"Jadi kau pingsan karena Sonya, Ace?" pekik Rose tertawa terbahak. "Bahkan kau saja bisa dikalahkan dengan mudah olehnya."
"Kenapa memangnya?" tanya Allen penasaran.
"Dia pernah mengikuti lomba taekwondo membawa nama negara Mexico di olimpiade. Dia bahkan membawa pulang medali emas waktu itu. Sonya juga sering mengikuti lomba tinju jalanan sampai sekarang…," terang Rose menatap satu per satu tiga pria yang duduk mengitarinya.
Tawa menggelegar langsung keluar dari mulut Allen dan Liam. Mereka menertawakan kebodohan Ace yang pantas saja bisa kalah, karena melawan atlet negara dan seorang petinju ulung.
Sonya pasti sudah banyak bertarung dengan orang-orang hebat sebelumnya.
"Aku tidak menyangka kau bahkan terpikirkan untuk menculik Sonya dan mengerjainya Ace. Harusnya sahabatku tidak melepaskanmu begitu saja jika tahu rencana busukmu itu!" ujarnya kesal mendengar apa ya
"Bagaimana pengiriman untuk besok? Apa semuanya sudah rampung, Ace?""Sudah Bos. Nanti sore kita akan kesana mengeceknya lagi.""Bagus, pastikan barangnya sampai di Spanyol dengan baik.""Baik Bos.""Wajahmu sudah lebih baik dari kemarin." Allen tersenyum tipis dan kembali memusatkan perhatiannya pada dokumen penting di atas meja."Terima kasih Bos," jawab Ace.Bunyi panggilan masuk di ponsel Ace menghentikan langkah kakinya yang akan keluar dari ruangan Allen.Tertulis nama orang kepercayaannya yang ditugaskan Ace untuk mengurusi setiap pengiriman barang mereka."Ada apa?""Maaf Bos, kapal kita di bajak oleh seseorang di perairan Australia!""Apa? Bagaimana bisa?" sahut Ace setengah berteriak.Allen yang masih sibuk dengan dokumen
Satu orang yang ditugaskan Allen untuk membawa kapal miliknya terlihat terikat di dekat roda kemudi kapal, dimana dua orang memakai topeng sedang berada di dalam.Memberikan kode pada Ace yang berdiri di samping kiri dan dia di samping kanan, asistennya membuka pintu ruang komando kapal dengan cepat dan membuat dua orang perompak itu terkejut.Allen langsung mengarahkan timah panasnya ke kepala mereka hanya dalam waktu lima detik saja.Dua orang yang memakai topeng tersebut, meregang nyawa mati di tempat."Buka ikatannya!" perintah Allen pada anggota Blue Fire yang mengikuti pemimpin mereka sejak tadi.Ace merobek baju dua pembajak tadi untuk melihat siapa lagi yang berani mencari masalah dengan mereka.Tidak ada apa-apa di dada dua pria tersebut. Ace mengernyit dan mencoba mencari petunjuk apapun di tubuh mereka.Matanya terpaku pada jar
"Aku curiga masih banyak pengkhianat di tubuh Blue Fire, Bos. Noah pasti hanya salah satu dari mereka.""Ya … kau benar Ace. Kita harus lebih berhati-hati lagi mulai sekarang. Mereka pasti sedang menyusun rencana yang lebih besar lagi untuk menjatuhkan kepemimpinanku disini.""Tapi Bos, apa mungkin mereka diperintahkan oleh seseorang?"Allen terdiam. Benar … pasti ada seseorang yang menjadi ketua dari pengkhianat-pengkhianat itu pikirnya. Apa kelompok stempel tato kuda sudah masuk dalam tubuh Blue Fire miliknya tanpa dia ketahui?Ini sangat berbahaya jika apa yang dia pikirkan itu benar adanya. Allen akan kehilangan lebih dari setengah anggotanya jika memang terbukti ada pengkhianat di dalam Blue Fire."Selidikilah secara diam-diam Ace. Aku tidak ingin ada orang yang tahu selain kita berdua. Mulai sekarang, periksa setiap sudut tempat yang biasa kita jad
Tiba di Miami, Florida. Allen dan Ace langsung disambut berita kekacauan yang terjadi di markas Blue Fire.Ternyata kecurigaan dua pria itu terbukti benar adanya. Pengkhianat di tubuh mafia miliknya sudah mulai bergerak dan menyerang markas mereka.Dua kubu antara pengkhianat dan yang masih setia pada keanggotaan mereka, terlibat baku tembak hingga menghancurkan gerbang penjagaan pertama dan kedua markas.Allen maupun Ace begitu terkejut mendapati kabar tersebut, mereka segera meluncur menuju markas Blue Fire dari bandara."Shit! Berani sekali mereka mencari gara-gara di tempatku!" marah Allen melihat kekacauan yang ditimbulkan para pengkhianat itu."Bos, mereka sedang bersembunyi saat ini. Kami tidak bisa melihat siapa yang berada di kubu kita dan siapa yang berkhianat!" ujar salah satu anggota yang menjemput kedatangan Allen bersama asisten kepercayaannya.
