespon anda kedepannya jika bukan masalah pekerjaan." Diana menghela nafas panjang dan menjawab Dave."Kamu dengar, Dave? Kamu bisa pergi sekarang," usir Michel merasa menang."Oke,
"Tuan, jangan..." Diana berusaha mengambil kembali ponselnya dari tangan Michel, namun Michel menahan tangan Dianq hanya dengan satu tangan."Jake, tahan dia sebentar." Jake berdiri di belakang Diana dan Diana terpaksa diam agar Jake tidak menahannya."Aku diam." Michel membaca pesan terakhir Doni di ponsel Diana dan menatap Diana bingung."Kenapa kamu tidak membalasnya? Balas saja, katakan kamu tinggal di rumahku," ujar Michel pada Diana."Tidak bisa, Tuan. Bagaimana kalau tiba-tiba dia datang?" Tolak Diana dengan nada sedikit lebih tinggi."Tidak masalah, aku akan memperlakukannya dengan baik jika kamu juga bersikap baik dan patuh padaku," ujar Michel ringan.Diana tidak menjawab ucapan Michel lagi dan lebih memilih untuk menyimpan ponselnya ke dalam tas.Diana tetap makan seperti biasa saat makanannya datang seraya terus berpikir bagaimana cara Diana menyikapi Doni.Diana tidak ingin Doni tau soal Dody yang menjualnya atau tau perihal pekerjaannya. Diana tidak ingin Doni sedih, ke
Malam hari.Diana sedikit lebih lega sekarang setelah sebelumnya menemui Doni dan memberi Doni penjelasan walau dengan kebohongan."Bagaimana? Kamu sudah lega?" Michel yang baru saja keluar dari kamar mandi bertanya pada Diana dan Diana menoleh ke arah Michel dengan wajah yang biasa saja walau Diana melihat Michel hanya mengenakan handuk saja.Tampaknya Diana sudah terbiasa dan tidak tertarik pada tubuh sempurna Michel."Sudah lebih baik, Tuan. Terima kasih untuk bantuannya," ujar Diana mengambilkan Michel baju tidur untuk Michel pakai. "Diana, besok kamu tidak perlu datang ke kantor," ujar Michel tiba-tiba seraya memakai pakaiannya."Kenapa, Tuan?" Diana terkejut dan juga penasaran kenapa tiba-tiba Michel melarangnya ke kantor."Pokoknya tidak boleh," ujar Michel bersikeras.Michel punya firasat bahwa Dave akan datang lagi ke kantornya besok untuk menemui Diana, itu sebabnya Michel melarang Diana ke kantor.
Jake menegur Diana namun Michel bukannya memarahi Diana namun malah memarahi Jake karena teriakan Jake membuat Michel yang berada di sampingnya terkejut dan tersedak.Uhukk... Uhukkk....Michel tersedak dan Diana dengan cepat memberi Michel air minum padahal itu bukanlah cara yang tepat untuk menolong orang yang tersedak makanan.Jake bergerak seperti hendak memeluk Michel dari belakang namun ternyata Jake membantu Michel mengeluarkan makanan yang membuat Michel tersedak dengan cara menekan rongga perut Michel dengan kedua tangannya."Kenapa kamu mengagetkanku, Jake?" Dengan wajah memerah Michel memarahi Jake dan membuat semua orang harus mati-matian menahan tawa."Maaf, Tuan." Jake merasa bersalah.Pemandangan ini sangat langka dan Diana merasa menang karena berhasil membuat Jake dimarahi Michel dan Jake sudah tau kalau Diana memang sengaja mencari aman dan membuat dirinya dimarahin Michel."Sudahlah, siapkan mobil. Kit
