Beranda / Pernikahan / Bucin berujung Sengsara / Perasaan yang bimbang luar biasa

Share

Perasaan yang bimbang luar biasa

Penulis: Laradin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tidak ada diantara manusia lain yang bisa mengetahui perasaan sesamanya. Bahkan, termasuk dirinya sendiri. Bilang saja Syaila memang wanita paling bodoh di muka bumi ini. Tapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri dengan perasaan yang ia miliki terhadap Azka.

Ia tidak suka jika ada Azka di dekatnya. Namun ada sisi lain dalam dirinya yang menerima kehadiran Azka dengan baik. Seperti hal nya pagi ini, pria itu datang ke kantor membawa sebungkus bubur. Jujur saja itu membuat gundukan es dalam dirinya sedikit mencair.

Syaila tahu betul jauh nya perjalanan yang harus pria itu tempuh untuk sampai di kantor nya.

"Enggak pake kacang, kecapnya dikit. Kerupuknya pisah, sendok nya jangan pake yang plastik," dikte pria itu.

"Ngapain?" Meski merasa sedikit tersentuh. Syaila tidak boleh seolah mewajarkan perilaku Azka yang berlebihan. Apalagi mereka sudah lama selesai. Bukan hanya sekedar selesai tapi sudah hancur, melebur tidak ada sisa yang utuh.

"Ada meeting di kafe dekat sini. Jadi sekalia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bucin berujung Sengsara   Buntut dari sebuah kesalahan

    "Sya, pemilik perusahaan yang kemarin nawarin kerja sama minta jadwal pertemuan sama lo. Gue udah pastiin tadi ternyata emang bener, bukan orang yang cuma iseng."Syaila menyesap kopinya. Mengangguk pelan. "Dia mintanya kapan? Lo tinggal sesuain sama jadwal kosong gue. Dan, inget pas ulang tahun Geino gue gak mau ada mutang-miting dari pagi sampe malem. Atau kalau bener-bener penting, jadwalnya bisa gue selesein di hari sebelumnya," peringat Syaila.Bola mata Nadira memutar malas. Teh hangat yang menjadi teman ngobrolnya ia abaikan hanya karena bolak balik menge-check jadwal Syaila dari laptop yang ia bawa. Telinganya sudah jengah mendengar peringatan yang barusan Syaila katakan. "Iya! Ini gue lagi periksa. Tumben banget lagian, biasanya juga santai banget."Helaan napas berat terdengar panjang. Syaila melarikan pandangannya pada daun basah yang ada di luar kafe sore itu. Pemandangan sehabis hujan memang bukan suasana favorit nya. Selain dingin, hujan selalu membawa otaknya memutarka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Penolakan sebagai sebuah peringatan

    "Aku enggak mau ikut papa kalo nanti ada Kak Maya. Papa bisa undang aku nanti kalau pestanya udah siap. Aku bisa datang sama mama, opa, sama nenek."Semua orang tercengang mendengar ucapan Geino barusan. Maksudnya, Syaila tahu betul bagaimana dekatnya anak itu dengan Azka. Geino tidak akan berpikir dua kali ketika papanya mengajak dia untuk pergi. Tapi kali ini, mata anak itu bahkan enggan bersitatap dengan pria yang kini tengah mematung tidak bergerak di tempatnya.Iya, Azka datang ke rumah Syaila untuk menjemput Geino, mengajak anak itu membeli hadiah ulang tahun dan mempersiapkan pesta yang akan diselenggarakan di rumah Azka.Kedatangan Azka sebenarnya sungguh sangat dihindari Syaila. Mengingat bapaknya, Heri menyimpan dendam kesumat pada Azka. Jika Syaila tidak menahan ayah angkatnya itu, sangat besar kemungkinan Azka pulang dalam keadaan babak belur. Juga Yunita sampai tidak bisa mengatakan apa-apa saat melihat Azka menampakan wujudnya lagi setelah apa yang telah dia lakukan terh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara    Batara Abimanyu Bhagawanta

    Syaila sangat mewajarkan tempat yang akan menjadi pertemuan dengan klien besarnya ini adalah di sebuah restoran private ternama di Jakarta. Ia mendapatkan pesan singkat dari nomor yang tidak ia kenal mengatasnamakan pemilik dari perusahaan Bhagawanta yang memberi lokasi ke tempat makan mewah ini.Sepatu haknya berketuk rapi saat melewati lorong beralaskan karpet hitam, di sampingnya seorang pelayan pria mengekor, mengantarkan Syaila ke sebuah ruangan khusus. Sebelum membuka pintu, wanita itu sedikit perapikan pakaiannya. Lalu sesaat setelahnya, tangan Syaila mengulur, membuka pintu di hadapannya.Seorang pria duduk membelakangi pintu. Syaila hanya melihat gaya rambut cepak dan jas hitam untuk menginterpretasikan bahwa pertemuan ini memang sangat resmi."Maaf terlambat, saya sedikit ada kendala di jalan." Syaila tersenyum sungkan. Namun detik berikutnya, garis bibir yang ia ciptakan itu pudar kala mengetahui siapa orang yang sedang duduk dan menatapnya cukup dalam."Hallo, sudah lama

