"Apa maksudmu?" tanya Nina tak mengerti.Freya bahkan menatap Elena dengan raut wajah keheranan."Bunga daisy! Hanya Jack yang tahu bahwa aku sangat menyukai bunga daisy. Dan parfum itu...""Hanya Jack? Jadi Nathan bahkan tidak tahu?" tanya Nina dengan sebelah alis terangkat.Elena mengerjap. Baru menyadari bahwa ia keceplosan. "Siapa itu Nathan? Dan kenapa dia tidak tahu bunga kesukaan Elena?" tanya Freya bingung.Nina justru menyeringai. "Nathan adalah bodyguard Elena. Dulu. Sebelum kakakku menggantikan dia. Bukankah hal yang mengherankan kenapa Jack tahu bunga kesukaan Elena padahal baru dua bulan menjadi bodyguardnya, sedangkan Nathan tidak tahu padahal sudah setahun mengawal Elena?""Oh, wow! Ternyata pria bernama Jack itu adalah bodyguard Elena? Romantis sekali," kata Freya dengan pandangan menerawang dan senyum mendamba, seperti terharu dengan kisah cinta Elena."Sebentar, jadi Jack itu kakakmu?" Tiba-tiba Freya menatap Nina dengan curiga.Nina yang menyadari hal itu langsung
"Kenapa kau tidak bertanya langsung padaku? Kenapa kau malah pergi begitu saja meninggalkanku sendirian di hari pernikahan kita?"Elena membuka mulutnya, namun tidak ada kata-kata yang keluar. Otaknya menolak untuk mempercayai apa yang kini dilihatnya, sehingga tangannya tanpa sadar meraba wajah orang di hadapannya."Kau benar-benar nyata," gumamnya ketika tangannya merasakan pipi yang dulu pernah disentuhnya.Rambut tipis yang tumbuh di rahang dan dagu pria itu benar-benar terasa nyata di telapak tangannya. Ia mendongak untuk menatap langit. Masih ada cahaya Aurora yang menari-nari di atas sana.Pandangannya kembali turun ke arah pria di hadapannya. "Jadi ini bukanlah mimpi."Pria itu meraih tangannya dan menciumnya. Menimbulkan aliran listrik di dalam darahnya, membuat kinerja jantungnya bekerja dua kali lebih cepat. Wajahnya terasa hangat ketika kedua mata mereka bertemu.Mata hijau yang selalu ia rindukan setiap detiknya. Mata yang terus hadir dalam mimpinya sampai ia merasa takut
Sebelum menemukan Elena, ia terus memutar otak untuk menemukan wanita itu dengan cepat. Apalagi setelah Bjorn memberinya sedikit petunjuk yang entah disengaja atau tidak.Di salah satu foto yang dikirimkan oleh Bjorn, Jack menemukan tulisan "omso" di belakang foto Elena, Nina, dan satu perempuan asing. Seharusnya ia bisa menemukan lokasi Bjorn dengan mudah hanya dengan menghubungi Freddy. Tapi ia sadar tidak bisa terus mengandalkan orang lain.Menggunakan kekuasaannya untuk memerintah atasan Bjorn? Sangat mudah ia lakukan. Tinggal memberi perintah pada seluruh kepala cabang untuk memberitahu di negara mana Bjorn bekerja. Tapi ia sadar bahwa tidak semuanya bisa dilakukan dengan uang dan kekuasaan. Membuat luluh hati seorang wanita contohnya.Jadi dia malah mendatangi Leo meskipun pria itu menerimanya dengan sikap dingin dan tatapan sinis. Tapi ia menerimanya dengan lapang dada. Memangnya bajingan mana yang pantas mendapatkan pujian dan sanjungan setelah menyakiti seorang wanita?"Kata
