"Tapi Bos…."
"Jangan membantah Ace, Rose tidak punya banyak waktu lagi! Cepat bawa dia ke rumah sakit sekarang!"
Allen bersikeras meminta asistennya membawa wanita yang sudah terkapar tidak sadarkan diri di depan mereka. Walau bagaimanapun keadaan Rose lebih penting dibanding dirinya sendiri.
"Untuk seorang pria kejam, kau ternyata masih punya hati!" sinis Adam dengan nafas yang naik turun.
Dua orang itu sudah sama-sama kelelahan karena terus saling menyerang tanpa henti sejak tadi.
"Itu sebabnya kau butuh dibesarkan oleh seorang wanita dan bukan oleh seorang pria tidak punya hati!" sahut Allen sengaja membuat sepupunya meradang.
"Brengsek!"
Adam kembali maju melayangkan pukulan dan tendangannya ke arah Allen, dia tidak terima dengan ucapan pria berjambang ini.
Sejak dulu Adam memang selalu diledek
Selamat hari Minggu semua ❤️
Hampir lima jam menunggu di depan ruang bedah dimana Rose tengah di operasi oleh tim dokter, Allen duduk dengan gelisah.Entah sudah berapa kali perawat keluar masuk dari ruangan itu sambil membawa kantong darah yang tak terhitung jumlahnya.Tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalam sana, Allen makin khawatir melihat sudah selama ini menunggu dan tidak ada tanda-tanda lampu operasi akan padam."Aku membawakanmu baju ganti Bos." Ace menghampiri Allen sambil membawa tas kecil di tangan"Taruh saja disitu.""Apa Bos tidak akan ganti baju dulu?""Tidak. Aku akan menunggu Liam keluar dulu dari ruang operasi!"Ace mengangguk dan meletakkan tas kecil yang dia bawa ke dekat bosnya. Mengerti dengan perasaan pria itu, dia juga sama khawatirnya dengan Allen. Semoga saja Rose tidak apa-apa, pikirnya."Ap
"Kenapa kau masih disini?!"Alex keluar dari ruang ICU mendapati pria yang menyebabkan anaknya terluka masih ada disana menunggunya."Apa lagi yang kau mau?!" sambung Alex menatap tajam pria berjambang itu.Allen tiba-tiba berlutut di depan Alex dan tertunduk. Ace sampai kaget melihat bosnya bersikap tidak biasa seperti ini."Bos…." panggilnya tidak rela.Selama mengikuti Allen bertahun-tahun, Bos Mafia itu tidak pernah sekalipun merendah ataupun sampai berlutut begini di depan orang lain. Ace sungguh tidak menyangka bosnya akan berbuat sampai sejauh ini."Apa yang kau lakukan? Untuk apa kau berlutut begini padaku?!" sentak Alex tidak suka."Aku ingin meminta maaf Tuan…." sahut Allen dengan wajah tertunduk."Ini semua memang salahku karena sudah membuat Rose terluka. Hukum aku dengan berat jika Tua
"Bos, kita sudah sampai." Ace membangunkan pria yang tertidur di kursi belakang mobil.Allen tidur dengan sangat pulas hingga tidak sadar kalau mereka sudah sampai di markas Blue Fire. Bos mafia itu keluar dari dalam mobil mewahnya, berjalan masuk bersama Ace."Aku sudah meminta chef menyiapkan makanan untukmu Bos."Allen mengangguk, duduk di ruang istirahatnya. "Pergilah, aku ingin istirahat sebentar sebelum menemui dua bedebah itu.""Baik Bos." Ace membungkuk dan keluar menutup pintu dengan pelan.Kurang lebih empat jam Allen tidur setelah mengisi perutnya, pria itu terlihat jauh lebih segar setelah beristirahat."Apa ada kabar dari Liam?""Belum ada Bos."Allen terus berjalan menuju ruang eksekusi dimana Robert dan sepupunya Adam di sekap. Dua orang itu diikat dengan rantai tanpa diberi maka
"Apa yang terjadi Liam?"Allen tiba di rumah sakit saat dokter tampan itu terlihat khawatir keluar dari ruangannya."Aku harus memeriksa Rose sekarang, perawat mengatakan kalau kondisinya menurun.""A-apa?" sahut Allen kaget."Kau bisa menunggu di ruanganku dulu." Liam segera beranjak dari sana berlari menuju ruang ICU."Bos, kau mau kemana?" tahan Ace."Aku harus memastikan keadaan Rose, jangan menahanku Ace!""Tapi ada tuan Alex disana Bos, dia tidak ingin bertemu dengan Bos. Tuan Alex pasti akan lebih marah jika melihat Bos ada disana."Allen terdiam dan membuang nafas kasar, dia lupa kalau pria paruh baya itu sedang marah padanya. Alex pasti akan lebih membencinya jika mendengar keadaan Rose saat ini."Shit!" maki Bos Mafia itu menendang kursi tunggu di depan ruangan Li
