Selama film berlangsung, Jack hanya diam dan fokus melihat adegan-adegan di layar karena Elena tertidur sambil memeluk lengannya. Ada hal-hal yang terasa janggal. Tapi yang paling membuatnya terus kepikiran adalah kalimat Elena."Kau akan merindukanku ketika aku pergi."Meskipun itu adalah bagian dari dialog salah satu tokoh dalam film yang mereka tonton, tapi entah kenapa perasaannya tidak enak. Tidak, mungkin ia hanya kelelahan saja. Setelah Thomas dan Lucas tertangkap, semuanya selesai dan dia bisa kembali berpikir jernih seperti semula.Lalu mereka menikah. Kenyataan itu seperti memukulnya. Ia kembali menunduk untuk melihat wanita yang kini masih terlelap dengan nyaman.Apakah keputusannya sudah benar? Apakah mereka akan bahagia setelah menikah nanti?Ketika film selesai, Elena terbangun dengan senyum di bibirnya."Aku malah ketiduran ya," kata wanita itu lalu terkekeh kecil. "Aku mau ke toilet dulu."Ia hanya mengangguk. Mereka keluar dari bioskop dan berjalan ke arah yang berla
Lucas mengumpat ketika mendapati markas mereka di Beaverton kosong. Firasatnya benar. Setelah teleponnya tidak kunjung diangkat oleh orang-orang mereka, ia mulai merasa ada yang tidak beres. Mereka tidak pernah mengabaikan telepon dari sesama anggota. Rasa resah mulai menyerangnya. Apakah mereka tertangkap? Tapi siapa yang tahu markas rahasia mereka? Tempat ini terpencil dan terlihat seperti rumah kosong. Tidak ada seorangpun yang mau mendekat karena dari luar terlihat seperti rumah hantu."Sialan!"Ia menelepon timnya yang ada di Portland sambil menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya berkali-kali. Ia harus tetap tenang."Sialan! Sialan! Apa mereka semua tertangkap?"Pasti ada yang berkhianat. Pasti ada penyusup. Jantungnya mulai berdegup kencang ketika memasuki markas. Langkahnya terhenti ketika mendapati rumah itu benar-benar kacau. Komputer mereka sudah lenyap, begitu juga dengan alat-alat lainnya."Tidak, tidak! Tidak sekarang. Tidak sekarang!"Ia berlari menaiki tangga d
"Kenapa semua kartuku diblokir? Siapa yang melakukannya?" raung Miranda begitu masuk ke dalam mansion Pierce.Thomas yang sedang berdiskusi dengan Andrew, anak buah kepercayaannya selain Lucas, menoleh ke arah wanita itu dengan tatapan datar.Semenjak Bella ketahuan mengacaukan rencananya dan Lucas untuk menghamili Elena, ia begitu membenci wanita yang berstatus sebagai perempuan simpanannya itu.Ya, dia tidak pernah meresmikan hubungan mereka ke jenjang pernikahan meskipun Amelia sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu."Kau berkata seolah-olah kau bekerja keras untuk seluruh uang itu, jalang," desis Thomas dengan wajah geram."Tentu saja aku bekerja keras untuk uang itu. Setelah semua yang kulalui di masa lalu, aku berhak mendapatkan seluruh kekayaan ini," balas Miranda dengan ketus.Thomas mendengkus. "Dari dulu kau tak lebih dari seorang pencuri murahan. Kau sudah menjebakku hingga menghamilimu dan memaksa masuk ke dalam mansion ini, lalu sekarang kau begitu serakah ingin menguas
