Ana berlari masuk ke kantor dengan terburu-buru takut terlambat. Alarm ponselnya yang lupa diatur membuat Ana bangun kesiangan. Ana mendudukan tubuhnya ke kursi kerjanya sebagai staf keuangan di kantornya sejak lima tahun yang lalu.
“Huft..“ Ana menghembuskan nafas kasar
“Habis olahraga apa lo. Ngos-ngosan gitu.“ Alma heran melihat Ana datang penuh dengan tetesan keringat
“Nggak usah berisik deh lo. Gue kesiangan. Lupa pasang alarm handphone.“
“Kebiasaan lo iya. Makanya nikah biar ada yang bangunin.“
“Bodo ah.“ Ana melempar pulpen ke Alma yang menangkisnya dengan tangan
“Woi. Kerja! Jangan ngrumpi mulu! Bos besar mau datang.“ Faren menghentikan perdebatan Ana dan Alma
“What? Bos besar? CEO maksud lo?” Ana membelalakan matanya mendengar ucapan Faren
“Siapa lagi kalau bukan CEO.“ Faren duduk dikubikelnya
Mereka kembali kepekerjaan masing-masing dengan hening. Waktu istirahat Ana Alma dan Faren makan dikantin. Setelah memesan makanan mereka mengobrol santai.
“Lo bohong Ren. Mana bos besar yang katanya mau datang?“ omel Ana kesal
“Nggak bohong kok. Cuma diundur aja datangnya kata pak Arman.“ Faren membela diri
“Ish.. Sama aja bohong.“ Ana berteriak ke arah Faren
“Udah ayo makan. Makanan udah datang.“ Alma melerai pertengkaran mereka setelah pesanan datang.
***
Ardi Wijaya anak tunggal dari pengusaha ternama dan berkompeten di Indonesia Wijaya Putra merupakan pewaris tahta bisnis ayahnya Wijaya Group sangat menentang perjodohan yang dilakukan ayahnya dengan anak rekan bisnisnya.
“Ardi nggak mau dijodohin yah.“ Ardi emosi dengan keputusan ayahnya
“Ayah kasih waktu kamu empat hari buat kenalin cewe kamu ke ayah. Kalau dalam empat hari kamu nggak bisa bawa cewe kamu maka ayah akan tetap jodohin kamu.“ ultimatun ayahnya tidak ada yang bisa merubahnya termasuk Rina ibunya
“Mana bisa empat hari yah.”
“Ayah nggak mau tahu. Waktu kamu empat hari dari sekarang.“ ayahnya pergi meninggalkan Ardi yang masih termangu diruang keluarga
“Arghhhhhh.. Bu. Bantu Ardi donk.“ Ardi membujuk ibunya untuk merubah keputusan ayahnya
“Maaf nak. Ibu nggak bisa bantu kamu kali ini.“ Ibu Rina mengelus lembut kepala putra semata wayangnya itu
Ardi pergi meninggalkan rumah mencari udara segar menjernihkan pikirannya.
***
“Apa kak? 100 juta uang darimana?“ Ana kaget mendengar kakaknya puny utang ke rentenir sebesar itu
“Maafin kakak An. Kakak salah. Kakak khilaf.” Sigit memelas ke Ana
“Ana nggak punya uang sebanyak itu kak.”
“Kita jual rumah aja ya An.“
“Kakak gila! Ini rumah peninggalan orang tua kita kak. Awas aja kalau sampai kakak menjualnya. Ana nggak kan pernah akui kakak lagi.“ Ana pergi meninggalkan rumah mencari udara.
“Darimana coba gue cari duit seratus juta. Tabungan gue aja cuma dikit. Dalam waktu tiga hari kalau nggak bisa rumah dijual kakak. Nggak. Aku nggak akan biarkan kakak jual rumah.“ Ana bermonolong
***
Ana menuju ke restoran tempat Ana bekerja part time setelah pekerjaan di kantornya selesai. Mencoba melupakan masalah kakaknya dengan bekerja. Doni mantan pacar Ana datang menemui Ana direstoran dan suda dipastikan menyebabkan kekacauan.
“Ngapain lagi lo kesini?“ tanya Ana dengan nada tinggi
“Malam ini kamu milik aku cantik.“ Doni menyentuh dagu namun tangan Ana langsung menepisnya
“Nggak sudi gue ama lo.”
“Nggak usah jual mahal. Harga lo itu 100 juta.”
Ana membelalakan bola matanya mendengar ucapan Doni.
“Apa maksud lo?“
“Kakak lo udah jual lo ke gue 100 juta.”