"Kau tidak pulang?" Allen menggeleng. "Ini sudah larut Al, lebih baik kau pulang dan beristirahat. Aku akan menghubungimu jika terjadi sesuatu."Allen hanya diam duduk bersandar di kursi sofa ruangan Liam sambil memejamkan mata. Setelah puas menangis menumpahkan rasa sesak di hatinya, pria itu hanya berdiam diri disana dengan pikiran dan hati yang kemelut."Kau bisa sakit jika terus seperti ini Al, pulanglah bersama Ace. Dia menunggumu sejak tadi di luar.""Aku akan menginap disini. Katakan pada Ace untuk menyiapkan satu ruangan yang dekat dengan ruangan Rose di rawat!" sahut Bos Mafia itu masih dengan mata terpejam."Kau serius?" tanya Liam memastikan."Pergi dan katakan padanya! Aku tidak ingin diganggu!"Liam hanya bisa membuang nafas panjang dan keluar dari ruang kerjanya. Pria itu kalau sudah memberikan perintah, tidak ada yang bisa dil
"Kau disini Sonya?""Selamat malam Uncle…," sapa wanita berlesung pipit itu."Maaf aku baru bisa datang kemari menemuimu," sambung Sonya duduk di kursi tunggu samping Alex."Tidak apa-apa, kau datang hari ini saja sudah membuatku senang." Pria paruh baya itu tersenyum tulus, Sonya sudah seperti anak kandungnya sendiri."Bagaimana keadaan Rose, Uncle?"Alex menghembuskan nafas panjang, mengingat Rose yang masih terbaring tidak berdaya di dalam sana membuat hatinya sangat sedih."Uncle…." panggil Sonya lagi."Entahlah So, aku juga tidak tahu. Tadi kondisi Rose sempat turun, tapi menurut dokter keadaannya sudah stabil kembali. Entah sampai kapan Rose akan tertidur seperti itu."Wajah Alex seketika menjadi sendu, anak perempuannya masih berjuang sendirian di dalam sana. Setiap detik b
"Apa ada perubahan pada anakku, Dokter?""Sejauh ini belum ada perubahan yang berarti Tuan, kita berdoa saja agar Rose secepatnya bisa sadar."Alex lagi-lagi harus menelan kekecewaan setelah mendengar ucapan dokter Liam. Hari ini terhitung sudah seminggu lamanya Rose masih belum juga mau membuka mata.Wanita itu masih setia tidur lelap di balik alat dan selang yang menempel di tubuhnya."Dokter….!" Seorang perawat berteriak memanggil Liam dari dalam ruang ICU dimana Rose di rawat.Seorang perawat yang lain terlihat membuka pintu ruangan dengan wajah panik."Dok…," ujarnya menunjuk kedalam ruangan ICU.Mengerti dengan apa yang dimaksud oleh perawat itu, Liam buru-buru masuk meninggalkan Alex yang sontak merasa ada yang tidak beres.Alex hanya bisa menunggu sembari berjalan kesana kemari
Sehari semalam Allen menunggui calon ayah mertuanya tidur di dalam ruang rawat pasien.Allen tidur bersandar di kursi sofa hingga tidak sadar kalau Alex sudah bangun dan sedang menatap dia dari atas ranjang.Membuang nafas panjang, Alex bangkit dan mencabut jarum infus di tangannya. Dia merasa tubuhnya sudah lebih baik dari kemarin. Alex tidak mau berlama-lama di dalam sini sementara anaknya lebih membutuhkan dia saat ini.Sebelum keluar dari dalam ruangan itu, Alex mengambil selimut yang dia pakai tadi di atas ranjang dan menyelimutkannya pada Allen.Pria itu tahu kalau atasan anaknya ini pasti tidak tidur dengan baik karena menunggunya dari kemarin. Perlakuan Allen ini mulai membuat hati Alex sedikit tergugah.Dia tahu kalau Allen pria yang baik, hanya saja jika mengingat apa yang terjadi pada Rose. Alex seketika menjadi kesal dan marah padanya."Tuan