Dalam perjalanan menuju ke hutan, pikiran Jack terus berkecamuk. Kenapa Elena dengan sukarela mengikuti Lucas? Kenapa mereka menuju ke hutan? Kenapa dia tidak tahu ketika mereka lewat di depannya?Seingatnya tadi ia menerima telepon sambil mengawasi lorong di depannya. Atau mungkin ia yang tidak sadar telah menghadap ke arah lain?Mobilnya berhenti di belakang sebuah mobil yang sangat ia kenal betul. Mobil milik Lucas. Bergegas ia turun dari mobil dan mendekat, hanya untuk mendapati bahwa mobil Lucas kosong. Banyak lubang di body dan kaca mobil, membuat jantungnya berdegup kencang.Apa mereka diserang? Apakah ada yang menculik mereka? Atau jangan-jangan itu ulah anak buah Thomas? Ada yang terlewatkan ketika penyergapan sehingga ada yang berhasil lolos?Tangannya membuka pintu depan mobil dan langsung menghela nafas lega ketika tidak mendapati adanya jejak darah. Tapi mereka kemana?[Lapor, Tuan. Nona Elena Pierce masuk ke dalam mansion Pierce. Apakah kami diijinkan untuk menyergap tar
"Claire? Oh, aku sedang...menemani seorang teman," jawabnya spontan. "Kau sendiri sedang apa di sini?"Jack mengamati betapa cantiknya wanita itu meskipun kepalanya ditutupi dengan kain menjuntai dan hanya menampakkan wajahnya saja. "Menemani ayahku. Hanya kontrol biasa," jawab Claire dengan senyum mengembang.Tanpa sadar Jack juga ikut tersenyum. Mengagumi kecantikan wanita itu dari dekat membuatnya bahagia. Meskipun wanita ini sudah tidak lagi bisa digapai, setidaknya masih bisa ia lihat dari dekat.Claire benar-benar berbeda dengan Rose. Wanita ini lebih kalem dan ramah. Sikapnya juga elegan dan keibuan. Sekarang ia mengerti kenapa Arsen begitu posesif terhadap wanita ini. Diapun akan melakukan hal yang sama jika Claire adalah istrinya.Claire bagaikan magnet yang gampang sekali menarik perhatian dari lawan jenisnya."Kalau begitu aku menebus resep obat dari dokter dulu. Sepertinya kau sedang sibuk," ucap Claire, membuyarkan lamunannya.Jack langsung gelagapan karena tertangkap ba
Tidak ada yang tahu kapan hati bisa berubah. Hari ini kita sangat mencintai seseorang, keesokan harinya tiba-tiba kita mencintai yang lainnya.Yang membedakan adalah kemana takdir akan membawa cinta kita berlabuh pada akhirnya. Jika hati masih gampang berubah, patutkah cinta pada sesama manusia harus sebegitu besarnya?Jack merasa cintanya pada Rose dan Claire sangatlah besar, sampai-sampai ia merasa bahwa hidupnya merasa kacau jika tidak melihat perempuan itu. Ia merasa kehadiran wanita itu seperti vitamin penyemangat dalam hidupnya.Tapi saat ini, ketika ia melihat wajah perempuan di bawahnya yang menatapnya dengan gairah membara, perasaannya pada Rose dan Claire tiba-tiba tidak semenggebu-gebu dulu.Benarkah ini hanya karena pengaruh gairah yang membuat otaknya mendadak kosong? Bukankah laki-laki bisa bercinta dengan seorang wanita tanpa perlu menyertakan perasaan?"Lihat aku! Sebut namaku!" teriak wanita itu.Tapi ia merasa ada yang aneh dengan hatinya. Rasanya seperti ada tali ta
"Mama, jangan bercanda! Aku tahu aku terlambat dan ini adalah kesalahanku," kata Jack sambil memegang kedua bahu ibunya.Julia menggelengkan kepalanya. "Aku serius. Elena belum sampai juga sejak tadi. Nina bilang dia tidak bisa menemukan Elena di manapun. Dan sekarang Nina tidak bisa dihubungi.""Apa?"Sekarang pikiran Jack linglung. Berusaha mencerna apa yang sedang terjadi. Elena tidak ada dimanapun. Bukankah mereka baru bisa tidur menjelang subuh? Sekarang bahkan masih jam 8 pagi."Semua lokasi sudah dicari? Atau jangan-jangan dia masih berada di mansionku?" tanyanya bingung.Julia menatapnya dengan serius. Perasaannya menjadi tak enak, apalagi ibunya seolah-olah sedang menghakiminya."Apa kalian bertengkar?"Matanya membelalak. Dengan cepat ia menggeleng. "Tidak! Kami tidak bertengkar. Kemarin kami bahkan tid...maksudku, setelah makan malam bersama, kami kemudian tidur. Tidak ada masalah apa-apa. Memangnya kenapa?"Julia menatapnya tanpa berkedip. "Robert memergoki Elena keluar da