Setelah berhasil menemukan Elena dan menciptakan momen indah di bawah pancaran cahaya Aurora Borealis, Jack tidak meminta apa-apa lagi.Menemukan wanita itu ternyata melengkapi dirinya. Memenuhi separuh hatinya yang kosong. Tidak ada lagi keinginannya selain menghabiskan waktu bersama wanita yang kini menunduk dengan wajah murung.Sekarang ia paham dengan apa yang dirasakan oleh Arsen. Ketika Claire berada di antara hidup dan mati karena ulah Sergio, ketika wanita itu mengalami mati suri, bukan hal yang aneh jika Arsen sempat bertingkah seperti orang gila. Memeluk jenazah Claire sambil terus mengajaknya bicara.Terdengar mengerikan dan ia dulu sempat mencibir apa yang dilakukan oleh pria itu, tapi sekarang ia mengalaminya sendiri. Ternyata karma selalu datang untuk membuatnya merasakan apa yang dulu ia remehkan."Kenapa kau murung? Apa kau tidak menyukai kedatanganku? Atau kau masih ingin sendiri?" Jujur ia bingung luar biasa.Bagaimana menghadapi perempuan yang tiba-tiba berubah eksp
Elena tahu, tidak semua laki-laki mau berkomitmen dalam pernikahan. Apalagi dengan fenomena di jaman sekarang, dimana pernikahan hanyalah formalitas dan dijadikan sebagai permainan.Banyak wanita yang menderita dalam pernikahan mereka karena suami mereka selingkuh. Seolah-olah hubungan dengan wanita lain bisa sembarangan dilakukan dengan tanpa adanya ikatan pernikahan.Hidup di negara yang menganggap status perawan justru memalukan, membuat Elena paham bahwa ikatan pernikahan sudah kehilangan maknanya.Jadi apa intinya menikah, jika masing-masing sudah terbiasa dengan tidur bersama di luar pernikahan? Tapi ia dan Jack berbeda. Mereka melakukannya dalam keadaan tidak sadar."Aku hanya tidak ingin kau menyesal setelah benar-benar terikat denganku. Ya, memang banyak pria yang berselingkuh secara diam-diam. Jadi aku tidak mengerti kenapa kau mau mengajakku untuk menikah. Bahkan setelah tidak ada lagi alasanmu untuk menikahiku. Tidak ada bayi yang membuatmu harus bertanggung jawab."Jack t
Keinginan Jack yang menggebu-gebu untuk segera menikah di Norwegia seperti mendapatkan jalan yang mulus.Atla memiliki kenalan seorang pengacara di firma hukum yang bisa membantu proses pernikahan mereka dengan cepat. Dengan bantuan dari pengacara itu, mereka bisa mengurus visa tunangan Norwegia tanpa harus menunggu lama.Apalagi Elena sudah memiliki izin tinggal Norwegia, jadi semuanya bisa berjalan dengan lancar."Kenapa kalian tidak menikah di Portland saja? Kalian tinggal melanjutkan saja. Semua dokumen sudah diurus, kan?" tanya Nina heran.Freya menyenggol lengan Nina dengan mata melotot lalu berbisik. "Kau tidak lihat kakakmu ingin melahap Elena? Dia bahkan terus melotot pada Lars yang hanya mampir sebentar.""Oh, iya juga ya."Kedua wanita itu malah sibuk bergosip, sementara Elena sibuk menikmati Fiskesuppe, sup ikan khas Norwegia. Cuaca yang dingin membuatnya lahap menyantap sup yang hangat itu."Aku tidak peduli. Aku akan menikah dengan Elena di sini. Kalau anda ingin menyaks
Seharusnya mereka bisa kembali ke Portland dan menikah di sana saja, sekalian menggelar pesta pernikahan agar tidak kerja dua kali.Tapi tentu saja Jack memikirkan Elena yang kelihatannya masih betah berada di Tromso karena cahaya Aurora Borealis.Pria itu berbicara dengan Atla mengenai perkembangan psikologis Elena. Wanita itu menyarankan agar menyerahkan semua keputusan pada Elena. Apakah sudah siap untuk kembali ke Portland dan menghadapi semuanya, atau masih membutuhkan waktu."Aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu saja tanpa harus memikirkan tentang banyak hal. Hanya sekali ini saja. Sebelum aku kembali memikirkan tentang pekerjaan, bisnis, dan segala macamnya," jawab Elena.Ia serius ketika mengatakan ingin menghabiskan waktu berdua dengan pria itu. Menjauhkan diri dari kesibukan di dunia nyata yang tidak akan ada habisnya. Ia ingin mengukir kenangan indah bersama Jack sebelum semuanya berakhir."Aku tahu kau pasti berpikiran yang aneh-aneh. Suatu saat nanti, kau harus tah
