Panorama sore semakin terlihat indah dari kediaman Maximus yang berada di atas bukit. Atmosfir udara dalam ruangan kamar Jordan bersama Lagertha juga terasa semakin menghangat.
Tubuh Lagertha terdesak di atas ranjang dengan batang kaku Jordan mengganjal bagian bawahnya.
"Jordan ..." lirih Lagertha menatap sendu pada Jordan yang terus mendorong masuk bagian dirinya ke dalam tubuh Lagertha.
"Apakah sakit? Aku baru saja melewati penghalangnya di dalam sana ..."
Lagertha buru-buru menggelengkan kepala, menangkup wajah Jordan dengan kedua tangan untuk ia lumat bibirnya, meski butiran airmata jatuh luruh di sudut mata Lagertha.
"Aku bahagia. Tenggelami aku dan dorong masuk semuanya ke dalam." bisik Lagertha ketika Jordan melepaskan tautan bibir mereka, membelai wajah lembut Lagertha juga menghapus airmatanya.
Mereka masih sama-sama awam akan hubungan sex. Tindakan Jordan dan Lagertha murni karena insting mereka
"Buang semua wanita yang Anda berikan, saya tidak tertarik!" Zero berkata pada Mister Bough yang tersenyum dari kursi duduk dalam ruangan kerja mewah di kediamannya."Itu bagus untuk merilekskan otot-otot ...""Diam kau bocah! Aku tidak sedang berbicara denganmu!" tegur Zero sinis pada Vincent yang menjawab perkataannya sesaat lalu.Vincent tidak terima dirinya disebut bocah oleh ninja bertopeng di depannya, ia hendak membalas, tetapi Papanya menggelengkan kepala samar yang membuat kelopak mata Zero seperti tersenyum menyeringai menghina Vincent."Baik, nanti akan ku perintahkan orang untuk menyiapkan tempat tinggal baru untukmu." Mister Bough melunak, mempertahankan senyum di wajah tuanya."Aku tidak terbiasa mengendarai mobil bermesin soak, berikan mobil bermesin turbo dan jangan pernah coba-coba mengikuti kemana aku pergi!"Zero kembali memberikan permintaannya yang memang bukan main-main dan tak semua orang
"Istirahatlah," Jordan memberikan kecupan ke kening Lagertha yang kelopak matanya sudah terlihat memberat, sedangkan Joshua masih belum ingin tidur. Joshua berceloteh sangat heboh dengan bahasa bayinya yang juga ia tergelak ceria melihat ke langit-langit kamar. Terkadang tatapan mata Joshua berpendar mengarah ke jendela kaca besar yang didesain anti rudal dan peluru dan tiba-tiba tawa bayi itu menjadi terhenti. "Jangan kuatir, aku akan melindungimu dan juga sistermu." Jordan seperti bisa merasakan kecemasan Joshua yang kini merengek mencebikkan bibirnya terbalik keluar memandang ke arah jendela. "Mari ku gendong. Apa yang membuatmu terdiam, hem?" Jordan meraih Joshua ke gendongan dan membawanya berjalan menuju jendela. "Tidak ada apa-apa di sini, kita semuanya aman." Jordan membelai punggung Joshua yang tetap tidak tertawa ceria kembali, namun menempelkan wajah berpipi tebalnya ke depan dada Jordan. Jordan dahulu sudah sering melihat cara Rollo menidurkan Joshua dimana bayi lelaki
Hari-hari berlalu, kediaman Maximus sudah rampung dan terlihat jauh lebih mewah dari sebelumnya untuk ditinggali Jordan bersama Lagertha dan Joshua serta anggota inti kelompok mereka. Marco dan Siggy sangat selektif memilih pelayan untuk diperkerjakan di kediaman, dimana mereka hanya melakukan pekerjaan kasar, tidak diberikan akses ke area pribadi penghuni kediaman. Pastur Lukas sesekali masih keluar menemui warga dengan menyamar dan diberikan pengawalan ketat yang siap siaga berjaga dari jauh memantaunya. Jordan baru saja memberikan Joshua jus buah segar yang segera habis dalam beberapa kali sesap oleh bayi tampan yang kini telah berusia tujuh bulan tersebut. "Bermain dengan sistermu dulu, hem?" Jordan membelai puncak kepala Joshua yang juga ia kecup seiring lantunan doa, "Brother harus pergi ke perusahaan, nanti kita akan mandi sore bersama." lanjut Jordan sambil mendekap tubuh montok Joshua yang bergerak memanjatinya. "Kamu yakin mau pergi ke perusahaan?" Lagertha bertanya samb
