“AUDREY!”
Teriakan sang mama membuat Audrey bergerak cepat keluar dari kamar dan melangkah kearah orang tuanya berada, lebih tepatnya meja makan. Kedatangan Audrey membuat yang berada di meja makan menatap kearahnya, penampilan Audrey masih dengan pakaian rumah yang belum mandi sama sekali.“Kamu bukannya harus masuk kerja?” tanya kakaknya, Erni.Audrey terdiam beberapa saat, menatap jam yang ada di dinding dan seketika langsung masuk kembali kedalam kamar, mengambil semua perlengkapan mandi dan langsung mandi tanpa perlu lama-lama. Memastikan penampilannya sudah bagus dan sempurna, keluar kembali menuju meja makan yang hanya menyisakan mamanya, Rizka.“Kamu itu kok bisa lupa kalau kerja.” Rizka menggelengkan kepalanya.“Namanya lupa, ma.” Audrey memberikan tatapan tidak bersalah.Menyiapkan dirinya dengan sangat cepat, tidak membutuhkan waktu lama sudah siap dengan penampilannya. Mengambil bekal yang sudah disiapkan mamanya dan langsung berangkat dengan diantar, Audrey tidak bisa mengendarai kendaraan apapun dan semua itu karena larangan kedua orang tuanya.Bekerja di tempat senior membuat gerak geriknya tidak bisa bebas, Audrey sendiri belum pernah bertemu dengan seniornya yang memiliki perusahaan. Tidak penting juga tahu tentang seniornya, beberapa orang mengatakan jika seniornya ini sangat dingin dan tegas. Audrey tidak pernah interaksi dengannya jadi tidak bisa memberikan penilaian, masuk disini juga karena ajakan dari pria yang pernah menyukainya, Ishak.“Drey, minggu ini ada audit di Gresik. Kamu aja yang berangkat, dekat juga ini. Kita besok berangkat ke Semarang.” Derry yang tidak lain atasannya berkata dengan memberikan berkas dengan tatapan tanpa beban.“Sendiri?” tanya Audrey bingung.“Wisnu, kamu sama dia.” Derry menjawab sambil lalu.“Wisnu....Mas Wisnu? Pemilik KAP ini?” Audrey membelalakkan matanya menatap Derry.“Wisnu siapa lagi? Memang disini ada nama Wisnu selain dia?”“Mas, kamu nggak salah? Aku sama Mas Wisnu? Aku masih anak kemarin sore loh.” Audrey membuat Derry berubah pikiran.“Nggak ada lagi, Drey. Kita satu tim ini mau ke Semarang besok, tim lain juga ada kerjaan.”“Kenapa aku nggak diajak ke Semarang? Mbak Fifi bisa buat gantiin aku.” Audrey menunjuk Fifi yang bingung.“Fifi ada kerjaan juga, dia memang nggak ikut tapi deadline minggu depan. Kamu tega sama dia?” Derry menatap Audrey dalam dengan penuh memohon.“Mas, aku nggak pernah ketemu sama Mas Wisnu masa langsung kerja sama dia?”“Bagus malah kalau sama Mas Wisnu, banyak yang bisa kamu ambil ilmunya. Aku dulu juga gitu, nggak usah khawatir.” Fifi langsung komentar tanpa beranjak dari tempatnya “Mas Wisnu bakal membantu jadi tenang saja.”Tidak bisa membantah lagi, semua sudah diputuskan yang artinya harus menerima dengan tangan terbuka. Membuka berkas yang diberikan Derry, laporan tentang perusahaan yang akan di datanginya bersama Wisnu. Menghembuskan nafas panjang, mulai membacanya dengan perlahan apa saja yang harus dilakukan.Tekanan tersendiri saat membayangkan harus bekerja dengan Wisnu, pemilik perusahaan. Audrey tahu jika tempatnya bekerja ini lebih pada kekeluargaan, mereka bekerja seperti teman dan banyak yang cinlok disini dengan berakhir pada pelaminan.“Siapa yang ikut gue ke Gresik?” suara Wisnu memenuhi ruangan.