"Jack, aku lelah.""Sekali lagi.""Aku benar-benar mengantuk."Elena menatapnya dengan kedua mata sayu dan nafas terengah-engah. Sebenarnya ia tidak tega, tapi ia seperti seorang musafir yang tersesat di padang pasir selama berbulan-bulan dan baru menemukan sumber mata air.Lima menit kemudian, Elena benar-benar tertidur pulas meskipun ia masih tegang dan bersemangat. Dengan sangat terpaksa, ia akhiri perjalanan menegangkan penuh kenikmatan yang sudah ia arungi selama 3 jam penuh.Ia terkekeh kecil melihat wanita yang kini menjadi istrinya itu terlihat begitu tenang dalam tidurnya. Segera ia meraih tisu untuk membersihkan area intim Elena dari cairan kehidupan miliknya yang terlalu banyak di sana. Pasti rasanya sangat tidak nyaman tidur dalam keadaan tidak kering. Setelah yakin sudah bersih, ia mengambil selimut tebal dan menyelimuti tubuh polos mereka. Tangannya memeluk pinggang wanita cantik yang kini memunggunginya itu."Aku mencintaimu. Tidak pernah aku merasa sepenuh ini sebelum
"Kau yakin dengan keputusanmu?" Jacob bertanya untuk yang kesekian kalinya.Nathan mengangguk mantap. Tidak ada keraguan dalam hatinya. Ia sudah yakin dengan keputusannya, dan menurutnya itu adalah yang terbaik.Jacob menghela nafas panjang, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi."Apa karena kau masih mencintai menantuku?""Salah satunya. Tapi lebih karena aku tidak mau menghancurkan pernikahan anak anda. Meskipun aku sangat mencintai Elena, tapi aku tidak mau membuat dia menderita."Berita mengenai Elena yang kritis karena kehilangan banyak darah setelah bertengkar dengan Jack membuat Nathan sadar. Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Apalagi wanita adalah makhluk yang sensitif. Selalu menggunakan perasaannya."Baiklah. Jika kau memang sudah tidak merasa nyaman terus berada di sini, aku tidak bisa menahanmu. Tapi kau bisa kembali ke sini sewaktu-waktu jika kau mau," kata Jacob akhirnya.Pria itu membubuhkan tandatangan pada surat mutasi untuk Nathan."Kenapa Korea Selatan?
Elena mengeratkan pegangan tangannya pada lengan Jack ketika melihat bayi itu semakin mendekat dalam gendongan seorang perawat."Bayi kita. Dia bayi kita," ucapnya antusias.Sebenarnya ia terkejut ketika melihat raut kaget dan terpana di wajah Jack. Seolah-olah pria itu juga baru pertama kalinya melihat wajah anak mereka. Tapi ia tidak mau merusak suasana. Mungkin memang benar suaminya sibuk menungguinya, sementara bayi mereka harus dirawat di inkubator.Tiba-tiba bayi itu menangis, membuat Elena bingung sekaligus penasaran. Dia belum pernah menghadapi seorang bayi sebelumnya."Tidak usah panik, Nyonya. Dekap dia dalam pelukan anda. Bayi memerlukan pelukan dari ibunya setelah lahir," kata perawat itu sambil tersenyum.Elena menerima bayinya dengan sedikit kikuk. Takut jika nanti tiba-tiba menjatuhkannya atau membuat tangisan bayi itu kian menjadi-jadi.Di luar dugaannya, bayi itu justru berhenti menangis setelah Elena mendekatkannya pada dadanya. Hatinya terasa begitu penuh. Senyumnya
