Home / Romansa / Broken Flower / 49. Try to move on

Share

49. Try to move on

Author: Ikabelatrix
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Suasana pagi yang cerah menciptakan kehangatan di halaman kantor Ford Inspiration Foundation. Grassiela dan Bianca duduk di bangku taman, berbincang dengan ketertarikan mengenai perjalanan yayasan yang telah lama diwariskan oleh Antonia Stamfod dan perkembangannya dalam beberapa tahun terakhir.

Sebagai seorang yang pernah bekerja di sebuah lembaga amal, Grassiela menyukai pembicaraan ini. Selain ketertarikannya pada kemanusiaan, dia juga jadi lebih memahami mengenai apa yang terjadi dengan keluarganya sendiri. Kita tahu, banyak hal yang dia lewatkan selama tinggal di Kanada.

"Asosiasi ini berfokus pada perlindungan perempuan. Kami ingin menciptakan dunia di mana setiap perempuan merasa aman, dihargai dan memiliki kesempatan yang setara," jelas Bianca menceritakan asosiasi baru dari Ford Inspiration Foundation yang sebelumnya hanya berfokus pada rumah sakit anak.

"Asosiasi kami memperjuangkan hak-hak perempuan, mulai dari pendidikan hingga kesehatan. Merancang program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan perempuan, menyelenggarakan seminar mengenai isu-isu yang mereka hadapi, dan menggelar kampanye kesadaran di berbagai komunitas," lanjutnya dengan mata yang berbinar.

"Itu sangat menarik," komentar Grassiela singkat.

"Selain itu, kami juga bekerja sama dengan pihak terkait untuk memastikan perlindungan hukum bagi perempuan demi menciptakan perubahan positif."

Grassiela memberi perhatian penuh saat menyimak penjelasan Bianca mengenai yayasan yang dia kelola dengan semangat dan penuh rinci. "Aku harap aku bisa ikut terlibat di dalamnya."

"Kenapa tidak?" jawab Bianca spontan. "Kau bisa turut membantuku untuk memperluas komitmen ini."

Grassiela melipat bibirnya hingga membentuk senyum tipis. Dia menggeleng sekali. "Aku rasa tidak," ucapnya tak yakin. "Ada banyak yang harus aku lakukan setelah kembali ke Rusia nantinya."

"Aku mengerti." Bianca tersenyum hangat mendengar jawaban itu. Dia paham bahwa menjadi istri dari seorang pewaris Draxler akan membawa kesibukan bagi Grassiela. Entah sibuk mengurus mansion, menjadi filantropi atau terlibat dalam perusahaan Daxprom, Bianca bisa membayangkannya. Meski sesungguhnya, bukan itu yang Grassiela pikirkan.

"Aku percaya bahwa fokus baru mu ini dapat memberikan dampak yang besar untuk perempuan di berbagai tempat," ucap Grassiela mengapresiasi.

"Aku harap juga begitu."

"Jadi, dari mana ide ini berasal?"

Ketika Bianca memikirkan sesuatu untuk menjawabnya, pandangan mereka teralihkan pada sosok seorang wanita yang berjalan melintasi area taman.

"Dia tampak sangat sibuk," gumam Grassiela berkomentar.

Laurine berjalan sambil berbicara dengan ponsel yang dia pegang di telinga kanannya. Tak lupa, seorang wanita yang merupakan asisten pribadinya berjalan membuntuti.

"Dia adalah kekuatan FIF. Dia juga yang mengispirasiku untuk membuka asosiasi baru ini."

Grassiela memandang Bianca dengan hampir tertawa. "Yang benar saja."

Untuk kesekian kalinya Bianca mengulas senyum hangat.

"Aku mengerti bagaimana dia bisa terlibat dalam yayasan ini," ucap Grassiela mengingat bahwa FIF diciptakan oleh bibinya, Antonia, dan berada di bawah naungan Stamcorp. Ya, seharusnya David yang mengelolanya, tetapi karena berbagai hal, Bianca dipercaya untuk menjadi ketua umum di sini. "Tapi, bukankah dia tidak terlibat dalam asosiasi ini?"

Grassiela menahan dirinya untuk melanjutkan kalimat yang dia ucapkan. Baginya tentu tidak masuk akal ketika Baianca mengatakan bahwa sebuah asosiasi yang berperan untuk melindungi perempuan justru terinspirasi dari seorang perempuan yang pernah menjadi simpanan. Lucu, bukan? Namun Bianca bisa memahami apa yang Grassiela pikirkan.

"Kadang, kita perlu melihat sesuatu dari berbagai arah agar bisa menilainya secara objektif," ucap Bianca membuat Grassiela berpikir sejenak. "Singkatnya, kau hanya berada di lingkaran yang sama tanpa mencoba melihat dari sisi lain."

