Share

Bad News

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“It’s okay. Sekarang katakan berita apa yang kau bawa. Apa Edward baik – baik saja?”

“I’m so sorry, Tuan. Edward ... dia terluka parah.” Takut – takut Alessandro menjawab pertanyaan Axe, sampai dia harus menunduk dalam tak  berani menatap Axe yang menghunusnya tajam.

“Apa maksudmu!” hardik Axe, matanya berkilat penuh amarah mendapat setengah informasi dari Alessandro.

“Mereka menyiksanya dan sekarang Edward sedang ditangani dokter di rumah sakit, Tuan.”

Jawaban Alessandro berhasil memancing Axe untuk mengumpat. Axe nyaris memukul pria malang tak bersalah itu, kalau saja aku tidak segera menahannya. 

 Axe tak bisa seperti itu. Bukankah Alessandro sudah melakukan yang terbaik? Seharusnya Axe tidak menyalahkannya atas apa yang tidak dia lakukan. Alessandro terlambat menyelamatkan Edward juga karena dia lebih mengutamakan keselamatan tuannya, daripada perintah Axe itu sendiri.

“Sudahlah, Axe. Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah.”

“Tapi Edward—“
Susi_miu

Axe bucin sampe ke tulang - tulang😭 Yuk, jangan lupa vote dan komen, ya😁

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Disha Disha
Udh belajar dr pengalaman,, jd tambeng lg. Klao axel bilang jgn pergi, ya diem aja. jgn ampe nanti bikin nyawa axel terancam lg krn hrs nyelametin bri
goodnovel comment avatar
Sun Sine
bucin sampai ke tulang bikin melted
goodnovel comment avatar
Rafardhan Rafa
Hhhhh... ......... axe sudah dikendalikan oleh bri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Brother Luck(not)   The Deal

    Aku menggeliat dalam tidur tatkala merasakan kehilangan begitu lekat di tubuhku, mataku terbuka memperhatikan langit – langit kamar VVIP dengan tatapan kosong menguasai.Di sini sepi, hanya aku sendiri ...Seingatku sebelum terlelap tadi, masih ada pelukan hangat yang melingkar sempurna. Tapi sekarang hilangnya rengkuhan itu menciptakan dingin tak tersentuh, aku merasa hampa dan perasaanku tanpa bisa ditahan tergores cemas tak beralasan. Mungkin karena aku tidak mendapati kehadiran Axe di sini.Axe ...Jangan tanya dia di mana, aku tidak tahu. Ketidakhadirannya sudah membuktikan bahwa pria licik itu pergi dengan memanfaatkan kondisi tidurku yang terasa sebentar.Sifat keras kepala Axe naik satu tingkat lebih parah, hingga segala cara dihalalkan demi menuntaskan tujuannya. Aku memang tidak tahu apa yang ingin Axe lakukan di luar sana, tapi firasatku mengatakan dia akan melakukan hal buruk.Ntahlah, aku hanya bisa berharap hal itu tidak benar. Aku t

  • Brother Luck(not)   Psycho

    Tak mau bermuluk – muluk dan berangan terlalu jauh, sesegera mungkin aku menarik tirai hingga sesuatu yang tak pernah kubayangkan terpampang begitu nyata di hadapanku. Sesuatu yang begitu menyakitkan, sesuatu yang membuatku kecewa, sesuatu yang memaksa perasaanku hancur menjadi keping – keping ...Yakni sebilah pisau penuh darah berada di tangan Axe dengan seorang pria tengah berbaring dalam keadaan sadar, juga berdarah – darah, sedang memekik kesakitan dan meminta ampun pada pria yang sedang menatapnya dingin.“Ax—Axe.”Suaraku sampai terputus – putus memanggil sekaligus menyadarkan Axe dari apa yang dia lakukan, tapi Axe tetap fokus pada kegiatannya tanpa menoleh sedikit pun padaku.Pria itu benar – benar bertindak seperti seorang psikopat berdarah dingin, tidak ada ekspresi apa pun ketika dia mengoreskan mata pisau dari tangannya pada pria malang yang saat ini menjadi korban.Goresan dan cucuran darah terus mengalir dari luka terbuka di perut bagian baw