"Siapa kau?" Elena menatap seorang wanita yang masih muda dan terlihat begitu cantik. Kecantikan khas wanita jaman dulu. Mengingatkannya pada wanita-wanita seperti Putri Diana atau Marilyn Monroe.Tunggu, ia seperti pernah melihat wanita ini sebelumnya. Tapi di mana?"Kau begitu cantik. Bahkan lebih cantik dari Amelia," kata wanita itu sambil tersenyum lembut.Tubuh wanita itu begitu tinggi semampai seperti layaknya model. Seperti tubuh Elena yang tinggi, sehingga orang-orang sering mengira bahwa dirinya adalah seorang model.Sebentar, ada yang aneh di sini. Elena memperhatikan wanita di hadapannya dengan seksama. Rambut pirang dan bibir agak tebal di bagian bawah. Kulit putih bersih dan mata sebiru langit di siang hari."Tidak mungkin," gumam Elena.Satu kesadaran membuatnya refleks melangkah mundur. Kepalanya menggeleng-geleng."Ini tidak benar. Seharusnya aku tidak bisa bertemu dan berbincang denganmu. Apakah aku sudah mati?" Dia mulai panik dan melihat ke sekitarnya.Hanya ada ham
Suara isak tangis yang menyayat hati memenuhi ruang ICU. Seorang pria menggenggam tangan seorang wanita yang sejak kemarin belum juga sadarkan diri. Padahal sudah berkantong-kantong darah habis, tapi sang wanita belum juga mau bangun."Jack, kau juga harus makan untuk memulihkan tenagamu. Jangan menyiksa diri sendiri." Julia mengusap pipinya yang basah melihat sang putra terus menangis dalam penyesalan."Semua ini karena kebodohanku. Seharusnya aku menjaga perasaannya. Seandainya aku tidak egois, dia tidak akan berbaring di sini," ucap Jack di sela-sela tangisnya.Ya, Jack benar-benar sangat menyesal. Dia melampiaskan kemarahan karena cemburu buta, tapi dia tidak pernah menyangka bahwa dampaknya jauh lebih besar lagi. Dia benar-benar bisa kehilangan Elena untuk selamanya.Sekarang dia tahu bagaimana rasanya menjadi Arsen. Ternyata rasanya tidak menyenangkan. Rasanya seperti bertaruh dengan waktu. Tidak ada yang tahu apakah Elena bisa sadar atau malah pergi untuk selamanya."Maafkan ak
Selama hidupnya, Jack tidak pernah lepas kendali. Dia selalu bisa menahan diri. Bahkan meskipun dia tahu bahwa Claire menikah dengan Arsen, dia hanya diam saja. Tapi semua berubah ketika ia bertemu dengan Elena.Sekarang emosinya sering tidak stabil. Sudah dua kali ini dia lepas kendali, dan semuanya karena Elena. Ia tidak bisa biasa saja atau tak acuh jika itu sudah menyangkut tentang Elena.Ada rasa aneh yang tidak bisa dijabarkan. Dia takut jika Elena pergi jauh darinya. Kembali meninggalkannya seperti dulu."Di mana Nathan?" tanyanya pada salah satu karyawan yang melintas di lobi perusahaan."Umm, kurang tahu, Tuan. Tapi tadi saya sempat melihat dia bersama Tuan Jacob," jawab karyawan itu dengan sopan.Jack berlalu dengan amarah masih menguasai diri. Kedua tangannya bahkan masih terkepal dengan erat dan jantungnya bertalu-talu. Siapapun yang berpapasan dengannya tidak berani menyapa. Kakinya melangkah memasuki lift dan menekan tombol lantai paling atas. Dia benar-benar sangat ma
"Jack belum pulang juga?" tanya Elena dengan hati gelisah.Kemarin malam setelah dinyatakan baik-baik saja oleh dokter dan diperbolehkan untuk pulang, Elena berkali-kali menelpon suaminya. Tapi karena tubuhnya entah kenapa masih terasa lelah, dia pun akhirnya tertidur begitu diantarkan ke kamar oleh Alan."Belum. Aku sudah menghubungi ponselnya, tapi tidak diangkat," jawab Nina. "Lebih baik sarapan dulu. Kau harus memulihkan energi setelah kemarin hampir saja keracunan."Elena menurut saja ketika Nina menuntunnya menuju ke ruang makan. Beruntung Nina mau langsung datang ke mansion untuk menemaninya. Entah kenapa suaminya tidak kunjung pulang."Makanlah yang banyak, Nona. Setelah ini jangan lagi keluar. Sebentar lagi Anda melahirkan, jadi lebih baik di rumah saja. Anda bisa meminta tolong pada pengawal yang biasanya menjaga anda jika menginginkan sesuatu," saran Bibi Mary sambil meletakkan berbagai menu makanan sehat untuk ibu hamil.Mendadak Elena teringat dengan Brad. Di mana laki-la