Grassiela terdiam. Baginya, ini bisa menjadi topik pembicaraan baru yang menarik. Kita tahu bahwa selama ini Grassiela menilai keluarganya sendiri dengan dominasi ketidak sukaan. Semua itu berawal semenjak dirinya dibuang ke Kanada dan merasakan ketidak adilan dari pengabaian keluarga Stamford.

Tapi, benarkah demikian? Atau mungkin, Grassiela hanya tidak tahu bagaimana keluarga besarnya menentang keputusan yang Alfonso ambil belasan tahun silam.

Ya, Bianca benar. Grassiela hanya berdiri di antara kedua orangtuanya yang angkuh, dan mungkin, dibumbui dengan sedikit bisikan dari Arabella.

"Mengapa tidak sejak lama aku mengenalmu?"

"Kita bisa saling mengenal kapan saja."

Grassiela menerima pelukan hangat dari Bianca, satu-satunya sepupu yang ia anggap paling bijaksana. Setelah berpamitan, dia melanjutkan perjalanannya dengan mobil yang dikendarai oleh seorang sopir.

Atas saran dari Alexa, Grassiela melakukan perjalanan ini. Wanita berambut merah itu benar, ada banyak hal yang bisa ia dapat dari Ford Inspiration Foundation, yayasan amal milik keluarga Stamford yang dikelola oleh Bianca. Di tempat itu, Grassiela menemukan bahwa ia tidak sendirian. Betapa banyak wanita di luar sana yang tidak seberuntung dirinya. Betapa banyak orang yang berjuang untuk menjalani hidupnya yang sulit. Dengan begitu, Grassiela menyadari bahwa situasi pelik yang ia hadapi bukanlah hal yang paling buruk untuk dijalani.

Ketika mobil melaju di sepanjang jalanan Newcastle, Grassiela berpikir bahwa dia mungkin salah menilai dunia ini. Kita tahu, dia pernah melakukan kesalahan besar dengan mencoba menyelamatkan orang yang justru ingin membunuhnya. Grassiela juga menerima pernikahan ini tanpa tahu betapa kejamnya seorang James Draxler. Dan kesalahan lainnya, Grassiela lebih mempercayai orang-orang seperti Arabella dan Violeta dibanding Bianca atau mungkin Alexa! Yang benar saja.

Grassiela merutuki kebodohannya sendiri.

Setelah melewati lalulintas kota yang padat, akhirnya mobil yang dia tumpangi berhenti di kawasan perkantoran. Sopir membukakan pintu mobil dan Grassiela turun dari dalam mobil. Dia mendongkak memandang tingginya sebuah gedung di hadapannya.

Stamcorp. Salah satu perusahaan energi terbesar dunia yang berpusat di Inggris. Ini adalah perusahaan legal yang berperan penting bagi citra nama keluarga Stamford. Grassiela telah mendapat ijin akses serta janji dengan pemilik perusahaan ini, yang tak lain adalah pamannya, Richard Stamford. Meski masih mempunyai bagian saham sebagai anggota keluarga, Grassiela tak pernah berkontribusi dan berperan aktiv dalam perusahaan. Tapi setidaknya, dia tertarik untuk mempelajari lebih dalam mengenai binsis keluarga yang pernah menjadi obsesi dari ayahnya, Alfonso.

***

Di jantung kota Moscow yang sibuk, sebuah pertemuan digelar oleh sekelompok jaringan bisnis. Dalam ruang pertemuan yang mewah, seorang pria duduk di balik meja mahoni besar berwarna gelap. James menyimak penjelasan salah seorang kepercayaannya yang memaparkan bagaimana pengendalian pasokan narkoba di beberapa wilayah Rusia terakhir. Suasana tegang dan berbahaya menyelimuti ruangan saat mereka merencanakan langkah-langkah licik untuk mengamankan keuntungan melalui jaringan bisnis baru mereka, kelab Romeo's Night.

Raut wajah James yang cerdas dan tajam tampak memperhitungkan setiap konsekuensi dan keuntungan yang akan mereka dapatkam di balik bisnis ilegal ini. Di sekelilingnya, anggota-anggota Sicarovskaya setia duduk dengan wajah-wajah serius.

"Pendapatan kita akan meningkat berkali lipat dari sebelumnya. Sebanding dengan risiko yang akan kita hadapi," ucap James dengan suara rendah yang penuh otoritas. "Operasi besar kita akan dimulai. Mulai sekarang pasokan narkoba hanya akan dikendalikan sepenuhnya di kota ini."

Alexsei, seorang tangan kanan sekaligus eksekutor berkepala dingin, memberikan laporan terkini. "Semua langkah pengamanan sudah diatur. Barang-barang akan masuk tanpa hambatan."

