"Ro-Ronan!" Eve melepaskan tangannya.
"Aku jelaskan nanti. Kita ganti baju terlebih dahulu. Kau bisa sakit jika pulang dengan pakaian basah seperti itu." Ronan menarik tangan Eve masuk ke dalam. Namun, Eve kembali menghempaskan tangan Ronan.
"Kenapa harus ke sini?"
Perdebatan kecil terjadi. Eve dan Ronan saling beradu argumentasi. Mereka pun menjadi tontonan orang-orang yang ada di sana.
"Kau ini benar-benar membuatku malu," protes Evelyn.
"Bukannya dari pertama aku bilang akan menjelaskan nanti, tapi kau saja yang keras kepala." Ronan menggelengkan kepalanya. Dia melangkah mendekati Evelyn dan memberikan pakaian padanya. "Pakailah ini. Aku akan keluar dan ganti di kamar mandi depan. Kau bisa ganti di kamar ini." Ronan melangkah keluar dan menutup pintu.
Setelah kepergian Ronan, Evelyn menyebarkan pandangannya ke seluruh ruang kamar itu. Dia benar-benar terkejut dengan kenyataan yang dia dengar. Evelyn melangkah mendekati jendela
Hujan terus mengguyur pesisir pantai perbatasan tempat di mana Ronan membawa Evelyn untuk menghibur dirinya, karena Ronan tahu jika Eve butuh refreshing. Namun, pada dasarnya konsepnya juga tidak seperti itu. Ronan sendiri juga butuh hiburan untuk dirinya, karena pada kenyataannya Ronan-lah yang lebih membutuhkan asupan refreshing dari pada Evelyn. Akan tetapi mereka berdua harus terjebak hujan yang sangat lebat pada saat mereka akan bersiap-siap pulang. Akhirnya mereka mengurungkan niat untuk pulang. Mereka berdua akan menunggu hujan berhenti. Di saat tidak terduga justru kejadian yang sama terulang lagi. Kini Ronan lebih menikmatinya karena keadaan yang berbeda. Ronan bisa merasakan balasan lembut dari Evelyn yang tidak Ronan rasakan ketika malam itu. Ya, pada malam itu Evelyn tertidur karena pengaruh kuat dari obat tidur. Keadaan yang terjadi memang jauh berbeda dari sebelumnya, yang di mana Ronan dalam penga
Ada pertemuan juga ada perpisahan. Di dalam hidup, banyak orang yang datang dan pergi. Ada yang melintas dalam segmen singkat, namun membekas dalam hati. Ada yang telah lama berjalan beriringan, tetapi tidak disadari arti kehadirannya. Ada pula yang begitu jauh di mata, sedangkan penampakannya melekat di hari. Ada yang datang pergi begitu saja seolah tidak pernah ada.Sepanjang perjalanan hidup akan bertemu dan mengenal banyak orang. Perpisahan tentunya akan membuat sedih orang yang ditinggalkan. Sedih adalah hal wajar yang dirasakan ketika seseorang mengalami perpisahan dengan orang yang dicintainya. Ada yang terlena dan terpuruk karena kesedihan itu. Ada juga yang bisa kembali berdiri karena hidup masih panjang.Perbedaan yang kontras terjadi antara Evelyn dan Nicholas. Satu sisi merasa sangat berat dan sedih akan berpisah, di satu sisi lagi tampak tidak ada beban. Justru dia terlihat bahagia.Nicky dan Eve semakin jauh.
Evelyn berlari sekuat tenaga pada cuaca yang sangat terik. Bahkan dia tidak menghiraukan keselamatannya, Eve hampir saja tertabrak motor. Beruntung Eve selamat.Namun sayang, Eve harus menelan rasa sakit. Ingin menangis dan berteriak tapi tidak mungkin."Sudah kosong," ucapnya lirih.Evelyn menatap nanar rumah yang ada di depannya. Lantas dia berlari menuju ke sebuah pohon, dia menaikinya dan masuk ke dalam rumah pohon.Rumah pohon itu sudah kosong. Tidak ada selimut, bantal, dan buku-buku. Evelyn duduk menyandar dan mengangkat kepalanya ke atas. Menutup matanya, menahan sesuatu yang hampir saja lolos."Dia sudah pergi ...." ucapnya lirih. "Apakah aku harus sedih dengan kepergiannya? Ataukah aku harus senang karena ada dia? Tapi---" Evelyn menundukkan kepalanya di antara lututnya. "Hiks ... aku ... hiks!"Evelyn mengambil ponselnya dari dalam tas dan dia mencari k
"Darah?" Irene melempar celananya ke dalam ember. "Kalau begini bagaimana bisa aku menggertak Ronan?" Irene mengacak-acak rambutnya sendiri. Tubuhnya menyandar pada dinding kamar mandi dan menengadahkan kepalanya. Irene justru merasa frustrasi. Di mana-mana jika melakukan hubungan terlarang dan tidak hamil justru dia akan senang, tapi tidak dengan Irene. Melihat kenyataan bahwa dirinya telah datang bulan membuat Irene marah besar. "Ini semua gara-gara Evelyn. Aku harus membuat perhitungan denganmu, Eve!" Irene terlihat sangat geram. Irene terdiam sesaat, terlintas sesuatu di dalam benaknya. Mungkin itu yang terbaik. Apa salahnya untuk mencobanya, tapi mereka kemarin——Irene membalikkan badannya, dia tampak terkejut saat sang ibu masuk ke dalam kamar mandi. "Kau tidak mendengar, ya?" tanyanya. "Apa? Mendengar apa?" kata Irene. "Hukumanmu itu b