Seketika tangan dan kaki Ana lemas mendengar ucapan Ana. Bagai disambar petir disiang bolong rasanya Ana ingin pergi ke kutub utara saja daripada menjadi pemuas nafsu laki-laki dihadapannya yang sudah beristri 4 ini.
“Gue nggak mau!“ Ana menaikan nada bicaranya yang sudah terlanjur emosi
“Gue nggak mau tahu. Lo harus mau ikut gue sekarang.“ Doni menyeret tangan Ana memaksa ikut dengannya
“Nggak mau!!!“ teriak Ana
Mendengar keributan yang terjadi di restoran tempat Ardi makan, Ardi akhirnya penasaran dengan apa yang terjadi. Ardi melihat cewe ditarik paksa oleh cowo keluar restoran.
“Lepasin dia.” Suara bariton Ardi menggelegar seisi restoran menghentikan langkah Ana dan Doni.
“Lepasin dia.“ Ardi menghampiri Ana dan Doni
“Siapa kamu? Nggak ada yang berhak nglarang saya bawa cewe ini.” ucap Doni
“Lepasin dia.“
“Tebus dia kalau mau saya lepasin. Kakaknya udah menjual dia ke saya.“
“Berapa yang harus saya tebus biar kamu lepasin dia.“
“Seratus juta.“
“Ok. Berikan rekening kamu.”
Ardi memberikan ponsel ke Doni untuk mencatat rekening Doni lalu mentransfer sejumlah uang melalui mobil banking diponselnya.
“Deal. Seratus juta udah saya transfer dan lepasin dia.“ Ardi menunjukan handphone bukti transfer ke Doni
Doni melepaskan Ana setelah mendapat apa yang Doni mau meninggalkan Ardi dan Ana.
“Ma makasih pak.“ ucap Ana terbata-bata
“Nggak ada yang gratis.“ balas Ardi dengan sikap dinginnya
“Ma maksudnya?“
“Ikut saya.“ Ardi menuju ke mobilnya diikuti Ana
‘Apa-apaan ini lepas dari Doni kenapa gue mau aja ikut dia. Padahal gue nggak kenal siapa ini orang.’ Batin Ana
“Rumah lo dimana?“ suara Ardi membuyarkan lamunan Ana
“Ru rumah pak.“ Ana masih terbata-bata
“Ya. Rumah kamu dimana.“
“Sa saya malas pulang rumah pak. Saya malas ketemu kakak saya. Saya benci kakak saya yang mau menjual saya untuk menutupi utangnya.“ Ana emosi membalas ucapan Ardi
Ardi menuju apartemennya yang berada dilantai paling atas. Ardi pemilik gedung apartemen yang ditempatinya merupakan salah satu aset keluarga Wijaya.
“Ngapain kesini?“ tanya Ana ketakutan setelah masuk ke dalam unit apartemen Ardi
“Malam ini kamu tidur disini.”
“Ta tapi.“
“Saya nggak suka penolakan. Saya nggak akan tidur satu kamar dengan kamu. Kamu tidur di kamar tamu.”
“Makasih pak.“ Ana merasa lega mendengar ucapan Ardi
“Saya Ardi.”
“Ana.“
“Semua yang saya lakuin ke kamu nggak ada yang gratis.“ Ardi duduk disofa ruang tengah
“Ma maksudnya pak?“
“Kamu harus menikah dengan saya.”
Duarr..
Bagai tersambar petir di siang bolong Ana membolakan kedua bola matanya terkejut mendengar ucapan Ardi.
“Apa? Menikah?”
“Kamu harus menikah dengan saya untuk membayar utang kamu dan agar saya terhindar dari perjodohan.“
“Ta tapi..“ Ana tidak melanjutkan ucapannya karena dipotong oleh Ardi
“Saya tidak menerima penolakan. Kita akan melakukan pernikahan kontrak. Nanti surat perjanjiannya akan dikirim oleh sekretaris saya. Sekarang tulis poin-poin perjanjian yang kita sepakati.”Ardi memberikan kertas pulpen ke Ana.Ana tidak bisa berpikir jernih. Ana menulis poin-poin pantangan surat perjanjian pernikahan kontrak dengan Ardi. Sama halnya dengan Ardi. Hal ini akan membebaskannya dari perjodohan yang sudah dibuat oleh ayahnya. Setelah membaca setiap poin yang mereka tulis Ardi menyimpan surat perjanjian dikantongnya.
“Tapi pak.. Saya besok harus kerja.“
“Nggak akan ada yang melarang kamu kerja. Bahkan kalau kita udah nikah.”
