Sudah Jack duga, pasti Elena bisa dengan mudah membalikkan keadaan. Persis seperti perkataan ayahnya dulu. Wanita akan selalu benar. Jika wanita salah, maka kembali ke pernyataan awal."Terkadang aku merasa bahwa kau sudah tahu segalanya. Tentu saja aku yang salah," ucapnya sambil menahan diri untuk tidak memutar mata.Niat awal ingin membuat istrinya merasa bersalah karena terus-terusan menuduhnya memiliki niat untuk selingkuh, ternyata justru dia yang dibuat merasa bersalah."Baiklah, kita sudahi saja pembahasan mengenai hal ini. Aku benar-benar serius menikahimu. Aku benar-benar mencintaimu. Perkara tentang aku dulu menyebutmu sebagai teman, itu karena aku tidak ingin namamu terlihat buruk di mata orang lain karena kau hamil di luar nikah. Kau ini putri konglomerat. Bagaimana tanggapan orang-orang jika mereka tahu bahwa kau keluar dari ruangan dokter kandungan saat itu?"Kalimatnya sukses membuat sang istri akhirnya terdiam dan terlihat berpikir. Syukurlah akhirnya masalah bisa ter
Elena menaikkan sebelah alisnya ketika melihat Nina yang malah cengengesan. Dasar!"Jangan mengajari Suzy yang tidak benar, Nina. Budaya negara ini berbeda dengan budaya negara kita. Jangan sampai kau membuat dia menjadi liar sepertimu," tegur Elena.Mata Nina langsung melotot. "Serius, aku tidak mengajari dia macam-macam. Lagi pula anak jaman sekarang tanpa diajari pun lama-lama ikut budaya barat juga. Internet sangat mudah diakses.""Ngomong-ngomong, aku benar-benar lapar. Kau tahu, sebenarnya aku kelaparan setelah perjalanan panjang selama 15 jam lebih. Perbedaan zona waktu membuatku jet lag," kata Jack berusaha mengubah topik.Nina justru mendengkus sambil memutar mata. "Sudah tahu jet lag dan kelaparan, kenapa malah bertempur dulu selama berjam-jam? Kami sampai ikut-ikutan menahan lapar gara-gara kalian. Untungnya mereka mau mengerti dan makanan baru saja matang.""Apa? Mereka bertempur? Bukankah itu bahaya untuk kandungan Kak Elena? Apa mereka bertengkar?" tanya Suzy dengan waja
"Darimana lagi datangnya pemikiran yang aneh ini?" tanya Jack dengan sebelah alis terangkat.Terkadang ia heran dengan pola pikir kaum perempuan. Kenapa mereka suka berpikir yang aneh-aneh dan di luar nalar? Seperti tadi. Elena bilang dia akan mencari wanita lain hanya karena istrinya gendut? Ibunya bahkan pernah sangat gemuk setelah melahirkan Nina, tapi apakah ayahnya langsung mencari wanita lain? Tidak. Buat apa menikah jika hanya untuk mencari tubuh yang langsing? Mereka bisa membayar pelacur dan tidak perlu menikah."Aku membaca berita di salah satu negara di Asia. Ada seorang pria yang berselingkuh karena jijik melihat istrinya menyusui dan memiliki stretch mark. Apalagi jika istrinya berubah menjadi gendut setelah melahirkan. Aku takut semua pria akan berpikiran seperti itu," jawab Elena sambil menunduk.Semua orang termasuk Jack terkesiap mendengar jawaban istrinya. Mereka bahkan baru mendengar ada pria yang seperti itu."Siapa pria bodoh yang melakukan itu? Apakah dia juga j
