Saat Clara hendak masuk ke dalam toilet wanita, ternyata Diana terlihat sudah akan keluar dari toilet sehingga Diana dan Clara berpapasan di depan pintu."Kok lama banget, Di?" tanya Clara pada Diana."Iya, Ma. Kayaknya aku lagi sembelit deh," jawab Diana berbohong sembari mengajak Clara agar segera berjalan dan agar Michel bisa segera keluar dari toilet.Sesampainya di meja yang mereka pakai, Diana langsung menatap makanannya dengan penuh semangat."Diana, setelah ini kita ke dokter ya. Katanya kamu sembelit," ujar Clara pada Diana dan Diana yang mendengar ucapan Clara hampir saja tersedak."Uhukkk ... Iya, Ma. Kita ke dokter Kania aja ya, Ma." Pinta Diana takut. "Oke," jawab singkat Clara yang tidak curiga sama sekali dengan gelagat Diana.Setelah makan, Clara dan Diana pergi berdua ke rumah sakit sedang yang lain kembali ke kantor. Tadinya Doni ingin ikut ke rumah sakit yang Kania ada di sana, tapi karena tidak diajak, Doni tidak bisa bicara.Di rumah sakit, tepatnya ruangan Kania
Malam hari.Klingg!Ponsel Diana berbunyi menandakan ada pesan masuk yang harus Diana baca. Diana segera mengambil ponselnya dan melihat nama pengirim pesan tersebut.'Bagaimana hari ini? Kalau besok ada waktu, mau ulangi lagi? Bagaimana kalau kita coba gaya baru?' isi pesan Michel yang menurut Diana sangat kotor dan tidak pantas.Diana menutup kembali teleponnya dan memilih untuk mengabaikan pesan Michel tersebut.Tak lama, ponsel Diana kembali berdering menandakan telepon masuk namun karena Diana sedang menonton tv, Diana langsung menolak panggilan dari Michel dan meletakkan kembali ponselnya."Mengganggu saja!" Kesal Diana menahan suaranya agar tidak didengar oleh Doni.Baru saja Diana menutup teleponnya, Michel mengirimi Diana pesan lagi. Namun kali ini pesan itu berisi tentang ancaman.'Kita harus bertemu besok, atau aku akan buat orang tua Dave tau kalau kamu mengandung anakku.' Diana sedikit takut dengan isi pesan Michel ini. "Apa yang harus aku balas? Bagaimana jika orang tu
Saat ini Diana memutuskan untuk mengganti nomor ponselnya agar Michel tidak bisa menghubunginya. Diana juga berencana akan berziarah ke makam Dave bersama dengan kedua orang tua Dave.Diana sempat berpikir bagaimana jika dirinya tinggal di singapura untuk sementara waktu. Sambil Diana merenungi kesalahannya dan dosanya pada Dave karena Diana sempat mengkhianati Dave.Di sisi lain, Michel masih sibuk dengan matanya yang masih memerah akibat iritasi karena Diana menyemprot parfum ke matanya.Semua orang menjadi salah di mata Michel. Dengan memakai kaca mata hitam demi menutupi mata merahnya, Michel makan bersama dengan Nyonya Kelly dan Vanessa di ruang makan.Nyonya Kelly dan Vanessa menatap bingung Michel yang memakai kaca mata hitam dan tidak seperti biasanya. Sebelumnya Michel berbohong pada Diana dengan mengatakan jika dirinya sudah menceraikan Vanessa.Padahal Michel sama sekali tidak melakukannya karena Michel masih membutuhkan Vanessa sebagai tameng dari media berita."Vanessa,