Nathan menatap tajam orang yang keluar dari tempat yang gelap. Pria seusia Jacob Reeves yang memakai jaket kulit hitam dan celana jeans."Kenapa kau jauh-jauh datang ke sini, ayah? Sudah kubilang untuk jangan dekat-dekat denganku," kata Nathan dengan menggertakkan rahangnya."Supaya wanita pujaanmu itu tidak tahu bahwa kau adalah anak seorang direktur FBI? Memangnya kenapa? Suami wanita itu bahkan berada jauh di bawahku.""Tapi dia jauh lebih kaya darimu. Dia bahkan bisa membeli jabatanmu beserta seluruh aset yang kau punya," sergah Nathan.Pria yang dipanggil ayah itu mendengkus. Menghisap rokoknya dan meniupkan asap ke arah Nathan."Sungguh aneh kau mengaku sudah yatim piatu. Apakah sebegitu inginnya kau terbebas dariku? Bukankah seharusnya kau menerima jabatan yang kuberikan? Kau bahkan bisa berada di atas Jack Reeves."Nathan tidak peduli dengan perkataan ayahnya. Dia langsung beranjak dari tempatnya."Wanita itu membuat pilihan yang bagus. Seandainya dia memilihmu, aku tidak akan
Sudah sebulan lebih Nathan sengaja menghindari segala hal yang berhubungan dengan Elena dan Jack. Bukan hanya wanita saja, pria seperti dirinya pun juga membutuhkan waktu untuk menyendiri agar hatinya tidak semakin terluka."Takdir benar-benar membencimu rupanya," ujar Brad sebelum tertawa girang.Ya, takdir benar-benar mempermainkan hidupnya sekarang. Setelah memohon pada Evan untuk diberikan pekerjaan lainnya dengan alasan yang meyakinkan, lagi-lagi Nathan harus berakhir di tempat yang sama dengan Elena.Di ballroom eMark, tempat di mana ayah Elena mengadakan acara pesta ulang tahun perusahaan sekaligus untuk mengenalkan Elena kepada publik sebagai putri kandungnya.Semua orang terkesiap ketika mengetahui fakta itu. Apalagi ketika mereka tahu bahwa Edward Brown adalah mantan menantu Alexander Pierce. Mereka semua tentu langsung ramai dan saling berbisik."Tidak ada yang benar-benar menjadi temanmu di dunia bisnis," komentar Nathan sambil mengawasi Elena meskipun telinganya mendengar
Nathan membelalakkan mata. Tubuhnya menegang. Bagaimana Alan bisa tahu mengenai asal-usulnya? Padahal dia sudah menutupinya dengan rapat.Bahkan hacker profesional pun tidak akan mampu menembus informasi pribadinya karena sokongannya begitu kuat. Asalkan dia tetap diam dan tidak berbuat ulah."Kau pikir kau bisa menutupi siapa dirimu yang sebenarnya, hah? Jika itu menyangkut adikku, aku akan melakukan apa saja. Termasuk menyelidiki tentang latar belakangmu. Kau membuat malu ayahmu karena mengundurkan diri dari gedung Pentagon, padahal karirmu begitu cemerlang. Kau mencoreng nama ayahmu karena memberontak, tidak mau menuruti perintah Menteri Pertahanan dan Presiden."Nathan tidak bisa berkata-kata. Perkataan Alan membuatnya terlalu shock sampai pikirannya mendadak kosong."Kau semakin membuat malu ayahmu karena memilih untuk menjalani karir sebagai tentara bayaran swasta, dan berakhir sebagai bodyguard anak konglomerat. Kau dilarang untuk membuat skandal lagi, atau ayahmu akan diturunk