Maximus akhirnya mengemudikan mobil pulang ke kediaman. Amber dihubungi oleh Marco untuk datang ke kediaman memeriksa keadaan Lagertha dan Siggy meminta pada Jasper guna memesan banyak buah-buahan agar anak buahnya mengantarkan ke kediaman Jola, begitu nama kediaman tempat Jordan, Lagertha serta semuanya tinggal disebut dan dikenali. Jordan meminta Maximus agar menurunkannya di depan pintu masuk kediaman yang masih berjarak sekitar satu kilometer ke halaman di kaki bukit. Dahulu Jordan selalu patroli sekeliling kediaman Rollo Connor sekaligus ajang melatih kebugaran dirinya. Kali ini pun Jordan melakukan hal yang sama. Jordan meninggalkan jas-nya di dalam mobil, melipat lengan kemeja hingga ke siku, melepaskan tiga kancing dari atas kemeja sebelum mulai berlari sambil memeriksa setiap dinding dan sudut untuk mencari celah. "Dimana Jordan?" Samantha yang bertanya begitu Maximus memasuki area dalam kediaman seperti ruang keluarga.Lagertha yang sedang ribut menjadi team hore menyema
Jordan mendesak punggung Lagertha ke batang pohon besar dan terus melumati bibir ranum istrinya itu intens. "Kamu tidak hamil, bearti akan segera datang bulan?" tanya Jordan berbisik di depan wajah Lagertha yang tertawa tanpa suara menganggukkan kepala. "Kalau begitu, boleh aku masuk sekarang?" Lagertha mengedarkan pandangannya ke sekeliling, "Para pengawal sudah ditarik mundur begitu kamu memasuki hutan." jelas Jordan yang ditanggapi Lagertha mengerjapkan kelopak mata birunya. Sebagai ninja yang kemampuannya sudah terlatih, Jordan bisa mengetahui jika pasukan pengawal yang berjaga di tepi hutan telah ditarik mundur ke markas samping kediaman mereka. Jordan juga bisa mendetaksi kedatangan Lagertha hanya dengan mencium aroma tubuh istrinya itu yang terbawa angin. Sebuah kemampuan ninja sangat spesial yang bahkan Maximus tidak bisa memilikinya. Konon hanya garis keturunan dari keluarga ninja tertentu dengan kemampuan beladiri yang mumpuni secara otomatis akan mendapatkan kemampuan
Jordan tiba-tiba terbangun dari tidur, mendapati Lagertha masih terlelap dalam dekapannya. Jordan bangkit perlahan, memindai sekelilingnya yang sinar lampu sangat temaram,, celingukan mencari Joshua yang ia lupa jika bayi tampan itu tidur bersama Samantha. Seakan terhubung dengan Jordan, Joshua terdengar merengek manja ikut terbangun di kamar Samantha. Jordan sudah berjalan ke depan pintu kamar Samantha terbangun oleng berusaha membujuk Joshua yang sedikit rewel. "Berikan padaku," Jordan sudah membuka pelan pintu kamar Samantha. Joshua di gendongan Samantha langsung mengulurkan lengan gempalnya ke arah Jordan yang tersenyum lembut meraih bayi tampan itu dan menghapus jejak airmatanya. "Dia belum terbiasa tidur berpisah dengan kami, aku akan membuatkannya susu dan membawanya tidur ke kamar." tutur Jordan yang akhirnya dianggukkan Samantha. "Terima kasih, Jordan." Samantha tetap merasa perlu berterima kasih pada suami keponakannya yang begitu sangat bertanggung jawab juga lembut dal