"Kau yakin tidak perlu ditemani?" tanya Evan setelah mereka sampai di mansion milik Jack.Jack menggeleng. Langkahnya sempoyongan."Kuantarkan ke rumah sakit," tawar Evan dengan wajah khawatir.Ia mengibaskan tangannya dan terus melangkah. "Bawa saja mobilku.""Tidak, aku akan pulang dengan taksi."Evan memaksa Jack menerima kunci mobilnya sendiri. Pria itu menatap sahabatnya dengan prihatin. "Kau akan mencari Elena setelah ini?"Jack berhenti dengan sebelah tangan bertumpu pada pintu mansion yang masih tertutup."Apakah aku masih pantas untuk mencarinya setelah apa yang kulakukan padanya?""Jack, kau tahu... Seorang wanita tidak akan patah hati dan pergi jika dia tidak mencintai dengan terlalu dalam."Jack tidak menyahut. Pikirannya sibuk mencerna apa maksud dari kalimat itu."Di saat seseorang begitu mencintai orang lain, dia akan melepaskan orang itu agar mencari kebahagiaannya sendiri. Dia tidak akan mengekangnya."Ia berbalik dan menatap pria berambut coklat itu dengan mata meny
"Kau yakin dengan keputusanmu?" Jacob bertanya untuk yang kesekian kalinya.Nathan mengangguk mantap. Tidak ada keraguan dalam hatinya. Ia sudah yakin dengan keputusannya, dan menurutnya itu adalah yang terbaik.Jacob menghela nafas panjang, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi."Apa karena kau masih mencintai menantuku?""Salah satunya. Tapi lebih karena aku tidak mau menghancurkan pernikahan anak anda. Meskipun aku sangat mencintai Elena, tapi aku tidak mau membuat dia menderita."Berita mengenai Elena yang kritis karena kehilangan banyak darah setelah bertengkar dengan Jack membuat Nathan sadar. Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Apalagi wanita adalah makhluk yang sensitif. Selalu menggunakan perasaannya."Baiklah. Jika kau memang sudah tidak merasa nyaman terus berada di sini, aku tidak bisa menahanmu. Tapi kau bisa kembali ke sini sewaktu-waktu jika kau mau," kata Jacob akhirnya.Pria itu membubuhkan tandatangan pada surat mutasi untuk Nathan."Kenapa Korea Selatan?
Elena mengeratkan pegangan tangannya pada lengan Jack ketika melihat bayi itu semakin mendekat dalam gendongan seorang perawat."Bayi kita. Dia bayi kita," ucapnya antusias.Sebenarnya ia terkejut ketika melihat raut kaget dan terpana di wajah Jack. Seolah-olah pria itu juga baru pertama kalinya melihat wajah anak mereka. Tapi ia tidak mau merusak suasana. Mungkin memang benar suaminya sibuk menungguinya, sementara bayi mereka harus dirawat di inkubator.Tiba-tiba bayi itu menangis, membuat Elena bingung sekaligus penasaran. Dia belum pernah menghadapi seorang bayi sebelumnya."Tidak usah panik, Nyonya. Dekap dia dalam pelukan anda. Bayi memerlukan pelukan dari ibunya setelah lahir," kata perawat itu sambil tersenyum.Elena menerima bayinya dengan sedikit kikuk. Takut jika nanti tiba-tiba menjatuhkannya atau membuat tangisan bayi itu kian menjadi-jadi.Di luar dugaannya, bayi itu justru berhenti menangis setelah Elena mendekatkannya pada dadanya. Hatinya terasa begitu penuh. Senyumnya
