Hirup pikuk suara mobil berlalu lalang. Sandra berjalan menyusuri trotoar, dia berjalan dengan menenteng sebuah tas di tangan kirinya dan tangan kanannya memegang sebuah cup. Gadis berparas cantik berjalan dengan memasang senyum yang sangat manis. Sandra Lane adalah sekretaris Anthony.
Mungkin terlalu pagi Sandra datang ke kantornya. Sandra berjengkit kaget ketika masuk ruangan mendapatkan Bosnya sudah berada di dalam. Anthony masih tertidur di sebuah sofa. Gadis itu berinisiatif untuk membangunkannya. Namun, justru dia urungkan dan berlari menuju pantry. Sandra mengambil cangkir dari dalam lemari dan membuatkan teh hangat untuk bosnya.
Sandra meletakkan cangkir yang dia bawa di atas meja, dia pun mengalihkan pandangannya pada Anthony. Lalu dia mengangkat tangan kirinya, melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Lebih baik aku bangunnya beliau sebelum para pegawai yang lainnya datang," lirih Sandra.
Pak Steven menjatuhkan sebuah kertas lipat di atas meja tepat dihadapan Irene dan Irene. Mata itu terus menatap kertas dan beralih menatap Pak Steven. Pergulatan pendapat terjadi antara Irene dan Pak Steven. Karena merasa terpojok dan sudah tidak bisa membela dirinya sendiri, akhirnya Irene mengakui kesalahannya. Betapa malunya Irene setelah mengakui kesalahannya. Dia tidak mampu menatap Nicholas, karena Irene tahu kalau Nicholas selalu membela dan melindungi Evelyn. Setelah pengakuan dari Irene, dia harus menerima hukuman. Irene diberi hukuman skorsing dari pihak sekolah. Irene melangkah lemas keluar dari ruang kepala sekolah. Dia bingung harus bagaimana jika ditanya oleh kedua orang tuanya. Sedangkan pihak sekolah akan memanggil kedua orang tua Irene ke sekolah. Langkah kaki itu terhenti, Irene mengangkat tangan kanannya. Sebuah lipatan kertas dia pegang. Terlihat sangat jelas kebencian Irene terhadap Evelyn. Dia pun
Semua orang pernah disakiti dan menyakiti orang lain. Dan terkadang sulit rasanya untuk berdamai dengan emosi yang berkecamuk dan mencoba memaafkan mereka. Pada akhirnya, kemarahan yang selama ini terpendam membuat kita menyimpan dendam. Tak banyak yang tahu bahwa menyimpan dendam tak hanya membuat kita kesal sendiri dan merusak hubungan dengan orang-orang sekitar, tapi juga menyebabkan gangguan emosi yang dapat berdampak terhadap kesehatan jika terjadi dalam waktu yang lama. Rasa dendam merupakan suatu kondisi dimana kita menginginkan orang lain yang melakukan kesalahan terhadap diri kita menerima balasan atau konsekuensi dari kesalahannya. Dibandingkan berusaha untuk mengelola emosi lebih baik dengan cara mengungkapkan kemarahan sewajarnya dan kemudian memaafkan. Menyimpan dendam membuat kita menganggap orang tersebut sebagai suatu ancaman yang menimbulkan perasaan stress atau trauma berulang meskipun kejadian yang sesungguhnya sudah l
Evelyn memasang muka cemberut dan kesal. Bagaimana tidak, sudah satu jam lebih Nicholas belum menampakkan batang hidungnya. Ya, Nicky belum datang sama sekali. Eve berdecak kesal, menghela napas dan mengembuskan dengan kasar. "Aku benar-benar tidak menyangka kalau Nicky akan membohongiku!" gerutu Evelyn saat itu juga. Eve menghentak-hentakan kakinya karena gadis itu benar-benar sangat marah pada Nicholas. "Aku akan menunggunya lima menit lagi. Jika dalam lima menit dia tidak datang, aku tidak akan pernah mau berbicara lagi dengan Nicky!" Evelyn memangku dagunya masih menunggu lima menit lagi. Detik berganti detik, menit berganti menit hingga menuju menit kelima. Tapi Nicholas belum juga datang. Kali ini Eve benar-benar sangat marah. Dia akhirnya memilih untuk pulang ke rumah. Menunggu memang hal yang sangat membosankan dan itu dialami oleh Evelyn ketika dia tidak tahu hal yang sebenarnya terjadi pada Nicholas. Evelyn ti