“Serius pak.“
“Saya tidak suka mengulang perkataan.“
“Ta tapi.“ Ucap Ana ketakutan
“Kenapa.“
“Saya nggak punya baju kerja. Baju saya di rumah semua.“
“Kamu bisa pakai baju ibu saya dilemari kamar tamu. Kayanya muat dibadan kamu.“
“Maaf merepotkan pak.“
“Saya mau istirahat.“ Ardi beranjak menuju tempat tidur namun baru beberapa langkah Ardi berhenti membalikan badannya.
“Besok kamu nggak usah masuk kerja dulu. Besok ikut saya ke rumah orang tua saya dan kamu harus bisa meyakinkan orang tua saya kalau pernikahan kita bukan kontrak.“ Ardi menuju kamarnya tanpa menunggu Ana menjawab untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah.
“Huft.“ Ana menghembuskan nafasnya pelan lalu berjalan menuju kamarnya disebelah kamar Ardi
***Jangan lupa star vote, komen dan masukan ke rak kalian ya..
Terima kasih
Ardi mengajak Ana berkunjung ke rumah orang tuanya sekaligus mengenalkan Ana kepada orang tuanya sebagai calon istri Ardi. Ana merasakan debaran jantung berfungsi tidak normal hari ini ketika kaki jenjang Ana menginjak rumah orang tua Ardi. Ardi masuk kedalam ruang tengah diaman papa mamanya telah menunggunya.Ya. Hari ini Ardi sengaja tidak masuk ke kantor dan menyerahkan semua pekerjaan serta meeting hari ini kepada Nathan sahabat sekaligus asisten kepercayaannya. Hari ini Ardi mengkhususkan waktunya berkunjung ke rumah orang tua memperkenalkan Ana sebagai calon istri pilihannya.“Siang pa ma..” Sapa Ardi sopan sembari mencium punggung tangan papa mama“Nggak usah basa basi. Siapa wanita yang kamu bawa?” ucap papa Wijaya“Ini Ana pa ma. Ana ini papa mama. Ana calon istri Ardi pa ma.” Ardi memperkenalkan Ana kepada papa Wijaya dan mama RinaPapa Wijaya memindai penampilan Ana dari ujung kepala hingga ujung kaki
Hari pernikahan Ardi dan Ana akan dilangsungkan hari ini di rumah pribadi Ardi yang cukup lama tidak ditempati Ardi. Ardi lebih memilih menempati apartemen daripada rumah pribadinya. Setelah meminta tolong maid yang menjaga rumahnya membersihkan rumah dan kamar yang ada dinrunahnya, Ardi membawa pakaian Ana ke rumah pribadinya tadi malam sembari menyiapkan keperluan yang diperlukan untuk hari pernikahannya.Ana tengah dirias seorang MUA terkenal yang menjadi langganan artis ibu kota dan istri pejabat tinggi di ibukota. Wajah Ana yang putih bersih alami dan cantik tidak menyulitkan bagi perias yang tengah memoles beberapa make up diwajah Ana. Make up natural di pilih oleh perias untuk menambah kesan cantik. Selesai dirias Ana memakai kebaya berwarna putih dengan taburan permata. Kebaya pengantin sederhana menjadi pilihan Ana untuk pernikahannya dengan Ardi setelah perdebatan panjang dengan Ardi ketika dibutik kemarin.Ana mengesah pelan ketika beberapa orang memintanya
Ana berlari masuk ke dalam kantor lalu memencet tombol lift ketika melihat jam yang berada di pergelangan tangan menunjukan lima menit lagi waktu absen berakhir. Setelah tabung kapsul terbuka, Ana bergegas masuk lalu memencet lantai delapan dimana tempat kerjanya berada. Lift yang penuh membuat suasana panas dan sesak, namun Ana tidak menghiraukannya. Ana keluar dari lift ketika lift berhenti di lantai delapan dan bergegas menuju tempat absen finger print. Ana mendudukkan tubuh di kursi yang berada di kubikelnya setelah menyelesaikan absensi."Huh.." Ana menghela nafas lega"Lo kemana aja sih An? Tiga hari nggak masuk?" tanya Alma"Emang kenapa Al? Ada Sp buat gue?" Bukan menjawab pertanyaan Alma, Ana malah balik bertanya dengan nafas yang masih tersengal"Nggak ada An. Tapi gue jadi nambah kerjaan," tukas Alma dengan nada bercanda"Ye.. Itu kan udah resiko lo. Kalau lo nggak masuk juga gue yang kerjain semua kerjaan lo. Gue juga nggak pernah ngelu
