Home / Thriller / Black Shadow / Bab 7 : Kamu Mau Mati?

Share

Bab 7 : Kamu Mau Mati?

Author: almaratus sholehah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah satu jam Cindy mengerjakan pekerjaannya. Dia merasa tubuhnya sangat lelah dan segera mengistirahatkannya, untung saja semua pekerjaannya sudah beres hingga dia bisa bersantai sejenak. 

Cindy yang memang bergantung pada pekerjaan ini, bekerja tanpa henti agar bisa digaji lebih tinggi oleh Wina, sang pemilik toko. Dia juga menjadi karyawan amanah sang pemilik toko, makanya dia sering diberikan makanan gratis oleh Wina karena jujur dan sangat membantu. 

Cindy menyeka keringat yang membanjiri keningnya. Kedua tangannya aktif mengibas untuk menghilangkan hawa panas di tubuhnya, setelah bekerja cukup keras. 

"Huufff, lelahnya," ucapnya sembari mengibas baju kausnya, menyenderkan tubuhnya di bangku kasir. 

Terdengar pintu kaca toko itu dibuka pelan. Cindy lekas berdiri, saat melihat pelanggan masuk ke tokonya. Dia menundukkan kepala sedikit. 

"Selamat datang," ucapnya sembari tersenyum ramah pada pelanggan yang wajahnya belum terlihat olehnya. 

Cindy begitu ramah melayani setiap pelanggan yang mendatangi toko itu. Dia tidak pernah bosan untuk tersenyum kepada siapapun yang mampir ke sana, meski terkadang para pelanggan yang datang dia merespon dirinya dengan baik.

Setidaknya Cindy bersikap demikian, selain memang dia yang ramah, dia ingin membuat para pelanggan senang dengan pelayanannya dan betah belanja di toko itu. 

"Cindy, ibuk pergi dulu yah, jaga toko dengan baik," ucap Wina lalu tersenyum pada pelanggan yang baru saja masuk itu. 

"Iya, Bu. Hati-hati di jalan, Buk," balasnya ramah.

Toko menjadi sepi, Cindy seorang diri menjaganya. Dia akan memiliki teman jika malam mulai datang. Diraihnya buku yang sengaja diletakkan di laci kasir. Seandainya bosan, Cindy akan membacanya tanpa tahu ada pelanggan lagi yang masuk ke dalam toko tersebut.

"Selamat datang," ucap Cindy gegas berdiri menyambut pelanggan yang baru saja datang, setelah pelanggan sebelumnya pergi. 

"Astaga." Cindy menutup mulutnya dengan satu tangan, melihat siapa yang masuk ke dalam toko itu. 

"Haii miskin, ketemu lagi deh kita," sapa Nada tersenyum meledek. 

Sementara Kesya, memasang wajah angkuhnya. Melihat ke sekeliling toko itu dan memandanginya dengan jijik. Dan Tahnia sendiri sibuk melihat jajanan apa yang akan dia nikmati saat ini. 

Raut wajah Cindy mendadak berubah, melihat Kesya dan kedua temannya datang ke toko itu. Gadis itu ketakutan, dia seorang diri di sini, tidak akan ada yang membantunya. Meminta tolong pun pada Gilang, Cindy tidak mungkin berani, dia juga segan mengganggu aktivitas kekasihnya. 

Wajah pucat Cindy, sukses membuat Kesya tersenyum penuh kemenangan. Dia pun melangkah menghampiri gadis itu. 

"Ma-mau apa kalian ke sini?" Cindy akhirnya bersuara, dengan sedikit gugup dia melihat ke arah luar berharap ada yang datang membantu dirinya.

"Loh, memangnya kita nggak boleh yah belanja di sini, kita kan pelanggan. Ingat, pelanggan adalah raja loh," ucap Kesya pelan, tapi bagi Cindy, suara gadis itu bagaikan sebuat teror bom yang amat menakutkan.

"Boleh kan, kita mampir." Kesya semakin mendekat. Senyuman sinisnya semakin menakutkan bagi Cindy. 