Jordan mengerjakan dan memantau pekerjaannya dari kediaman. Ia semakin giat berlatih dan membuat tubuhnya bugar selalu. Ini adalah hari ke tujuh sejak pertemuan Jordan dan Zero di dalam hutan, belum ada tanda-tanda Zero datang berkunjung lagi. Pagi ini hujan turun cukup deras, namun tidak mengurungkan niat Jordan untuk melakukan inspeksi rutin setiap hari dengan waktu tak menentu memeriksa sekeliling kediaman. "Aku sudah siapkan air hangat untukmu berendam," Lagertha langsung menyambut Jordan di depan pintu belakang kediaman dengan jubah handuk di tangannya. Jordan menerima jubah handuk untuk ia lilitkan ke tubuh basahnya seraya memberikan kecupan ke pipi Lagertha yang berjingkat meringis karena merasakan dingin dari bibir Jordan sementara pria itu terkekeh rendah. "Dimana Joshua?" "Tidur lagi dengan Vanessa setelah sarapan." Lagertha menjawab sambil mengikuti langkah kaki Jordan menaiki tangga menuju lorong kamar. Jordan mampir ke kamar Joshua yang hanya digunakan di waktu sia
Hujan masih gerimis besar-besar yang bisa membuat tubuh seseorang basah kuyup jika lima menit saja berada di luar ruangan. "Aku akan siapkan sarapan untukmu," ucap Lagertha pada Jordan, telah berganti pakaian dengan sangat cepat setelah bercinta dan mereka mandi bersama membersihkan diri. "Nanti saja. Aku belum lapar." tolak Jordan seraya menyambar cepat pinggang ramping Lagertha untuk ia ciumi samping lehernya sambil mengendus aroma wangi tubuh istrinya itu. Lagertha sudah sangat paham kebiasaan Jordan yang akan mengendusnya jika ingin minta sesuatu. "Katakan, kamu mau apa dan kemana? Bersama siapa?" Lagertha meraih dan menangkup wajah berbulu maskulin Jordan untuk ia bawa menatapnya. Maximus sedang pergi mengontrol pengiriman 'paket-paket' dari organisasi mafia yang juga mereka sebut organisasi Jola. Sedangkan Marco setiap pagi hingga siang atau sore hari akan menghandel pekerjaan di perusahaan dan Jasper melakukan inspeksi lokasi untuk mendirikan pabrik di wilayah Asia bersama
Mister Bough mengamuk murka. membanting semua benda di atas meja kerjanya berantakan jatuh ke lantai, begitu melihat tayangan video yang dikirimkan oleh seseorang ke ponselnya.Dua orang anak buahnya yang menyeret tubuh Kaye ke dalam danau, terlihat beberapa kali mengikuti Ben Horik berpergian. Hal tersebut jelas mengindikasikan jika kedua anak buahnya tersebut selama ini membelot pada pihak Ben Horik. "Beraninya pria terkutuk itu menyusupkan mata-mata di sekitarku!" Mister Bough mendengkus geram memukul meja kerjanya dengan telapak tangan terkepal kuat. "Tiger, bawa semua anggota keluarga kedua orang itu ke hadapanku dan ..." "Permisi, Sir." terdengar suara ketukan pada daun pintu ruang kerja, "Ada Zero ingin bertemu Anda, membawa oleh-oleh." penjaga di depan pintu berteriak nyaring memberitahukan kedatangan Zero sehingga memotong perkataan Mister Bough yang ia tujukan untuk Tiger, asisten pribadinya. "Masuk!" Zero melangkahkan kakiinya memasuki ruangan kerja Mister Bough yang b
Entah sudah berapa jam Zetha merawat tubuh besar Maximus yang ia buat tetap tertidur pulas selama diberikan perawatan dan pengobatan, Luciano Sky selalu sigap luar biasa mendampingi, menyiapkan segala sesuatunya memudahkan pekerjaan Zetha. Dari menyodorkan jepitan sedotan ke sela bibir Zetha ketika mendengar hembusan napas pelan istri cantiknya itu, mengelap keringat, juga menyingsingkan lengan bajunya sampai ke turut serta menggunting benang begitu Zetha selesai membuat simpul dari menjahit bagian-bagian tubuh Maximus yang terbuka. Luciano dan Zetha benar-benar pasangan yang seiring senapas. Luciano selalu tahu apa yang harus dia lakukan dan diinginkan oleh Zetha tanpa istrinya itu berkata mengungkapkannya.Pun sebaliknya, Zetha akan selalu tahu saat Luciano menahan napas ketika tanpa sengaja jemari tangannya menyentuh tangan Marco Ilso yang ia genggam secara refleks. Zetha akan mendekatkan posisi tubuh serta kepala ke depan bibir Luciano agar suaminya itu bisa mengecup atau menciu