Ana tengah menata makanan di atas meja untuk makan malam nanti. Ya. Setelah sampai rumah Ana langsung memasak untuk makan malam nanti dengan Ardi. Walau Ana tidak tahu Ardi akan pulang jam berapa hari ini, tetapi Ana tetap menyiapkan makan malam untuk sang suami.Ardi langsung masuk rumah ketika pulang kerja. Ardi terus memikirkan bagaimana reaksi Ana ketika mengetahui jika Ardi atasannya di kantor. Ardi bernafas lega melihat Ana di ruang makan tengah asyik menata masakannya sehingga Ana tidak mengetahui jika Ardi telah pulang."Assalamu'alaikum.." ucap Ardi"Wa'alaikumsalam.." balas Ana menoleh ke Ardi"Serius banget sampai nggak dengar aku pulang.""Maaf Pak. Bapak ingin langsung mandi dulu apa gimana? Nanti saya siapkan airnya pak.""Saya ingin istirahat dulu sebentar." Ardi berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnyaAna menganggukan kepala menjawab ucapan Ardi sebelum Ardi meninggalkannya. Ana menuju ke dapur untuk membersihkan
Tepat pukul satu siang Ana dan Pak Raka mengikuti meeting di aula perusahaan yang dipimpin oleh Ardi suami Ana. Meeting kali ini dihadiri oleh para pemimpin atau kepala devisi dan salah satu karyawan dari setiap devisi. Ana dan Pak Raka duduk di meja bundar yang terletak di urutan nomor dua dari bagian depan. Peserta meeting dari devisi lain mulai masuk ke dalam aula yang hari ini khusus digunakan untuk meeting.Tak lama kemudian pemimpin perusahaan dan asisten pemimpin masuk ke dalam aula dengan langkah tegas dan aura yang dingin yang telah dikenal oleh karyawan yang dipimpin oleh CEO perusahaan itu. Ya. Pemimpin perusahaan itu Ardi suami Ana. Walaupun Ardi pemimpin baru atau CEO baru di perusahaan namun sikap dingin Ardi telah terkenal di kalangan karyawan perusahaan.Sang asisten CEO yang bernama Natan membuka meeting siang ini. Ana yang tampak fokus dengan laporan yang akan digunakan dalam meeting hari ini tidak menyadari jika tengah ditatap oleh pemimpin perusahaa
Tepat pukul satu siang Ana dan Pak Raka mengikuti meeting di aula perusahaan yang dipimpin oleh Ardi suami Ana. Meeting kali ini dihadiri oleh para pemimpin atau kepala devisi dan salah satu karyawan dari setiap devisi. Ana dan Pak Raka duduk di meja bundar yang terletak di urutan nomor dua dari bagian depan. Peserta meeting dari devisi lain mulai masuk ke dalam aula yang hari ini khusus digunakan untuk meeting.Tak lama kemudian pemimpin perusahaan dan asisten pemimpin masuk ke dalam aula dengan langkah tegas dan aura yang dingin yang telah dikenal oleh karyawan yang dipimpin oleh CEO perusahaan itu. Ya. Pemimpin perusahaan itu Ardi suami Ana. Walaupun Ardi pemimpin baru atau CEO baru di perusahaan namun sikap dingin Ardi telah terkenal di kalangan karyawan perusahaan.Sang asisten CEO yang bernama Natan membuka meeting siang ini. Ana yang tampak fokus dengan laporan yang akan digunakan dalam meeting hari ini tidak menyadari jika tengah ditatap oleh pemimpin perusahaa
Ana tengah menata makanan di atas meja untuk makan malam nanti. Ya. Setelah sampai rumah Ana langsung memasak untuk makan malam nanti dengan Ardi. Walau Ana tidak tahu Ardi akan pulang jam berapa hari ini, tetapi Ana tetap menyiapkan makan malam untuk sang suami.Ardi langsung masuk rumah ketika pulang kerja. Ardi terus memikirkan bagaimana reaksi Ana ketika mengetahui jika Ardi atasannya di kantor. Ardi bernafas lega melihat Ana di ruang makan tengah asyik menata masakannya sehingga Ana tidak mengetahui jika Ardi telah pulang."Assalamu'alaikum.." ucap Ardi"Wa'alaikumsalam.." balas Ana menoleh ke Ardi"Serius banget sampai nggak dengar aku pulang.""Maaf Pak. Bapak ingin langsung mandi dulu apa gimana? Nanti saya siapkan airnya pak.""Saya ingin istirahat dulu sebentar." Ardi berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnyaAna menganggukan kepala menjawab ucapan Ardi sebelum Ardi meninggalkannya. Ana menuju ke dapur untuk membersihkan