Akhirnya hari ini datang jugaAuthor rada² gak rela mau tamatin cerita ini, tapi setiap pertemuan pasti ada perpisahan...Author mau ngucapin terima kasih untuk semua pembaca setia Boss Mafia, I Love You yang selalu setia menanti up setiap hari...Juga untuk semua yang sudah mendukung cerita ini sampai tamat…Untuk sahabat sesama penulis Buenda Vania yang selalu setia author curhatin setiap saat,,Untuk teman-teman yang tergabung dalam Group Author Halu dan Group Author Bahagia…Terima kasih untuk setiap canda tawa selama ini,, sharing tentang segala macam hal dari yang serius sampe yang nggak penting…At least untuk suami dan anak tercinta yang selalu sabar dan mendukung hobi istri dan bundanya…I love you more ❤️By the way untuk karya kedua author sudah terbit yah guysJudulnya
"Kau mau ke mana lagi, Al?" rengek Rose memeluk suaminya posesif."Aku mau ke kamar mandi sebentar Baby, perutku sakit…," keluh Allen."Tidak boleh, kau harus tetap di sini bersamaku!""Astaga … lalu aku harus buang air disini Rose?" Wanita itu mengangguk dengan puppy eyes-nya.Semenjak hamil, Rose semakin bersikap manja padanya. Allen tidak diizinkan oleh wanita itu sedikit pun menjauh darinya.Bahkan untuk ke kamar mandi saja, Rose akan mengikuti pria berjambang itu ke dalam seperti saat ini. Rose sedang duduk di dekat dia yang sedang berkonsentrasi mengeluarkan tahap akhir isi dalam perutnya."Kau tidak jijik setiap hari menemaniku begini Rose?""Tidak.""Tapi aku yang malah jijik dengan diriku sendiri melihat kau begitu betah disini Baby…."Ro
Dua bulan setelah bulan madu di atas kapal itu, Rose keluar dari kamar mandi dengan wajah yang pucat.Sudah seharian ini wanita berambut panjang itu muntah-muntah di dalam sana. Allen sampai khawatir melihat keadaan istrinya."Kita ke rumah sakit saja Baby…." Rose menggeleng bersandar di dada bidang Allen yang memeluknya."Tapi aku khawatir melihat kau muntah-muntah begini sejak pagi Baby. Aku tidak tenang meninggalkanmu sendiri di mansion""Aku tidak apa-apa, Al. Kau pergilah bekerja, mungkin aku hanya salah makan saja kemarin."Allen berdecak, mulai jengkel dengan Rose yang tidak mau mendengarkan perkataannya. Pria itu kelimpungan sendiri mengurus wanitanya karena Amberd sedang berlibur ke luar negeri.Mau menghubungi Alex pun, pria itu tidak ada di Miami sekarang. Dia memilih kembali ke Mexico membuka usahanya di sana sembari menemani Eduardo
"Kapal pesiar?""Iya, kita akan berlayar selama seminggu penuh di atas laut."Allen mengajak Rose naik ke atas kapal pesiar berukuran cukup besar yang belum lama dia beli.Pria itu sengaja membelinya untuk hadiah pernikahan dia untuk Rose. Bahkan pada kapal badan tertulis inisial nama keduanya dan tanggal pernikahan mereka.Allen benar-benar memastikan hadiah ini akan menjadi kenangan untuk mereka berdua, sekaligus sebagai tempat bulan madu mereka setelah resmi menjadi suami istri."Ini sangat indah, Al…." Rose berdiri pada dek kapal, menatap hamparan laut luas di depan mereka. Kapal itu mulai bergerak saat keduanya naik ke atas sana."Kau suka?""Sangat, aku sangat menyukainya…," sahut Rose terkagum-kagum."Aku senang jika kau menyukainya Baby." Allen memeluk wanitanya dari belak
Tanggal sebelas di bulan sebelas adalah tanggal terindah untuk Allen dan Rose. Pasangan itu memantapkan hati untuk saling mengikat janji suci di depan pendeta.Rose berjalan mendekati Allen yang tengah menunggunya di depan altar, dengan mata yang berkaca-kaca.Wanita itu berjalan pelan ditemani Alex di sampingnya dengan mata yang sembab. Pria paruh baya itu tidak menyangka anak yang selama ini dia jaga dan dia rawat, kini akan menikah dengan seorang pria pilihannya.Teringat bagaimana Alex memberi pesan-pesan untuk Rose tadi saat mereka masih di ruang ganti pengantin."Hiduplah dengan bahagia, Nak. Daddy akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kau dan keluargamu. Mommy-mu pasti ikut bahagia melihat kau akan menikah hari ini."Rose tersenyum menggenggam tangan ayahnya. "Terima kasih, Dad. Terima kasih karena sudah menjaga aku sampai sekarang. Terima kasih juga karena tidak