"Bo-boleh," jawabnya gugup. 

Kesya tersenyum sinis, dia memundurkan kakinya dan tangannya mulai mengobrak-abrik jajanan serta barang-barang lain, terutama barang-barang yang baru saja disusun oleh Cindy tadi. 

Kesya, Nada dan Tahnia mengacau di toko itu. Mereka seolah-olah tidak peduli jika si pemilik toko nantinya akan marah, toh yang akan dimarahi adalah Cindy, bukan mereka. 

Cindy hanya bisa melihatnya dengan menahan tangis. Dia tidak berani melawan mereka bertiga. Dikeramaian saja, Cindy tidak berkutik melawan tiga gadis menakutkan itu. Apalagi di dalam toko yang jelas hanya dia seorang yang berada di sana. 

Kesya melangkah maju mundur, mengacaukan segala barang yang sudah tertata rapi. 

"Yuk teman-teman, kita cari makanan yang kita mau, kacau semuanya kalau barang yang kalian inginkan tidak ketemu." Kesya memerintah teman-temannya dan ikut mengacak-acak bungkusan makanan yang tersusun di raknya. 

Cindy mengepal tangannya menahan emosi. Dia marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa melawan. Dia tarik nafas dalam, lalu menatap tajam ke depan. 

"Kesya, cukup. Hentikan semua ini." Sang punya nama seketika menghentikan aktivitasnya, kala merasakan sebuah tangan menghentikan kegiatannya. 

Kesya menoleh pada Cindy yang menggenggam pergelangan tangannya dengan erat. Dia murka, dia marah, lantas menatap gadis lemah itu tajam. 

"Kamu mau mati, hah?" 

Related chapters

  • Black Shadow   Bab 8 : Pahlawan Cindy

    Cindy panik kala pekerjaannya yang baru saja diselesaikan, justru kembali dikacaukan teman-teman kelasnya. Dia gegas menuju Kesya, untuk menghentikan kekacauan yang diperbuat mereka. Dia takut jika buk Wina nantinya marah padanya, hingga membuat dirinya harus kehilangan pekerjaan yang menggantungkan kehidupannya. "Stop, stop, hentikan semuanya. Kalian tidak boleh mengobrak-abriknya. Tolong, jangan seenaknya di sini." Cindy berteriak mencoba menghentikan. Namun, sayang, mereka yang memang sengaja berbuat demikian. Mengabaikan ucapan, dan larangan dari Cindy. Justru mereka semakin menjadi-jadi dengan kelakuan mereka. Cindy menguatkan dirinya untuk berani melawan mereka, dia memegang tangan Kesya. "Kesya, cukup. Hentikan semua ini," teriak Cindy. Sang empu nama seketika menghentikan kegiatannya. Dia melihat ada tangan mencengkram pergelangan tangannya. Lalu, mengalihkan pandangannya pada si gadis yang memegang tangannya itu. "Kamu bilang apa tadi?" tanya Kesya mendekati menatap Cind

  • Black Shadow   Bab 9 : Janji Retno

    Cindy mati kutu dibuatnya. Tatapan ketiga gadis kaya keturunan bangsawan, bangsa di atas awan itu, bak menusuk jantungnya. Apalagi, bisikan roh halus jelmaan manusia, Kesya Alvionita, berisi tentang sebuah ancaman. Membuat bulu kuduk Cindy merinding. "Jawab cepat," sentak Kesya memberi ultimatum dari tatapannya. Kesya sibuk sendiri melihat Cindy yang diam membisu. Dia sedikit takut pada Retno yang bisa saja menjadi ancamannya saat ini. Sementara Tania dan Nada hanya diam, memperhatikan di belakang Kesya."I-iya, Pak. Mereka ke sini cuma belanja kok," jawab Cindy gugup, sembari tangannya menyeka keringat yang membendung keningnya. Sadar Cindy ketakutan, Retno melirik tidak percaya pada Kesya, lalu kedua temannya yang mematung. Dia menarik nafas panjang, menghempaskannya kasar. "Ya sudah, kalau kalian sudah selesai membeli apa yang kalian mau, pulang lagi ke rumah kalian," ucap Retno dengan tegas sembari terus berdiri, berkacak pinggang memperhatikan murid-muridnya.Kesya mencebik k