Setelah selesai berziarah kedua orang tua Dave memutuskan untuk kembali ke Jakarta meninggalkan Diana yang memilih untuk tinggal di gereja sebagai penjaga gereja.Diana berharap dirinya bisa hidup tenang setelah memilih untuk hidup seperti ini. Diana tidak ingin lagi Doni menjadi kelemahannya. Oleh sebab itu Diana menyuruh Doni belajar dan bekerja lebih giat dan keras lagi agar setidaknya Doni bisa melindungi dirinya sendiri.Status Diana berganti, Diana sengaja mengubah namanya menjadi Hana agar tidak ketahuan oleh Michel.Di rumah Michel. Pagi-pagi sekali Michel dan Jake terlihat sibuk mengotak-atik laptop dan ponsel mereka untuk menelpon dan melacak posisi Diana yang tiba-tiba menghilang begitu saja dari pantauan mereka.Setelah masalah semalam, Vanessa belum tampak keluar dari kamarnya sampai sekarang. Bahkan saat sarapan pagi dan setelah Michel dan Jake pergi ke kantor, Vanessa tidak keluar dari kamarnya walau hanya sekali.Masalah menjadi lebih sulit untuk Michel dan Jake seles
Sejak tadi Jake sudah berusaha membujuk Doni untuk menjawab pertanyaannya tetapi Doni terus menolak yang hal itu hampir membuat Jake kehilangan kesabaran. Jika bukan karena Michel melarangnya bersikap kasar pada Doni, Jake sudah pasti akan menodongkan pistol ke kepala Doni.Karena usahanya gagal dalam membujuk Doni, Jake sekarang beralih ingin menemui orang tua Dave di mansion mereka.Butuh waktu sekitar 1 jam untuk Jake sampai di mansion mereka di tengah padatnya jalan raya.Sesampainya di depan gerbang mansion orang tua Dave, Jake kesal karena dirinya masih harus memverifikasi data diri agar bisa masuk ke dalam gerbang mansion.Dengan amat sangat terpaksa, Jake memberikan tanda pengenalnya pada petugas penjaga barulah setelahnya petugas membukakan Jake gerbang.Jake memarkirkan asal mobilnya di halaman mansion dan segera memasuki mansion.Di dalam mansion, kedua orang tua Dave terlihat sedang mengumpulkan barang-barang Dave untuk disumbangkan."Permisi, Tuan dan Nyonya." Sapa Jake s
Jake juga terkejut mendengar penjelasan dari perawat tersebut. Rasanya ini semua tidak mungkin, tapi semua berkas ini benar-benar milik Diana. Dan pihak rumah sakit tidak mungkin berbohong dan memalsukan surat-surat seperti ini."Dimana dia sekarang?" tanya Michel di tengah tangisannya pada perawat yang baru akan pergi."Ke rumah adiknya, Pak. Nama adiknya bu Diana adalah Doni. Kami rasa anda tau dimana rumah keluarga bu Diana kan?""Ya, kami tau." Jake menjawab dan menahan tubuh Michel agar tidak jatuh dan benar saja, tak lama, Michel ambruk terjatuh di atas lantai setelah melihat anaknya.Jake berteriak memanggil Tatang dan Nyonya Kelly. Nyonya Kelly dan Tatang segera berlari ke sumber suara. Ambulance yang mengantarkan bayi Diana dan Michel tadi sudah pergi."Ada apa?" Nyonya Kelly panik melihat anaknya sudah jatuh tak sadarkan diri di atas lantai."Nyonya, tolong bawa bayi itu ke dalam. Bayi itu milik Tuan dan Nona Diana. Tatang, bantu aku bawa Tuan ke dalam." Pinta Jake yang lang
Di mansion Niko dan Clara.Setelah mobil yang dikendarai Niko sampai, 5 menit kemudian mobil Michel masuk menyusul mereka. "Apa yang kalian lakukan? Kalian mengikuti kami?" Doni berpura-pura kaget dan marah pada Michel."Kenapa kami tidak boleh? Kami ingin bertanya tentang Diana. Kalian tidak bersedia? Atau ada yang kalian rahasiakan dariku soal Diana?" Michel menyidik."Heh? Silakan saja. Lagi pula bagus juga, Kak Diana tidak perlu merasa tertekan oleh anda, Tuan Michel." Doni berlalu masuk ke dalam mansion lebih dulu diikuti oleh Niko dan Clara.Michel dan Jake ingin ikut masuk ke dalam mansion namun tiba-tiba saja ponsel Michel berdering dan mengganggu aktifitas Michel. Kali ini panggilan berasal dari rumah sakit tempat Vanessa dirawat yang mana panggilan itu tidak bisa Michel tolak."Halo, Pak. Dengan Bapak Michel? Ini dari rumah sakit Suaka Insan tempat Ibu Vanessa dirawat, kami ingin memberitahukan bahwa Ibu Vanessa baru saja sadar dari koma. Harap bapak dapat segera hadir. Te