Elena menatap bangunan di depannya. Ada tulisan dengan huruf hangul di atas pintu. Tadi ia sempat mendengar Kim Jiwon menyebutnya Korean Spa Yeo Yong Guk. Spa Korea yang menggunakan sistem spa terstruktur berdasarkan pengobatan tradisional Korea.Spa itu juga menggunakan teknik pijat dan peralatan yang disesuaikan dengan kondisi seseorang. Mereka menunggu Jiwon yang harus mengkonfirmasi ulang terlebih dulu setelah kemarin malam reservasi melalui telepon. Selama menunggu wanita itu, Elena menoleh ke arah suaminya yang lebih banyak diam sejak kemarin malam. Setelah selesai mandi, ia tahu ada yang berbeda dari suaminya. Entah apa yang dibicarakan oleh Bum Sik, yang jelas suaminya seperti memiliki banyak pikiran.Ia memegang tangan suaminya dengan lembut, membuat pria itu menoleh ke arahnya. Wajah Jack terlihat sedikit kaget. "Berbagilah. Kau berjanji akan menceritakan semuanya padaku. Kita menikah bukan hanya untuk hal-hal yang membahagiakan saja. Kita berbagi dalam suka dan duka."Pri
"Kenapa kau bisa tiba-tiba muncul?" tanya Elena heran sambil menatap Nina.Adiknya langsung memutar mata, terlihat malas. Gadis itu selalu terlihat malas-malasan, tapi sebenarnya perhatian."Aku sejak tadi ada di kursi belakang. Kalian saja yang terlalu asyik dengan dunia kalian. Aku cuma penduduk dari planet lain yang kebetulan mengontrak," jawab Nina kesal."Kenapa adikmu terlihat sensitif sekali? Apa dia sedang datang bulan?" tanya Elena sambil mendongak untuk menatap Jack."Biarkan saja. Dia memang begitu kalau terlalu lama berjauhan dengan Evan. Mungkin otaknya sedang membuat skenario Evan bertemu dengan wanita lain dan melupakannya."Elena langsung mendelik. "Kau pasti sedang menyindirku, kan?"Jack terkekeh. Sedikit obrolan dengan staf spa pria tadi membuat pikirannya terbuka. Setelah menikah, dia memang harus terbuka dengan pasangannya. Kunci dari langgengnya pernikahan terletak pada komunikasi yang baik dan saling mengerti. Cinta saja tidak cukup.Cinta bisa hilang dengan mud
Elena menatap suaminya yang benar-benar terlihat khawatir. Apakah memang seserius itu?"Bagaimana kau bisa berpikiran seperti itu? Apa karena kedatangan Amanda? Wanita itu bahkan bisa dengan mudah menemukan lokasi kita di spa," tebaknya.Jack menghela nafas panjang. "Kakek tua itu tidak akan berhenti sebelum keinginannya tercapai. Menyingkirkan Jayden Kingston sangatlah mudah. Sedangkan kau? Dia bahkan harus mundur sebelum akhirnya memiliki kesempatan itu lagi."Ternyata begitu. Pria ini benar-benar mengkhawatirkannya, dan ia merasa senang. Kedua tangannya memegang wajah suaminya."Kenapa harus khawatir? Kita di sini untuk bersenang-senang. Kau jangan memikirkan hal-hal yang belum terjadi. Jikalau memang benar mereka mengincarku, mari kita hadapi bersama. Kau bilang akan selalu bersamaku dan mendukungku. Kenapa harus takut? Kau bahkan memiliki perusahaan yang tersebar di seluruh dunia. Apa yang membuatmu takut?""Aku tidak takut jika berkaitan dengan Security Black. Aku hanya takut ji
"Siapa?" tanya Elena tak mengerti.Dan di saat itulah, seorang pria Korea setinggi Elena tiba-tiba menghampiri mereka. Kedua matanya seperti menutup sempurna, seolah-olah pria itu sedang memejamkan mata. Padahal sebenarnya pria itu sedang tersenyum."Nona Nikolina! Akhirnya kita bertemu lagi di sini," kata pria itu dengan senyum yang masih mengembang.Nina hanya tersenyum tipis dan kembali melanjutkan makannya tanpa peduli dengan kehadiran pria itu. Ia dan Jack berpandangan dan bertanya lewat mata. Namun, mereka sama-sama tidak tahu."Ah, maafkan sikap adik kami. Dia memang agak sensitif karena harus berjauhan dengan kekasihnya," kata Elena.Nina melihatnya dengan mata melotot, namun terlihat senang sekali. Diam-diam gadis itu memberinya jempol. Sedangkan pria sipit itu langsung menoleh ke arahnya.Tanpa diduga, tiba-tiba pria itu melihat Elena dengan sorot mata yang terlihat aneh. Terlalu berlebihan untuk seseorang yang baru saja bertemu dengan orang asing."Ah, inikah Nona Elena itu