  • Black Shadow   Bab 10 : El, Aku Lebih Berhak

    Malam pun tiba, Yuuna terbangun dari tidurnya. Dia yang sebelumnya berniat berpesta ria setelah sukses dengan misinya, membatalkan semua itu, dan memilih untuk istirahat di rumahnya. Kesadarannya belum terkumpul full, Yuna kembali merebahkan tubuhnya. Tiba-tiba perutnya keroncongan, Yuna yang masih mengantuk, terpaksa bangun. Dia melihat sekeliling rumahnya gelap, hanya lampu dari luar yang merambat masuk ke celah jendelanya. "Mmmhhh." Yuna menggeliat manja, dia meraih ponselnya di atas nakas.Dilihatnya jam telah menunjukkan pukul 8 malam. "Akkkhhh sial," umpatnya dan bangkit.Yuna pun gegas turun dari kontrakan barunya untuk mencari makanan. Berjalan menyusuri gang-gang kecil, dengan sorotan lampu jalanan yang sedikit redup, dan mengerjap. Tiada rasa takut dalam dirinya akan terjadi bahaya yang menimpanya. Sudah lama Yuna berkeliling di lingkungan itu. Namun, belum juga dia dapati tempat untuk dia bisa mengisi perutnya yang sudah memberontak untuk diisi. "Arrgghh, masa di lingku

  • Black Shadow   Bab 11 : Mulai Tersingkirkan

    Jam menunjukkan pukul 21.30 WIB. Waktunya untuk Cindy kembali ke rumahnya. Gadis cantik itu pun bersiap-siap untuk pulang ke tempat tinggalnya, membereskan semua roti pemberian Wina padanya dengan berbagai rasa. "Bagus lah, bisa untuk beberapa hari. Lagian kadaluwarsanya masih seminggu lagi," ucap Cindy, senang bukan main.Wina tadinya hendak membuang roti yang hampir kadaluwarsa itu. Namun, Cindy yang melihatnya mencegahnya. Meminta semua roti itu untuk dia bawa pulang ke rumahnya. "Buk, Cindy pulang dulu yah, makasih banyak buk, rotinya Cindy pulang dulu," ucapnya berpamitan pada Wina yang membalasnya dengan tersenyum ramah. Cindy pun gegas melangkahkan kakinya agar sampai di rumahnya yang cukup jauh dari toko. Berulang kali Cindy menguap, matanya begitu mengantuk. Namun, dia tetap harus bertahan karena belum mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Dia pun menatap kantong plastik yang ada di dekapannya. "Syukurlah, roti ini bisa sampai besok sore. Lumayan, ngirit uang jajan," ucap C

  • Black Shadow   Bab 12 : Pujian Untuk Yuna

    Mobil sedan hitam itu berhenti di sebuah jembatan yang berada di pemukiman kumuh di pinggiran kota. El pun menghentikan mobil mereka sekitar 100 meter dari mangsanya. "Lo nggak usah ikut campur," tegas Yuna dengan tampang serius. Yuna pun turun, membiarkan El diam di dalam mobilnya, karena ini adalah tugasnya seorang. Tidak membutuhkan orang lain dalam menjalankan misinya."Sombong," ucap El dalam hati, mendengar temannya itu tidak membutuhkan dirinya. Yuna mendekati pria itu pelan dan hati-hati. Pria berjaket hitam, dengan sepatu sport yang dikenakannya, tampak menemui seorang pria paruh baya di bawah jembatan. Pria yang di kawal dua bodyguard di belakangnya, serta dua bodyguard lagi di mobil belakangnya. Clengok ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada yang melihat transaksi mereka. Pria itu memberikan apa yang diinginkan si pria paruh baya tersebut. "Okey, pastikan setelah ini rencana kita berhasil. Kalau tidak maka ...." Kata-kata pria itu terhenti tepat saat peluru menjebol t