  • Brother Luck(not)   The Rain

    Aku duduk termangu di atas blankar tanpa melakukan apa pun sejak satu jam kepergian Axe. Sepi, hening, dan kosong kurasakan saat memikirkan permasalahan hidupku yang tanpa sadar sudah membawaku sejauh ini—pengalaman yang begitu dramatis serta tak ternilai harganya.Jujur, tak pernah kubayangkan hari pernikahanku akan menjadi hari terburuk di dalam hidup, hingga harus melewati pelbagai macam rintangan menyedihkan. Terutama saat aku nyaris kehilangan nyawa, sekaligus nyaris kehilangann Axe. Sungguh, semua benar – benar terasa mengancam dada. Untuk kembali mengingatnya saja hatiku terasa dicabik menjadi butir – butir kecil.Dan Axe ...Jangan tanyakan pria itu padaku, aku tak mau rasa rinduku semakin menjadi – jadi. Ya, semakin aku terus memikirkan permasalahanku bersamanya, rasa ingin bertemu tiba – tiba mencuak ke permukaan. Harusnya aku sadar bahwa tadi aku yang memintanya pergi, sekarang tidak bisa kusalahkan dirinya karena tidak berada di sampingku.Sudahla

  • Brother Luck(not)   After Rain

    “Aku bisa sendiri, Bridgette.”Berulang kali Axe ingin mengambil alih handuk di tanganku, tapi aku tetap menolak dengan mengangkat tinggi benda tersebut agar Axe tak bisa meraihnya. Posisi Axe saat ini kupaksa duduk di kursi agar aku bisa mengeringkan rambut basahnya. Salahnya sendiri saat aku sibuk mengeringkan diri, dia masih berkeluyuran ntah melakukan apa di luar bersama Alessandro.Perkara handuk yang sedang kupakai. Kuakui Axe sendiri yang berinisiatif pergi berbelanja beberapa kebutuhan seperti pakaian ganti dan apa pun itu yang berhubungan dengan kebutuhan pribadi. Nah, dari situ, setelah membawakan barang belanjaannya dalam keadaan basah kuyup, dia terburu – buru pergi dan memintaku membersihkan diri untuk beristirahat.Pria egois itu tak sadar bahwa aku sudah mewanti – wanti kehadirannya dengan merencanakan sesuatu seperti yang saat ini kulakukan. Dia tak akan bisa pergi lagi seperti tadi, aku akan mencegahnya dengan cara mengancamnya.“Aku bisa sendiri,

  • Brother Luck(not)   Untouchable

    “Ms. Xandersis.”Suara tak asing dari belakang menghentikan gerakan menekan knop pintu kamar. Aku menoleh dan sedikit tak percaya melihat Mr. O’Connor berdiri tidak jauh dari posisiku. Tapi yang tidak aku mengerti, mengapa dia ada di sini? Apa dia tahu masalah yang kami hadapi?“Apa Xelle bersamamu?”Aku terlalu kaget hingga tak sadar Mr. O’Connor sudah berada tepat di hadapanku. Oh, dia datang ke sini untuk mencari Axe, mungkin ada hal penting yang ingin dia bicarakan sampai meluangkan waktu sibuknya demi menemui Axe.Sesaat aku mengerjap menetralkan ekspresi wajahku, kemudian mengangguk sebagai jawaban. Sedari tadi Axe memang berada di dalam kamar, tapi secara tidak langsung dia ada bersamaku. Aku yang selalu berada di sampingnya belakangan ini, tidak salah mengapa Mr. O’Connor mencari Axe melaluiku lebih dulu.“Bisakah panggilkan dia untukku?”“Ya, Sir, sure,” ucapku singkat.Setelah itu dengan cepat kulanjutkan tindakanku yang tertunda. God! Napa

  • Brother Luck(not)   Little Talk

    “Berbaringlah, Axe,” ucapku sembari menepuk pahaku pelan.Aku mendesah pasrah melihat Axe terus berjalan mondar mandir di tempat sambil sesekali menatap ke arah Edward yang masih setia memejamkan mata. Padahal dokter sudah mengatakan padanya bahwa kemungkinan besar Edward siuman nanti sore, masih ada beberapa jam lagi baginya untuk bersabar. Namun Axe sepertinya tidak peduli perkataan dokter, bahkan dia juga mengabaikan bujukanku.Dia masih begitu fokus pada Edward, meski sesekali aku mendengarnya mengembuskan napas kasar. Aku ingin membujuk Axe lagi, tapi melihatnya sedang kalut, kuurungkan niatku dan memlih bangkit dari sofa yang kududuki.Tanganku bergerak menepuk bahu Axe pelan dan tersenyum saat dia memberikan perhatian padaku. Saat ini aku ingin pamit pergi ke kafetaria, tenggorokanku terasa kering apalagi ketika mendengar penjelasan Axe mengenai Mr. Hero selama di perjalanan menuju ruang rawat inap Edward.“Aku mau beli minum. Mau nitip sesuatu?”Pertanya

