Bai Tingxin mengenakan setelan jas semakin menunjukan postur tubuhnya yang sempurna. Dia tampak seperti seorang pangeran yang ada di komik jepang. Orang lain mungkin tidak akan percaya bahwa pacarnya adalah orang seperti Bai Tingxin.Qin Lianyi menghela nafasnya, mengingat lagi peristiwa apa yang telah terjadi beberapa hari ini dan berpikir bahwa dia sangatlah menderita.Semuanya dimulai dari sebuah kencan buta. Qin Lianyi berpikir bahwa semuanya sudah kacau dan akan menjadi akhir dari segalanya.Yang mengejutkan, Qin Lianyi dimarahi oleh ibunya begitu dia pulang setelah kencan buta. Ibunya bertanya mengapa dia tidak memberitahu mereka bahwa dirinya sudah punya pacar. Orang yang mengenalkannya pada kencan buta bahkan menelepon orang tuanya dan memarahi mereka. Mereka bilang Qin Lianyi sudah mempermalukan seluruh keluarga.Ketika Ibunya bertanya siapakah pacarnya, tentu saja Qin Lianyi menyangkalnya. Qin Lianyi bilang pria tersebut hanya teman biasa saja yang mencoba membantun
Beberapa saat pintu lift terbuka. Dan, yang keluar dari dalam lift adalah tetangga Qin Lianyi. Ketika mereka melihat Qin Lianyi, mereka mulai menyapanya. “Lianyi, kau sudah pulang. Ini pasti pacarmu. "Tetangganya berkata dan mereka menatap ke Bai Tingxin.Qin Lianyi ragu-ragu menjawabnya. Sebelum dia tersadar kembali, Bai Tingxin membuka mulutnya dan menjawab, "Ya, saya pacar Lianyi."“Hehe, kurasa aku bisa segera menghadiri pesta pernikahanmu.” Tetangganya tertawa sebelum akhirnya dia berkata dengan mendesak, “Lianyi, ibumu sepanjang hari mengomel. Dia sedang menunggu untuk bisa segera bertemu pacarmu. "Qin Lianyi merasa canggung. Dia akhirnya tahu kenapa tetangganya tahu bahwa Bai Tingxin adalah pacarnya. Sepertinya ibunya sudah mengumumkan hal ini kepada semua orang.Mereka masuk ke lift. Qin Lianyi memandang Bai Tingxin. Dan dia sedang menatap Qin Lianyi dengan senyuman di wajahnya.Qin Lianyi tersipu tak terkendali. Dia ragu-ragu sejenak dan mengingatkan Bai Tingxin.
“H-halo,” Tuan dan Nyonya Qin dengan cepat menjawab.Tuan Qin mengajak Bai Tingxin untuk duduk sementara Nyonya Qin menarik putrinya ke samping. “Ini pacarmu? Dia bukan orang yang kau sewa hanya untuk menjadi pacarmu bukan? "Qin Lianyi memutar matanya. "Kalau begitu, anggap saja dia sebagai aktor yang aku sewa."Nyonya Qin sangat jengkel. “Anak kurang ajar! Bagaimana kau bisa berbicara seperti itu! Baiklah, segera sajikan teh.” Setelah mengatakan hal itu, Nyonya Qin kemudian memasang wajah ramah dan berjalan ke Bai Tingxin.Karena Qin Lianyi ditunjuk sebagai pelayan oleh ibunya, dia segera menuju ke dapur untuk menyiapkan teh. Ketika dia melangkah ke ruang tamu dengan membawa nampan teh, dia melihat ketiga orang itu mengobrol riang satu sama lain."Tingxin, kau mengatakan bahwa kau sudah mengenal Lianyi saat berada di luar negeri, jadi apakah kalian berdua tetap berhubungan selama ini?"“Kami kehilangan kontak setelah Lianyi pulang. Tapi setelah baru-baru ini saya kembali k
“Kau bisa meminta apapun yang kau inginkan,” jawab Qin Lianyi. Lagi pula, dia hanya memiliki sejumlah uang dan hanya satu nyawa yang bisa diberikannya."Baiklah," jawab Bai Tingxin.Qin Lianyi tercengang sejenak. 'Apakah Bai Tingxin baru saja ... menyetujui permintaanku? Hari ini Bai Tingxin agak sedikit santai. "Bagaimana tanganmu? Apakah masih terasa panas? ” Bai Tingxin mengalihkan pandangannya kembali ke tangan Qin Lianyi yang masih di bawah air dingin yang mengalir.“Sekarang tidak terlalu sakit. Karena sudah cukup lama berada di bawah aliran air dingin, aku rasa seharusnya sudah baik-baik saja,” jawab Qin Lianyi.Bai Tingxin kemudian mematikan keran dan mengeluarkan saputangan yang selalu dia bawa untuk menyeka tangan Qin Lianyi hingga kering.“Apakah kau punya salep di rumah? Tanganmu masih terlihat cukup bengkak. Lebih baik jika kita mengoleskan salep. ”Oh, iya aku punya.“Bawa ke sini sekarang.”Qin Lianyi berlari ke kamarnya untuk mengambil salep untuk kul