Setelah memutuskan untuk tinggal di Singapura dan Diana mengubah penuh identitasnya menjadi Hana, penampilan dan sikap Diana juga berubah. Diana bukan lagi gadis manis yang lemah."3 tahun lagi kita akan kembali ke Jakarta, Talia. Kita akan bertemu dengan Om kamu," ujar Diana pada bayinya yang sedang menyusu."Kita harus menunggu sampai Om Doni benar-benar kuat untuk menjaga kita, Sayang." Sambung Diana lagi.Saat Diana baru saja meletakkan baby Talia ke atas kasur, ponsel Diana berdering menandakan ada telepon masuk. "Halo, Kak. Bagaimana kabarmu dengan ponakanku?" tanya Doni yang ternyata menelpon Diana dengan panggilan vidio karena Doni rindu dengan Diana dan juga Talia."Talia baru tidur dan kakak juga ingin tidur tapi kamu malah menelpon. Ada apa?" Diana mengarahkan ponselnya ke wajah Talia agar Doni bisa melihat Talia dengan lebih jelas."Wah, coba lihat itu. Kenapa kamu mewarnai rambutmu dengan warna norak seperti itu wahai Nona Hana? Apakah tidak ada warna lain selain warna b
"Mama akan coba wujudkan." ucap Diana setelah beberapa saat menimang jawaban yang paling benar. Sementara itu, Michel masuk ke dalam kamar dengan membawa banyak makanan. Terutama makanan-makanan yang Nathan, Oesama, dan Talia sukai. Tak lupa juga makanan kesukaan Diana. "Papa pulang." ucapnya. "Papa habis darimana?" tanya Oesama. "Papa habis dari pengadilan, papa habis menghadiri sidang. Kenapa, Oesama?" tanya Michel. "Gapapa sih, Pa, Oesama cuma nanya, soalnya tumben papa selarut ini baru kembali." ucap Oesama. Oesama, Nathan, Talia, Diana, dan Michel kembali mengobrol, hingga hari semakin larut malam. Kemudian saat Oesama tertangkap menguap beberapa kali, Diana menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing untuk segera beristirahat. Sementara itu, Diana memegang tangan Michel. Diana akan mengutarakan kembali keinginan Nathan pada suaminya itu, Michel. Sekaligus, Diana ingin melihat, apakah Michel mendukung keputusannya atau tidak. "Kenapa, Diana?" tanya Michel. "Sini, aku
Michel akan menghadiri persidangan untuk menjebloskan pelaku kejahatan kecelakaan yang direncanakan itu. Michel sudah bersiap dengan kemeja hitam polos yang ia kenakan. Michel pun tak mengajak Diana, sebab Diana masih harus banyak beristirahat. Michel pun berpamitan dan pergi menuju persidangan dengan menggunakan mobil. Diana pun melepas kepergian Michel begitu saja. Meskipun sih, Diana ingin tahu apa yang Michel lakukan di sana, siapa pelakunya, dan akhir dari persidangan. Namun, dengan kondisi yang tak memungkinkan, Diana pun tak mungkin memaksa. Namun, karena Diana pun tak ingin bosan, Diana meminta Nathan, Talia, dan Oesama pulang, karena kebetulan ini hari jumat, dsn sudah jam pulang sekolah, jadi sudah pasti diperbolehkan dari pihak asrama. "Oh iya, nanti kamu pulang jam berapa kira-kira Michel?" tanya Diana. "Seselesainya, mungkin sih malem ya, kenapa?" tanya Michel. "Kan nanti ada Nathan, Talia, dan Oesama, tolong kamu beliin makanan-makanan kesukaan mereka ya, biar merek
