Home / Romansa / Broken Flower / 49. Try to move on

Share

49. Try to move on

Author: Ikabelatrix
last update Last Updated: 2024-01-29 13:41:32

Suasana pagi yang cerah menciptakan kehangatan di halaman kantor Ford Inspiration Foundation. Grassiela dan Bianca duduk di bangku taman, berbincang dengan ketertarikan mengenai perjalanan yayasan yang telah lama diwariskan oleh Antonia Stamfod dan perkembangannya dalam beberapa tahun terakhir.

Sebagai seorang yang pernah bekerja di sebuah lembaga amal, Grassiela menyukai pembicaraan ini. Selain ketertarikannya pada kemanusiaan, dia juga jadi lebih memahami mengenai apa yang terjadi dengan keluarganya sendiri. Kita tahu, banyak hal yang dia lewatkan selama tinggal di Kanada.

"Asosiasi ini berfokus pada perlindungan perempuan. Kami ingin menciptakan dunia di mana setiap perempuan merasa aman, dihargai dan memiliki kesempatan yang setara," jelas Bianca menceritakan asosiasi baru dari Ford Inspiration Foundation yang sebelumnya hanya berfokus pada rumah sakit anak.

"Asosiasi kami memperjuangkan hak-hak perempuan, mulai dari pendidikan hingga kesehatan. Merancang program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan perempuan, menyelenggarakan seminar mengenai isu-isu yang mereka hadapi, dan menggelar kampanye kesadaran di berbagai komunitas," lanjutnya dengan mata yang berbinar.

"Itu sangat menarik," komentar Grassiela singkat.

"Selain itu, kami juga bekerja sama dengan pihak terkait untuk memastikan perlindungan hukum bagi perempuan demi menciptakan perubahan positif."

Grassiela memberi perhatian penuh saat menyimak penjelasan Bianca mengenai yayasan yang dia kelola dengan semangat dan penuh rinci. "Aku harap aku bisa ikut terlibat di dalamnya."

"Kenapa tidak?" jawab Bianca spontan. "Kau bisa turut membantuku untuk memperluas komitmen ini."

Grassiela melipat bibirnya hingga membentuk senyum tipis. Dia menggeleng sekali. "Aku rasa tidak," ucapnya tak yakin. "Ada banyak yang harus aku lakukan setelah kembali ke Rusia nantinya."

"Aku mengerti." Bianca tersenyum hangat mendengar jawaban itu. Dia paham bahwa menjadi istri dari seorang pewaris Draxler akan membawa kesibukan bagi Grassiela. Entah sibuk mengurus mansion, menjadi filantropi atau terlibat dalam perusahaan Daxprom, Bianca bisa membayangkannya. Meski sesungguhnya, bukan itu yang Grassiela pikirkan.

"Aku percaya bahwa fokus baru mu ini dapat memberikan dampak yang besar untuk perempuan di berbagai tempat," ucap Grassiela mengapresiasi.

"Aku harap juga begitu."

"Jadi, dari mana ide ini berasal?"

Ketika Bianca memikirkan sesuatu untuk menjawabnya, pandangan mereka teralihkan pada sosok seorang wanita yang berjalan melintasi area taman.

"Dia tampak sangat sibuk," gumam Grassiela berkomentar.

Laurine berjalan sambil berbicara dengan ponsel yang dia pegang di telinga kanannya. Tak lupa, seorang wanita yang merupakan asisten pribadinya berjalan membuntuti.

"Dia adalah kekuatan FIF. Dia juga yang mengispirasiku untuk membuka asosiasi baru ini."

Grassiela memandang Bianca dengan hampir tertawa. "Yang benar saja."

Untuk kesekian kalinya Bianca mengulas senyum hangat.

"Aku mengerti bagaimana dia bisa terlibat dalam yayasan ini," ucap Grassiela mengingat bahwa FIF diciptakan oleh bibinya, Antonia, dan berada di bawah naungan Stamcorp. Ya, seharusnya David yang mengelolanya, tetapi karena berbagai hal, Bianca dipercaya untuk menjadi ketua umum di sini. "Tapi, bukankah dia tidak terlibat dalam asosiasi ini?"

Grassiela menahan dirinya untuk melanjutkan kalimat yang dia ucapkan. Baginya tentu tidak masuk akal ketika Baianca mengatakan bahwa sebuah asosiasi yang berperan untuk melindungi perempuan justru terinspirasi dari seorang perempuan yang pernah menjadi simpanan. Lucu, bukan? Namun Bianca bisa memahami apa yang Grassiela pikirkan.

"Kadang, kita perlu melihat sesuatu dari berbagai arah agar bisa menilainya secara objektif," ucap Bianca membuat Grassiela berpikir sejenak. "Singkatnya, kau hanya berada di lingkaran yang sama tanpa mencoba melihat dari sisi lain."