  • Black Shadow   Bab 13 : Yuna yang Terancam

    El panas dingin mendengar pujian dari Mr. P untuk Yuna. Dia tersenyum miris mendengarnya. Dulu, sebelum Yuna benar-benar berkecimpung di dunia kriminal mereka, dia lah yang mendapat pujian itu dari Sang pemimpin organisasi. Namun nyatanya sekarang, pria tua itu justru dengan mudahnya memuji anak lain dan membuang dia seenaknya saja. Bak sampah yang tidak berguna, habis manis sepah di buang. "El, kamu bisa keluar dulu. Ada hal yang harus saja bicarakan dengan Yuna. Hanya empat mata," ucap pria itu, mengarahkan dua jarinya ke matanya, lalu ke mata Yuna yang tersenyum menyombongkan dirinya. Mr. P pun memberi kode pada dua pria bertubuh besar di belakangnya, untuk menggiring El keluar dari ruangan itu, menyisakan mereka berdua.Sadar tidak dibutuhkan, El hanya tersenyum miris, membungkuk hormat pada Mr. P dan melangkah keluar tanpa harus di giring siapapun."Brengsek!!" umpat El menatap pintu yang langsung tertutup saat kakinya telah berada di luar ruangan. "Awas saja kau pria tua bren

  • Black Shadow   Bab 14 : Ka-kamu

    Yuuna bersiul-siul sepanjang perjalanan. Dia terlihat bahagia memegang uang imbalannya yang cukup besar kali ini. Dia turun dari mobilnya, meninggalkan mobil itu di sebuah lapangan. Dirinya pun memilih berjalan kaki menuju kontrakannya yang memang berada di dalam gang sempit. Sengaja mencari pemukiman kecil untuk menghemat biaya. Satu kali belokan lagi, Yuna akan sampai di depan rumahnya. Namun, sontak dia menghentikan langkahnya. Dari tempatnya berpijak, terlihat dua pria yang dia ingat dari pakaiannya, merupakan pengawal si bandot tua yang tadi pagi dia bunuh. Yuna diam sejenak, memperhatikan gerak gerik pria-pria dengan jumlah yang cukup banyak itu. Memastikan apakah memang dirinya yang diincar sekarang, atau tidak. Si botak dengan pakaian hitam dan tubuh yang lebih tinggi dari teman-temannya, melangkah mondar mandir menunggu seseorang. Dia merasa ada yang memperhatikan, lantas menoleh ke samping kiri, melihat keberadaan seorang gadis kecil. Yuna ternyata mematung menatap diriny

  • Black Shadow   Bab 15 : Ditinggal dan Dibuang Bagai Sampah

    Yuna pun menarik nafas berat. Baginya hari ini adalah hari sialnya. Padahal, tadi dia sangat bahagia mendapat bayaran yang cukup banyak dari Mr. P, hingga dia lupa diri.Yuna yang bosan diciduk seperti maling oleh peliharaan dari pemilik rumah mewah tempat persembunyiannya itu. Lantas memilih melompati pagar untuk keluar dari rumah besar itu, daripada dirinya nanti benar-benar dituduh sebagai maling asli.Yuna mulai memanjat dinding itu. Dan saat dia lompat, tanpa melihat ke sekelilingnya lebih dulu. Dia pun meloncat dari pagar tinggi itu hingga tanpa sengaja, lompatan Yuna hampir mengenai seseorang yang tengah lewat di jalan depannya. "Aduh," ucap gadis itu terduduk seketika. Cindy yang kecewa karena tidak bisa masuk ke sekolahnya, lantas pulang dan ingin segera masuk kerja agar mendapat upah besar nantinya. Terduduk letih karena sosok yang hampir menghimpitnya. Yuna yang tanpa bersalah, segera berdiri dan gegas membalikkan tubuhnya tanpa mau menolong korbannya. "Ya ampun. Siapa s

