Evelyn menenteng bungkusan di tangan kirinya, lalu dia menaruh bungkusan itu di atas ranjangnya. Lama dia menatap bungkusan itu dan sepertinya Evelyn sangat penasaran dengan isi bungkusan dari pemuda sialan itu.
Kenapa Evelyn menambahkan kata sialan pada pemuda itu? Karena Evelyn dalam keadaan benci dengan pemuda itu. Malam itu benar-benar membuat Evelyn stres.
Evelyn duduk disisi ranjang. Meratapi nasibnya saat itu. Hidupnya telah rusak dan hancur. Ingin menangis dan berteriak, tapi hal itu tidak akan mengembalikan semua seperti semula. Mahkota yang dia jaga juga sudah rusak. Eve membaringkan tubuhnya di samping bungkusan itu, kemudian dia memiringkan tubuhnya.
Pikiran Eve melayang teringat kejadian yang terjadi sekitar 30 menit yang lalu. Dia mulai berpikir tentang sang ibu.
Bagaimana jika ibu mengetahuinya? Apa ibu akan marah padaku? Atau ibu akan mengusirku? Aku benar-benar takut untuk saat ini.
Nicholas kembali duduk di kursinya. Dia mengurungkan diri untuk mendekat dan duduk di samping Evelyn. Matanya menatap nanar ke depan. Menatap di mana seorang pemuda tampan mendekati Evelyn dan duduk di sana. Pemuda dengan tinggi rata-rata tidak jauh berbeda dengan dirinya, akan tetapi dia mempunyai sesuatu yang membuat Evelyn langsung bisa akrab dengannya. Pemuda dengan rambut cepat berwarna Blondy dan hidung yang tidak kalah mancung serta dia pun begitu perhatian pada Evelyn. Evelyn pun tampak senang saat pemuda itu duduk di samping kirinya. Tampak bahagia dari raut wajah Evelyn manakala senyum manis itu mengembang menghiasi bibirnya. Sungguh di luar dugaan. Nicholas merasakan sakit hati yang teramat sangat di dadanya. Sakit, tapi tidak berdarah. Begitulah yang dirasakan oleh Nicholas saat itu. Dadanya terasa sangat sakit saat melihat pemandangan Evelyn di dekati oleh seorang pemuda dan Evelyn pun terlihat sangat we
Nicholas merenung semalaman dengan duduk di teras balkon rumahnya. Keputusan yang diambil Nicky akan menentukan semuanya. Terkadang keputusan yang memang susah untuk diambil.Akhirnya Nicky memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan tidur. Ketika pagi menyapa Nicky sudah harus siap dengan keputusannya.Dalam tidurnya, Nicky justru memimpikan Evelyn. Gadis itu mengucapkan selamat tinggal pada Nicky. Dia hanya memberi seulas senyum manis untuk Nicholas.Saat terbangun ternyata pagi sudah menyapa. Dengan berat hati Nicky bangun dari tidurnya. Dia melangkah keluar dari kamarnya dan menuju kamar sebelah. Nicky melihat pintu kamar terbuka sedikit. Pemuda itu menaikkan alis sebelah kanan."Siapa yang masuk kamar Ibu?" Nicky mendorong pelan pintu tersebut dan masuk ke dalam. "Alan ...."Seorang pria menoleh menatap Nicky, lalu dia tersenyum memperlihatkan giginya yang putih dan rapi."Semala
Evelyn belum mengetahui kepindahan Nicholas, karena dia sendiri sekarang telah menemukan dunianya sendiri. Evelyn telah jatuh ke dalam pelukan Ronan. Evelyn sendiri belum mengenal siapa Ronan yang sebenarnya. Masih ingat dengan Irene? Irene adalah Rivalnya Evelyn. Gadis itu juga naksir Nicholas dan Irene juga yang membuat Nancy James kritis. Tentunya juga dia ada hubungannya dengan Ronan. Apakah Ronan melakukan hal itu atas perintah dari Irene? Semua akan terjawab seiring berjalannya waktu. Hari itu Ronan sedang duduk santai di sebuah Bar. Pemuda itu sedang menikmati minuman beralkohol. Seorang gadis berjalan melangkah mendekati Ronan dan dia langsung memeluk leher Ronan serta mencium leher itu. "Halo sayang, bagaimana?" Irene menempel manja pada Ronan. Tangan Ronan melepas pelukan tangan Irene yang melingkar di lehernya. Ronan seperti risih dan tidak suka jika Irene mendekatinya. Akan tetapi R