Grassiela terdiam. Baginya, ini bisa menjadi topik pembicaraan baru yang menarik. Kita tahu bahwa selama ini Grassiela menilai keluarganya sendiri dengan dominasi ketidak sukaan. Semua itu berawal semenjak dirinya dibuang ke Kanada dan merasakan ketidak adilan dari pengabaian keluarga Stamford.

Tapi, benarkah demikian? Atau mungkin, Grassiela hanya tidak tahu bagaimana keluarga besarnya menentang keputusan yang Alfonso ambil belasan tahun silam.

Ya, Bianca benar. Grassiela hanya berdiri di antara kedua orangtuanya yang angkuh, dan mungkin, dibumbui dengan sedikit bisikan dari Arabella.

"Mengapa tidak sejak lama aku mengenalmu?"

"Kita bisa saling mengenal kapan saja."

Grassiela menerima pelukan hangat dari Bianca, satu-satunya sepupu yang ia anggap paling bijaksana. Setelah berpamitan, dia melanjutkan perjalanannya dengan mobil yang dikendarai oleh seorang sopir.

Atas saran dari Alexa, Grassiela melakukan perjalanan ini. Wanita berambut merah itu benar, ada banyak hal yang bisa ia dapat dari Ford Inspiration Foundation, yayasan amal milik keluarga Stamford yang dikelola oleh Bianca. Di tempat itu, Grassiela menemukan bahwa ia tidak sendirian. Betapa banyak wanita di luar sana yang tidak seberuntung dirinya. Betapa banyak orang yang berjuang untuk menjalani hidupnya yang sulit. Dengan begitu, Grassiela menyadari bahwa situasi pelik yang ia hadapi bukanlah hal yang paling buruk untuk dijalani.

Ketika mobil melaju di sepanjang jalanan Newcastle, Grassiela berpikir bahwa dia mungkin salah menilai dunia ini. Kita tahu, dia pernah melakukan kesalahan besar dengan mencoba menyelamatkan orang yang justru ingin membunuhnya. Grassiela juga menerima pernikahan ini tanpa tahu betapa kejamnya seorang James Draxler. Dan kesalahan lainnya, Grassiela lebih mempercayai orang-orang seperti Arabella dan Violeta dibanding Bianca atau mungkin Alexa! Yang benar saja.

Grassiela merutuki kebodohannya sendiri.

Setelah melewati lalulintas kota yang padat, akhirnya mobil yang dia tumpangi berhenti di kawasan perkantoran. Sopir membukakan pintu mobil dan Grassiela turun dari dalam mobil. Dia mendongkak memandang tingginya sebuah gedung di hadapannya.

Stamcorp. Salah satu perusahaan energi terbesar dunia yang berpusat di Inggris. Ini adalah perusahaan legal yang berperan penting bagi citra nama keluarga Stamford. Grassiela telah mendapat ijin akses serta janji dengan pemilik perusahaan ini, yang tak lain adalah pamannya, Richard Stamford. Meski masih mempunyai bagian saham sebagai anggota keluarga, Grassiela tak pernah berkontribusi dan berperan aktiv dalam perusahaan. Tapi setidaknya, dia tertarik untuk mempelajari lebih dalam mengenai binsis keluarga yang pernah menjadi obsesi dari ayahnya, Alfonso.

***

Di jantung kota Moscow yang sibuk, sebuah pertemuan digelar oleh sekelompok jaringan bisnis. Dalam ruang pertemuan yang mewah, seorang pria duduk di balik meja mahoni besar berwarna gelap. James menyimak penjelasan salah seorang kepercayaannya yang memaparkan bagaimana pengendalian pasokan narkoba di beberapa wilayah Rusia terakhir. Suasana tegang dan berbahaya menyelimuti ruangan saat mereka merencanakan langkah-langkah licik untuk mengamankan keuntungan melalui jaringan bisnis baru mereka, kelab Romeo's Night.

Raut wajah James yang cerdas dan tajam tampak memperhitungkan setiap konsekuensi dan keuntungan yang akan mereka dapatkam di balik bisnis ilegal ini. Di sekelilingnya, anggota-anggota Sicarovskaya setia duduk dengan wajah-wajah serius.

"Pendapatan kita akan meningkat berkali lipat dari sebelumnya. Sebanding dengan risiko yang akan kita hadapi," ucap James dengan suara rendah yang penuh otoritas. "Operasi besar kita akan dimulai. Mulai sekarang pasokan narkoba hanya akan dikendalikan sepenuhnya di kota ini."

Alexsei, seorang tangan kanan sekaligus eksekutor berkepala dingin, memberikan laporan terkini. "Semua langkah pengamanan sudah diatur. Barang-barang akan masuk tanpa hambatan."