"Foto-foto apa ini?" Tanya Michel melihat sebuah lembaran foto.Sebab, apa yang Michel lihat sekarang adalah foto Andrian dan Talia yang sedang berpeluk mesra. Michel sangat ingin marah melihat hal ini, tetapi Michel tak bisa berbuat apapun lagi. Namun, Michel pun sudah mengetahui kebenaran mengenai anaknya itu. Michel tak ingin mengungkit-ungkit lagi yang malah membuat keluarganya berantakan. Michel menghembuskan napas sebanyak-banyaknya. Ia harus mengatur emosi dengan benar. Michel tak ingin emosi yang ia keluarkan malah membuat dirinya ceroboh. Michel harus pintar-pintar, ia tak boleh mengulangi kesalahan yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan, bahkan berjauhan saja tak boleh.Muka Michel terlihat semakin kusut, terlebih dengan masalah-masalah yang dihadapinya akhir-akhir ini. Michel tak ingin, tapi ia harus melakukan. Michel tak mau, tapi ia harus mau. Michel pun kembali terngiang-ngiang dengan ucapan Aldo yang menyatakan ia tak memiliki hubungan apa-apa dengan Diana. Namu
"Kamu bisa bantu aku, kan?" tanya Michel lagi. "Bisa kok bisa. Kamu mau minta bantuan apalagi, Michel?" tanya Ferdi. Ya, setelah Michel pergi dari rumah sakit, Michel menuju kediaman Ferdi. Michel merasa membutuhkan Ferdi kembali untuk masalahnya kali ini. Karena diapun sedang banyak yang dipikirkan. "Mau minta tolong selidiki mengenai istriku, kamu bisa untuk selidiki ga? Atau kamu punya kenalan ga?" tanya Michel."Aku ada kenalan sih, nanti aku kontak ya. Kamu butuh apa?" tanya Ferdi. "Paling rekaman CCTV di kantor Diana aja, soalnya aku curiga mereka selingkuh, dan aku butuh pembuktian yang menjelaskan mereka ga selingkuh. Gimana, kamu bisa kan?" tanya Michel. "Bisa, kok. Nanti, ya. Aku susun jadi satu file dulu." ujar Ferdi. "Kamu bisa kirim kapan?" tanya Michel. "Sore ini, atau mungkin besok pagi." ujar Ferdi. Michel mengangguk-angguk mengerti, saat di waktu yang bersamaan ponselnya berdering. Michel pun izin mengangkat telepon tersebut. Dan ternyata telepon itu berasal da
Setelah suster tersebut pergi, wajah Michel tampak lebih ceria daripada sebelumnya. Michel tampak berbinar seri. Sementara Aldo murung. "Bahkan suster saja membelaku, harusnya kamu tahu mana yang salah mana yang benar. Selingkuhan aja kok belagu." ucap Michel. "Selingkuhan? Coba kamu ngomong sekali lagi? Berani nggak kamu?" tanya Aldo balik. "Berani. Aldo, si pebinor. Suka kok sama istri orang, ga laku ya?" tuding Michel menyebalkan. "Mohon maaf Pak, tapi saya masuk perusahaan saja, semuanya langsung menatap saya kagum. Bahkan para perempuan rela mengantre berjam-jam hanya demi ketemu saya. Bapak nggak tahu ya? Atau nggak pernah ngerasain?" ucap Aldo balik yang malah membuat Michel kesal. "Oh, gitu ya. Tapi kamu nggak mau sama mereka, pasti cabe-cabean ya?" ujar Michel lagi. "Iya lah, makanya aku gamau." sementara Michel hanya tertawa terbahak-bahak. "Maksudnya, nggak ada yang lebih baik daripada cabe-cabean untuk menyukaimu? Kok murahan banget sih." ucap Michel tergelak. "Bos
"Apa? Jadi anak saya melakukan hal seperti itu?" tanya salah seorang orang tua. "Iya, Pak, benar. Maka dari itu, kami pihak sekolah memilih untuk memulangkan siswa ini untuk introspeksi diri di rumah. Meskipun resikonya adalah jadi tertinggal pelajaran." ucap Bu Linda. Setelahnya mereka pun membawa anak mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Dan Ibu Linda selaku Ibu Asrama ini merasa sangat bersyukur, karena Nathan dan Oesama benar-benar menyelesaikan masalahnya. Bukan hanya janji atau perkataan manis yang tak membuahkan hasil, tapi ternyata ada wujud nyata dari mereka, hal ini menambahkan penilaian Ibu Linda terhadap mereka. Selain baik hati, ternyata mereka juga tanggung jawab. "Terima kasih ya, Nathan, Oesama. Berkat kalian, ibu sudah tidak sepusing sebelumnya. Semoga kalian bisa bertanggung jawab atas diri kalian juga." ucap Ibu Linda. "Iya, Bu. Tapi inipun bukan sepenuhnya kita berdua, kita dibantu Talia untuk mencari buk