"Jangan mengada-ada! Dia tidak punya perasaan yang seperti itu!"Jack sengaja mengabaikan Elena dan terus melangkah menuju ke pintu restoran."Sayang, kenapa kau jadi begini? Aku hanya mengaguminya. Yang kucintai tetap dirimu."Ingin sekali ia tertawa, tapi sebisa mungkin ia tahan. Sekali-sekali memang perempuan harus diberi pelajaran. Terus mencurigai pria dengan wanita lain padahal sibuk bekerja, tapi mereka sendiri bisa bebas bertindak sesuka hati tanpa memikirkan perasaan pasangannya.Mereka pikir laki-laki tidak punya perasaan? Hanya gara-gara beberapa pria yang suka selingkuh, kaum perempuan langsung memukul rata semua laki-laki pasti juga suka selingkuh.Saat ia keluar dari restoran, semua bodyguard yang berjaga di depan langsung membungkuk. Termasuk bodyguard yang mengawal Jin Woo dan rekan-rekannya. Banyak wartawan yang langsung mengarahkan kamera ke arahnya.Di saat itulah, Jack baru menyadari bahwa istrinya tidak kunjung menyusul. Ia menoleh ke belakang dan terkejut ketika
"Kau yakin dengan keputusanmu?" Jacob bertanya untuk yang kesekian kalinya.Nathan mengangguk mantap. Tidak ada keraguan dalam hatinya. Ia sudah yakin dengan keputusannya, dan menurutnya itu adalah yang terbaik.Jacob menghela nafas panjang, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi."Apa karena kau masih mencintai menantuku?""Salah satunya. Tapi lebih karena aku tidak mau menghancurkan pernikahan anak anda. Meskipun aku sangat mencintai Elena, tapi aku tidak mau membuat dia menderita."Berita mengenai Elena yang kritis karena kehilangan banyak darah setelah bertengkar dengan Jack membuat Nathan sadar. Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Apalagi wanita adalah makhluk yang sensitif. Selalu menggunakan perasaannya."Baiklah. Jika kau memang sudah tidak merasa nyaman terus berada di sini, aku tidak bisa menahanmu. Tapi kau bisa kembali ke sini sewaktu-waktu jika kau mau," kata Jacob akhirnya.Pria itu membubuhkan tandatangan pada surat mutasi untuk Nathan."Kenapa Korea Selatan?
Elena mengeratkan pegangan tangannya pada lengan Jack ketika melihat bayi itu semakin mendekat dalam gendongan seorang perawat."Bayi kita. Dia bayi kita," ucapnya antusias.Sebenarnya ia terkejut ketika melihat raut kaget dan terpana di wajah Jack. Seolah-olah pria itu juga baru pertama kalinya melihat wajah anak mereka. Tapi ia tidak mau merusak suasana. Mungkin memang benar suaminya sibuk menungguinya, sementara bayi mereka harus dirawat di inkubator.Tiba-tiba bayi itu menangis, membuat Elena bingung sekaligus penasaran. Dia belum pernah menghadapi seorang bayi sebelumnya."Tidak usah panik, Nyonya. Dekap dia dalam pelukan anda. Bayi memerlukan pelukan dari ibunya setelah lahir," kata perawat itu sambil tersenyum.Elena menerima bayinya dengan sedikit kikuk. Takut jika nanti tiba-tiba menjatuhkannya atau membuat tangisan bayi itu kian menjadi-jadi.Di luar dugaannya, bayi itu justru berhenti menangis setelah Elena mendekatkannya pada dadanya. Hatinya terasa begitu penuh. Senyumnya