Jordan dengan Lagertha duduk pada kursi penumpang, mengemudikan mobil sport yang Lagertha curi, sangat cepat mengikuti mobil di depan mereka yang dikemudikan oleh anak buah Jasper melaju kencang membawa Maximus, Marco dan Kai ke landasan pacu helikopter. Maximus terluka parah, pun juga Kai mengalami cidera tusukan pisau pada perutnya. Mereka benar-benar seperti berlomba dengan waktu. Marco sudah menghubungi dokter terbaik untuk Maximus dan Kai sebelum diperintahkan oleh Jordan. Marco sangat paham seperti apa peran Maximus bagi Jordan dan Lagertha.Iringan mobil anak buah Jasper dan Jordan yang seolah membelah pekatnya jalanan daerah perbatasan, berpapasan dengan rombongan mobil pasukan keluarga Bough. Mister Bough yang turut serta berada dalam mobil anak buahnya, menolehkan kepalanya sejenak memandangi bagian belakang mobil sport yang dikemudikan Jordan.Alis pria tua tersebut terlihat sedikit bertaut, tetapi belum sempat bibirnya memberikan perintah pada sopirnya untuk berbalik, k
Jordan menyambar jubah dari tubuh mayat yang memiliki ukuran paling besar, melingkupkannya ke Maximus yang menyeringaikan sudut bibir tersenyum getir. "Aku tidak mengijinkanmu mati, Max! Jadi bertahanlah dan akan ku cari dokter terbaik untuk mengobatimu." bisik Jordan lembut tetapi setiap suku katanya penuh penekanan akan perasaan terdalamnya. "Kai, Lagertha ...!" Jordan berseru memanggil Lagertha dan Kai yang berlari meloncat bergegas mendekat. Malang bagi Kai yang sangat terburu-buru, ia justru berhadapan dengan Kaye yang masih menggenggam pisau di tangannya. Atau mungkinkah takdir untuk Kai? "Kai ...!" Maximus berusaha memanggil lirih untuk memperingatkan pemuda itu akan Kaye yang pandai ilmu beladiri. "Aku melihat ada mobil sport di samping rumah, cepatlah bawa Max ke sana. Segera aku akan menyusul." Jordan berbisik pada Lagertha yang tatapan matanya ragu, tetapi ia tetap menganggukkan kepala. "Kaye itu licik. bantu Kai ..." Maximus berkata sangat pelan yang langsung dimenge
Bagian depan pintu masuk gelap. Percikan cahaya terlihat jauh di dalam ruangan yang sepertinya itu adalah cahaya lilin.Jordan memberi kode untuk ia masuk lebih dulu ke dalam rumah, Lagertha di tengah dan bagian belakang Kai yang waspada akan sekelilingnya.Baru saja Jordan masuk ke dalam ruangan, wajahnya langsung terteleng ke samping. sebuah tinju dengan tenaga besar sangat kuat menghantam rahangnya hingga berderak.Perkelahian tidak dapat dielakkan. Jordan menutup pintu di belakangnya agar Lagertha tidak masuk dulu bersama Kai.Sang pria di dalam rumah kembali melayangkan pukulan ke arah Jordan, tetapi pemuda itu telah merunduk dan needle di tangannya dengan cepat menusuk perut sang pria yang ia gerakkan ke samping untuk merobek tanpa ampun.Mereka harus cepat, Jordan tidak memiliki waktu untuk bermain-main. Ia menarik needle dari perut sang pria yang terduduk menekuk lutut di lantai setelah memburai isi dalam perutnya ke