Dave menunggu Doni pulang sekolah dari dalam mobilnya yang ia parkirkan di depan gerbang sekolah Doni. Dave sengaja membuka sedikit pintu mobilnya agar Doni lebih mudah menemukannya.Dan setelah banyak siswa berjalan melewati mobil Dave, akhirnya salah seorang anak berhenti di samping pintu mobil Dave."Kak Dave," panggil Doni menatap Dave yang sibuk dengan ponselnya fokus."Oh, Doni. Sini masuk, kita makan sambil ngobrol ya. Gak apa-apa kan?" Dave meminta ijin Doni lebih dulu untuk membawa Doni pergi makan ke restauran."Iya, Kak." Doni sedikit takut."Ini nomor ponsel kakak kamu? Benarkan? Kami sering berbalas pesan," ujar Dave menunjukkan ponselnya pada Doni agar Doni percaya."Eh, iya, Kak. Benar," jawab Doni tersenyum canggung setelah melihat ke layar ponsel Dave yang menunjukkan isi pesan Dave dengan Diana.Sesampainya di restauran langganan Dave. Doni terlihat malu dan juga canggung. Sepertinya ini kali pertama Do
"Mama akan coba wujudkan." ucap Diana setelah beberapa saat menimang jawaban yang paling benar. Sementara itu, Michel masuk ke dalam kamar dengan membawa banyak makanan. Terutama makanan-makanan yang Nathan, Oesama, dan Talia sukai. Tak lupa juga makanan kesukaan Diana. "Papa pulang." ucapnya. "Papa habis darimana?" tanya Oesama. "Papa habis dari pengadilan, papa habis menghadiri sidang. Kenapa, Oesama?" tanya Michel. "Gapapa sih, Pa, Oesama cuma nanya, soalnya tumben papa selarut ini baru kembali." ucap Oesama. Oesama, Nathan, Talia, Diana, dan Michel kembali mengobrol, hingga hari semakin larut malam. Kemudian saat Oesama tertangkap menguap beberapa kali, Diana menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing untuk segera beristirahat. Sementara itu, Diana memegang tangan Michel. Diana akan mengutarakan kembali keinginan Nathan pada suaminya itu, Michel. Sekaligus, Diana ingin melihat, apakah Michel mendukung keputusannya atau tidak. "Kenapa, Diana?" tanya Michel. "Sini, aku
Michel akan menghadiri persidangan untuk menjebloskan pelaku kejahatan kecelakaan yang direncanakan itu. Michel sudah bersiap dengan kemeja hitam polos yang ia kenakan. Michel pun tak mengajak Diana, sebab Diana masih harus banyak beristirahat. Michel pun berpamitan dan pergi menuju persidangan dengan menggunakan mobil. Diana pun melepas kepergian Michel begitu saja. Meskipun sih, Diana ingin tahu apa yang Michel lakukan di sana, siapa pelakunya, dan akhir dari persidangan. Namun, dengan kondisi yang tak memungkinkan, Diana pun tak mungkin memaksa. Namun, karena Diana pun tak ingin bosan, Diana meminta Nathan, Talia, dan Oesama pulang, karena kebetulan ini hari jumat, dsn sudah jam pulang sekolah, jadi sudah pasti diperbolehkan dari pihak asrama. "Oh iya, nanti kamu pulang jam berapa kira-kira Michel?" tanya Diana. "Seselesainya, mungkin sih malem ya, kenapa?" tanya Michel. "Kan nanti ada Nathan, Talia, dan Oesama, tolong kamu beliin makanan-makanan kesukaan mereka ya, biar merek
"Foto-foto apa ini?" Tanya Michel melihat sebuah lembaran foto.Sebab, apa yang Michel lihat sekarang adalah foto Andrian dan Talia yang sedang berpeluk mesra. Michel sangat ingin marah melihat hal ini, tetapi Michel tak bisa berbuat apapun lagi. Namun, Michel pun sudah mengetahui kebenaran mengenai anaknya itu. Michel tak ingin mengungkit-ungkit lagi yang malah membuat keluarganya berantakan. Michel menghembuskan napas sebanyak-banyaknya. Ia harus mengatur emosi dengan benar. Michel tak ingin emosi