“Audrey, mas.”Audrey yang mendengar namanya langsung mengangkat tangan, melihat Wisnu yang berjalan kearahnya dengan tatapan datar. Penilaian orang-orang tentang Wisnu memang tidak salah, wajahnya dingin tapi Audrey merasakan kehangatan saat menatap kearahnya. Menelan saliva kasar agar tidak memperlihatkan rasa gugup, jelas Audrey gugup karena harus bekerja bersama dengan pemilik perusahaan.“Persiapan buat ke Gresik sudah beres?” tanya Wisnu langsung.“Sudah, mas.” Audrey menjawab langsung.Semua sudah selesai, berkat bantuan Fifi membuat Audrey bisa menyelesaikan dengan cepat. Perusahaan di Gresik tidak serumit mereka yang akan berangkat ke Semarang atau manapun, perusahaan ini belum terlalu besar.“Gue sama Audrey aja, Der?” Wisnu mengalihkan pandangan kearah Derry.“Yup,” jawab Derry singkat.“Fifi nggak ikut?”“Deadline gue minggu depan, mas. Masih harus bolak balik juga ke perusahaannya.” Fifi yang kali ini menjawab.Audrey mendengarkan hanya bisa diam, menilai jika Wisnu juga memiliki pemikiran yang sama dengannya.“Audrey bukan?” Audrey langsung menganggukkan kepalanya “Besok sampai sini jam enam, kita berangkat sama-sama. Kamu tanya sama mereka apa aja yang perlu dibawa dan siapkan sekarang, taruh langsung di lobby waktu kamu pulang biar bisa langsung dibawa dan jangan ada yang ketinggalan.” Wisnu memberikan perintah tapi dengan nada lembut.“Baik, mas.”Wisnu berjalan meninggalkan Audrey, mendekati Derry dan berbicara hal yang Audrey tidak paham. Fifi mengetuk meja Audrey dengan memberi kode untuk segera mengerjakan apa yang Wisnu katakan, memilih melakukan apa yang Wisnu katakan dengan menyiapkan semuanya, Fifi membantu memberikan beberapa catatan apa-apa saja yang dibutuhkan dan memeriksa kembali.“Kamu letakkan di lobby sekarang.”Mengikuti apa yang dikatakan Fifi, meletakkannya di lobby. Langkahnya terhenti saat Derry memanggil namanya, berjalan mendekati Derry yang ternyata memeriksa kembali barang-barang yang akan dibawa ke Gresik.“Udah benar semua, kamu taruh di lobby.” Derry meletakkan kembali yang diambilnya.Audrey lagi-lagi menganggukkan kepalanya, meletakkan barang-barang di lobby agar besok bisa langsung dibawa saat berangkat. Bekerja kembali dan tidak ada sesuatu yang membuatnya pusing, setidaknya saat ini tidak perlu lembur. Satu per satu pulang di jam yang biasanya mereka pulang jika dalam keadaan normal, membereskan barang-barangnya dan lagi-lagi memeriksa jangan sampai ada yang tertinggal.“Drey,” panggil seseorang yang membuatnya berhenti.“Eza, ada apa?” tanya Audrey bingung.“Jemput kamu.”“Tapi....” Audrey bingung harus memutuskan apa.“Kita bicara tentang...”“Rasanya nggak ada lagi yang perlu dibicarakan.” Audrey memotong langsung dengan menolak ajakan Eza.“Banyak, jadi bisa kita bicara?” Eza memberikan tatapan memohon.“Aku sudah dijemput.” Audrey melihat supir keluarganya duduk di kursi tunggu.Eza menatap kearah supir Audrey “Aku bilang kalau kamu pulang sama aku.”Audrey memegang lengan Eza “Jangan, aku harus cepat pulang mau istirahat. Kalau luang aku pasti kabari dan kita ketemu, aku sudah capek ini.”“Tapi....” Eza menatap Audrey yang memberikan tatapan memohon “Baiklah, kita memang harus bicara karena bagaimanapun ini demi masa depan kita.”Bibirnya ingin membantah semua yang Eza katakan, menutup bibirnya kembali dengan menganggukkan kepalanya. Eza mengantarkan Audrey ke mobil keluarganya, membuka dan menutup pintunya, tidak lupa berbicara singkat dengan supir keluarganya. Seluruh keluarga sudah mengenal Eza dengan baik, tidak jauh berbeda dengan Audrey yang dikenal seluruh keluarga Eza.