James melirik satu per satu anggota yang hadir, memastikan bahwa setiap orang memahami peran mereka dalam permainan ini. Dialog mereka penuh dengan kode dan kata-kata tersembunyi, menciptakan jaringan komunikasi yang tak bisa ditembus oleh yang tidak berkepentingan.

Seiring berjalannya rapat internal, rencana licik pun diputuskan. Di balik senyuman dan tawa yang terdengar, kekuatan gelap mengatur keuntungan terlarang mereka. Keputusan terakhir diambil, dan organisasi bisnis ini bersiap meluncurkan operasi besar yang akan mengguncang fondasi keamanan Eropa.

Setelah rapat berakhir, orang-orang keluar dari ruangan megah itu satu persatu. Menyisakan James, Alxsei dan pengacara kelompoknya, Sergei Navaly.

"Jadi kau mengirim istrimu kembali ke Inggris? Apa yang Alfonso katakan?" tanya Sergei mengklarifikasi kabar yang beredar.

"Aku belum mengatakan apa-apa. Alfonso juga tidak menghubungiku," jawab James tak peduli apa yang akan dikatakan Grassiela nantinya.

"Tapi kenapa? Bukankah kau telah menyiapkan pengawal tambahan untuk menjaganya?"

Sergei pasti menduga bahwa keputusan yang James ambil ini ada kaitannya dengan serangan musuh yang mengincar keselamatan Grassiela. James memandang pria berpakaian rapi itu, sambil mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Klan Stamford akan melindunginya jauh lebih baik. Lagipula aku perlu fokus untuk manjalankan operasi bisnis ini."

"Lalu sampai kapan?"

"Setidaknya, sampai para penyerang itu ditemukan dan kita habisi semuanya."

Benicio yang diam-diam berdiri di balik pintu untuk mendengarkan pembicaraan tadi mulai mengendap pergi.

Sementara Sergei mengerutkan kening, namun akhirnya mengangguk mengerti. "Baiklah, James. Aku percaya pada keputusanmu, tapi aku ingin tahu lebih banyak nanti."

Setelah Sergei pergi, ruangan itu menjadi sunyi. James dan Alexsei duduk di sisi meja konferensi, dengan hening yang masih menggantung di udara. Alexsei menatap James dengan tatapan tajam. "Alasan itu cukup meyakinkan," ucapnya tak percaya.

James mencoba tersenyum, namun tatapannya buram. "Lalu menurutmu apa?"

Alexsei bangkit dari kursinya kemudian mengeluarkan sebatang rokok dan pemantik dari saku jasnya. "Aku melihatnya. Kau menahan rasa sakit di sepanjang rapat tadi. Apa wanita itu ada hubungannya dengan hal ini?"

"Bagaimana pendapatmu?"

"Aku tidak tahu seberapa berbahayanya seorang wanita. Kau tahu, aku tidak pernah mempunyai hubungan dengan wanita manapun," Alexsei mengelak. Dia membakar rokok dan mengisapnya.

"Kau harus mencobanya. Dan aku menganggap ini sebagai tantangan baru."

"Tepatnya, tantangan untuk mendapatkan seorang pewaris yang berkualitas?"

Sialan! Seketika ruangan itu dipenuhi gelak tawa dari keduanya. Seolah-olah pernikahan hanyalah lelucon dalam keironisan hidup. Namun, tawa mereka terhenti ketika pintu ruangan terbuka dengan tiba-tiba. Seorang pria tampan dengan senyum lebar melangkah memasuki ruangan.

"Sungguh, kau memiliki selera humor yang aneh, Alexsei," ucap Piero hadir di antara mereka.

"Ah, mengapa bajingan ini bisa masuk?" James beranjak dari duduknya lalu mengambil batang rokok dari tangan Alexsei dan mencicipinya.

"Aku dengar kini Romeo's Night menjadi milikmu. Apa itu benar?" tanya Piero antusias.

Alexsei menawarkan rokok lain pada Piero dan menyalakan api dari pemantiknya.

"Beri aku laporan keuangan terbaru dari Daxprom, maka akan kuberitahu," ucap James sambil berjalan pelan dengan kedua tangan di saku celananya.

"Ayolah, kenapa kita harus selalu membicarakan pekerjaan?" Piero menolak. "Bukankah ini saat yang tepat untuk merayakannya?" Dia dan Alexsei saling pandang dan tersenyum. Mereka memiliki pemikiran yang sama.

"Ikutlah bersenang-senang bersama kami, James," bujuk Alexsei hingga akhirnya mendapat persetujuan.

***

Di tengah kelab malam yang dipenuhi gemerlapnya lampu serta suara musik yang kencang, James duduk di kursi bar dengan sepasang mata elangnya yang menyapu ruangan dengan cermat. Diam-diam dia memperhatikan gerak-gerik yang terjadi di antara kerumunan dan riuh pesta. Orang-orangnya bekerja tanpa suara, menyelundupkan barang terlarang dan menjalankan bisnis gelap di bawah naungan musik yang berdentum.