“Saya memiliki beberapa saudara tiri. Ayah saya memiliki cukup banyak wanita, oleh karena itu dia memiliki lebih anak yang banyak. "Tuan dan Nyonya Qin tida mengharapkan jawaban seperti itu, jadi suasananya menjadi agak sedikit canggung. Mereka tidak tahu harus berbicara apa lagi.Tanpa berpikir panjang Qin Lianyi segera berkata, “Bu, Ayah, ini adalah urusan orang tuanya. Orang tuanya adalah orang tuanya, Bai Tingxin adalah dirinya sendiri! "Bai Tingxin agak terkejut oleh ucapan Qin Lianyi saat dia menatap Qin Lianyo dengan sedikit kehangatan yang bahkan dia tidak sadari.Tuan Qin bereaksi lebih dulu dan menyerah. "Memang, Itu adalah urusan orang tuanya. Jadi ... Tingxin, kau bekerja sebagai apa? ”"Saya mengelola sebuah perusahaan," jawab Bai Tingxin.“Mengelola ... perusahaan?” Tuan Qin menatapnya dengan tidak percaya. Dia pikir mungkin dia salah dengar. “Perusahaan apa yang kau kelola? Kau baru berusia 29 tahun. "Bagi Tuan Qin, jika seorang pemuda berusia 29 tahun b
"Apakah hanya itu saja?" Bai Tingxin bertanya dalam-dalam sambil melihat penuh arti pada wajah Qin Lianyi yang perlahan mulai memerah.Ting!Lift tiba di lantai pertama. Mereka berjalan menuju tempat Bai Tingxin memarkirkan mobilnya.Qin Lianyi sangat ingin mengucapkan selamat tinggal padanya. “Terima kasih untuk hari ini. Sampai jumpa lagi!" Qin Lianyi segera berbalik untuk pergi.Namun, Bai Tingxin tiba-tiba mengulurkan tangan dan meraih lengan Qin Lianyi dan menarik Qin Lianyi ke pelukannya."Ah!" Qin Lianyi menjerit pelan saat hidungnya menabrak dada Bai Tingxin.'Ini terasa sakit!' Qin Lianyi mengusap hidungnya. Hidungnya sudah pernah mengalami kejadian yang sama beberapa kali di masa lalu. Meskipun demikian, walaupun hidungnya terbuat dari baja, tapi hidungnya tidak akan mampu menahan rasa sakit sebanyak itu.Bai Tingxin membungkuk dan mendekatkan bibirnya ke telinga Qin Lianyi dan dia berbisik, "Bukankah kau mengatakan bahwa selama aku tutup mulut tentang apa yang terjadi
Ketika Ling Yiran selesai bekerja di restoran, dia berkata kepada Zhuo Qianyun, “Kak Zhuo, bolehkah besok sore aku izin? Aku ingin mengunjungi makam ibuku dan memberi penghormatan. "Walaupun besok adalah Hari Ziarah kubur, hari libur nasional, di hari libur sering kali restoran akan penuh sesak. Biasanya, para pekerja restoran tidak diperbolehkan mengambil cuti pada hari libur nasional.Zhuo Qianyun cukup kaget karena ibu Ling Yiran telah meninggal dunia. Oleh karena itu, dia berkata, “Oke, tidak masalah. Karena kau akan pergi pada sore hari, mintalah ke bagian dapur untuk menyiapkan beberapa hidangan agar kau bisa membawanya ke kuburan sebagai persembahan.”“Terima kasih tapi tidak apa-apa kak. Aku akan menyiapkannya sendiri. " Ling Yiran ingin memasak sendiri hidangan untuk ibunya.Ling Yiran masih kecil saat ibunya masih hidup. Sekarang Ling Yiran telah dewasa dan tahu cara memasak, dia ingin menunjukkan keahliannya kepada ibunya.“Kalau begitu aku akan pulang sekarang,”
Setelah Ling Yiran meletakkan bahan-bahan masakan di lemari es, dia berbalik dan melihat Yi Jinli sedang bersandar di kusen pintu dapur, merenungkan tentang sesuatu saat dia menatap Ling Yiran.Ling Yiran berbalik untuk menghindari tatapan Yi Jinli. Masalahnya adalah, jika Ling Yiran ingin keluar dari dapur, dia harus menghadapi kemungkinan dia akan ditarik oleh Yi Jinli “Kau belum mengucapkan selamat malam padaku,” Yi Jinli berkata pada Ling Yiran.Ling Yiran terkejut sesaat tapi dengan cepat dia menjawab, "Selamat malam."Senyuman muncul di wajah Yi Jinli saat dia masih menatap Ling Yiran. “Kak, ucapan selamat malammu sepertinya semakin acuh tak acuh.”"..." Ling Yiran tidak bisa berkata-kata dan tidak tahu bagaimana harus menjawab.“Seseorang memberikan saran bahwa jika aku ingin kau menyukaiku, aku harus berusaha menyenangkanmu.” Yi Jinli membungkuk dan menatap orang yang ada di depannya. "Bagaimana menurutmu? Apakah kau akan menyukaiku jika aku bisa membuatmu senang?”