yang ia keluarkan malah membuat dirinya ceroboh. Michel harus pintar-pintar, ia tak boleh mengulangi kesalahan yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan, bahkan berjauhan saja tak boleh.Muka Michel terlihat semakin kusut, terlebih dengan masalah-masalah yang dihadapinya akhir-akhir ini. Michel tak ingin, tapi ia harus melakukan. Michel tak mau, tapi ia harus mau. Michel pun kembali terngiang-ngiang dengan ucapan Aldo yang menyatakan ia tak memiliki hubungan apa-apa dengan Diana. Namu
"Kamu bisa bantu aku, kan?" tanya Michel lagi. "Bisa kok bisa. Kamu mau minta bantuan apalagi, Michel?" tanya Ferdi. Ya, setelah Michel pergi dari rumah sakit, Michel menuju kediaman Ferdi. Michel merasa membutuhkan Ferdi kembali untuk masalahnya kali ini. Karena diapun sedang banyak yang dipikirkan. "Mau minta tolong selidiki mengenai istriku, kamu bisa untuk selidiki ga? Atau kamu punya kenalan ga?" tanya Michel."Aku ada kenalan sih, nanti aku kontak ya. Kamu butuh apa?" tanya Ferdi. "Paling rekaman CCTV di kantor Diana aja, soalnya aku curiga mereka selingkuh, dan aku butuh pembuktian yang menjelaskan mereka ga selingkuh. Gimana, kamu bisa kan?" tanya Michel. "Bisa, kok. Nanti, ya. Aku susun jadi satu file dulu." ujar Ferdi. "Kamu bisa kirim kapan?" tanya Michel. "Sore ini, atau mungkin besok pagi." ujar Ferdi. Michel mengangguk-angguk mengerti, saat di waktu yang bersamaan ponselnya berdering. Michel pun izin mengangkat telepon tersebut. Dan ternyata telepon itu berasal da
Setelah suster tersebut pergi, wajah Michel tampak lebih ceria daripada sebelumnya. Michel tampak berbinar seri. Sementara Aldo murung. "Bahkan suster saja membelaku, harusnya kamu tahu mana yang salah mana yang benar. Selingkuhan aja kok belagu." ucap Michel. "Selingkuhan? Coba kamu ngomong sekali lagi? Berani nggak kamu?" tanya Aldo balik. "Berani. Aldo, si pebinor. Suka kok sama istri orang, ga laku ya?" tuding Michel menyebalkan. "Mohon maaf Pak, tapi saya masuk perusahaan saja, semuanya langsung menatap saya kagum. Bahkan para perempuan rela mengantre berjam-jam hanya demi ketemu saya. Bapak nggak tahu ya? Atau nggak pernah ngerasain?" ucap Aldo balik yang malah membuat Michel kesal. "Oh, gitu ya. Tapi kamu nggak mau sama mereka, pasti cabe-cabean ya?" ujar Michel lagi. "Iya lah, makanya aku gamau." sementara Michel hanya tertawa terbahak-bahak. "Maksudnya, nggak ada yang lebih baik daripada cabe-cabean untuk menyukaimu? Kok murahan banget sih." ucap Michel tergelak. "Bos
"Apa? Jadi anak saya melakukan hal seperti itu?" tanya salah seorang orang tua. "Iya, Pak, benar. Maka dari itu, kami pihak sekolah memilih untuk memulangkan siswa ini untuk introspeksi diri di rumah. Meskipun resikonya adalah jadi tertinggal pelajaran." ucap Bu Linda. Setelahnya mereka pun membawa anak mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Dan Ibu Linda selaku Ibu Asrama ini merasa sangat bersyukur, karena Nathan dan Oesama benar-benar menyelesaikan masalahnya. Bukan hanya janji atau perkataan manis yang tak membuahkan hasil, tapi ternyata ada wujud nyata dari mereka, hal ini menambahkan penilaian Ibu Linda terhadap mereka. Selain baik hati, ternyata mereka juga tanggung jawab. "Terima kasih ya, Nathan, Oesama. Berkat kalian, ibu sudah tidak sepusing sebelumnya. Semoga kalian bisa bertanggung jawab atas diri kalian juga." ucap Ibu Linda. "Iya, Bu. Tapi inipun bukan sepenuhnya kita berdua, kita dibantu Talia untuk mencari buk