Ketika James tengah tenggelam dalam pemikirannya yang sibuk, dua sosok muncul dari lantai dansa yang ramai. Piero, sepupunya yang berkepribadian flamboyan, dan Alexsei, orang kepercayaannya yang penuh teka-teki datang menghampiri.

"Kau tidak menikmati pesta ini," kata Piero sambil mengambil segelas minuman dari meja bar dan meneguknya. "Lupakan sejenak tentang bisnis. Bersenang-senanglah."

"Kembali saja untuk menikmati pestamu." James tampak tidak tertarik.

"Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan pada."

"Ayolah, James," Alexsei membujuk kemudian ketiganya bergerak melewati kerumunan dan melangkah ke sebuah pintu yang tersembunyi di belakang tirai.

Di dalam ruangan VVIP yang semarak, lampu-lampu berwarna-warni menyoroti ornamen-ornamen mewah. Minuman penuh berbagai macam, dan seni panggung yang mengagumkan menyambut mereka. Piero dengan bangga menyilangkan tangannya, "Selamat datang di dunia yang sesungguhnya, teman-teman!"

Ketiga pria itu menikmati pelayanan eksklusif, hampir melupakan dunia di luar sana. Minuman beralkohol nyaris membuat mereka melayang di antara awan euforia dan dentuman musik.

Piero yang mulai sedikit mabuk memerintahkan seorang pelayan untuk menghadirkan para wanita penghibur. Wanita-wanita itu tiba, memancarkan kecantikan yang menggoda. Namun beberapa di antaranya justru terlihat ketakutan dan memaksa senyuman untuk menyembunyikan ketidaknyamanan mereka.

"Maaf, mereka masih baru," ujar seorang wanita sambil menyentuh dada Piero dengan sensual.

"Tidak masalah. Saudaraku menyukai gadis naif."

Alexsei terkekeh mendengarnya. Sementara James menyandarkan tubuhnya dengan nyaman di sofa panjang berwarna merah. Kedua matanya James menikmati tarian sensual para wanita di hadapan mereka. Namun seorang gadis muda di antara para wanita penghibur itu menarik perhatiannya.

Sepasang mata biru, rambut indah berwarna caramel dan wajahnya yang pucat mencerminkan ketakutan di sana. Mendadak bekas luka di perut James kembali terasa perih. Pria itu meraba perut kirinya dengan menyembunyikan kesakitan. Lalu ia kembali mengangkat wajahnya memandang sosok gadis yang tertunduk ketakutan.

Tanpa ragu, James menunjuk gadis itu dan memerintahkannya untuk mendekat. Ketika sang gadis tepat berada di hadapannya, kedua mata James berbinar dengan hasrat yang menggebu. Amarah dan nafsu menerjangnya.

Berbalik kepada Piero dan Alexsei, James berkata dengan tegas, "Teruskan saja malam kalian." Lalu dia berdiri menatap tajam gadis yang menunduk dengan gemetar di depannya. "Aku ingin gadis ini berada di atas ranjangku."

***

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ikabelatrix
lanjut, donk..
goodnovel comment avatar
puji amriani
gak lanjut lagi kk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Broken Flower   50. Missing you

    Gadis itu terbaring rapuh di atas tempat tidur. Kedua matanya yang kosong memancarkan kesedihan yang mendalam. Tubuhnya penuh luka, dan pakaian yang sebelumnya indah, kini hancur berantakan. Di ambang putus asa, dia mencoba menenangkan diri dengan tangisan pelan.Pintu terbuka, dan seorang pria yang telah berpakaian rapi memasuki ruangan dengan sikap angkuhnya. Sambil menyorotkan tatapan tajam pada gadis itu, ia duduk di tepi tempat tidur. "Berhenti menangis!" perintah James dengan nada dingin, lalu mencengkeram rahang gadis itu dengan paksa untuk menatapnya.Gadis belia itu gemetar, kedua netra birunya yang penuh dengan ketakutan melelehkan air mata. Dia tak sanggup untuk berbicara. Maka hanya suara isak tangis yang terdengar.James mengerutkan kening dengan kekecewaan. "Kau tahu konsekuensinya, bukan? Seharusnya semalam kau menari untukku," desisnya, mengecilkan mata dengan ketidakpuasan.Lantas James melepaskan cengkramannya pada gadis itu dengan kasar lalu berdiri untuk membukakan