  • Brother Luck(not)   Unexpected Facts

    “Are you f*cking kidding me? What the hell is this?” tanya Axe menatap tak percaya hasil daripada isi tulisan yang tertera pada kertas di tangannya.Aku juga tak bisa bohong bahwasannya fakta yang baru saja kami terima memukul telak kenyataan yang selama ini kami percaya. Benarkah nama Axe dan Mr. O’Connor yang tertera di sana, serta result ‘positif’ yang dicetak tebal merupakan bagian dari perjalanan baru kami?Ya, hasil tes tersebut menyatakan kecocokan DNA antara Axe dan Mr. O’Connor. Namun, yang tidak kumengerti mengapa Mr. O’Connor tiba – tiba melakukan hal tersebut tanpa memberitahukan orang yang terlibat, Axe. Maksudku, sejak kapan dia merencanakan kegiatan diam – diam ini? Apa sampel darah Axe yang dimintanya pada Dokter Arnold waktu itu, seingatku, adalah kesimpulan paling tepat yang bisa aku ambil sekarang?“Aku tidak mau bertele – tele. What you’ve seen on the paper is true, kau putraku. Putra yang kukira sudah tiada sejak pertama dilahirkan.”Mr. O’Connor men

  • Brother Luck(not)   The Result

    Seharian penuh kami menunggu hasil tes DNA dengan perasaan harap – harap cemas. Meski sempat meninggalkan aku dan Axe, Mr. O’Connor tetap kembali pada kami untuk melangsungkan pengambilan sampel darah.Dan inilah akhirnya, hasil daripada pengujian laboraturium keluar setelah 1 x 24 jam. Memang Axe memaksa pihak rumah sakit untuk mempercepat proses DNA itu segera, agar dia tidak menunggu lama. Pria itu benar – benar tidak sabar ingin membuktikan kebenaran dari ucapan Mr. O’Connor yang saat ini terlihat sumringah usai membaca hasil yang ada.“I told you, kau putraku. Masih tidak percaya juga?”Mr. O’Connor menyodorkan kertas yang dibukanya pada Axe hingga pria itu menyambut benda tersebut dengan cepat. Ekspresi Axe sungguh tak terbaca saat memperhatikan isi tulisan di atas kertas penuh saksama, yang aku yakini dia masih belum bisa menyakini fakta dan kebenarannya.“Buka amplopnya, Bridgette,” titah Axe usai menyadari keterdiamanku dengan amplop yang masih membungkus

Bab terbaru

  • Brother Luck(not)   Sekuel

    Hai, Kak. Selamat pagi. Mohon maaf setelan catatan penulis ini bukan update chapter Brother Luck(not) ya. Aku mau kasih tahu kalau sekuel sudah bisa dibaca lewat aplikasi Goodnovel. Yuk, mampir dan bantu aku dengan vote dan komen kalian😇 Boleh berikan review kalau suka ya. Kalian masih bisa ketemu Axelle🤭 But, he's not a main character anymore ya. Udah diganti Om T😅 Di sana para karakter penuh dengan misteri. Aku sudah up empat chapter. Kuy, merapat💃💃💃 migrain bareng aku lagi😁 besok aku akan double update juga. Berikan dukungan kalian buat Rose dan T😁 Btw, ada bab yang tidak ada di sini aku jelaskan di sana. Sebelumnya terima kasih banyak, sudah baca dan support karya pertamaku di sini. I love you guys❤❤❤

  • Brother Luck(not)   Extra Part

    Several months later... Aku dengan tangan terinfus menatap Axe, di sampinnya terdapat Oracle, sedang berjalan menghampiriku. Dia membawa seorang bayi di dalam dekapan. Kepalanya terus menunduk memperhatikan wajah anak perempuan kami tanpa henti. Senyum sempurna melengkapi kebahagiaan Axe. Usahanya melayaniku saat sedang mengidamkan sesuatu berbuah manis, dia akhirnya dipertemukan secara langsung bersama anaknya.Aku ingat pernah memaksa Axe membuatkanku roti canai, makanan khas Asia, dengan tangannnya sendiri. Axe bisa memasak, tidak tahu dengan makanan sejenis itu, tapi subuh – subuh buta aku tetap mendorongnya bangun untuk menjadi koki dadakan demi keinginan anaknya.Butuh perjuangan membangunkan Axe saat dia sedang lelah – lelahnya setelah menyentuhku tanpa henti. Salahnya sendiri tidak pernah puas. Aku mana tahu kalau anaknya tiba – tiba menginginkan sesuatu.Meski dengan terpaksa, Axe tetap menjalankan kewajibannya. Waktu itu, dengan mata setengah terbuka