James melirik satu per satu anggota yang hadir, memastikan bahwa setiap orang memahami peran mereka dalam permainan ini. Dialog mereka penuh dengan kode dan kata-kata tersembunyi, menciptakan jaringan komunikasi yang tak bisa ditembus oleh yang tidak berkepentingan.

Seiring berjalannya rapat internal, rencana licik pun diputuskan. Di balik senyuman dan tawa yang terdengar, kekuatan gelap mengatur keuntungan terlarang mereka. Keputusan terakhir diambil, dan organisasi bisnis ini bersiap meluncurkan operasi besar yang akan mengguncang fondasi keamanan Eropa.

Setelah rapat berakhir, orang-orang keluar dari ruangan megah itu satu persatu. Menyisakan James, Alxsei dan pengacara kelompoknya, Sergei Navaly.

"Jadi kau mengirim istrimu kembali ke Inggris? Apa yang Alfonso katakan?" tanya Sergei mengklarifikasi kabar yang beredar.

"Aku belum mengatakan apa-apa. Alfonso juga tidak menghubungiku," jawab James tak peduli apa yang akan dikatakan Grassiela nantinya.

"Tapi kenapa? Bukankah kau telah menyiapkan pengawal tambahan untuk menjaganya?"

Sergei pasti menduga bahwa keputusan yang James ambil ini ada kaitannya dengan serangan musuh yang mengincar keselamatan Grassiela. James memandang pria berpakaian rapi itu, sambil mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Klan Stamford akan melindunginya jauh lebih baik. Lagipula aku perlu fokus untuk manjalankan operasi bisnis ini."

"Lalu sampai kapan?"

"Setidaknya, sampai para penyerang itu ditemukan dan kita habisi semuanya."

Benicio yang diam-diam berdiri di balik pintu untuk mendengarkan pembicaraan tadi mulai mengendap pergi.

Sementara Sergei mengerutkan kening, namun akhirnya mengangguk mengerti. "Baiklah, James. Aku percaya pada keputusanmu, tapi aku ingin tahu lebih banyak nanti."

Setelah Sergei pergi, ruangan itu menjadi sunyi. James dan Alexsei duduk di sisi meja konferensi, dengan hening yang masih menggantung di udara. Alexsei menatap James dengan tatapan tajam. "Alasan itu cukup meyakinkan," ucapnya tak percaya.

James mencoba tersenyum, namun tatapannya buram. "Lalu menurutmu apa?"

Alexsei bangkit dari kursinya kemudian mengeluarkan sebatang rokok dan pemantik dari saku jasnya. "Aku melihatnya. Kau menahan rasa sakit di sepanjang rapat tadi. Apa wanita itu ada hubungannya dengan hal ini?"

"Bagaimana pendapatmu?"

"Aku tidak tahu seberapa berbahayanya seorang wanita. Kau tahu, aku tidak pernah mempunyai hubungan dengan wanita manapun," Alexsei mengelak. Dia membakar rokok dan mengisapnya.

"Kau harus mencobanya. Dan aku menganggap ini sebagai tantangan baru."

"Tepatnya, tantangan untuk mendapatkan seorang pewaris yang berkualitas?"

Sialan! Seketika ruangan itu dipenuhi gelak tawa dari keduanya. Seolah-olah pernikahan hanyalah lelucon dalam keironisan hidup. Namun, tawa mereka terhenti ketika pintu ruangan terbuka dengan tiba-tiba. Seorang pria tampan dengan senyum lebar melangkah memasuki ruangan.

"Sungguh, kau memiliki selera humor yang aneh, Alexsei," ucap Piero hadir di antara mereka.

"Ah, mengapa bajingan ini bisa masuk?" James beranjak dari duduknya lalu mengambil batang rokok dari tangan Alexsei dan mencicipinya.

"Aku dengar kini Romeo's Night menjadi milikmu. Apa itu benar?" tanya Piero antusias.

Alexsei menawarkan rokok lain pada Piero dan menyalakan api dari pemantiknya.

"Beri aku laporan keuangan terbaru dari Daxprom, maka akan kuberitahu," ucap James sambil berjalan pelan dengan kedua tangan di saku celananya.

"Ayolah, kenapa kita harus selalu membicarakan pekerjaan?" Piero menolak. "Bukankah ini saat yang tepat untuk merayakannya?" Dia dan Alexsei saling pandang dan tersenyum. Mereka memiliki pemikiran yang sama.

"Ikutlah bersenang-senang bersama kami, James," bujuk Alexsei hingga akhirnya mendapat persetujuan.

***

Di tengah kelab malam yang dipenuhi gemerlapnya lampu serta suara musik yang kencang, James duduk di kursi bar dengan sepasang mata elangnya yang menyapu ruangan dengan cermat. Diam-diam dia memperhatikan gerak-gerik yang terjadi di antara kerumunan dan riuh pesta. Orang-orangnya bekerja tanpa suara, menyelundupkan barang terlarang dan menjalankan bisnis gelap di bawah naungan musik yang berdentum.