  • Broken Flower   51. Another plan

    Brak!Alfonso menggebrak meja kerjanya dengan keras, membuyarkan ketenangan yang biasa mengisi ruangan tersebut. Pria paruh baya itu merasa darahnya mendidih ketika mendengar kabar yang mengejutkan dari orang kepercayaannya. Grassiela, putri tunggalnya, telah dipulangkan ke Cestershire tanpa sepengetahuannya. Alfonso merasa terhina, terluka oleh tindakan menantunya yang seolah-olah membuang Grassiela begitu saja setelah merebut kepemilikan kelab malam dengan cara yang tidak terhormat. Rasa tak terima itu terasa begitu dalam, seakan seseorang telah mencuri kehormatannya di depan mata.Sementara itu, Helena, sang istri, menatap suaminya dengan kekecewaan yang sama.“James Draxler!” desis Alfonso dengan amarah yang meluap. “Bagaimana dia berani melakukan ini?”Helena merasa lemas hingga terduduk di sofa dengan tatapan kosong penuh ketidakpercayaan. Ingatannya kembali pada panggilan telepon dari Grassiela terakhir yang terdengar seperti

  • Broken Flower   52. Black Rose

    Dengan langkah tegas, seorang wanita berjalan di koridor yang dijaga ketat oleh dua pengawal setianya. Mereka berhenti di depan sebuah pintu, di mana seorang wanita berpakaian formal mempersilakan dengan wajah kaku tanpa ekspresi."Nyonya sudah menunggu anda di dalam."Alexa mengangguk, lalu pintu dibukakan, menampilkan sebuah ruangan kerja yang elegan. Di dalam, seorang wanita tengah duduk di kursi kerja, menatap sambil tersenyum tipis di bibir berpoles merahnya. Alexa melangkah masuk seiring pintu yang ditutup, meninggalkan dirinya berdua dengan wanita di depannya."Aku sudah menyerahkannya," ujar Alexa sembari berjalan lalu duduk di sofa berwarna marun yang terdapat di tengah ruangan.Laurine beranjak dari kursinya untuk mendekat, kemudian duduk di sofa yang berhadapan dengan Alexa. "Bagus. Mereka dapat membuat janji agar bisa bertemu terlebih dahulu.""Terima kasih, Lou. Aku percaya pada kuasa hukum yang kau rekomendasikan untuk Grassiela."Laurine hanya tersenyum tipis sampai Alex

  • Broken Flower   53. Hidden Truth

    Di tengah sorotan lampu yang gemerlap dan aroma uang kertas yang menguar, Afro Maccini berjalan memasuki lobi megah kasino. Langkahnya terburu-buru, matanya menyapu ruangan dengan cepat, mencari sosok yang telah lama tak bertemu. Suara mesin slot yang berdering dan gemerisik tawa dari para penjudi membuatnya semakin gelisah.Dengan pakaian yang sedikit berantakan, tangannya mengkepal erat. Dia bergerak dengan cepat melewati bar yang dipenuhi dengan orang-orang yang sedang menikmati minuman mahal mereka. Afro bisa merasakan denyutan jantungnya semakin cepat, karena waktu menjadi musuhnya.Saat dia melintasi ruang utama menuju area permainan VIP, dia melihat pria yang merupakan saudaranya. Seorang pria dengan setelan jas rapi yang dia cari sedang duduk di meja poker, diapit oleh dua orang wanita yang menyemangatinya. Afro mempercepat langkahnya bersama hatinya yang berdegup kencang. Dia tahu bahwa pertemuan ini akan menentukan segalanya."Drake!" seru Afro dengan napas tersengal-sengal.

  • Broken Flower   54. Longing and anger

    Grassiela duduk di depan meja riasnya dengan tatapan kosong. Tangannya gemetar saat ia menyeka bedak di pipinya dengan kuas yang halus. Sorot matanya yang hilang menunjukkan betapa hampa hatinya seperti angin dingin yang menusuk ke dalam jiwa yang terluka. Make up yang dia poleskan hanyalah topeng tipis untuk menyembunyikan kepedihan di hati.Dia mengingat pertengkaran pahit yang terjadi dengan ibunya, kata-kata pedas yang terucap membuatnya terluka lebih dalam lagi. Betapa ironisnya, di saat seperti ini, Grassiela bahkan tidak tahu pesta macam apa yang sedang diadakan oleh kedua orang tuanya. Seutas senyum terlukis. Meski hatinya berkecamuk dalam kepedihan, kehadirannya di pesta itu akan memberinya kesempatan yang baik.Grassiela memilih sebuah gaun malam berwarna hitam yang anggun dari lemari pakaiannya. Dia membiarkan gaun itu jatuh meluncur dengan gemulai di atas tubuhnya, menciptakan siluet yang mempesona. Dengan menata kembali hatinya yang telah retak, Grassiela bertekad untuk me