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Perasaan yang tidak terjawab

    Baiklah hari ini Syaila harus merelakan sedikit waktunya diambil Batara. Ia sudah terlanjur berjanji dengan pria itu untuk berbicara empat mata. Pagi ini seharusnya Syaila sudah pergi ke hotel yang sekarang sedang didekor untuk persiapan acara ulang tahun Geino dan melanjutkannya dengan mencari kado ulang tahun. "Seharusnya kamu bilang kalau mau pindah. Jadi saya tidak perlu susah payah mencari kamu." Batara menyandarkan punggungnya, menatap Syaila santai."Untuk apa? Maaf sebelumnya, tapi menurut saya, bapak tidak punya hak tahu urusan saya, atau mengetahui semua yang saya lakukan." Perasaan Syaila tidak nyaman. Ia memang tidak bisa mencegah perasaan orang lain, tapi sikap Batara sungguh menggambarkan bahwa pria itu sangat tidak menghargai keputusan nya.Batara mengehela napas, menegakkan tubuhnya. "Sepertinya kamu enggak nyaman, ya bicara sama saya?""Sepertinya begitu. Dan jika tidak ada lagi yang mau dibicarakan saya akan pergi."Baru saja Syaila berdiri dari duduknya, suara Bat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Pesta Ulang Tahun

    Pesta ulang tahun Geino berlangsung meriah. Banyak tamu penting datang yang diundang Syaila maupun teman mamanya, juga Heri. Jika ditilik, pesta itu seperti bukan pesta ulang tahun anak berusia 12 tahun, yang seharusnya dipenuhi tamu seusia Geino. Pesta bernuansa gelap itu sudah seperti reuni para kolega besar yang saling memamerkan kekayaannya dengan pakaian yang mereka kenakan.Geino belum memiliki banyak teman—tidak, sejak dulu anak itu memang jarang bersosialisasi. Temannya itu-itu saja, jadi untuk ulang tahunnya kali ini Syaila memilih banyak mengundang teman-teman bisnisnya. Sekalian memberi tahu bahwa dirinya sudah kembali."Wah ... Pestanya begitu mewah. Saya pikir setelah bercerai dengan pak Azka, bu Syaila bakalan terpuruk. Ternyata semakin maju dan malah semakin cantik. Lihat saja senyumnya, jika saya belum menikah saya juga mau melamar dia." Pria berjas rapi itu bergosip dengan teman di sampingnya. Matanya menatap jauh, pada Syaila yang tengah tersenyum ramah menyambut tam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Siasat Lisan

    "Banyak penanam saham yang lagi ketar-ketir sekarang. Diperkirakan akhir tahun ini harga saham turun merosot."Koridor kantor pagi itu cukup lenggang. Obrolan pagi yang cukup berat dibawakan Nadira dengan ekspresinya yang berlebihan. Kopi yang ia bawa dari luar terabaikan karena terlalu ambisius menceritakan bagaimana pusing kepalangnya orang-orang berduit itu.Jika dipikir-pikir, mengkhawatirkan orang kaya itu tidak ada gunanya sama sekali bukan? Tapi karena sahabatnya adalah salah satu dari orang kaya itu, Nadira harus menjadi informan yang sangat kompeten untuk menjaga harta Syaila yang sangat berharga itu. Kan jika ia tidak punya uang, Syaila tidak akan berpikir dua kali untuk meminjamkan secuil hartanya."Iya sih, Bapak kemarin juga cerita sama gue. Tapi ya gak masalah. Emangnya kenapa? Toh saham gue, gue simpen di perusahaan ayah gue. Kalau pun naik juga enggak bakal gue jual," komentar Syaila santai.Nadira menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Iyasih. Sia-sia dong gue kasih t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Nasihat yang tidak akan berhenti