Ketika James tengah tenggelam dalam pemikirannya yang sibuk, dua sosok muncul dari lantai dansa yang ramai. Piero, sepupunya yang berkepribadian flamboyan, dan Alexsei, orang kepercayaannya yang penuh teka-teki datang menghampiri.

"Kau tidak menikmati pesta ini," kata Piero sambil mengambil segelas minuman dari meja bar dan meneguknya. "Lupakan sejenak tentang bisnis. Bersenang-senanglah."

"Kembali saja untuk menikmati pestamu." James tampak tidak tertarik.

"Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan pada."

"Ayolah, James," Alexsei membujuk kemudian ketiganya bergerak melewati kerumunan dan melangkah ke sebuah pintu yang tersembunyi di belakang tirai.

Di dalam ruangan VVIP yang semarak, lampu-lampu berwarna-warni menyoroti ornamen-ornamen mewah. Minuman penuh berbagai macam, dan seni panggung yang mengagumkan menyambut mereka. Piero dengan bangga menyilangkan tangannya, "Selamat datang di dunia yang sesungguhnya, teman-teman!"

Ketiga pria itu menikmati pelayanan eksklusif, hampir melupakan dunia di luar sana. Minuman beralkohol nyaris membuat mereka melayang di antara awan euforia dan dentuman musik.

Piero yang mulai sedikit mabuk memerintahkan seorang pelayan untuk menghadirkan para wanita penghibur. Wanita-wanita itu tiba, memancarkan kecantikan yang menggoda. Namun beberapa di antaranya justru terlihat ketakutan dan memaksa senyuman untuk menyembunyikan ketidaknyamanan mereka.

"Maaf, mereka masih baru," ujar seorang wanita sambil menyentuh dada Piero dengan sensual.

"Tidak masalah. Saudaraku menyukai gadis naif."

Alexsei terkekeh mendengarnya. Sementara James menyandarkan tubuhnya dengan nyaman di sofa panjang berwarna merah. Kedua matanya James menikmati tarian sensual para wanita di hadapan mereka. Namun seorang gadis muda di antara para wanita penghibur itu menarik perhatiannya.

Sepasang mata biru, rambut indah berwarna caramel dan wajahnya yang pucat mencerminkan ketakutan di sana. Mendadak bekas luka di perut James kembali terasa perih. Pria itu meraba perut kirinya dengan menyembunyikan kesakitan. Lalu ia kembali mengangkat wajahnya memandang sosok gadis yang tertunduk ketakutan.

Tanpa ragu, James menunjuk gadis itu dan memerintahkannya untuk mendekat. Ketika sang gadis tepat berada di hadapannya, kedua mata James berbinar dengan hasrat yang menggebu. Amarah dan nafsu menerjangnya.

Berbalik kepada Piero dan Alexsei, James berkata dengan tegas, "Teruskan saja malam kalian." Lalu dia berdiri menatap tajam gadis yang menunduk dengan gemetar di depannya. "Aku ingin gadis ini berada di atas ranjangku."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ikabelatrix
lanjut, donk..
goodnovel comment avatar
puji amriani
gak lanjut lagi kk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Broken Flower   50. Missing you

    Gadis itu terbaring rapuh di atas tempat tidur. Kedua matanya yang kosong memancarkan kesedihan yang mendalam. Tubuhnya penuh luka, dan pakaian yang sebelumnya indah, kini hancur berantakan. Di ambang putus asa, dia mencoba menenangkan diri dengan tangisan pelan.Pintu terbuka, dan seorang pria yang telah berpakaian rapi memasuki ruangan dengan sikap angkuhnya. Sambil menyorotkan tatapan tajam pada gadis itu, ia duduk di tepi tempat tidur. "Berhenti menangis!" perintah James dengan nada dingin, lalu mencengkeram rahang gadis itu dengan paksa untuk menatapnya.Gadis belia itu gemetar, kedua netra birunya yang penuh dengan ketakutan melelehkan air mata. Dia tak sanggup untuk berbicara. Maka hanya suara isak tangis yang terdengar.James mengerutkan kening dengan kekecewaan. "Kau tahu konsekuensinya, bukan? Seharusnya semalam kau menari untukku," desisnya, mengecilkan mata dengan ketidakpuasan.Lantas James melepaskan cengkramannya pada gadis itu dengan kasar lalu berdiri untuk membukakan