"Duh, jadi kalian maunya gimana?" tanya Talia. "Pengennya ya semua masalah kami selesai." ucap Nathan dan Oesama berbarengan. Jawaban yang sangat lucu, memangnya siapa, sih, yang ingin memiliki masalah. Aduh, ada-ada saja. Talia menarik napas sepanjang mungkin, untuk hari ini, dia sepertinya harus lebih sabar menghadapi kedua kakak adik tersebut. Sebab mereka terlihat sangat menyebalkan hari ini. Talia mencoba diam sejenak, dia mencoba merangkai semua cerita dan pecahan kejadian menjadi satu. Talia sejujurnya tak paham, sih. Tapi dilihat-lihat, dari semua yang terjadi, hal itu masih tersangkut paut satu sama lainnya, aduh, ya iyalah, kan masih satu permasalahan. "Tebakan aku sih, benar bahwa cowok di sebelah kamar asrama kalian. Tapi rasanya untuk menaruh itu saja, Talia rasa motifnya tak semudah itu. Mungkin dia ada dendam, apakah kalian ada melakukan sesuatu padanya dalam jangka waktu satu minggu terakhir?" tanya Talia. "Kami rasanya sih enggak. Kami nggak berbuat apa-apa. Itup
"Oh, pelakunya anak kamar sebelah." ucap Nathan berdecak. "Bukannya kamar sebelah kita itu cowok ya kak?" tanya Oesama mengingatkan kakaknya. "Iya, cowok, kenapa emangnya?" Awalnya Nathan tidak menyadarinya. "Oh, hah? Cowok?" tanya Nathan lagi setelah beberapa saat."Iya, kak, cowok, kakak ga curiga?" tanya Oesama. "Curiga sih. Masa dia yang pakai baju dalaman itu?" tanya Nathan kembali. "Bisa jadi itu punya cewek, tapi dia ga mau disalahkan?" tanya Nathan lagi, dia membuat spekulasi baru. "Tapi kak, bisa aja kalau itu dia emang punya hobi koleksi dalaman, gimana tuh, kak?" tanya Oesama menyanggah spekulasi Nathan."Bisa aja, tapi itu kecil kemungkinannya kecil, sih. Kamu nggak berpikir kalau orang di sebelah kita malah punya cewek?""Bisa aja iya." ucap Oesama. "Tapi ceweknya siapa?" tanya Nathan. Rasanya cowok di sebelah kamar asramanya, tak pernah membawa cewek ataupun seseorang yang terlihat dekat dengannya. "Ya nggak ada yang tau. Kamar di sebelah kita kan sering kosong,
Setelah mengetahui bahwa kondisi Diana saat ini dinyatakan koma, Talia, Nathan, dan Oesama pun kembali masuk sekolah, karena mereka sudah tertinggal banyak pelajaran, dan sebentar lagi akan melaksanakan ujian tengah semester. Meskipun Talia ingin sekali menemani Diana, berbagai pertimbangan dan izin dari Michel juga pihak sekolah, tidaklah Talia dapatkan. Maka dari itu, Talia mencoba untuk mengerti dan mengalah. Kemarin malam, Michel sudah mengantarkan Talia, Nathan, dan Oesama untuk kembali ke sekolah. Mereka pun sudah melakukan aktivitas seperti biasanya, hanya saja, Michel memilih mengambil cuti beberapa hari. Michel ingin menyelidiki terkait kecelakaan yang menimpa istrinya, dan Aldo, atau tepatnya, selingkuhan Diana? Michel pun meminta bantuan dari teman lamanya, Ferdi untuk menyabotase CCTV di area tersebut. Karena jika menunggu pihak supermarket terdekat untuk memberikannya, itu akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Michel tau ini ilegal, tapi Michel pun tak tau, jika buka