    Perbedaan pendapat seperti tadi itu hal biasa untuk Syaila dan Nadira. Mereka memiliki pemikiran berbeda yang kerap kali membuat keduanya adu mulut. Namun meski begitu, dua wanita yang sudah lama bersahabat itu, tidak akan menjadikannya masalah besar. Seperti saat ini, Nadira ikut pergi ke rumah sakit dan menenangkan Syaila. Bersikap seperti biasanya."Gimana, Dok? Bukannya jantung ayah saya udah diganti sama jantung buatan?" Hadang Syaila sesaat setelah dokter pria itu keluar dari ruang ICU. "Lalu apa yang terjadi?"Ya, Syaila mengambil keputusan itu setelah mendapat persetujuan dari mama dan Heri. Meski resikonya berat, Syaila percaya ia masih memiliki kekuatan dari Tuhan. Ia tidak bisa diam saja menunggu donor ginjal, sementara ayahnya sudah sekarat. Operasi sudah dilaksanakan dua minggu lalu. Syaila selalu memantau ayahnya, ia selalu menyempatkan ke rumah sakit selepas pulang kerja, menanyakan bagaimana perkembangan kesehatan sang ayah. Dokter bilang tubuh ayahnya menunjukkan res

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Kesalahan yang tidak disadari

    "Sya udah ada yang mau beli saham lo. Tapi—" Kalimat Nadira terjeda."Lo serius?" Mata Syaila terbelalak. Ia meninggalkan meja kerjanya begitu saja, menghampiri Nadira."Iya, tapi Maya. Gue rasa lo pikir-pikir lagi deh. Gue curiga soalnya." Otak Nadira yang penuh dengan kecurigaan itu tidak mungkin bisa berpikir positif bila sudah berurusan dengan pelakor centil itu. Jangankan membeli saham Syaila seperti sekarang, perempuan ganjen itu tersenyum saja sepertinya Nadira akan mencurigainya."Maya? Kok dia tau?""Poinnya bukan disitu, ye monyet. Bapak dia kaya, koneksinya bukan cuma orang hukum doang kali. Gimana sih! Poinnya tuh, si Maya kan yang udah rebut laki lo. Gimana kalo ternyata ntu pelakor disuruh Azka, terus perusahaan lo di monopoli Azka lagi?" Gemas Nadira hampir saja menempeleng kepala Syaila yang lama sekali mencerna apa yang Nadira berusaha sampaikan.Hening, kemungkinan itu bisa saja terjadi. Tapi situasi ini benar-benar menyulitkan Syaila. Bila ia menolak dan menunggu l

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Bucin berujung Sengsara   Selesai

    "Akhirnya sahabat jomblo gue dari lahir nikah juga hahaha."Nadira melengos sembari berdecak sebal. Ucapan itu sudah puluhan kali Syaila lontarkan bahkan ketika ia bercerita dirinya menerima lamaran Ferdi. Wanita yang kini tengah hamil tua itu tidak berhenti meledek Nadira. "Lu diem deh kalo gak mau anak lo nanti mirip gue," ujar Nadira yang langsung direspon gelak tawa Ferdi. "Jangan dong sayang, biar anak kita aja nanti yang mirip mamanya."Benar, memang hanya Ferdi yang dapat menaklukkan ke bar-bar-an mulut Nadira, hanya dengan ucapan sederhana barusan perempuan itu sudah tersipu malu. "Najis banget mukanya merah. Dahlah gue mau makan dulu. Selamat ya, gue doain Ferdi diberi kesabaran punya istri kaya lo." Syaila memeluk sahabatnya itu meski sedikit kesusahan karena perutnya yang besar. "Makasih ya, Sya. Lu jaga kesehatan juga. Jagain keponakan gue awas aja kalo kenapa-napa gue geplak pala lo." Nadira memberi peringatan. Keduanya kemudian terkekeh, Ferdi dan Batara yang menya

  • Bucin berujung Sengsara   Karma tidak akan salah berlabuh

    Suara tangis bayi cantik berpipi gembul berhasil membuat panik sang ibu. Bayi berusia lima bulan itu nampaknya kepanasan terus berada di dalam mobil selama perjalanan yang lumayan jauh. Maka, sang ibu dengan sigap mengambil botol susu di dalam kantong stok asi. Mobil berhenti bersamaan dengan tangis bayi perempuan itu yang juga mereda. Terlelap di gendongan sang ibu dengan nyaman. "Kamu mau ikut masuk?" Terlihat pria jangkung yang sedari tadi mengemudikan mobil melongok ke jok belakang, untuk menjawab pertanyaan sang istri, "Kamu duluan aja, aku cari parkir dulu. Di sini panas kasian Kanaya," tuturnya yang diangguki istrinya. Wanita itu kemudian keluar dari mobil, menatap bagunan yang mungkin lebih cocok disebut neraka dunia bagi sebagian orang. Ia menatap putri kecil di dalam gendongannya sebelum ia melangkah masuk ke dalam bangunan itu. Tatapan sendu seperti seorang ibu yang akan meninggalkan putrinya untuk waktu yang sangat lama. Lantas ia masuk tanpa ragu lagi. Seolah, putri k