"Siapa kau?" Elena menatap seorang wanita yang masih muda dan terlihat begitu cantik. Kecantikan khas wanita jaman dulu. Mengingatkannya pada wanita-wanita seperti Putri Diana atau Marilyn Monroe.Tunggu, ia seperti pernah melihat wanita ini sebelumnya. Tapi di mana?"Kau begitu cantik. Bahkan lebih cantik dari Amelia," kata wanita itu sambil tersenyum lembut.Tubuh wanita itu begitu tinggi semampai seperti layaknya model. Seperti tubuh Elena yang tinggi, sehingga orang-orang sering mengira bahwa dirinya adalah seorang model.Sebentar, ada yang aneh di sini. Elena memperhatikan wanita di hadapannya dengan seksama. Rambut pirang dan bibir agak tebal di bagian bawah. Kulit putih bersih dan mata sebiru langit di siang hari."Tidak mungkin," gumam Elena.Satu kesadaran membuatnya refleks melangkah mundur. Kepalanya menggeleng-geleng."Ini tidak benar. Seharusnya aku tidak bisa bertemu dan berbincang denganmu. Apakah aku sudah mati?" Dia mulai panik dan melihat ke sekitarnya.Hanya ada ham
Suara isak tangis yang menyayat hati memenuhi ruang ICU. Seorang pria menggenggam tangan seorang wanita yang sejak kemarin belum juga sadarkan diri. Padahal sudah berkantong-kantong darah habis, tapi sang wanita belum juga mau bangun."Jack, kau juga harus makan untuk memulihkan tenagamu. Jangan menyiksa diri sendiri." Julia mengusap pipinya yang basah melihat sang putra terus menangis dalam penyesalan."Semua ini karena kebodohanku. Seharusnya aku menjaga perasaannya. Seandainya aku tidak egois, dia tidak akan berbaring di sini," ucap Jack di sela-sela tangisnya.Ya, Jack benar-benar sangat menyesal. Dia melampiaskan kemarahan karena cemburu buta, tapi dia tidak pernah menyangka bahwa dampaknya jauh lebih besar lagi. Dia benar-benar bisa kehilangan Elena untuk selamanya.Sekarang dia tahu bagaimana rasanya menjadi Arsen. Ternyata rasanya tidak menyenangkan. Rasanya seperti bertaruh dengan waktu. Tidak ada yang tahu apakah Elena bisa sadar atau malah pergi untuk selamanya."Maafkan ak
Selama hidupnya, Jack tidak pernah lepas kendali. Dia selalu bisa menahan diri. Bahkan meskipun dia tahu bahwa Claire menikah dengan Arsen, dia hanya diam saja. Tapi semua berubah ketika ia bertemu dengan Elena.Sekarang emosinya sering tidak stabil. Sudah dua kali ini dia lepas kendali, dan semuanya karena Elena. Ia tidak bisa biasa saja atau tak acuh jika itu sudah menyangkut tentang Elena.Ada rasa aneh yang tidak bisa dijabarkan. Dia takut jika Elena pergi jauh darinya. Kembali meninggalkannya seperti dulu."Di mana Nathan?" tanyanya pada salah satu karyawan yang melintas di lobi perusahaan."Umm, kurang tahu, Tuan. Tapi tadi saya sempat melihat dia bersama Tuan Jacob," jawab karyawan itu dengan sopan.Jack berlalu dengan amarah masih menguasai diri. Kedua tangannya bahkan masih terkepal dengan erat dan jantungnya bertalu-talu. Siapapun yang berpapasan dengannya tidak berani menyapa. Kakinya melangkah memasuki lift dan menekan tombol lantai paling atas. Dia benar-benar sangat ma
"Jack belum pulang juga?" tanya Elena dengan hati gelisah.Kemarin malam setelah dinyatakan baik-baik saja oleh dokter dan diperbolehkan untuk pulang, Elena berkali-kali menelpon suaminya. Tapi karena tubuhnya entah kenapa masih terasa lelah, dia pun akhirnya tertidur begitu diantarkan ke kamar oleh Alan."Belum. Aku sudah menghubungi ponselnya, tapi tidak diangkat," jawab Nina. "Lebih baik sarapan dulu. Kau harus memulihkan energi setelah kemarin hampir saja keracunan."Elena menurut saja ketika Nina menuntunnya menuju ke ruang makan. Beruntung Nina mau langsung datang ke mansion untuk menemaninya. Entah kenapa suaminya tidak kunjung pulang."Makanlah yang banyak, Nona. Setelah ini jangan lagi keluar. Sebentar lagi Anda melahirkan, jadi lebih baik di rumah saja. Anda bisa meminta tolong pada pengawal yang biasanya menjaga anda jika menginginkan sesuatu," saran Bibi Mary sambil meletakkan berbagai menu makanan sehat untuk ibu hamil.Mendadak Elena teringat dengan Brad. Di mana laki-la