Masa depanku telah hancur. Aku harus bagaimana? Apa aku harus bicara jujur pada nenek? Ah ... tidak-tidak. Aku tidak boleh bicara pada nenek, tapi aku pun tidak bisa bicara dengan ibu dan kakak. Mereka pasti akan marah besar atau bisa jadi jika nenek mendengar ini---Evelyn benar-benar dalam posisi bingung. Dia tidak bisa berpikir jernih. Evelyn menyandarkan tubuhnya di dinding dan perlahan tubuhnya melorot ke bawah dan jatuh ke lantai. Dalam hatinya dia benar-benar bingung bercampur takut. Evelyn tidak bisa memendamnya sendiri. Dia ingin mengeluarkan keluh kesahnya, tapi dengan siapa? Nicholas sudah pindah. Sedangkan Alice dan Sabrina sudah menjauh darinya. Ronan? Apalagi dengan pemuda itu, dengan Ronan justru Evelyn tidak bisa berbuat apa-apa. Dialah yang memulai semuanya, tapi entah kenapa Eve juga nyaman jika sedang bersama dengan Ronan. Amanda dan Elying tidak pernah memperhatikan Evelyn, Pamela sendiri sudah tua. Ap
Ternyata Irene justru lebih dulu mengutarakan maksudnya pada Ella dan Beatric. Entah sebenarnya mereka bertiga ada ikatan batin atau tidak, tapi yang jelas semua bisa kebetulan sama.Ella dan Beatric yang bingung bagaimana cara menyampaikan maksudnya pada Irene soal kemauan si bos besar itu, tapi justru Irene sendiri yang langsung mengutarakan isi hatinya tanpa basa-basi yang tidak jelas. Itulah yang membuat Ella dan Beatric mendadak terserang batuk-batuk."Apa kau yakin soal itu, Irene?" Ella belum mau bicara jujur. Dia takut salah dalam berucap. Beatric pun sudah memberi kode dengan menyenggol lengannya dan lucunya lagi. Beatruc berbicara dengan Ella menggunakan aplikasi percakapan, padahal mereka berdua duduk berdampingan sangat dekat. Hal itu mereka lakukan untuk menghindari jika sampai Irene salah menangkap pembicaraan mereka dan akhirnya marah.Oleh sebab itu mereka mengobrol lewat aplikasi chatting di ponsel mereka. Benar-benar sangat aneh dan Irene pun t
Enam bulan telah berlalu. Semua berjalan seperti bagaimana mestinya dan Evelyn pun sudah mendekati jenjang terakhir. Bahkan dia sendiri lupa akan Nicholas karena tempat Nicky sudah diisi oleh Ronan.Eve pun memilih untuk tinggal seorang diri dengan menyewa sebuah kamar dengan ukuran kecil. Alasan Eve untuk keluar dari rumah adalah fokus dalam hasil akhir, tapi sebenarnya bukanlah itu.Ada alasan lain yang tidak bisa Evelyn katakan pada siapapun. Keras kepala Evelyn untuk kali ini tidak bisa ditentang oleh Nenek, Ibu, dan juga Kakaknya. Pernah Ibunya menentang Evelyn hingga menampar pipi gadis itu dan membuat Evelyn kabur dari rumah selama satu minggu.Satu minggu itu pula Ibu dan Kakaknya mencari Evelyn kemana-mana. Pada akhirnya Evelyn kembali ke rumah karena bujukan dari Ronan dan ternyata selama kabur itupun Evelyn tinggal di rumah Ronan. Setelah kejadian itu Evelyn memutuskan hidup sendiri.Tak hanya itu saja, h
Nicholas melangkahkan kakinya di koridor kampus. Tiba-tiba seorang gadis cantik berlari dan menghampiri Nicky. Dia memberikan sebuah kado dan langsung pergi begitu saja.Pesona Nicky semakin hari tidak perlu diragukan lagi. Dia benar-benar menjadi idola di kampusnya. Nicky menerima kado itu dan membukanya. Di dalam bungkusan kado itu ada coklat dan secarik kertas bertuliskan 'I like you. Will be my boyfriend?'.Nicky kembali menutup bungkusan kado itu dan melangkah ke kerumunan anak laki-laki yang sedang duduk di kursi. Nicky pun ikut bergabung dan memberikan bungkusan itu kepada mereka."Ada yang mau coklat?" ucap Nicky.Sontak semuanya menjawab dengan jawaban yang sama dan mereka memakai coklat itu sampai habis."Wah, ada yang mengutarakan isi hatinya lagi padamu?" tanya Angger dengan membaca tulisan di kertas tersebut."Siapa?" ucap yang lain dengan rasa penasaran. Nicky