Latest chapter

  • Black Shadow   Bab 23 Amarah Kesya

    Gilang menyenderkan kepalanya ke meja, duduk termangu menatap kosong ke arah bangku Cindy. Pelajaran pertama yang diisi tanpa adanya kekasihnya itu, membuat Gilang malas mengikuti kelas. Dia berharap kekasihnya itu bisa masuk kelas setelah ini, agar dirinya bisa lebih semangat mengikuti kelas. Gilang menghela nafas panjang, mengusap wajahnya kasar."Cindy lagi apa yah sekarang!" pikirnya berharap bisa masuk ke UKS tanpa ada halangan dari Retno, yang dia pahami juga menaruh rasa pada kekasihnya itu.Kesya yang baru saja masuk ke dalam kelas, diikuti Nada dan Tania. Menghentikan langkahnya sejenak di depan pintu. Sorot matanya melihat Gilang yang tiada semangat, dengan mata pria itu menatap bangku Cindy yang kosong.Kesya geram, dia langsung melangkah ke arah Gilang yang memperhatikan bangku Cindy sekilas. Dia pun duduk di bangku Cindy, lalu melihat ke arah pria itu dengan senyuman terbaiknya."Gimana, aku cantik kan. Sampai se

  • Black Shadow   Martin Internasional High School

    Cindy terduduk di lantai, dia menunduk malu diperlakukan demikian rendah oleh Kesya. Hati kecilnya berbicara untuk melawannya, tapi tetap saja dia tidak mampu untuk melawan. Beberapa siswa yang lewat didekatnya, hanya acuh pada gadis itu. Bahkan diantara mereka ada yang dengan sengaja ikut mengoloknya. Toh, mereka memang tidak ingin dekat dan tidak peduli dengan anak seperti Cindy yang miskin dan juga yatim piatu. Begitu rendah levelnya di sekolah itu. Kadang mereka juga berpikir, mengapa anak seperti itu bisa disekolahkan di tempat yang berkelas seperti Martin Internasional High School.Ya, sekolah yang hanya dihuni oleh orang-orang kaya, anak-anak dari pengusaha atau sebangsa dengan itu. Seperti Kesya yang merupakan anak CEO perusahaan tekstil terkenal yang sukses mengekspor produk mereka ke berbagai negara.Atau Nada yang merupakan anak dari pemilik restoran mewah, dengan cabang yang sudah tersebar hampir di pulau Sumatera.Sekolah Martin Intern

  • Black Shadow   Bab 21 : Yuna Dilema

    Yuna yang terpisah selama 7 tahun dengan keluarganya. Dia yang memang tidak tahu keberadaan kedua orang tuanya, hanya bisa menerka-nerka. Apakah toko yang saat ini, toko yang dijaga oleh sang adik kembar adalah milik keluarganya atau bukan. Untuk memastikan hal itu, Yuna segera masuk ke dalamnya. Berpura-pura menjadi pelanggan.Langkahnya mengitari isi toko, awalnya Yuna hanya memperhatikan saja barang-barang yang dia butuhkan, dan berniat menunda untuk membeli, sembari mencari apakah benar keluarganya tinggal di sini atau bukan. Mencari keberadaan papa dan mamanya yang selama 7 tahun tidak pernah berjumpa. Rindu, jelas ada di hati Yuna, tetapi dia tidak ingin terlalu berharap, karena dirinya juga menanamkan kebencian pada kedua orang tuanya. "Sepertinya ini hanya toko biasa deh. Tidak ada tempat tinggal di dalamnya," ucap Yuna dalam hati dan tetap berkeliling tanpa mengambil apapun. Cindy memperhatikan gerak gerik Yuna dari tempat kasir. Dia menaruh kecurigaan pada gadis itu, diperh