Jordan masih terbaring menengadah, melihat titik-titik air hujan yang jatuh melewati dedaunan lebat di atasnya. Hujan lebat kembali mereda berganti gerimis. Namun Jordan belum ingin bangkit dari posisi tidur telentangnya. Beberapa burung sudah keluar berkicau dan tupai serta monyet bersenda gurau di atas pepohonan. Jordan memperhatikan semuanya. Ia juga merasakan pil yang dijejali Zero masuk ke dalam mulutnya sudah mulai bekerja dari dalam, membuat pernapasan jadi teratur pun peredaran darahnya semakin lancar. "Pejamkan matamu, tebaslah titik-titik air tanpa membasahi tangan!" terngiang dalam kepala Jordan arahan dari Keigo, Papa kandungnya sewaktu ia masih dalam penjara tengah pulau. Jordan juga teringat ketika tadi Zero mengatakan, ""Latih fokusmu menebas titik-titik air hujan! JIka tidak, kau tak pantas mendapatkan istri cantik seperti Lagertha Connor!" Pria bertopeng itu juga menyebut Jordan, lamban, lemah dan tatapan kedua matanya terlihat sangat meremehkan Jordan. Perlahan
Hujan masih gerimis besar-besar yang bisa membuat tubuh seseorang basah kuyup jika lima menit saja berada di luar ruangan. "Aku akan siapkan sarapan untukmu," ucap Lagertha pada Jordan, telah berganti pakaian dengan sangat cepat setelah bercinta dan mereka mandi bersama membersihkan diri. "Nanti saja. Aku belum lapar." tolak Jordan seraya menyambar cepat pinggang ramping Lagertha untuk ia ciumi samping lehernya sambil mengendus aroma wangi tubuh istrinya itu. Lagertha sudah sangat paham kebiasaan Jordan yang akan mengendusnya jika ingin minta sesuatu. "Katakan, kamu mau apa dan kemana? Bersama siapa?" Lagertha meraih dan menangkup wajah berbulu maskulin Jordan untuk ia bawa menatapnya. Maximus sedang pergi mengontrol pengiriman 'paket-paket' dari organisasi mafia yang juga mereka sebut organisasi Jola. Sedangkan Marco setiap pagi hingga siang atau sore hari akan menghandel pekerjaan di perusahaan dan Jasper melakukan inspeksi lokasi untuk mendirikan pabrik di wilayah Asia bersama
Jordan mengerjakan dan memantau pekerjaannya dari kediaman. Ia semakin giat berlatih dan membuat tubuhnya bugar selalu. Ini adalah hari ke tujuh sejak pertemuan Jordan dan Zero di dalam hutan, belum ada tanda-tanda Zero datang berkunjung lagi. Pagi ini hujan turun cukup deras, namun tidak mengurungkan niat Jordan untuk melakukan inspeksi rutin setiap hari dengan waktu tak menentu memeriksa sekeliling kediaman. "Aku sudah siapkan air hangat untukmu berendam," Lagertha langsung menyambut Jordan di depan pintu belakang kediaman dengan jubah handuk di tangannya. Jordan menerima jubah handuk untuk ia lilitkan ke tubuh basahnya seraya memberikan kecupan ke pipi Lagertha yang berjingkat meringis karena merasakan dingin dari bibir Jordan sementara pria itu terkekeh rendah. "Dimana Joshua?" "Tidur lagi dengan Vanessa setelah sarapan." Lagertha menjawab sambil mengikuti langkah kaki Jordan menaiki tangga menuju lorong kamar. Jordan mampir ke kamar Joshua yang hanya digunakan di waktu sia
Jordan tiba-tiba terbangun dari tidur, mendapati Lagertha masih terlelap dalam dekapannya. Jordan bangkit perlahan, memindai sekelilingnya yang sinar lampu sangat temaram,, celingukan mencari Joshua yang ia lupa jika bayi tampan itu tidur bersama Samantha. Seakan terhubung dengan Jordan, Joshua terdengar merengek manja ikut terbangun di kamar Samantha. Jordan sudah berjalan ke depan pintu kamar Samantha terbangun oleng berusaha membujuk Joshua yang sedikit rewel. "Berikan padaku," Jordan sudah membuka pelan pintu kamar Samantha. Joshua di gendongan Samantha langsung mengulurkan lengan gempalnya ke arah Jordan yang tersenyum lembut meraih bayi tampan itu dan menghapus jejak airmatanya. "Dia belum terbiasa tidur berpisah dengan kami, aku akan membuatkannya susu dan membawanya tidur ke kamar." tutur Jordan yang akhirnya dianggukkan Samantha. "Terima kasih, Jordan." Samantha tetap merasa perlu berterima kasih pada suami keponakannya yang begitu sangat bertanggung jawab juga lembut dal