  • Bucin berujung Sengsara   Berita Gembira

    Setelah siang itu Batara bercerita tentang keinginannya yang aneh-aneh, satu jam setelahnya Batara mengajak Syaila makan pecel lele di pinggir jalan. Namun sialnya sore itu hujan deras dan mereka berdua berakhir basah kuyup saat mencari makanan itu, niatnya mereka ingin menghabiskan waktu bersama. Syaila berakhir sakit dan itu yang membuat Batara sekarang sangat merasa bersalah. "Maaf ya gara-gara kamu nemenin aku cari pecel lele kamu jadi sakit kaya gini." Batara benar-benar merasa bersalah. Sampai tidak mau menatap istrinya. "Aku cuma masuk angin sayang. Minum obat juga bakal sembuh." Syaila mengusak rambut Batara. "Kamu muntah-muntah tadi. Kita ke rumah sakit aja ya sekarang? Aku takut kamu kenapa-napa." "Aku gak apa-apa," sanggah Syaila. Ia akui perutnya sekarang memang terasa dikocok. Ia juga tidak nafsu makan sama sekali. Lidahnya terasa pahit dan makanan apapun yang berusaha ia masukkan ke dalam mulutnya selalu mendapat kan penolakan. Ia berkahir muntahan-muntah. Tubuhnya t

  • Bucin berujung Sengsara   Tiba-tiba Kangen

    Tiga bulan sudah berlalu Syaila dan Batara mengarungi bahtera rumah tangga. Seperti kata orang-orang pernikahan tidak ada yang mulus tanpa dibumbui pertengkaran. Syaila sering mengomel seperti istri-istri pada umumnya mana kala Batara lupa menaruh handuk di atas ranjang. Atau perdebatan yang mungkin nampak sepele jika dipikirkan. Tapi beruntung nya Batara adalah orang yang sabar dan lapang mengakui kesalahanannya. Selama tiga bulan hidup dalam atap yang sama Syaila menemukan banyak kejutan dari Batara. Batara yang ternyata begitu manja melebihi anak-anak. Dia bahkan tidak malu menangis jika dirinya tidak sengaja membentak Syaila. Meski begitu, Batara adalah sosok ayah sambung yang baik untuk Geino dan menantu yang berbakti untuk mamanya. Syaila tidak henti-hentinya bersyukur telah dipertemukan dengan pria seperti Batara. "Sayang Geino katanya dikasih tugas buat hewan dari tanah liat. Besok dikumpulnya."Syaila menoleh ke sumber suara, serum wajah yang hendak ia oleskan di wajahnya

  • Bucin berujung Sengsara   Hadeuhhh

    "Tumben kamu jam segini udah bisa diajak jalan? Kerjaan kamu udah selesai?""Udah, aku mau quality time sama suami aku yang ganteng ini."Satu bulan sudah berlalu. Mereka hidup bahagia sebagai sepasang suami istri. Siang disibukkan dengan pekerjaan, dan jika sudah di rumah keduanya sebisa mungkin tidak membawa atau mengerjakan pekerjaan kantor di rumah. Itu sudah menjadi kesepakatan mereka. Sore ini Batara mendapat kabar jika istrinya bisa pulang lebih cepat dan mengajaknya untuk jalan-jalan. Hitung-hitung mengenang masa pendekatan mereka dulu. Batara sih setiap hari memang sibuk, tapi ia lebih santai dari Syaila. Pria itu bisa dengan mudah mengatur jadwalnya berbeda dengan Syaila. Keduanya sudah sampai di sebuah mall ternama di ibu kota. Bergandengan tangan, melihat-lihat store pakaian branded, memilah restoran yang keduanya inginkan. "Mau beli baju?" tawar Batara. Syaila menggeleng. "Baju aku masih banyak yang belum dipake." Baik, Syaila memang berbeda dari kebanyakan perempuan