  • Brother Luck(not)   Epilogue

    Aku menatap cincin yang tersemat kembali di tanganku dengan senyum haru dan bahagia. Janji suci atas nama Axe sudah kuucapkan. Tersisa satu lagi, tapi Axe tak kunjung melakukannya. Dia hanya menatapku dengan mata berbinar bahagia, seperti seorang idiot yang mendadak menjadi seorang jutawan.Dia mau tunggu apa lagi?Sampai aku memulai lebih dulu? Yang benar saja!“Kau membuat semua orang menunggumu terlalu lama,” kataku pelan dan nyaris berbisik.“Yakin?” tanya Axe memastikan. Dia mengangkat sebelah alis menatapku curiga. “Mereka atau kau yang sebenarnya sudah tidak sabar?” lanjutnya lagi dengan senyum menggoda.“Terserah kau saja, Axe.”Aku langsung berpaling menatap wajah – wajah di sana. Orang – orang penting di hidupku berkumpul dalam satu frame. Ada Oracle, mom, dad, ayah dan ibu mertuaku, serta Rose yang begitu cantik dengan balutan dress hitam. Di sampingnya ada Theo yang selalu menguntit ke mana pun Rose pergi. Aku rasa pertanyaan Axe waktu itu sangat

  • Brother Luck(not)   Marry Him

    Kau tahu ada apa dengan gugurnya bunga mawar? Karena saat pertama kali mekar, dia terlalu indah. -Theodore Witson. -------------------------------- “Rose, sekali lagi terima kasih. Aku tidak tahu akan jadi seperti apa hidupku tanpa bantunmu.” Kupeluk erat – erat tubuh wanita cantik, yang saat ini membalas kehangatan dariku.“Sama – sama,” bisik Rose sembari mengusap naik turun pundakku pelan.“Harus dengan cara apa aku membayar semua kebaikanmu selama ini?”Aku tak tahan lagi sampai yakin suaraku terdengar getir. Tidak tega rasanya mengambil Oracle dari Rose. Tapi harus bagaimana? Jika aku membiarkan Oracle bersama Rose, anak itu akan kehilangan figur keluarga lengkap. Axe pasti tidak akan membiarkan itu terjadi. Dia sudah terpisah dari Oracle sejak Oracle sendiri masih dalam kandungan, mana mungkin pria itu mau merelakan Oracle. Dan kalau harus jujur, aku juga menginginkan Oracle. Meski rasa bersalah pada Rose akan jauh lebih be

  • Brother Luck(not)   Love is Love

    “Sudah siap?” Aku menoleh ke samping mendengar pertanyaan Axe.Dari bandara Kanada, kami langsung melaju menuju apartement Rose. Saat ini aku dan Axe masih berada di dalam mobil yang terparkir di basement.Dia bertanya apakah aku sudah siap ... jawabanku tidak. Aku tidak sanggup harus menerima penolakan Oracle, saat dia melihatku ada di hadapannya. Seperti kata Axe waktu itu, dia akan mengajakku menjemput Oracle setelah semuanya selesai.Ya, semua telah selesai terhitung sudah tiga minggu berlalu pembalasan dendam Axe.Paman Danial akhirnya dinyatakan bersalah dan dihukum seberat – beratnya selama 35 tahun penjara. Perlindungan dari perdana mentri atas dirinya tidak berlaku, karena bukti – bukti sudah di depan mata. Terlebih Paman Danial semakin diberatkan oleh kehadiran para tawanan yang Axe bebaskan sebagai saksi di pengadilan.Waktu itu, persidangan berlangsung selama kurang lebih dua minggu. Tidak ada penyangkalan dan uji banding membuat semuanya

