Share

13. Menyadap

"Memangnya kenapa kalau dimajukan? Toh, kita pasti akan menikah 'kan?

"Tapi 'kan, nggak semudah itu Nic. Semuanya harus direncanakan matang-matang."

"Kalau masalah itu kamu tenang aja. Aku yang akan urus semuanya."

Nico beranjak meninggalkan ruangan Adila. Pria itu menghentikan langkahnya sekejap. Berbalik menatap Adila.

"Mulai sekarang, kemanapun kamu pergi harus izin aku!"

Adila mengerutkan keningnya. Nico benar-benar berlebihan.

Seharusnya Adila merasa senang jika pria yang dicintainya ingin segera menikahinya. Namun, saat ini yang wanita itu rasakan justru hatinya terasa berat. Seperti tidak yakin untuk menikah.

"Maaf ya Nic. Aku jadi bimbang gini sama kamu," lirihnya.

Tatapan Adila tertuju pada sebuah kotak bekal di mejanya. Kotak bekal yang menjadi salah satu pemicu amarah Nico.

Ia menghela nafas. Membuka kotak makanan itu. Bibirnya memulas senyum kala menikmati nasi dan rendang olahan neneknya Zahira.

****

Adila mengendarai mobil Lexusnya memasuki halaman rumah. Ia melihat mo
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status