"Apa jadwal kita hari ini Rose?"Rose membuka layar tab dan membacakan kegiatan bosnya selama sehari ini.Banyak yang harus Allen kerjakan setelah dua hari tidak masuk bekerja. Dan pagi ini, dia datang khusus untuk menjemput Rose di rumahnya."Baiklah … besok aku akan mengantarkanmu dan daddy-mu ke cluster yang sudah aku beli!" ujarnya lagi setelah mendengarkan jadwalnya."Tidak perlu Al … sudah aku katakan, aku tidak bisa menerima pemberianmu itu. Aku mohon mengertilah … Daddy juga pasti akan sama menolaknya seperti aku.""Berapa kali harus aku katakan padamu, aku tidak menerima penolakan! Dan untuk daddy-mu, biar aku yang bicara padanya nanti."Rose diam, tidak ingin menanggapi ucapan Allen. Rumah yang mereka tinggali saat ini memang tidak semahal dan seluas yang diberikan Allen pada mereka.Tapi, rumah
Suara langkah kaki terdengar semakin mendekati tempat dimana Rose bersembunyi.Allen berada satu meter di samping kirinya, ikut bersembunyi di balik pohon besar dalam hutan.Mata tajamnya tidak berhenti memandang ke sekitar mereka. Dua telinganya Allen pasang dengan seksama untuk mendengar derap langkah kaki mereka.Dalam pendengarannya, ada sekitar sepuluh orang yang berjalan mengendap-endap mendekat ke arah dia dan Rose.Allen harus memastikan keselamatan Rose lebih dulu, wanita itu sedang terluka dan sangat membutuhkan pertolongan saat ini. Dia tidak boleh gegabah dalam bertindak.Dengan hati-hati Allen mengintip dari balik pohon, untuk memastikan apa perkiraannya benar atau tidak.Dia kembali bersembunyi dan memberikan kode pada Rose untuk bersiap. Allen pun mulai membidik musuh di depan mereka yang wajahnya tertutupi topeng.Di
"Hati-hati…."Rose turun dari mobil dibantu Allen bosnya. Wanita itu dibawa ke mansion mewah berlapis emas milik Bos Mafia ini."Kenapa membawaku kesini Al?""Kita tidak bisa kerumah sakit sekarang, terlalu berbahaya. Aku tidak ingin mengambil resiko untuk itu."Allen membawa Rose naik ke lantai dua dimana sebuah kamar berukuran tiga kali lebih besar dari rumahnya berada.Rose pernah tidur disini beberapa kali waktu Allen mengurungnya di mansion ini."Aku akan membantumu membersihkan badan.""Apa? Jangan gila! Aku bisa melakukannya sendiri. Kau keluarlah." usir Rose tidak mau pria ini melihat tubuhnya."Tanganmu sedang terluka, mana bisa kau melakukannya sendiri.""Aku tidak mau. Panggilkan saja maid-mu untuk membantuku. Aku tidak mau kau yang melakukanny
"Bagaimana keadaanmu Rose?" tanya Sonya dari ujung teleponnya."Aku baik-baik saja So, kau tidak perlu khawatir.""Untunglah…," sahutnya menghembuskan nafas lega. "Lalu sekarang kau ada dimana?" tanyanya lagi."Aku ada di mansionnya Allen. Dia membawaku kesini.""Kenapa tidak membawamu ke rumah sakit? Memangnya di mansionnya lebih lengkap dibanding rumah sakit?""Bukan … bukan begitu, hanya saja…." Rose bingung harus menjelaskan apa pada temannya ini tentang siapa sebenarnya Allen Clarck, sosok yang dikenal Sonya sebagai atasannya di kantor."Halo … apa kau masih disana Rose?""I-iya So. Maaf, tapi aku harus mengikuti pemeriksaan lanjutan hari ini. Nanti aku akan menghubungimu lagi, ok?""Baiklah kalau begitu, hubungi aku kalau ada apa-apa. Jaga dirimu Rose."