Ana berlari masuk ke dalam kantor lalu memencet tombol lift ketika melihat jam yang berada di pergelangan tangan menunjukan lima menit lagi waktu absen berakhir. Setelah tabung kapsul terbuka, Ana bergegas masuk lalu memencet lantai delapan dimana tempat kerjanya berada. Lift yang penuh membuat suasana panas dan sesak, namun Ana tidak menghiraukannya. Ana keluar dari lift ketika lift berhenti di lantai delapan dan bergegas menuju tempat absen finger print. Ana mendudukkan tubuh di kursi yang berada di kubikelnya setelah menyelesaikan absensi."Huh.." Ana menghela nafas lega"Lo kemana aja sih An? Tiga hari nggak masuk?" tanya Alma"Emang kenapa Al? Ada Sp buat gue?" Bukan menjawab pertanyaan Alma, Ana malah balik bertanya dengan nafas yang masih tersengal"Nggak ada An. Tapi gue jadi nambah kerjaan," tukas Alma dengan nada bercanda"Ye.. Itu kan udah resiko lo. Kalau lo nggak masuk juga gue yang kerjain semua kerjaan lo. Gue juga nggak pernah ngelu
Hari pernikahan Ardi dan Ana akan dilangsungkan hari ini di rumah pribadi Ardi yang cukup lama tidak ditempati Ardi. Ardi lebih memilih menempati apartemen daripada rumah pribadinya. Setelah meminta tolong maid yang menjaga rumahnya membersihkan rumah dan kamar yang ada dinrunahnya, Ardi membawa pakaian Ana ke rumah pribadinya tadi malam sembari menyiapkan keperluan yang diperlukan untuk hari pernikahannya.Ana tengah dirias seorang MUA terkenal yang menjadi langganan artis ibu kota dan istri pejabat tinggi di ibukota. Wajah Ana yang putih bersih alami dan cantik tidak menyulitkan bagi perias yang tengah memoles beberapa make up diwajah Ana. Make up natural di pilih oleh perias untuk menambah kesan cantik. Selesai dirias Ana memakai kebaya berwarna putih dengan taburan permata. Kebaya pengantin sederhana menjadi pilihan Ana untuk pernikahannya dengan Ardi setelah perdebatan panjang dengan Ardi ketika dibutik kemarin.Ana mengesah pelan ketika beberapa orang memintanya
Ardi mengajak Ana berkunjung ke rumah orang tuanya sekaligus mengenalkan Ana kepada orang tuanya sebagai calon istri Ardi. Ana merasakan debaran jantung berfungsi tidak normal hari ini ketika kaki jenjang Ana menginjak rumah orang tua Ardi. Ardi masuk kedalam ruang tengah diaman papa mamanya telah menunggunya.Ya. Hari ini Ardi sengaja tidak masuk ke kantor dan menyerahkan semua pekerjaan serta meeting hari ini kepada Nathan sahabat sekaligus asisten kepercayaannya. Hari ini Ardi mengkhususkan waktunya berkunjung ke rumah orang tua memperkenalkan Ana sebagai calon istri pilihannya.“Siang pa ma..” Sapa Ardi sopan sembari mencium punggung tangan papa mama“Nggak usah basa basi. Siapa wanita yang kamu bawa?” ucap papa Wijaya“Ini Ana pa ma. Ana ini papa mama. Ana calon istri Ardi pa ma.” Ardi memperkenalkan Ana kepada papa Wijaya dan mama RinaPapa Wijaya memindai penampilan Ana dari ujung kepala hingga ujung kaki
Ana berlari masuk ke kantor dengan terburu-buru takut terlambat. Alarm ponselnya yang lupa diatur membuat Ana bangun kesiangan. Ana mendudukan tubuhnya ke kursi kerjanya sebagai staf keuangan di kantornya sejak lima tahun yang lalu.“Huft..“ Ana menghembuskan nafas kasar“Habis olahraga apa lo. Ngos-ngosan gitu.“ Alma heran melihat Ana datang penuh dengan tetesan keringat“Nggak usah berisik deh lo. Gue kesiangan. Lupa pasang alarm handphone.““Kebiasaan lo iya. Makanya nikah biar ada yang bangunin.““Bodo ah.“ Ana melempar pulpen ke Alma yang menangkisnya dengan tangan“Woi. Kerja! Jangan ngrumpi mulu! Bos besar mau datang.“ Faren menghentikan perdebatan Ana dan Alma“What? Bos besar? CEO maksud lo?” Ana membelalakan matanya mendengar ucapan Faren“Siapa lagi kalau bukan CEO.“ Faren duduk dikubikelnyaMereka kembali kepekerja