  • Broken Flower   55. Traitors

    Grassiela terperangah bersama ketakutan yang merayap dalam diri saat menyadari bahwa ayahnya sengaja menggelar pesta ini untuk melancarkan sebuah rencana licik. Dia tak menduga bahwa Alfonso diam-diam memiliki rencana untuk mengkhianati James dengan mencoba membunuhnya.Melupakan segala macam perasaan marah dan frustasi yang sebelumnya melanda pikiran, naluri Grassiela mendorongnya untuk bertindak. Dia hendak berlari menuju James untuk menyelamatkannya, namun pasangan-pasangan yang berdansa di sekeliling lantai dansa menghalangi jalannya. Sementara pandangan James yang tak menyadari bahaya yang mengancamnya membuat Grassiela semakin terserang panik.Ini tidak boleh terjadi!Di balkon yang gelap dan tersembunyi itu, seseorang yang telah menerima upah yang sepadan siap membidik sosok James Draxler dan melenyapkannya. Namun sebelum pelatuk ditarik, Fausto muncul secara tiba-tiba, menghadang penembak dengan penuh kekuatan. Dalam kegelapan dan kebisingan pesta, mereka terlibat perkelahian

  • Broken Flower   56. Desire and ambition

    Di dalam ruangan kamar yang gelap, Grassiela berdiri di bingkai jendela yang terbuka. Angin malam membelai rambut indahnya, menciptakan ilusi kecantikan yang hampir menyentuh kesempurnaan. Namun di kedua mata biru itu terpancar kegelisahan yang tak tersembunyi."Dia akan datang," bisik Grassiela pada dirinya sendiri, suara lembutnya terdengar rapuh di tengah keheningan malam.Terdengar suara pintu terbuka dengan derit yang mengiris keheningan. Grassiela menahan napasnya, dadanya berdebar seakan siap melompat keluar dari tubuhnya. Dia tahu siapa yang datang, tetapi itu tidak membuatnya lebih siap.Dan di ambang pintu, sosok James muncul dengan langkah yang menghantui. Wajahnya yang dingin penuh dengan kekejaman. Sementara sepasang mata kelabunyanya yang tajam menusuk ke dalam jiwa Grassiela dari belakang."Tersenyumlah, istriku," desis James dengan suara yang menusuk. "Kau tahu apa yang terjadi pada mereka yang berani mengkhianatiku."Diam-diam Grassiela menelan ludahnya dengan kesulita

  • Broken Flower   57. Promises paid off

    Di dalam ruang kerja bergaya klasik itu, suasana terhimpit dalam ketegangan yang terasa di atmosfir. Wajah Helena dan Alfonso dipenuhi dengan ketidakpercayaan saat mendengar permintaan mengejutkan dari putri tunggal mereka. Tak pernah terlintas dalam dugaan, bahwa Grassiela akan membahas dan meminta hak atas kekayaan keluarga."Dia telah kehilangan akal sehatnya," bisik Helena penuh keheranan.Alfonso hanya terdiam dan menatap putrinya tajam. Di hadapan mereka, Grassiela berdiri tegar, tatapannya seolah menantang kedua orangtuanya."Katakan apa yang kau inginkan sebenarnya?" bentak Alfonso merasakan kesabarannya menipis.Suasana ruangan semakin dipenuhi dengan ketegangan yang terasa menusuk, seolah-olah segala kebenaran yang terpendam dalam hati mereka akhirnya terungkap ke permukaan dengan tak terelakkan.Lantas Grassiela membalas tatapan ayahnya tak kalah tajam. "Kalian tidak pernah mengatakan bahwa aku mempunyai bagian saham di Daxprom sebelumnya. Sekarang aku meminta hak milikku.

Latest chapter

  • Broken Flower   82. Change

    Tatapan penuh ketakutan dan amarah yang diterima Grassiela dari Iliya serta Ivan, menciptakan perasaan bersalah yang mengiris hatinya. Grassiela mengingat saat kobaran api melahap sebuah pindok kayu di hadapannya dan ia tak mampu melakukan apa pun atas keputusan James yang kejam.Tapi kali ini, tidak. Grassiela mengeratkan rahangnya, seolah menguatkan dirinya. Ia tahu apa artinya hidup di bawah bayangan James dan kekuasaannya. Namun, ia tak ingin lagi membiarkan orang lain menderita karenanya. Sekali ini, ia akan bertindak.Saat James datang, suasana semakin menegang. Semua orang membeku di tempatnya berdiri dengan kewaspadaan. Sementara Grassiela, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang muncul saat suaminya tiba dengan langkah tegap dan tatapan dingin. Kali ini, ia memutuskan untuk menghadapi James dengan cara yang berbeda. Sebuah senyum mendadak terbit di wajah jelita itu. Grassiela berjalan menyambut James dengan gembira, seolah-olah itu adalah ke