“Kalau sudah sampai nanti kabari.” Eza menatap Audrey dalam yang hanya bisa menganggukkan kepala.Bingung dengan semua yang dilakukan Eza sekarang, mencoba mengingat pembicaraan mereka dimana sudah memutuskan untuk berpisah dan sekarang tiba-tiba datang dan seakan ingin membahas sesuatu.“Hubungan kita belum berakhir, aku akan berjuang mempertahankan kamu depan mama dan papa.”“Sudah siap semua? Nggak ada yang ketinggalan?” tanya Wisnu menatap Audrey yang meletakkan barang-barang.“Mudah-mudahan nggak ada, mas. Mas Derry sama Mbak Fifi kemarin bantu ngecekin.” Audrey menjawab dengan menatap Wisnu yang hanya menganggukkan kepala.Wisnu masuk kedalam mobil di balik setir, Audrey bingung harus duduk dimana. Gerakan tangan Wisnu membuat Audrey masuk kedalam dengan duduk disamping Wisnu, memastikan sabuk pengaman terpasang mereka berangkat meninggalkan kantor.Perjalanan yang cukup panjang, tampaknya Audrey harus mengucapkan terima kasih pada pemerintah yang membangun jalan tol, setidaknya tidak perlu terlalu lama berada didalam tempat bersama Wisnu yang tidak tahu harus berbicara apa, kepribadiannya yang tertutup membuat Audrey tidak tahu memulai pembicaraan.“Kamu angkatan berapa?” tanya Wisnu membuka suaranya setelah beberapa menit jalan dan sedikit jauh dari kantor.“Empat tahun dibawah Mas Wisnu,” jawab Audrey yang hanya diangguki Wisnu “Kita pernah ketemu,
Audrey masih mengingat semua kata-kata yang keluar dari Wisnu, menggelengkan kepalanya saat mengingat kembali kata-katanya. Wisnu bagaimana bisa tahu tentang apa yang terjadi pada dirinya, menatap wajahnya di cermin tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan dirinya lelah, menggelengkan kepalanya jika diam-diam Wisnu memperhatikannya.Audrey seketika ingat jika mereka yang di kantor selalu mengatakan jika Wisnu perhatian sama semuanya, otomatis perhatiannya pada Audrey bukan hal yang spesial. Audrey langsung menganggukkan kepalanya mengingat semua yang dikatakan orang-orang di kantor, menatap ranjang dimana artinya memang harus istirahat.Tidak terlalu lelah hanya saja perlu meletakkan tubuhnya di ranjang, tidak pernah ada dalam bayangannya jika bekerja di tempat akuntan public bisa membuatnya lelah, dalam bayangan Audrey dirinya belum mendapatkan pekerjaan yang berat. Memejamkan matanya tidak lama kemudian karena tidak bisa lagi berpikir tentang hal-hal berat, otaknya membutuhkan istirah
“Wuih...semalaman sama Mas Wisnu,” goda Fifi yang membuat Audrey hanya diam sambil menggelengkan kepalanya “Banyak ilmu berarti?”“Capek yang ada, mbak. Mereka pinter banget menutupi beberapa data, Mas Wisnu teliti banget coba kalau bukan Mas Wisnu pasti aku nggak akan tahu kalau ada yang ditutupi.” Audrey menceritakan semuanya pada Fifi.“Maksudnya kita nggak teliti gitu?” tanya Derry dengan nada serius yang membuat Audrey takut dan terkejut.“Jangan gitu deh, mas. Kamu nggak lihat dia udah ketakutan gini?” tegur Fifi dengan memukul lengan Derry pelan.“Kamu tahu kenapa kita milih kamu buat nemenin Mas Wisnu?” tanya Derry yang masih menatap Audrey dalam “Biar kamu tahu orang-orang model begitu.”“Mas Wisnu tanya sama kita ada anak baru nggak? Soalnya perusahaan ini suka nutupin sesuatu yang busuk, makanya kita langsung milih kamu.” Fifi menjelaskan dengan bahasa yang dipahami Audrey.“Kaya ospek gitu?” Audrey bertanya dengan nada polosnya.“Anggep aja begitu.” Derry menyerah dengan m