  • Bucin berujung Sengsara   Pasutri Baru

    Waktu berjalan lebih cepat jika kita berada di antara orang-orang yang kita sayangi. Begitu pun sebaliknya. Tapi Syaila tidak pernah menyangka akan secepat ini. Entah ada kata apalagi yang bisa ia ucapkan selain bahagia. Ratusan orang yang datang ke acara resepsi pernikahan nampak ikut bahagia. Pun dengan mamanya dan Geino yang tersenyum mana kala ia dan Batara akhirnya sah menjadi sepasang suami istri.Dekorasi megah yang ternyata sudah Batara siapkan begitu memesona ditambah undangan tamu yang tidak ada henti-hentinya."Udah aku bilang jangan banyak-banyak ngundang tamu. Ini tangan aku udah mau putus rasanya," bisik Syaila di tengah sibuknya menyambut para tamu yang datang. "Aku cuma undang temen-temen kantor. Itu kolega keluarga-keluargaku. Mana bisa aku batalin." Batara meringis.Keduanya menghela napas panjang. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain terus tersenyum dan menyambut tamu dengan senyum hangat. Meski rasanya pasangan pengantin baru itu sudah ingin cepat-cepat mere

  • Bucin berujung Sengsara   Cerita kepada bulan yang malu-malu

    Ibu kota malam ini terasa lebih tenang. Cahaya lampu yang terpantul sinar rembulan membiaskan cahaya warna-warni memanjakan mata. Entah, sudah berapa lama Syaila tidak datang ke tempat ini. Semasa kuliah semester awal ia sering datang kemari. Hanya menyaksikan gemelapnya ibu kota atau hanya sekedar menikmati segelas kopi panas.Dulu ia manusia paling naif perihal hubungan timbal-balik antar manusia. Percaya bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan, pun sebaliknya. Tapi Tuhan sepertinya ingin menunjukan hal lain kepadanya, bahwa jangan berharap selain pada-NYA. Tidak butuh bertemu ribuan orang untuk ia membuktikannya. Orang yang ia amat percaya akhirnya mengkhianati kepercayaannya dengan hal yang bahkan tidak pernah ia duga-duga. Pengorbanan yang selama ini ia lakukan terasa sia-sia hanya karena kekurangan yang mungkin dia harapkan ada pada Syaila.Namun beruntung sejak ia akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti kuliah karena hamil hingga ia berpisah dengan Azka ia tidak lagi kemari, jik

  • Bucin berujung Sengsara   Menyambutmu kembali

    Seperti halnya hujan, kita tidak bisa mencegah air yang turun itu untuk tidak membuat kita kedinginan. Kita tidak bisa bernegosiasi agar hujan jangan dulu turun sebelum payung kita siap. Begitu pula yang terjadi dengan Syaila dan Batara. Hampir pukul satu malam keduanya sibuk mengasihani dirinya sendiri. Memandang isi gedung yang seharusnya menjadi saksi bisu kisah cinta mereka bersatu. Kini, dekorasi yang sudah dirangkai sedemikian rupa harus terpaksa dilucuti sebab pasangan lain akan menggunakan gedung ini. Seharusnya pagi tadi adalah acara pernikahan keduanya, dan malam ini seharusnya mereka sudah menjadi pasangan suami istri. Tapi sekali lagi, manusia hanya bisa berencana. "Kamu udah ngantuk belum? Udah malem, kita pulang aja ya?" Tidak bisa dibohongi, jelas Batara juga merasa sedih atas gagalnya pernikahan mereka. Tapi mau dikata apa? Semuanya telah terjadi. Syaila menghela napas panjang. "Rasanya kalau aku bilang ini tidak adil, aku akan dicap sebagai manusia yang gak bersyuku

  • Bucin berujung Sengsara   Boleh ikut menjaga kalian?

    Persidangan pertama dibuka dengan hakim yang menanyakan alasan mengapa Azka tiba-tiba menggugat hak asuh anak padahal sebelumnya mereka sudah sepakat bahwa hak asuh anak diberikan kepada Syaila. Pengacara Azka menjelaskan alasannya. Seperti yang Azka sebelumnya bilang, perihal Syaila yang memiliki kekasih yang trampemental. Ia juga bilang bahwa ia memiliki buktinya. Sebab itu Azka khawatir jika anaknya yang diasuh Syaila akan mendapatkan dampaknya juga. Tidak hanya pihak Azka yang dimintai penjelasan. Syaila juga diberi kesempatan untuk menyanggah. Sama seperti Azka, Syaila menyerahkan semuanya kepada kuasa hukumnya. Kuasa hukum Syaila menceritakan semuanya. Dan perihal apa yang dikatakan Azka hanya sebuah kesalahpahaman. Juga Syaila yang sudah tidak menjalin hubungan lagi dengan Batara. Sidang berjalan lancar. Azka nampak tidak memiliki argumen lagi setelah kuasa hukum Syaila membeberkan semuanya. Dan tanpa sepengetahuan semua orang yang ada dipersidangan, pria yang memakai topi

DMCA.com Protection Status