    Last Updated : 2024-02-27
  • Broken Flower   51. Another plan

    Brak!Alfonso menggebrak meja kerjanya dengan keras, membuyarkan ketenangan yang biasa mengisi ruangan tersebut. Pria paruh baya itu merasa darahnya mendidih ketika mendengar kabar yang mengejutkan dari orang kepercayaannya. Grassiela, putri tunggalnya, telah dipulangkan ke Cestershire tanpa sepengetahuannya. Alfonso merasa terhina, terluka oleh tindakan menantunya yang seolah-olah membuang Grassiela begitu saja setelah merebut kepemilikan kelab malam dengan cara yang tidak terhormat. Rasa tak terima itu terasa begitu dalam, seakan seseorang telah mencuri kehormatannya di depan mata.Sementara itu, Helena, sang istri, menatap suaminya dengan kekecewaan yang sama.“James Draxler!” desis Alfonso dengan amarah yang meluap. “Bagaimana dia berani melakukan ini?”Helena merasa lemas hingga terduduk di sofa dengan tatapan kosong penuh ketidakpercayaan. Ingatannya kembali pada panggilan telepon dari Grassiela terakhir yang terdengar seperti

    Last Updated : 2024-02-29
  • Broken Flower   52. Black Rose

    Dengan langkah tegas, seorang wanita berjalan di koridor yang dijaga ketat oleh dua pengawal setianya. Mereka berhenti di depan sebuah pintu, di mana seorang wanita berpakaian formal mempersilakan dengan wajah kaku tanpa ekspresi."Nyonya sudah menunggu anda di dalam."Alexa mengangguk, lalu pintu dibukakan, menampilkan sebuah ruangan kerja yang elegan. Di dalam, seorang wanita tengah duduk di kursi kerja, menatap sambil tersenyum tipis di bibir berpoles merahnya. Alexa melangkah masuk seiring pintu yang ditutup, meninggalkan dirinya berdua dengan wanita di depannya."Aku sudah menyerahkannya," ujar Alexa sembari berjalan lalu duduk di sofa berwarna marun yang terdapat di tengah ruangan.Laurine beranjak dari kursinya untuk mendekat, kemudian duduk di sofa yang berhadapan dengan Alexa. "Bagus. Mereka dapat membuat janji agar bisa bertemu terlebih dahulu.""Terima kasih, Lou. Aku percaya pada kuasa hukum yang kau rekomendasikan untuk Grassiela."Laurine hanya tersenyum tipis sampai Alex

    Last Updated : 2024-03-03
  • Broken Flower   53. Hidden Truth

    Di tengah sorotan lampu yang gemerlap dan aroma uang kertas yang menguar, Afro Maccini berjalan memasuki lobi megah kasino. Langkahnya terburu-buru, matanya menyapu ruangan dengan cepat, mencari sosok yang telah lama tak bertemu. Suara mesin slot yang berdering dan gemerisik tawa dari para penjudi membuatnya semakin gelisah.Dengan pakaian yang sedikit berantakan, tangannya mengkepal erat. Dia bergerak dengan cepat melewati bar yang dipenuhi dengan orang-orang yang sedang menikmati minuman mahal mereka. Afro bisa merasakan denyutan jantungnya semakin cepat, karena waktu menjadi musuhnya.Saat dia melintasi ruang utama menuju area permainan VIP, dia melihat pria yang merupakan saudaranya. Seorang pria dengan setelan jas rapi yang dia cari sedang duduk di meja poker, diapit oleh dua orang wanita yang menyemangatinya. Afro mempercepat langkahnya bersama hatinya yang berdegup kencang. Dia tahu bahwa pertemuan ini akan menentukan segalanya."Drake!" seru Afro dengan napas tersengal-sengal.

    Last Updated : 2024-03-07
  • Broken Flower   54. Longing and anger

    Grassiela duduk di depan meja riasnya dengan tatapan kosong. Tangannya gemetar saat ia menyeka bedak di pipinya dengan kuas yang halus. Sorot matanya yang hilang menunjukkan betapa hampa hatinya seperti angin dingin yang menusuk ke dalam jiwa yang terluka. Make up yang dia poleskan hanyalah topeng tipis untuk menyembunyikan kepedihan di hati.Dia mengingat pertengkaran pahit yang terjadi dengan ibunya, kata-kata pedas yang terucap membuatnya terluka lebih dalam lagi. Betapa ironisnya, di saat seperti ini, Grassiela bahkan tidak tahu pesta macam apa yang sedang diadakan oleh kedua orang tuanya. Seutas senyum terlukis. Meski hatinya berkecamuk dalam kepedihan, kehadirannya di pesta itu akan memberinya kesempatan yang baik.Grassiela memilih sebuah gaun malam berwarna hitam yang anggun dari lemari pakaiannya. Dia membiarkan gaun itu jatuh meluncur dengan gemulai di atas tubuhnya, menciptakan siluet yang mempesona. Dengan menata kembali hatinya yang telah retak, Grassiela bertekad untuk me