  • Black Shadow   Bab 20 : Penasaran

    Yuna terisak dalam tangisnya. Menolak takdir yang begitu kejam padanya. Bodohnya, dia yang seharusnya marah pada Mr. P karena pria tua itu lah keluarganya berpisah, justru dia sekarang hidup bahagia bersama pria itu.Namun, juga ada rasa syukur dalam diri Yuna, di mana Mr. P yang seorang pembunuh bayaran, tidak membunuhnya. Justru pria itu membesarkannya dan membuatnya menjadi wanita tangguh dengan melakukan berbagai pelatihan dan tantangan sejak dari kecil. Meski Yuna harus mengorbankan masa kanak-kanaknya yang seharusnya menikmati bangku sekolah seperti anak biasanya. Sementara dirinya, tidak sama sekali. Di tengah kegalauan Yuna yang teringat masa lalunya yang kelam, hingga membuat dirinya memasuki dunia kejam seperti sekarang. Ponselnya berdering, membuyarkan lamunannya. Yuna pun bangkit dan mengambil ponsel yang berada di atas nakas. Mr. P menghubunginya. "Yuna, kamu di mana sekarang?" tanya Mr. P panik. "Di kontrakan," jawab Yuna singkat. "Masalah misi kemarin, jangan kamu

  • Black Shadow   Bab 19 : Kakak Dimana?

    *FLASHBACK*"Pa, Ma," teriak Nindy kecil, menangis sembari terduduk di jalanan. Menatap mobil hitam yang membawa pergi keluarga kecilnya, meninggalkan dia seorang diri di sana. "Papa, Mama, Nindy ikut," teriaknya terus. "Cukup!! Percuma kamu memanggil mereka. Kamu hanya sebagai tumbal bagi mereka, supaya mereka selamat. Berhenti menangis, atau kamu mau mati seperti dua mayat di rumah mu itu, hah!!" tegas Mr. P. Entah mengapa pria tua itu setia menunggu Nindy, berharap gadis kecil itu ikut dengannya saat ini. Langit sudah menurunkan tetesan air matanya. Membasahi tubuh mungil Nindy yang tidak beranjak. Sementara Mr. P, duduk memperhatikan targetnya itu dari dalam mobilnya, sembari tangan kanannya terus memegang rokoknya. Nindy pun merasakan perih di lututnya, berdarah, pun juga merasakan sekujur tubuhnya perih. Perutnya yang terasa lapar, berbunyi, hingga dia pun memutuskan untuk mengikuti kemauan Mr. P. "Bagus. Pilihan kamu tepat," ucap Mr. P melihat Nindy yang tanpa disuruh, masu

  • Black Shadow   Bab 18 : Andai dulu

    Di tengah kegalauan yang Yuna rasakan, ponselnya berdering, segera membuyarkan lamunannya yang saat ini masih memikirkan tentang sang adik setelah sekian tahun tidak pernah berjumpa. "Hallo," jawabnya ketus. "Hallo Yuna, kamu di mana sekarang?" tanya Mr. P dari sebrang, dari nada suaranya, pria nyaris tua itu tampak sedikit panik. "Di kontrakan. Memangnya ada apa?" jawab Yuna santai. Dia pun bangkit menuju dapurnya, mencari beberapa makanan untuk mengganjal perutnya. "Kamu sendirian di sana? Gawat, gawat. Kamu harus tetap bersembunyi, Yuna. Kamu tahu, Axel sudah tahu kamu membunuh Zaquile, ayahnya. Dia marah besar dan segera bertindak dengan menyuruh asistennya Broto mencari keberadaanmu," jelas Mr. P panjang lebar. Yuna menelan salivanya susah payah. Dia sudah tahu, dan mengira ini sebelumnya, bahkan bukankah tadi dirinya hampir saja kehilangan nyawa oleh anak buah Axel yang terlalu banyak itu. "Yuna, carilah tempat yang aman. Pindah segera dari sana. Papa cemas dengan kamu. Sea

  • Black Shadow   Bab 17 : Kakak Dimana?