"Kau senang?"Rose mengangguk penuh semangat. "Tentu saja, Al. Malam ini adalah salah satu malam terindah di hidupku.""Memangnya malam selain ini apalagi?" tanya Allen penasaran."Kau mau tahu?" Allen mengangguk."Malam di mana aku sadar aku sudah mencintaimu, Al." sahut Rose mengingat malam panjang mereka berdua."Benarkah? Boleh aku tahu kapan tepatnya itu?" Rose tertawa geli, malu untuk memberitahukannya pada Allen."Kenapa tertawa? Jangan membuatku penasaran Baby…." keluh Allen memeluk posesif wanitanya dari belakang."Aku malu memberitahukannya padamu.""Kenapa malu? Aku bukan orang lain Baby, aku calon suamimu sekarang!"Rose tersenyum dengan wajah memerah. Mendengar Allen berkata calon suami makin membuat hatinya berdebar tidak karuan. Rose merasa seper
"Cepatlah Rose, kita sudah terlambat!""Berisik!" sahut Rose keluar dari dalam kamar mereka.Wanita itu memakai gaun peach sampai ke mata kakinya dengan dada yang menyembul sempurna, dan punggung yang terbuka sampai ke batas bokong. Rambutnya diikat ke atas, memperlihatkan leher Rose yang jenjang.Allen mendekati wanitanya terpesona. "Kau memang selalu cantik dan menawan Baby…," puji pria itu merangkul pinggang Rose.Wanita bermanik mata biru itu hanya mencebik, menepis rangkulan Allen padanya. Rose masih kesal dengan pria berjambang itu, dia menganggap Allen tidak pernah peka dengan perdebatan mereka semalam.Meski terkesan seperti anak kecil, tapi Rose kesal saja Allen bertingkah seperti pria polos yang tidak mengerti apa-apa.Mereka pun naik ke mobil diantarkan salah satu anggota Blue Fire menuju venue tempat pernikahan Ace dan Sonya diadakan.
"Daddy…." panggil Rose mendekati Alex. "Kemarilah, duduk disini dengan Daddy." Pria paruh baya itu menepuk kursi bangku disampingnya. ""Kau sedang apa sendirian disini, Dad?" tanya Rose ikut duduk bersama ayahnya. "Menikmati pemandangan sore hari Rose. Biasanya Daddy dan mommy selalu duduk disini setiap jam begini." Rose mengernyit tidak mengerti. "Disini?" "Iya, Nak. Rumah kakekmu ini dulunya adalah tempat tinggal pertama kami setelah menikah," terang Alex mengingat kenangannya bersama ibu Rose. "Benarkah? Kenapa Daddy tidak pernah mengatakannya padaku kalau kita punya rumah lain lagi, selain rumah kita yang dulu?" tanya Rose tidak percaya. "Itu karena rumah ini terpaksa Daddy jual untuk biaya persalinan ibumu, Nak. Kami sangat susah dulu, bahkan untuk membelikan ibumu makanan yang dia suka saja Daddy tida
"Kau disini Ace?" Sonya kaget mendapati pria itu sudah lebih dulu berada di rumah orang tuanya.Wanita berlesung pipit itu dijemput oleh anggota Blue Fire di hotel sebelumnya atas perintah Ace."Duduk, Sonya!" perintah ibunya menatap tajam anak perempuan mereka."I-iya, Mom." Takut-takut wanita itu duduk di samping Ace yang tersenyum tenang menatapnya."Apa benar pria ini adalah calon suamimu?" tanya ibu Sonya tanpa basa basi.Sonya tertunduk tidak berani menatap kedua orang tuanya. "Iya, Mom … Dad.""Lalu benar kalau dia sudah menghamilimu?" tanya wanita paruh baya itu lagi.Sonya mengangguk, tidak berani bersuara. Ace tengah menggenggam tangannya dengan hangat, seakan memberikan ketenangan di hati wanitanya.Dua pasangan suami istri itu saling menatap satu sama lain, dan kompak menghembuskan nafas panja