    Last Updated : 2024-03-16
  • Broken Flower   55. Traitors

    Grassiela terperangah bersama ketakutan yang merayap dalam diri saat menyadari bahwa ayahnya sengaja menggelar pesta ini untuk melancarkan sebuah rencana licik. Dia tak menduga bahwa Alfonso diam-diam memiliki rencana untuk mengkhianati James dengan mencoba membunuhnya.Melupakan segala macam perasaan marah dan frustasi yang sebelumnya melanda pikiran, naluri Grassiela mendorongnya untuk bertindak. Dia hendak berlari menuju James untuk menyelamatkannya, namun pasangan-pasangan yang berdansa di sekeliling lantai dansa menghalangi jalannya. Sementara pandangan James yang tak menyadari bahaya yang mengancamnya membuat Grassiela semakin terserang panik.Ini tidak boleh terjadi!Di balkon yang gelap dan tersembunyi itu, seseorang yang telah menerima upah yang sepadan siap membidik sosok James Draxler dan melenyapkannya. Namun sebelum pelatuk ditarik, Fausto muncul secara tiba-tiba, menghadang penembak dengan penuh kekuatan. Dalam kegelapan dan kebisingan pesta, mereka terlibat perkelahian

    Last Updated : 2024-03-22
  • Broken Flower   56. Desire and ambition

    Di dalam ruangan kamar yang gelap, Grassiela berdiri di bingkai jendela yang terbuka. Angin malam membelai rambut indahnya, menciptakan ilusi kecantikan yang hampir menyentuh kesempurnaan. Namun di kedua mata biru itu terpancar kegelisahan yang tak tersembunyi."Dia akan datang," bisik Grassiela pada dirinya sendiri, suara lembutnya terdengar rapuh di tengah keheningan malam.Terdengar suara pintu terbuka dengan derit yang mengiris keheningan. Grassiela menahan napasnya, dadanya berdebar seakan siap melompat keluar dari tubuhnya. Dia tahu siapa yang datang, tetapi itu tidak membuatnya lebih siap.Dan di ambang pintu, sosok James muncul dengan langkah yang menghantui. Wajahnya yang dingin penuh dengan kekejaman. Sementara sepasang mata kelabunyanya yang tajam menusuk ke dalam jiwa Grassiela dari belakang."Tersenyumlah, istriku," desis James dengan suara yang menusuk. "Kau tahu apa yang terjadi pada mereka yang berani mengkhianatiku."Diam-diam Grassiela menelan ludahnya dengan kesulita

    Last Updated : 2024-03-30
  • Broken Flower   57. Promises paid off

    Di dalam ruang kerja bergaya klasik itu, suasana terhimpit dalam ketegangan yang terasa di atmosfir. Wajah Helena dan Alfonso dipenuhi dengan ketidakpercayaan saat mendengar permintaan mengejutkan dari putri tunggal mereka. Tak pernah terlintas dalam dugaan, bahwa Grassiela akan membahas dan meminta hak atas kekayaan keluarga."Dia telah kehilangan akal sehatnya," bisik Helena penuh keheranan.Alfonso hanya terdiam dan menatap putrinya tajam. Di hadapan mereka, Grassiela berdiri tegar, tatapannya seolah menantang kedua orangtuanya."Katakan apa yang kau inginkan sebenarnya?" bentak Alfonso merasakan kesabarannya menipis.Suasana ruangan semakin dipenuhi dengan ketegangan yang terasa menusuk, seolah-olah segala kebenaran yang terpendam dalam hati mereka akhirnya terungkap ke permukaan dengan tak terelakkan.Lantas Grassiela membalas tatapan ayahnya tak kalah tajam. "Kalian tidak pernah mengatakan bahwa aku mempunyai bagian saham di Daxprom sebelumnya. Sekarang aku meminta hak milikku.

    Last Updated : 2024-04-03

Latest chapter

  • Broken Flower   107. Unerasable Wound

    Seorang wanita mengemudikan mobilnya dengan tenang, melewati jalan-jalan kota, menuju mansion besar di Newcastle yang telah lama menjadi rumahnya. Setelah beberapa waktu, mobilnya akhirnya berhenti di depan pintu besar mansion. Martha, pelayan yang telah lama bekerja di mansion itu, segera menghampirinya.“Nyonya, ada tamu yang datang,” kata Martha dengan suara pelan, wajahnya menunjukkan sedikit keheranan.“Siapa?”Martha menjawab ragu-ragu, “Nyonya Helena.”Laurine terdiam sejenak. Tanpa berkata lebih lanjut, dia melangkah keluar dari mobil dan menuju taman. Di sana, dia melihat anak laki-lakinya yang masih berusia dua tahun, bermain dengan seorang wanita paruh baya.Laurine mendekat, matanya terfokus pada wanita itu.Helena, tampak senang bermain dengan anak dari keponakannya di taman yang luas. Tangan-tangannya yang lembut membelai rambut anak kecil itu, membuatnya tertawa riang. Sebuah pemandangan yang begitu damai, mes