"Siapa kau?" Elena menatap seorang wanita yang masih muda dan terlihat begitu cantik. Kecantikan khas wanita jaman dulu. Mengingatkannya pada wanita-wanita seperti Putri Diana atau Marilyn Monroe.Tunggu, ia seperti pernah melihat wanita ini sebelumnya. Tapi di mana?"Kau begitu cantik. Bahkan lebih cantik dari Amelia," kata wanita itu sambil tersenyum lembut.Tubuh wanita itu begitu tinggi semampai seperti layaknya model. Seperti tubuh Elena yang tinggi, sehingga orang-orang sering mengira bahwa dirinya adalah seorang model.Sebentar, ada yang aneh di sini. Elena memperhatikan wanita di hadapannya dengan seksama. Rambut pirang dan bibir agak tebal di bagian bawah. Kulit putih bersih dan mata sebiru langit di siang hari."Tidak mungkin," gumam Elena.Satu kesadaran membuatnya refleks melangkah mundur. Kepalanya menggeleng-geleng."Ini tidak benar. Seharusnya aku tidak bisa bertemu dan berbincang denganmu. Apakah aku sudah mati?" Dia mulai panik dan melihat ke sekitarnya.Hanya ada ham
Suara isak tangis yang menyayat hati memenuhi ruang ICU. Seorang pria menggenggam tangan seorang wanita yang sejak kemarin belum juga sadarkan diri. Padahal sudah berkantong-kantong darah habis, tapi sang wanita belum juga mau bangun."Jack, kau juga harus makan untuk memulihkan tenagamu. Jangan menyiksa diri sendiri." Julia mengusap pipinya yang basah melihat sang putra terus menangis dalam penyesalan."Semua ini karena kebodohanku. Seharusnya aku menjaga perasaannya. Seandainya aku tidak egois, dia tidak akan berbaring di sini," ucap Jack di sela-sela tangisnya.Ya, Jack benar-benar sangat menyesal. Dia melampiaskan kemarahan karena cemburu buta, tapi dia tidak pernah menyangka bahwa dampaknya jauh lebih besar lagi. Dia benar-benar bisa kehilangan Elena untuk selamanya.Sekarang dia tahu bagaimana rasanya menjadi Arsen. Ternyata rasanya tidak menyenangkan. Rasanya seperti bertaruh dengan waktu. Tidak ada yang tahu apakah Elena bisa sadar atau malah pergi untuk selamanya."Maafkan ak
Selama hidupnya, Jack tidak pernah lepas kendali. Dia selalu bisa menahan diri. Bahkan meskipun dia tahu bahwa Claire menikah dengan Arsen, dia hanya diam saja. Tapi semua berubah ketika ia bertemu dengan Elena.Sekarang emosinya sering tidak stabil. Sudah dua kali ini dia lepas kendali, dan semuanya karena Elena. Ia tidak bisa biasa saja atau tak acuh jika itu sudah menyangkut tentang Elena.Ada rasa aneh yang tidak bisa dijabarkan. Dia takut jika Elena pergi jauh darinya. Kembali meninggalkannya seperti dulu."Di mana Nathan?" tanyanya pada salah satu karyawan yang melintas di lobi perusahaan."Umm, kurang tahu, Tuan. Tapi tadi saya sempat melihat dia bersama Tuan Jacob," jawab karyawan itu dengan sopan.Jack berlalu dengan amarah masih menguasai diri. Kedua tangannya bahkan masih terkepal dengan erat dan jantungnya bertalu-talu. Siapapun yang berpapasan dengannya tidak berani menyapa. Kakinya melangkah memasuki lift dan menekan tombol lantai paling atas. Dia benar-benar sangat ma
"Jack belum pulang juga?" tanya Elena dengan hati gelisah.Kemarin malam setelah dinyatakan baik-baik saja oleh dokter dan diperbolehkan untuk pulang, Elena berkali-kali menelpon suaminya. Tapi karena tubuhnya entah kenapa masih terasa lelah, dia pun akhirnya tertidur begitu diantarkan ke kamar oleh Alan."Belum. Aku sudah menghubungi ponselnya, tapi tidak diangkat," jawab Nina. "Lebih baik sarapan dulu. Kau harus memulihkan energi setelah kemarin hampir saja keracunan."Elena menurut saja ketika Nina menuntunnya menuju ke ruang makan. Beruntung Nina mau langsung datang ke mansion untuk menemaninya. Entah kenapa suaminya tidak kunjung pulang."Makanlah yang banyak, Nona. Setelah ini jangan lagi keluar. Sebentar lagi Anda melahirkan, jadi lebih baik di rumah saja. Anda bisa meminta tolong pada pengawal yang biasanya menjaga anda jika menginginkan sesuatu," saran Bibi Mary sambil meletakkan berbagai menu makanan sehat untuk ibu hamil.Mendadak Elena teringat dengan Brad. Di mana laki-la