    Cindy terduduk lesu di depan pintu, mengingat kembali pertemuannya dengan Nindy yang begitu singkat dan sulit untuk diungkap. Dia seolah tidak percaya dengan apa yang barusan dirinya lihat. Membuat dadanya terasa sesak karenanya.Nindy, melupakan dirinya. Nindy mengucapkan jika dia bukanlah seorang Nindy lagi. Nindy telah mati, sementara dirinya mengaku bernama Yuna ping. "Kak, kenapa kakak seperti itu? Kenapa?" pikirnya. "Dendamkah kakak pada kami? Kak, andai kakak tahu jika kami tidak meninggalkan kakak waktu itu!!!" Cindy terdiam sejenak. Pikirannya kembali ke masa 7 tahun silam, di mana saat itu dia, Marcel dan Luna berhasil meloloskan diri dari kejaran pembunuh bayaran. *Flashback*"Pa, bagaimana ini? Nindy kita, Pa. Nindy kita tertinggal," ucap Luna menangis dalam pelukan Marcel, suaminya. Cindy yang merasa haus dan tenggorokannya kering, memilih keluar kamar. Dia terbangun dari mimpi indahnya. Namun, tidak berani membuka mata kala mendengar kedua orang tuanya masih terjaga.

  • Black Shadow   Bab 16 : Pertemuan yang Tidak Diinginkan

    Yuna melebarkan matanya menatap tajam Cindy yang berdiri beberapa langkah di depannya. "Siapa Nindy? Nindy? Emm, Ahh, gadis yang dibuang dan ditinggal bak seonggok sampah yang tidak berguna itu kan? Ahhh iya iya, dia itu Nindy yah," ucapnya dengan gaya sombong dan mengejek. Cindy menaikkan alis matanya. Dia bingung dengan ucapan kakaknya. Dia pun hendak kembali berbicara, menyanggah ucapan kakaknya. Namun, Yuna mengangkat tangannya, seolah melarang Cindy untuk berbicara. Sang adik pun terpaksa diam. "Gue bukan Nindy, gue Yuna. My Name is Yuna Ping, You Know?" lanjutnya dengan sedikit kasar mendorong tubuh ringkih Cindy, hingga si gadis cantik itu kembali terjatuh. "Kak, kakak kenapa? Kakak jangan gitu kak. Ini Cindy, Cindy adik kakak. Kak, please Papa dan Mama rindu sama kakak." Cindy berusaha mencegat Yuuna semampunya. Memberikan ucapan-ucapan yang bisa membuka hati sang kakak, dan mengingatkannya kembali pada kedua orang tua mereka. Yuna tersenyum sinis mendengarnya. "Papa, Ma

  • Black Shadow   Bab 15 : Ditinggal dan Dibuang Bagai Sampah

    Yuna pun menarik nafas berat. Baginya hari ini adalah hari sialnya. Padahal, tadi dia sangat bahagia mendapat bayaran yang cukup banyak dari Mr. P, hingga dia lupa diri.Yuna yang bosan diciduk seperti maling oleh peliharaan dari pemilik rumah mewah tempat persembunyiannya itu. Lantas memilih melompati pagar untuk keluar dari rumah besar itu, daripada dirinya nanti benar-benar dituduh sebagai maling asli.Yuna mulai memanjat dinding itu. Dan saat dia lompat, tanpa melihat ke sekelilingnya lebih dulu. Dia pun meloncat dari pagar tinggi itu hingga tanpa sengaja, lompatan Yuna hampir mengenai seseorang yang tengah lewat di jalan depannya. "Aduh," ucap gadis itu terduduk seketika. Cindy yang kecewa karena tidak bisa masuk ke sekolahnya, lantas pulang dan ingin segera masuk kerja agar mendapat upah besar nantinya. Terduduk letih karena sosok yang hampir menghimpitnya. Yuna yang tanpa bersalah, segera berdiri dan gegas membalikkan tubuhnya tanpa mau menolong korbannya. "Ya ampun. Siapa s

DMCA.com Protection Status