  • Broken Flower   106. Requiem for the Living

    Langit di luar jendela kamar Grassiela tampak berawan. Tirai tipis bergoyang perlahan tertiup angin. Di dalam kamar yang hangat dan tertata rapi, seorang dokter kandungan wanita, berusia sekitar lima puluhan, tengah menurunkan stetoskopnya dari telinga.Grassiela duduk di atas ranjang dengan bantal menopang punggungnya, mengenakan gaun tidur satin berwarna merah muda. Di sisi lain ruangan, Helena berdiri tampak cemas dan penasaran. Sementara Alexa, berdiri tenang di dekat pintu, memperhatikan dengan saksama.Dokter itu menatap Grassiela dengan senyum tipis. "Kehamilannya sehat, usia janin kira-kira sebelas minggu. Detak jantungnya kuat. Tapi, Anda harus benar-benar menjaga diri, Nona Grassiela. Tidak boleh ada stres berlebih." Grassiela menatap perutnya yang belum begitu tampak membuncit. Tangannya perlahan menyentuhnya. Ada keheningan yang menggantung di udara.Helena berdiri tak jauh dari ranjang, matanya mengamati setiap ger

  • Broken Flower   105. Destroyed

    Di tengah ruang makan yang luas dan temaram, James duduk sendirian di ujung meja panjang dari kayu. Kepulan asap cerutu melayang lambat di udara, mengambang bersama kenangan yang tak juga pudar.Tangannya yang kekar menggenggam cerutu setengah terbakar, sementara matanya menatap kosong ke piring kosong di hadapannya. Tidak ada pembicaraan bisnis, tidak ada suara sendok beradu dengan piring, tidak ada suara Benicio yang suka berdebat mengenai kebijakan bisnis dengan Sergei, tidak ada Alexsei yang mengumpat karena mereka terlalu berisik, dan tidak ada Grassiela yang kesal karena meja makan berubah menjadi tempat rapat dadakan. Kini ruangan itu sunyi. Hampa.James menarik napas dalam, namun dadanya tetap terasa sesak. Ia memejamkan mata. Terlintas bayangan Grassiela yang tersenyum menggodanya, kadang-kadang juga mengomel saat dia sedang marah pada dunia. James biasa melihatnya duduk di kursi itu. Di sampingnya.Tapi sekarang…Ja

  • Broken Flower   104. Shadows of Farewell

    Rintik hujan membasahi kaca jendela mobil hitam yang melaju kencang di jalanan sepi, membelah gelap malam seperti peluru melesat tanpa arah. Di kursi belakang, Benicio duduk gelisah. Kedua tangannya terkepal erat di pangkuan, dan sesekali ia menengok jam tangannya, seakan jarum detik adalah algojo yang memburunya. "Percepat lagi," katanya pada sopir muda di depan. Suaranya dalam dan berat, tapi penuh kegelisahan yang tak bisa disembunyikan. Lalu pedal gas yang ditekan terdengar jelas setelah itu. Benicio memejamkan matanya. Wajah Grassiela melintas— wajah yang pucat, lemah, dengan napas berat, menggenggam pergelangan tangannya saat ia mengucap: "Sebagai seseorang yang akan dijatuhi hukuman mati, aku berhak meminta sesuatu, bukan?" "Aku ingin kau merahasiakan kondisiku. James tak akan mengetahuinya. Dia tidak akan pernah mendapatkannya." Saat itu, Benicio ingin menolak. Ingin mengatakan bahwa James berhak tahu. Dan fakta itu akan menjadi kunci untuk menyelamatkan nyawanya dari huk

  • Broken Flower   103. A Queen's Fall

    Hukuman mati. Grassiela berdiri membeku, tubuhnya terasa seakan kehilangan daya saat kata-kata James menghantamnya seperti belati tajam. Matanya membesar dalam keterkejutan yang begitu nyata. "Tak ada lagi pengampunan," suara James terdengar parau, nyaris bergetar, tapi tegas. Sepasang mata kelabunya menatap Grassiela penuh kepedihan. "Kau telah menghancurkan semuanya. Kau membunuh kepercayaanku, membunuh rasa hormatku padamu, membunuh… cintaku." Dunia Grassiela seketika runtuh. Jantungnya berdebar begitu kencang, bukan karena amarah atau ketakutan, tetapi karena kesakitan yang mengoyak hatinya. Semuanya selesai. Bukan karena putusan hukuman mati yang dijatuhkan padanya dengan tidak adil. Melainkan karena Grassiela sudah benar-benar kehilangan cinta James. Kehilangan satu-satunya alasan untuk dia bertahan. James mendekatinya, ekspresinya gelap dan penuh keputusan. "Kau satu-satunya wanita yang membuatku tergila-gila," bisiknya. "Tapi kini aku sadar, terbuai dalam cinta hany