  • Brother Luck(not)   Hello Daddy

    “Awas, Axe!”Dor!Aku memeluk Axe seerat mungkin, menjadikan tubuhku sebagai tameng untuknya. Dia pernah membiarkan peluru menggigit tubuhnya karena kesalahanku. Sekarang aku ingin melakukan hal yang sama, mengorbankan diri untuk orang yang kucintai.Bunyi tembakan memberi jeda untukku bernapas. Seharusnya aku sudah merasakan panas yang menjalar oleh peluru itu. Tapi sampai saat ini semua masih terasa aman. Aku tidak mengerti, tubuhku baik – baik saja tanpa alasan.“Lain kali jangan lakukan hal ini. Jangan melindungiku. Aku bisa menjaga diri sendiri. Apa yang akan terjadi padamu jika aku tidak cepat?”Tubuhku dilepas paksa dan baru kusadari senjata Axe mengeluarkan asap saat dia menurunkan tangannya.Apa yang telah kulewatkan?Cepat – cepat aku berbalik. Sedikit tak percaya mendapati Arthur tergeletak di lantai dengan mata terbuka dan peluru yang menancap tepat di dahinya.“Aku tidak ingin membunuh. Tapi membiarkan dirimu ditembak adalah kesalahan palin

  • Brother Luck(not)   Kidnapped

    Sebuah belaian terasa kasar, menarik kembali jiwa yang sempat hilang dari tubuh. Aku mengerjap, membuka mata secara perlahan. Tempat yang seharusnya berupa alam bebas tergantikan oleh tembok – tembok bercak putih. Aku seperti berada di sebuah kamar dengan langit – langit dihias lampu kuning.Satu pertanyaan menyentak isi kepala. Siapa yang membawaku ke sini?“Akhirnya kau sadar.”Suara serak itu menarik perhatianku menatap ke samping.Dia...Kenapa aku bisa bersamanya?“Kau semakin cantik dan berisi. Aku sangat suka.”Nada puas terdengar dari suara serak seorang pria yang pernah kutemui beberapa kali. Bahkan waktu itu nyaris menjadi suamiku, Arthur.“Kau kaget melihatku. Kenapa. Takut?”Arthur terkekeh. Tangan yang terulur hendak mengelus kepalaku tertahan di udara saat aku bergerak cepat, beringsut menjauhinya. Apa maunya membawaku ke tempat seperti ini? tanyaku sembari menatap penuh waspada seringai kejam di wajah Arthur.Dia sangat berbed

  • Brother Luck(not)   Bomb Exploison

    Author’s pov....Mata heterochormia dilapisi lensa kontak lunak itu menatap tajam bagian samping gedung yang menjulang tinggi di hadapannya. Ada tiga lantai, masing – masing memiliki penjagaan ketat. Bentuknya juga seperti labirin dengan jalur berliku – liku dan beberapa jalan dibuat buntu. Bagi seseorang yang awam, mungkin akan tersesat di tempat itu.Sebelum masuk, Axe harus memastikan penjaga di pintu depan sedang lengah agar dia bisa melakukan serangan dari belakang. Kakinya melangkah pelan. Menyembulkan kepala sedikit, mencari waktu paling tepat untuk mengokang senjata kedap suara di tangan.Belum saatnya. Dua penjaga di sana masih sigap menghisap cerutu dan mengembuskan asapnya ke udara. Axe akan menunggu salah satu dari mereka masuk, untuk menyerang yang lainnya. Dia tidak ingin menimbulkan kehebohan di bagian luar. Menyerang satu per satu adalah pilihan tepat.Selama kegiatan aksi belum dimulai. Seharusnya

  • Brother Luck(not)   Loosing

    Pandanganku lurus, menatap tanpa arti beberapa orang berbentuk tim—sedang berpencar ke berbagai hancurnya sisi gedung. Hampir dua jam, mereka belum juga menemukan keberadaan Axe. Tidak tahu mereka mencari sampai ke seluruh reruntuhan atau tidak. Sementara malam sudah semakin larut, akan sulit melakukan pencarian.Sempat ada beberapa hal yang membuat tim berdebat, salah satunya tangan yang kutemukan. Sebagian besar dari mereka beropini bahwa sisa dari tubuh Axe hancur tercerai berai, sulit untuk diidentifikasi. Tapi yang lain, terutama aku, masih percaya adanya potongan tubuh Axe karena ledakan itu.Sebenarnya mereka menemukan dua atau tiga kerangka kaki, milik orang lain. Kata Hema, ada beberapa pengawal Paman Danial yang berada di lantai tiga sedang menikmati pesta. Kemungkinan kerangka itu milik mereka.“Kita tidak menemukan apa pun di sini.”Tim dari kubu A berteriak, mungkin lelah—bekerja untuk sesuatu bersifat sia – sia. Seperti

DMCA.com Protection Status