"Ro-Ronan!" Eve melepaskan tangannya. "Aku jelaskan nanti. Kita ganti baju terlebih dahulu. Kau bisa sakit jika pulang dengan pakaian basah seperti itu." Ronan menarik tangan Eve masuk ke dalam. Namun, Eve kembali menghempaskan tangan Ronan. "Kenapa harus ke sini?" Perdebatan kecil terjadi. Eve dan Ronan saling beradu argumentasi. Mereka pun menjadi tontonan orang-orang yang ada di sana. "Kau ini benar-benar membuatku malu," protes Evelyn. "Bukannya dari pertama aku bilang akan menjelaskan nanti, tapi kau saja yang keras kepala." Ronan menggelengkan kepalanya. Dia melangkah mendekati Evelyn dan memberikan pakaian padanya. "Pakailah ini. Aku akan keluar dan ganti di kamar mandi depan. Kau bisa ganti di kamar ini." Ronan melangkah keluar dan menutup pintu. Setelah kepergian Ronan, Evelyn menyebarkan pandangannya ke seluruh ruang kamar itu. Dia benar-benar terkejut dengan kenyataan yang dia dengar. Evelyn melangkah mendekati jendela
Hujan terus mengguyur pesisir pantai perbatasan tempat di mana Ronan membawa Evelyn untuk menghibur dirinya, karena Ronan tahu jika Eve butuh refreshing. Namun, pada dasarnya konsepnya juga tidak seperti itu. Ronan sendiri juga butuh hiburan untuk dirinya, karena pada kenyataannya Ronan-lah yang lebih membutuhkan asupan refreshing dari pada Evelyn. Akan tetapi mereka berdua harus terjebak hujan yang sangat lebat pada saat mereka akan bersiap-siap pulang. Akhirnya mereka mengurungkan niat untuk pulang. Mereka berdua akan menunggu hujan berhenti. Di saat tidak terduga justru kejadian yang sama terulang lagi. Kini Ronan lebih menikmatinya karena keadaan yang berbeda. Ronan bisa merasakan balasan lembut dari Evelyn yang tidak Ronan rasakan ketika malam itu. Ya, pada malam itu Evelyn tertidur karena pengaruh kuat dari obat tidur. Keadaan yang terjadi memang jauh berbeda dari sebelumnya, yang di mana Ronan dalam penga
Ada pertemuan juga ada perpisahan. Di dalam hidup, banyak orang yang datang dan pergi. Ada yang melintas dalam segmen singkat, namun membekas dalam hati. Ada yang telah lama berjalan beriringan, tetapi tidak disadari arti kehadirannya. Ada pula yang begitu jauh di mata, sedangkan penampakannya melekat di hari. Ada yang datang pergi begitu saja seolah tidak pernah ada.Sepanjang perjalanan hidup akan bertemu dan mengenal banyak orang. Perpisahan tentunya akan membuat sedih orang yang ditinggalkan. Sedih adalah hal wajar yang dirasakan ketika seseorang mengalami perpisahan dengan orang yang dicintainya. Ada yang terlena dan terpuruk karena kesedihan itu. Ada juga yang bisa kembali berdiri karena hidup masih panjang.Perbedaan yang kontras terjadi antara Evelyn dan Nicholas. Satu sisi merasa sangat berat dan sedih akan berpisah, di satu sisi lagi tampak tidak ada beban. Justru dia terlihat bahagia.Nicky dan Eve semakin jauh.
Evelyn berlari sekuat tenaga pada cuaca yang sangat terik. Bahkan dia tidak menghiraukan keselamatannya, Eve hampir saja tertabrak motor. Beruntung Eve selamat.Namun sayang, Eve harus menelan rasa sakit. Ingin menangis dan berteriak tapi tidak mungkin."Sudah kosong," ucapnya lirih.Evelyn menatap nanar rumah yang ada di depannya. Lantas dia berlari menuju ke sebuah pohon, dia menaikinya dan masuk ke dalam rumah pohon.Rumah pohon itu sudah kosong. Tidak ada selimut, bantal, dan buku-buku. Evelyn duduk menyandar dan mengangkat kepalanya ke atas. Menutup matanya, menahan sesuatu yang hampir saja lolos."Dia sudah pergi ...." ucapnya lirih. "Apakah aku harus sedih dengan kepergiannya? Ataukah aku harus senang karena ada dia? Tapi---" Evelyn menundukkan kepalanya di antara lututnya. "Hiks ... aku ... hiks!"Evelyn mengambil ponselnya dari dalam tas dan dia mencari k
"Darah?" Irene melempar celananya ke dalam ember. "Kalau begini bagaimana bisa aku menggertak Ronan?" Irene mengacak-acak rambutnya sendiri. Tubuhnya menyandar pada dinding kamar mandi dan menengadahkan kepalanya. Irene justru merasa frustrasi. Di mana-mana jika melakukan hubungan terlarang dan tidak hamil justru dia akan senang, tapi tidak dengan Irene. Melihat kenyataan bahwa dirinya telah datang bulan membuat Irene marah besar. "Ini semua gara-gara Evelyn. Aku harus membuat perhitungan denganmu, Eve!" Irene terlihat sangat geram. Irene terdiam sesaat, terlintas sesuatu di dalam benaknya. Mungkin itu yang terbaik. Apa salahnya untuk mencobanya, tapi mereka kemarin——Irene membalikkan badannya, dia tampak terkejut saat sang ibu masuk ke dalam kamar mandi. "Kau tidak mendengar, ya?" tanyanya. "Apa? Mendengar apa?" kata Irene. "Hukumanmu itu b