  • Broken Flower   102. Judgment at Dusk

    Langit sudah menjadi gelap ketika Grassiela turun dari mobil, tumit sepatunya menghantam aspal basah di halaman mansion. Udara malam yang dingin menusuk kulitnya, tapi itu bukan apa-apa dibandingkan dinginnya hatinya saat ini. Di kanan dan kirinya, para pelayan dan pengawal berjejer rapi, menundukkan kepala penuh hormat saat dia melangkah melewati mereka. Grassiela berdiri diam di depan mansion megah itu, kepulangan yang seharusnya menjadi hal biasa justru terasa seperti hukuman. Matanya menelusuri tiap detail bangunan yang pernah ia pikir akan menjadi tempat tinggalnya, tempat di mana ia bisa menyentuh hati James dengan caranya sendiri. Namun, kenyataan telah membuktikan betapa keliru pikirannya. Mansion ini bukan istana tempat ia menjadi permaisuri, melainkan sebuah kurungan yang perlahan-lahan menghancurkan jiwanya. Angin dingin menyapu wajahnya, seolah mengingatkannya pada semua luka yang pernah terukir di tempat ini. Para pelayan yang berbaris rapi di pintu masuk masih membungk

  • Broken Flower   101. On the Brink of Judgment

    Di dalam ruang rawat yang masih berbau khas antiseptik, Runova sibuk membereskan barang-barang Grassiela ke dalam koper. Tangannya cekatan melipat pakaian, sementara matanya sesekali melirik ke arah Grassiela dan Alexsei yang tengah berbicara di dekat jendela. Grassiela berdiri dengan wajahnya yang masih pucat, namun tatapannya serius. Alexsei, dengan sikap tenangnya yang khas, memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana dan menatapnya dalam. "Jika kau pulang sekarang dan menghadapi James, maka kau akan mendapatkan keputusan saat itu juga," kata Alexsei, suaranya datar namun tegas. Grassiela tidak langsung menjawab. Matanya menatap ke luar jendela, memandangi langit sore yang mulai berubah jingga. Napasnya terhela pelan sebelum ia berbalik menghadap Alexsei. "Aku siap dengan keputusan apa pun," ucapnya penuh keyakinan. "Aku tidak mau mengulur waktu dengan ketidak pastian. Semua harus diselesaikan secepatnya." Alexsei menatapnya beberapa detik, seolah ingin memastikan

  • Broken Flower   100. Discarded

    Grassiela duduk diam di atas kasur ruang rawat VVIP, membiarkan dirinya tenggelam dalam kesunyian. Selimut putih membungkus tubuhnya yang terasa lemah, sementara tatapannya kosong menatap jendela besar di seberang ruangan. Matahari sudah mulai tenggelam, menyisakan warna jingga redup di langit. Di sampingnya, Runova dengan sabar mencoba membujuknya untuk makan. “Nyonya, anda harus makan sesuatu. Saya tahu anda tidak nafsu makan, tapi tubuh anda terlalu lemah. Setidaknya beberapa suap saja.” Grassiela tetap diam, pikirannya melayang entah ke mana. Mual, pusing, dan kelelahan terus menggerogoti tubuhnya, tapi bukan itu yang membuatnya merasa benar-benar hancur. Yang paling menyakitkan adalah kenyataan bahwa James… mengabaikannya.Ia menelan ludah, mengumpulkan keberanian untuk bertanya, “Bagaimana keadaan James?” Runova tampak sedikit terkejut karena akhirnya Grassiela berbicara. “Kondisinya berangsur pulih. Sudah jauh lebih baik sekarang."Grassiela terdiam, mencoba mencerna kaba

  • Broken Flower   99. The Rise of the Boss

    Tangisan bayi pertama itu menggema di ruangan yang dipenuhi oleh dokter dan perawat. Seiring dengan suara tangisnya, sorak sorai dan tepuk tangan bergema di luar ruangan, di antara kerumunan keluarga, rekan bisnis, serta orang-orang kepercayaan Fyodor Draxler. Seorang putra telah lahir. Seorang pewaris. Seorang calon Bos mereka. Masa depan kerajaan bisnis Draxler kini memiliki penerus. Namun, di tengah kebahagiaan itu, Fyodor justru berdiri membisu di samping ranjang istrinya. Tatapannya kosong, tangannya gemetar saat menggenggam tangan wanita yang kini terbaring tak lagi bernapas. Bibirnya bergetar, mencoba mengucapkan sesuatu, tapi yang keluar hanyalah bisikan berat yang dipenuhi kepedihan. Wanita yang paling dicintainya, yang ia janjikan akan hidup bahagia bersamanya, kini telah pergi. “Selamat, Tuan Draxler. Putra Anda sehat dan kuat.” Fyodor tak menjawab. Ia hanya menunduk, menggenggam tangan istrinya lebih erat, seolah berharap kehangatan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status