"Duh, jadi kalian maunya gimana?" tanya Talia. "Pengennya ya semua masalah kami selesai." ucap Nathan dan Oesama berbarengan. Jawaban yang sangat lucu, memangnya siapa, sih, yang ingin memiliki masalah. Aduh, ada-ada saja. Talia menarik napas sepanjang mungkin, untuk hari ini, dia sepertinya harus lebih sabar menghadapi kedua kakak adik tersebut. Sebab mereka terlihat sangat menyebalkan hari ini. Talia mencoba diam sejenak, dia mencoba merangkai semua cerita dan pecahan kejadian menjadi satu. Talia sejujurnya tak paham, sih. Tapi dilihat-lihat, dari semua yang terjadi, hal itu masih tersangkut paut satu sama lainnya, aduh, ya iyalah, kan masih satu permasalahan. "Tebakan aku sih, benar bahwa cowok di sebelah kamar asrama kalian. Tapi rasanya untuk menaruh itu saja, Talia rasa motifnya tak semudah itu. Mungkin dia ada dendam, apakah kalian ada melakukan sesuatu padanya dalam jangka waktu satu minggu terakhir?" tanya Talia. "Kami rasanya sih enggak. Kami nggak berbuat apa-apa. Itup
"Oh, pelakunya anak kamar sebelah." ucap Nathan berdecak. "Bukannya kamar sebelah kita itu cowok ya kak?" tanya Oesama mengingatkan kakaknya. "Iya, cowok, kenapa emangnya?" Awalnya Nathan tidak menyadarinya. "Oh, hah? Cowok?" tanya Nathan lagi setelah beberapa saat."Iya, kak, cowok, kakak ga curiga?" tanya Oesama. "Curiga sih. Masa dia yang pakai baju dalaman itu?" tanya Nathan kembali. "Bisa jadi itu punya cewek, tapi dia ga mau disalahkan?" tanya Nathan lagi, dia membuat spekulasi baru. "Tapi kak, bisa aja kalau itu dia emang punya hobi koleksi dalaman, gimana tuh, kak?" tanya Oesama menyanggah spekulasi Nathan."Bisa aja, tapi itu kecil kemungkinannya kecil, sih. Kamu nggak berpikir kalau orang di sebelah kita malah punya cewek?""Bisa aja iya." ucap Oesama. "Tapi ceweknya siapa?" tanya Nathan. Rasanya cowok di sebelah kamar asramanya, tak pernah membawa cewek ataupun seseorang yang terlihat dekat dengannya. "Ya nggak ada yang tau. Kamar di sebelah kita kan sering kosong,
Setelah mengetahui bahwa kondisi Diana saat ini dinyatakan koma, Talia, Nathan, dan Oesama pun kembali masuk sekolah, karena mereka sudah tertinggal banyak pelajaran, dan sebentar lagi akan melaksanakan ujian tengah semester. Meskipun Talia ingin sekali menemani Diana, berbagai pertimbangan dan izin dari Michel juga pihak sekolah, tidaklah Talia dapatkan. Maka dari itu, Talia mencoba untuk mengerti dan mengalah. Kemarin malam, Michel sudah mengantarkan Talia, Nathan, dan Oesama untuk kembali ke sekolah. Mereka pun sudah melakukan aktivitas seperti biasanya, hanya saja, Michel memilih mengambil cuti beberapa hari. Michel ingin menyelidiki terkait kecelakaan yang menimpa istrinya, dan Aldo, atau tepatnya, selingkuhan Diana? Michel pun meminta bantuan dari teman lamanya, Ferdi untuk menyabotase CCTV di area tersebut. Karena jika menunggu pihak supermarket terdekat untuk memberikannya, itu akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Michel tau ini ilegal, tapi Michel pun tak tau, jika buka