Nathan menatap tajam orang yang keluar dari tempat yang gelap. Pria seusia Jacob Reeves yang memakai jaket kulit hitam dan celana jeans."Kenapa kau jauh-jauh datang ke sini, ayah? Sudah kubilang untuk jangan dekat-dekat denganku," kata Nathan dengan menggertakkan rahangnya."Supaya wanita pujaanmu itu tidak tahu bahwa kau adalah anak seorang direktur FBI? Memangnya kenapa? Suami wanita itu bahkan berada jauh di bawahku.""Tapi dia jauh lebih kaya darimu. Dia bahkan bisa membeli jabatanmu beserta seluruh aset yang kau punya," sergah Nathan.Pria yang dipanggil ayah itu mendengkus. Menghisap rokoknya dan meniupkan asap ke arah Nathan."Sungguh aneh kau mengaku sudah yatim piatu. Apakah sebegitu inginnya kau terbebas dariku? Bukankah seharusnya kau menerima jabatan yang kuberikan? Kau bahkan bisa berada di atas Jack Reeves."Nathan tidak peduli dengan perkataan ayahnya. Dia langsung beranjak dari tempatnya."Wanita itu membuat pilihan yang bagus. Seandainya dia memilihmu, aku tidak akan
Sudah sebulan lebih Nathan sengaja menghindari segala hal yang berhubungan dengan Elena dan Jack. Bukan hanya wanita saja, pria seperti dirinya pun juga membutuhkan waktu untuk menyendiri agar hatinya tidak semakin terluka."Takdir benar-benar membencimu rupanya," ujar Brad sebelum tertawa girang.Ya, takdir benar-benar mempermainkan hidupnya sekarang. Setelah memohon pada Evan untuk diberikan pekerjaan lainnya dengan alasan yang meyakinkan, lagi-lagi Nathan harus berakhir di tempat yang sama dengan Elena.Di ballroom eMark, tempat di mana ayah Elena mengadakan acara pesta ulang tahun perusahaan sekaligus untuk mengenalkan Elena kepada publik sebagai putri kandungnya.Semua orang terkesiap ketika mengetahui fakta itu. Apalagi ketika mereka tahu bahwa Edward Brown adalah mantan menantu Alexander Pierce. Mereka semua tentu langsung ramai dan saling berbisik."Tidak ada yang benar-benar menjadi temanmu di dunia bisnis," komentar Nathan sambil mengawasi Elena meskipun telinganya mendengar
Nathan membelalakkan mata. Tubuhnya menegang. Bagaimana Alan bisa tahu mengenai asal-usulnya? Padahal dia sudah menutupinya dengan rapat.Bahkan hacker profesional pun tidak akan mampu menembus informasi pribadinya karena sokongannya begitu kuat. Asalkan dia tetap diam dan tidak berbuat ulah."Kau pikir kau bisa menutupi siapa dirimu yang sebenarnya, hah? Jika itu menyangkut adikku, aku akan melakukan apa saja. Termasuk menyelidiki tentang latar belakangmu. Kau membuat malu ayahmu karena mengundurkan diri dari gedung Pentagon, padahal karirmu begitu cemerlang. Kau mencoreng nama ayahmu karena memberontak, tidak mau menuruti perintah Menteri Pertahanan dan Presiden."Nathan tidak bisa berkata-kata. Perkataan Alan membuatnya terlalu shock sampai pikirannya mendadak kosong."Kau semakin membuat malu ayahmu karena memilih untuk menjalani karir sebagai tentara bayaran swasta, dan berakhir sebagai bodyguard anak konglomerat. Kau dilarang untuk membuat skandal lagi, atau ayahmu akan diturunk