Akhirnya hari ini datang jugaAuthor rada² gak rela mau tamatin cerita ini, tapi setiap pertemuan pasti ada perpisahan...Author mau ngucapin terima kasih untuk semua pembaca setia Boss Mafia, I Love You yang selalu setia menanti up setiap hari...Juga untuk semua yang sudah mendukung cerita ini sampai tamat…Untuk sahabat sesama penulis Buenda Vania yang selalu setia author curhatin setiap saat,,Untuk teman-teman yang tergabung dalam Group Author Halu dan Group Author Bahagia…Terima kasih untuk setiap canda tawa selama ini,, sharing tentang segala macam hal dari yang serius sampe yang nggak penting…At least untuk suami dan anak tercinta yang selalu sabar dan mendukung hobi istri dan bundanya…I love you more ❤️By the way untuk karya kedua author sudah terbit yah guysJudulnya
"Kau mau ke mana lagi, Al?" rengek Rose memeluk suaminya posesif."Aku mau ke kamar mandi sebentar Baby, perutku sakit…," keluh Allen."Tidak boleh, kau harus tetap di sini bersamaku!""Astaga … lalu aku harus buang air disini Rose?" Wanita itu mengangguk dengan puppy eyes-nya.Semenjak hamil, Rose semakin bersikap manja padanya. Allen tidak diizinkan oleh wanita itu sedikit pun menjauh darinya.Bahkan untuk ke kamar mandi saja, Rose akan mengikuti pria berjambang itu ke dalam seperti saat ini. Rose sedang duduk di dekat dia yang sedang berkonsentrasi mengeluarkan tahap akhir isi dalam perutnya."Kau tidak jijik setiap hari menemaniku begini Rose?""Tidak.""Tapi aku yang malah jijik dengan diriku sendiri melihat kau begitu betah disini Baby…."Ro
Dua bulan setelah bulan madu di atas kapal itu, Rose keluar dari kamar mandi dengan wajah yang pucat.Sudah seharian ini wanita berambut panjang itu muntah-muntah di dalam sana. Allen sampai khawatir melihat keadaan istrinya."Kita ke rumah sakit saja Baby…." Rose menggeleng bersandar di dada bidang Allen yang memeluknya."Tapi aku khawatir melihat kau muntah-muntah begini sejak pagi Baby. Aku tidak tenang meninggalkanmu sendiri di mansion""Aku tidak apa-apa, Al. Kau pergilah bekerja, mungkin aku hanya salah makan saja kemarin."Allen berdecak, mulai jengkel dengan Rose yang tidak mau mendengarkan perkataannya. Pria itu kelimpungan sendiri mengurus wanitanya karena Amberd sedang berlibur ke luar negeri.Mau menghubungi Alex pun, pria itu tidak ada di Miami sekarang. Dia memilih kembali ke Mexico membuka usahanya di sana sembari menemani Eduardo
"Kapal pesiar?""Iya, kita akan berlayar selama seminggu penuh di atas laut."Allen mengajak Rose naik ke atas kapal pesiar berukuran cukup besar yang belum lama dia beli.Pria itu sengaja membelinya untuk hadiah pernikahan dia untuk Rose. Bahkan pada kapal badan tertulis inisial nama keduanya dan tanggal pernikahan mereka.Allen benar-benar memastikan hadiah ini akan menjadi kenangan untuk mereka berdua, sekaligus sebagai tempat bulan madu mereka setelah resmi menjadi suami istri."Ini sangat indah, Al…." Rose berdiri pada dek kapal, menatap hamparan laut luas di depan mereka. Kapal itu mulai bergerak saat keduanya naik ke atas sana."Kau suka?""Sangat, aku sangat menyukainya…," sahut Rose terkagum-kagum."Aku senang jika kau menyukainya Baby." Allen memeluk wanitanya dari belak
Tanggal sebelas di bulan sebelas adalah tanggal terindah untuk Allen dan Rose. Pasangan itu memantapkan hati untuk saling mengikat janji suci di depan pendeta.Rose berjalan mendekati Allen yang tengah menunggunya di depan altar, dengan mata yang berkaca-kaca.Wanita itu berjalan pelan ditemani Alex di sampingnya dengan mata yang sembab. Pria paruh baya itu tidak menyangka anak yang selama ini dia jaga dan dia rawat, kini akan menikah dengan seorang pria pilihannya.Teringat bagaimana Alex memberi pesan-pesan untuk Rose tadi saat mereka masih di ruang ganti pengantin."Hiduplah dengan bahagia, Nak. Daddy akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kau dan keluargamu. Mommy-mu pasti ikut bahagia melihat kau akan menikah hari ini."Rose tersenyum menggenggam tangan ayahnya. "Terima kasih, Dad. Terima kasih karena sudah menjaga aku sampai sekarang. Terima kasih juga karena tidak