  • Broken Flower   80. Sin and redemption

    James berdiri di tepi ranjang, menatap Grassiela yang tertidur dengan damai. Untuk sesaat, wajahnya yang selalu tegas melunak. Di balik kekerasan dan egoisnya pria itu, perasaan lembut yang ia coba hindari begitu lama mulai menyeruak, merayapi relung hatinya. Ingatan tentang percakapan mereka sebelumnya muncul dalam ingatan. Dengan penuh ketulusan, Grassiela meminta cinta sebagai balasan atas permintaan James untuk seorang pewaris. Cinta… satu kata yang selama ini selalu terasa asing dan berbahaya baginya. Bagaimana mungkin seseorang seperti dirinya, yang telah begitu dalam terjebak dalam dunia kegelapan dan kekerasan, bisa memberikan sesuatu yang sesuci itu? Omong kosong. Seketika ucapan Violeta melintas dalam benaknya. "Kau tak memiliki hati. Kau tak mengenal cinta. Dan hal itu tidak akan pernah berubah." James menggertakkan rahangnya, berusaha mengusir ingatan itu, meski kata-kata Violeta menghantuinya. Tanpa melepaskan tatapannya dari Grassiela yang terlelap, perasaan yang t

  • Broken Flower   79. Difficult request

    Malam itu, suasana rumah terasa sunyi setelah mereka kembali dari pemakaman. Valentina berdiri di balkon kamar, gaun hitam panjangnya berkibar pelan terkena angin malam. Wajahnya tampak murung, bayangan kesedihan dan kecemasan menghiasi tatapannya yang kosong, memandangi langit malam tanpa benar-benar melihat apa pun. Di dalam dirinya, ribuan pikiran berkeliaran, menghantui setiap detik yang berlalu. Pemakaman Borsellino, suaminya baru saja selesai meninggalkan perasaan yang campur aduk. Valentina memeluk dirinya sendiri, merasakan dinginnya angin yang merembes hingga ke tulang. Dia tidak bisa menghentikan kegelisahan yang terus merayap dalam hatinya—kegelisahan tentang bagaimana orang-orang akan memandang hubungannya dengan Paolo setelah ini. Pria yang selama ini menemaninya, sekarang menjadi pusat dari segala rumor dan spekulasi. Dunia mafia penuh intrik, dan hubungan mereka pasti akan dipandang dari segala sisi yang penuh kecurigaan. Paolo muncul dari dalam kamar, mendekati Valent

  • Broken Flower   78. Strategy

    Di dalam ruangan dengan perapian yang menyala lembut, sinar api memantulkan bayang-bayang di dinding kayu yang tebal. Malam telah larut, dan udara dingin perlahan merasuk. Sebuah papan catur kayu tua dipasang di atas meja kecil di depan kursi empuk tempat Grassiela dan Fyodor, ayah mertuanya, duduk berhadapan. Pria tua itu menatap papan dengan intens, alisnya mengerut dalam, menggumamkan pikirannya sambil mempertimbangkan langkah berikutnya. "Hm, kau bermain dengan sangat baik," katanya sambil memindahkan bentengnya ke tengah papan. Grassiela tersenyum tipis, pandangannya tak lepas dari bidak-bidak di depan mereka. “Terima kasih, Papa," jawabnya halus. Keheningan kembali menyelimuti. Grassiela menyentuh salah satu bidak kuda miliknya dan memutarnya sedikit sebelum akhirnya menggerakkan kuda tersebut ke arah yang tak terduga. Dia tersenyum puas, menyadari langkah itu membuat Fyodor semakin terdesak. "Langkah yang brilian," puji Fyodor sambil mengangguk. "Kau tahu, permainan catur in

  • Broken Flower   77. Traversing the past

    Pagi itu, udara pegunungan terasa sejuk dan segar. Sinar matahari yang lembut menerobos masuk melalui jendela besar di ruang tamu rumah persembunyian. Grassiela berdiri di tepi jendela, mengenakan gaun tidurnya, dengan secangkir kopi hangat di tangan. Pandangannya terfokus pada jalan setapak yang berkelok menuju rumah, saat debu mulai terangkat oleh deretan mobil yang mendekat. Lima mobil hitam melaju pelan, mesin-mesinnya terdengar samar dari kejauhan. Ketika jarak semakin dekat, Grassiela dapat melihat sosok James yang berdiri di halaman, memandang lurus ke arah mobil-mobil itu. Ia berdiri tegak, kedua tangannya terlipat di dada, tenang namun tegas, seolah sudah tahu siapa yang datang. Mata Grassiela menyipit, mencoba menebak apa yang akan terjadi. Namun sikap tenang James memberitahunya bahwa itu bukanlah sebuah ancaman. Mobil pertama berhenti, diikuti oleh yang lainnya. Pintu terbuka, lalu Alexsei keluar dengan cepat disusul oleh Fausto yang mengikutinya. Pria bertubuh besar itu