Nathan menatap tajam orang yang keluar dari tempat yang gelap. Pria seusia Jacob Reeves yang memakai jaket kulit hitam dan celana jeans."Kenapa kau jauh-jauh datang ke sini, ayah? Sudah kubilang untuk jangan dekat-dekat denganku," kata Nathan dengan menggertakkan rahangnya."Supaya wanita pujaanmu itu tidak tahu bahwa kau adalah anak seorang direktur FBI? Memangnya kenapa? Suami wanita itu bahkan berada jauh di bawahku.""Tapi dia jauh lebih kaya darimu. Dia bahkan bisa membeli jabatanmu beserta seluruh aset yang kau punya," sergah Nathan.Pria yang dipanggil ayah itu mendengkus. Menghisap rokoknya dan meniupkan asap ke arah Nathan."Sungguh aneh kau mengaku sudah yatim piatu. Apakah sebegitu inginnya kau terbebas dariku? Bukankah seharusnya kau menerima jabatan yang kuberikan? Kau bahkan bisa berada di atas Jack Reeves."Nathan tidak peduli dengan perkataan ayahnya. Dia langsung beranjak dari tempatnya."Wanita itu membuat pilihan yang bagus. Seandainya dia memilihmu, aku tidak akan
Sudah sebulan lebih Nathan sengaja menghindari segala hal yang berhubungan dengan Elena dan Jack. Bukan hanya wanita saja, pria seperti dirinya pun juga membutuhkan waktu untuk menyendiri agar hatinya tidak semakin terluka."Takdir benar-benar membencimu rupanya," ujar Brad sebelum tertawa girang.Ya, takdir benar-benar mempermainkan hidupnya sekarang. Setelah memohon pada Evan untuk diberikan pekerjaan lainnya dengan alasan yang meyakinkan, lagi-lagi Nathan harus berakhir di tempat yang sama dengan Elena.Di ballroom eMark, tempat di mana ayah Elena mengadakan acara pesta ulang tahun perusahaan sekaligus untuk mengenalkan Elena kepada publik sebagai putri kandungnya.Semua orang terkesiap ketika mengetahui fakta itu. Apalagi ketika mereka tahu bahwa Edward Brown adalah mantan menantu Alexander Pierce. Mereka semua tentu langsung ramai dan saling berbisik."Tidak ada yang benar-benar menjadi temanmu di dunia bisnis," komentar Nathan sambil mengawasi Elena meskipun telinganya mendengar
Nathan membelalakkan mata. Tubuhnya menegang. Bagaimana Alan bisa tahu mengenai asal-usulnya? Padahal dia sudah menutupinya dengan rapat.Bahkan hacker profesional pun tidak akan mampu menembus informasi pribadinya karena sokongannya begitu kuat. Asalkan dia tetap diam dan tidak berbuat ulah."Kau pikir kau bisa menutupi siapa dirimu yang sebenarnya, hah? Jika itu menyangkut adikku, aku akan melakukan apa saja. Termasuk menyelidiki tentang latar belakangmu. Kau membuat malu ayahmu karena mengundurkan diri dari gedung Pentagon, padahal karirmu begitu cemerlang. Kau mencoreng nama ayahmu karena memberontak, tidak mau menuruti perintah Menteri Pertahanan dan Presiden."Nathan tidak bisa berkata-kata. Perkataan Alan membuatnya terlalu shock sampai pikirannya mendadak kosong."Kau semakin membuat malu ayahmu karena memilih untuk menjalani karir sebagai tentara bayaran swasta, dan berakhir sebagai bodyguard anak konglomerat. Kau dilarang untuk membuat skandal lagi, atau ayahmu akan diturunk