"Kau senang?"Rose mengangguk penuh semangat. "Tentu saja, Al. Malam ini adalah salah satu malam terindah di hidupku.""Memangnya malam selain ini apalagi?" tanya Allen penasaran."Kau mau tahu?" Allen mengangguk."Malam di mana aku sadar aku sudah mencintaimu, Al." sahut Rose mengingat malam panjang mereka berdua."Benarkah? Boleh aku tahu kapan tepatnya itu?" Rose tertawa geli, malu untuk memberitahukannya pada Allen."Kenapa tertawa? Jangan membuatku penasaran Baby…." keluh Allen memeluk posesif wanitanya dari belakang."Aku malu memberitahukannya padamu.""Kenapa malu? Aku bukan orang lain Baby, aku calon suamimu sekarang!"Rose tersenyum dengan wajah memerah. Mendengar Allen berkata calon suami makin membuat hatinya berdebar tidak karuan. Rose merasa seper
"Cepatlah Rose, kita sudah terlambat!""Berisik!" sahut Rose keluar dari dalam kamar mereka.Wanita itu memakai gaun peach sampai ke mata kakinya dengan dada yang menyembul sempurna, dan punggung yang terbuka sampai ke batas bokong. Rambutnya diikat ke atas, memperlihatkan leher Rose yang jenjang.Allen mendekati wanitanya terpesona. "Kau memang selalu cantik dan menawan Baby…," puji pria itu merangkul pinggang Rose.Wanita bermanik mata biru itu hanya mencebik, menepis rangkulan Allen padanya. Rose masih kesal dengan pria berjambang itu, dia menganggap Allen tidak pernah peka dengan perdebatan mereka semalam.Meski terkesan seperti anak kecil, tapi Rose kesal saja Allen bertingkah seperti pria polos yang tidak mengerti apa-apa.Mereka pun naik ke mobil diantarkan salah satu anggota Blue Fire menuju venue tempat pernikahan Ace dan Sonya diadakan.
"Daddy…." panggil Rose mendekati Alex. "Kemarilah, duduk disini dengan Daddy." Pria paruh baya itu menepuk kursi bangku disampingnya. ""Kau sedang apa sendirian disini, Dad?" tanya Rose ikut duduk bersama ayahnya. "Menikmati pemandangan sore hari Rose. Biasanya Daddy dan mommy selalu duduk disini setiap jam begini." Rose mengernyit tidak mengerti. "Disini?" "Iya, Nak. Rumah kakekmu ini dulunya adalah tempat tinggal pertama kami setelah menikah," terang Alex mengingat kenangannya bersama ibu Rose. "Benarkah? Kenapa Daddy tidak pernah mengatakannya padaku kalau kita punya rumah lain lagi, selain rumah kita yang dulu?" tanya Rose tidak percaya. "Itu karena rumah ini terpaksa Daddy jual untuk biaya persalinan ibumu, Nak. Kami sangat susah dulu, bahkan untuk membelikan ibumu makanan yang dia suka saja Daddy tida
"Kau disini Ace?" Sonya kaget mendapati pria itu sudah lebih dulu berada di rumah orang tuanya.Wanita berlesung pipit itu dijemput oleh anggota Blue Fire di hotel sebelumnya atas perintah Ace."Duduk, Sonya!" perintah ibunya menatap tajam anak perempuan mereka."I-iya, Mom." Takut-takut wanita itu duduk di samping Ace yang tersenyum tenang menatapnya."Apa benar pria ini adalah calon suamimu?" tanya ibu Sonya tanpa basa basi.Sonya tertunduk tidak berani menatap kedua orang tuanya. "Iya, Mom … Dad.""Lalu benar kalau dia sudah menghamilimu?" tanya wanita paruh baya itu lagi.Sonya mengangguk, tidak berani bersuara. Ace tengah menggenggam tangannya dengan hangat, seakan memberikan ketenangan di hati wanitanya.Dua pasangan suami istri itu saling menatap satu sama lain, dan kompak menghembuskan nafas panja