  • Broken Flower   76. Uncontrol desires

    Cestershire, Inggris. Helena duduk di kursi goyang berlapis kain beludru merah tua, menggenggam cangkir teh camomile antik dengan erat. Sesekali dia menyeruput teh hangat itu bersama Eveline, saudari iparnya. "Seharusnya dia sudah bertunangan atau menikah sekarang, bukannya berkeliaran entah ke mana," gumam Eveline menahan kekhawatirannya. Helena menurunkan cangkirnya, menatap Eveline dengan serius. "Maksudmu Arabella? Aku rasa dia seorang gadis yang mandiri, dan tahu apa yang harus dia lakukan." Eveline menggeleng pelan, tanda bahwa dia tidak setuju pendapat itu. "Dia ceroboh, egois dan sulit diatur. Seseorang bisa saja memanfaatkannya." Dia lalu menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara dengan suara pelan. "Dia selalu membuatku khawatir. Kini sudah dua minggu Arabella pergi entah kemana." Helena terdiam mendengar sejenak. Seketika, pikirannya melayang ke sosok putrinya, Grassiela. Apakah dia pernah merasa khawatir seperti apa yang Eveline rasakan? Sejauh mana dirinya menc

  • Broken Flower   75. Warms a cold heart

    Langit di atas hutan Castelbuono berwarna biru cerah, cahaya matahari yang lembut menerobos dedaunan, menciptakan permainan bayangan di atas tanah. Angin sepoi-sepoi membawa aroma pinus dan dedaunan yang segar. Grassiela berjalan dengan langkah ringan, rambut berwarna karamelnya diikat ekor kuda dan berkibar lembut di bawah pepohonan bersama apron merah muda yang menghiasi dress putih polosnya. James mengikuti dari belakang, matanya tak pernah lepas dari sosok menarik itu. Di setiap langkahnya, dia tampak waspada, meski diam-diam ada kehangatan dalam tatapannya. "Kau tidak perlu mengikutiku," kata Grassiela tiba-tiba, tanpa berbalik bersama langkahnya yang tetap ringan dan bebas. "Tidak perlu khawatir. Aku bisa menemukan jalan pulang sendiri nanti." James mendengus pelan, meski senyumnya hampir tak terlihat. "Aku hanya memastikan kau tidak tersesat atau membuat masalah." "Masalah?" Seketika Grassiela berhenti untuk menoleh menatap suaminya tajam. "Di sini, satu-satunya masalah ada

  • Broken Flower   74. Unspoken feeling

    Pagi itu, James terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang tidak biasa. Sinar matahari menembus celah-celah tirai jendela, menerangi ruang tamu yang dia gunakan untuk beristirahat. Aroma lezat dari dapur mulai menggoda indera penciumannya, memanggilnya untuk bangun dan menyambut hari. Dengan enggan, ia menghempaskan selimut yang entah datangnya dari mana lalu bangkit dari sofa. Pria itu berjalan menuju dapur, masih mengenakan kemeja putih tanpa dasi serta celana hitam yang sedikit kusut, sebuah tanda dari malam panjang yang baru saja berlalu. Dapur itu sederhana, tidak seperti dapur mewah yang biasa ia temui di rumah-rumah besar. Namun entah bagaimana, kesederhanaan ini terasa membawa kedamaian baginya. Saat ia memasuki dapur, matanya tertuju pada meja makan. Sarapan telah disiapkan dengan rapi, lengkap dengan roti, telur, dan secangkir kopi yang masih mengepul. Namun, sesuatu yang lain menarik perhatiannya—pintu dapur yang sedikit terbuka, membiarkan angin pagi masuk ke dalam r

  • Broken Flower   73. White dove in a black crow's trap

    Mobil melaju dengan kecepatan konstan, menembus kegelapan malam yang semakin dalam. Jalanan yang mereka lewati semakin sepi, hanya suara mesin yang memecah kesunyian. Grassiela memandang ke luar jendela, pikirannya terombang-ambing antara rasa bersalah dan kebingungan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. James, yang duduk di sampingnya, tetap diam. Wajahnya tetap menunjukkan ketegangan dan fokus yang sama. Grassiela merasa semakin sulit untuk menembus dinding emosional yang dibangun James saat ini. Dia ingin sekali tahu ke mana mereka akan pergi, tetapi ada sesuatu dalam sikap James yang membuatnya merasa bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya. Setelah beberapa saat yang terasa seperti berjam-jam, James akhirnya berbicara, meskipun suaranya tetap dingin dan terkendali. "Kita akan menuju tempat persembunyian sementara. Di sana kita bisa menunggu kabar dari Paolo dan yang lainnya." Grassiela mengangguk, merasa sedikit lega karena akhirnya mendapat jawaban. Malam i

DMCA.com Protection Status