Nicholas mengernyit saat mendengar penjelasan dari Alan tentang Maria. Nicholas tak habis pikir, apa maksud dari itu semua. Dalam keadaan yang masih darurat, sang Ibu yang harus dirawat inap di rumah sakit dan Nicky harus mendengar penjelasan dari Alan. Bukan hanya itu saja, Nicky pun melupakan sesuatu. Ya, Evelyn telah dilupakan oleh Nicholas. Bukan Evelyn namanya jika setelah itu dia tidak membenci Nicholas. Sudah pasti bisa ditebak, seperti apa sikap Evelyn terhadap Nicholas. Dingin dan cuek. Evelyn terlihat masa bodoh dengan Evelyn dan Nicholas pun juga demikian. Bukan karena balas dendam, akan tetapi Nicky berubah karena ibu dan ayahnya. Pemuda itu terlalu memikirkan ibunya yang masuk rumah sakit. Ditambah lagi dengan kelakuan ayahnya yang menambah pikiran Nicky. Kedekatan antara Nicholas dan Evelyn begitu cepat menyebar. Ada beberapa orang yang sangat menyayangkan keadaan itu. Ada pun yang senang
Malam yang begitu syahdu. Rintikan hujan yang semakin deras membasahi kota Kingston Surrey. Cuaca dingin menyelimuti sekitar, termasuk dua insan yang ada di dalam kamar. Evelyn masih tertidur dengan pulas. Itu karena obat tidur dosis tinggi. Pemuda yang berdiri di sampingnya menelan saliva saat melihat collarbone milik Evelyn yang begitu indah dan menantang. Apa aku harus menyia-nyiakan kesempatan ini? batin Ronan saat itu. Ya, Ronan adalah nama pemuda yang menolong Evelyn dan membawa Evelyn yang tertidur pulas ke hotel. Tidak ada pilihan lain lagi, karena Ronan pun sudah mulai terpengaruh oleh orang ke tiga. Keadaan Evelyn masih terlelap karena pengaruh obat. Ronan merangkak naik ke atas ranjang. Pemuda itu memperhatikan wajah Evelyn dengan seksama, lalu matanya turun ke bawah. Leher jenjang Evelyn menja
Evelyn menenteng bungkusan di tangan kirinya, lalu dia menaruh bungkusan itu di atas ranjangnya. Lama dia menatap bungkusan itu dan sepertinya Evelyn sangat penasaran dengan isi bungkusan dari pemuda sialan itu. Kenapa Evelyn menambahkan kata sialan pada pemuda itu? Karena Evelyn dalam keadaan benci dengan pemuda itu. Malam itu benar-benar membuat Evelyn stres. Evelyn duduk disisi ranjang. Meratapi nasibnya saat itu. Hidupnya telah rusak dan hancur. Ingin menangis dan berteriak, tapi hal itu tidak akan mengembalikan semua seperti semula. Mahkota yang dia jaga juga sudah rusak. Eve membaringkan tubuhnya di samping bungkusan itu, kemudian dia memiringkan tubuhnya. Pikiran Eve melayang teringat kejadian yang terjadi sekitar 30 menit yang lalu. Dia mulai berpikir tentang sang ibu. Bagaimana jika ibu mengetahuinya? Apa ibu akan marah padaku? Atau ibu akan mengusirku? Aku benar-benar takut untuk saat ini.
Nicholas kembali duduk di kursinya. Dia mengurungkan diri untuk mendekat dan duduk di samping Evelyn. Matanya menatap nanar ke depan. Menatap di mana seorang pemuda tampan mendekati Evelyn dan duduk di sana. Pemuda dengan tinggi rata-rata tidak jauh berbeda dengan dirinya, akan tetapi dia mempunyai sesuatu yang membuat Evelyn langsung bisa akrab dengannya. Pemuda dengan rambut cepat berwarna Blondy dan hidung yang tidak kalah mancung serta dia pun begitu perhatian pada Evelyn. Evelyn pun tampak senang saat pemuda itu duduk di samping kirinya. Tampak bahagia dari raut wajah Evelyn manakala senyum manis itu mengembang menghiasi bibirnya. Sungguh di luar dugaan. Nicholas merasakan sakit hati yang teramat sangat di dadanya. Sakit, tapi tidak berdarah. Begitulah yang dirasakan oleh Nicholas saat itu. Dadanya terasa sangat sakit saat melihat pemandangan Evelyn di dekati oleh seorang pemuda dan Evelyn pun terlihat sangat we
Nicholas merenung semalaman dengan duduk di teras balkon rumahnya. Keputusan yang diambil Nicky akan menentukan semuanya. Terkadang keputusan yang memang susah untuk diambil.Akhirnya Nicky memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan tidur. Ketika pagi menyapa Nicky sudah harus siap dengan keputusannya.Dalam tidurnya, Nicky justru memimpikan Evelyn. Gadis itu mengucapkan selamat tinggal pada Nicky. Dia hanya memberi seulas senyum manis untuk Nicholas.Saat terbangun ternyata pagi sudah menyapa. Dengan berat hati Nicky bangun dari tidurnya. Dia melangkah keluar dari kamarnya dan menuju kamar sebelah. Nicky melihat pintu kamar terbuka sedikit. Pemuda itu menaikkan alis sebelah kanan."Siapa yang masuk kamar Ibu?" Nicky mendorong pelan pintu tersebut dan masuk ke dalam. "Alan ...."Seorang pria menoleh menatap Nicky, lalu dia tersenyum memperlihatkan giginya yang putih dan rapi."Semala