Suasana makan-makan yang ramai menjadi berbeda buat Audrey, pernyataan Wisnu yang secara tiba-tiba membuatnya terkejut dan tidak bisa berkata apapun. Wisnu sendiri tampak biasa saja setelah mengatakan itu dan seakan itu hanya angin lalu, melihat itu membuat Audrey ingin rasanya memaki bosnya itu.“Masih marah sama tadi?” suara Derry yang ada dihadapan Audrey.“Nggak, mas. Lagian juga nggak muat dan lebih enak di mobil Mas Wisnu luas nggak perlu sempit-sempitan.” Audrey menjawab dengan malas.“Wah...nyindir ini.” Derry menggelengkan kepalanya “Makan yang banyak biar gemuk, biar kesannya sebagai kepala tim memperhatikan anak didiknya.” Audrey mengangkat tangannya memberi tanda hormat atau lebih tepatnya akan mengikuti semua kata-kata Derry, melihat itu Derry hanya menggelengkan kepalanya dan kembali sibuk berbicara dengan yang lain.“Wajah kamu suntuk sekali,” bisik Fifi.“Masa sih? Biasa aja kali, mbak.” Audrey berkat
Keadaan kantor tidak jauh berbeda dengan biasanya, Audrey akan mendapatkan pekerjaan dari Derry untuk memeriksa kembali pekerjaan yang telah mereka lakukan. Menatap serius di Layar dengan beberapa dari mereka yang berbicara tentang apa yang terjadi di perusahaan-perusahaan.“Drey, kamu mau kopi?” tanya Fifi yang berada disampingnya.“Memang mbak mau buat?” tanya Audrey tanpa menatap Fifi.“Mau beli online,” jawab Fifi “Kamu pilih sendiri aja nih.”Audrey menghentikan pekerjaannya menatap ponsel Fifi “Handphone siapa ini, mbak?”“Mas Wisnu, kita disuruh beli minuman. Kamu pilih sendiri soalnya tinggal kamu.” Fifi menjawab Audrey “Kalau mau makanan juga boleh tadi aku juga udah pesan makan, tenang yang lain juga.”Audrey menatap pesanan yang sudah dilakukan Fifi, mencari apa yang ingin dibelinya. Perasaan tidak enak jika membeli makanan yang harganya mahal, Audrey masih baru di tempat ini.“Mana handphoneku?
Audrey benar-benar tidak menyangka Wisnu menjemputnya pagi, catat pagi hari jam enam. Tidak memberikan kesempatan Audrey untuk mandi, mereka berangkat dengan Audrey menggunakan piyama dan membawa pakaian ganti didalam tas.“Mas, niat banget.” Audrey menatap malas pada Wisnu.“Nanti mandi di tempatku aja, kita ke pasar dulu di rumah nggak ada bahan makanan.” “Memang mau masak apa?” tanya Audrey yang benar-benar tidak ada ide sama sekali.“Terserah kamu, tapi aku lagi pengen sarapan sayur asam sama pepes ikan.” “Ok,” jawab Audrey langsung.“Memang kamu bisa?” tanya Wisnu penasaran.“Lihat aja nanti.” Audrey menjawab sambil lalu.Mereka sampai ke pasar dengan pakaian Audrey yang menggunakan piyama dan ditutupi dengan jacket Wisnu, membeli beberapa bahan yang akan digunakan untuk masak nantinya. Wisnu yang membayar dan membawa semua bahan belanjaan mereka, Audrey hanya berjalan sambil menikmati jaj
“Kalau ngomong nggak usah aneh-aneh, mas.” Audrey menegur Wisnu.“Memang kenapa? Apa orang melamar harus kenal lama?” tanya Wisnu dengan memberikan tatapan dalam pada Audrey.“Mas belum tahu semua tentang aku, jadi jangan berkata yang nantinya akan disesali.”“Audrey, usia aku bukan usia main-main. Aku lebih tua dibandingkan kamu, mengatakan hal itu pastinya sudah aku pikirkan dalam. Mengetahui semua tentang kamu? Memang aku belum tahu banyak tentang kamu tapi bukan suatu alasan untuk mengatakan keseriusan.” Wisnu mengatakan dengan serius.Audrey menghembuskan nafas panjang “Mas nggak tahu semua tentang aku, kalau mas tahu pasti akan meninggalkan aku.”“Penyakit kamu?” tembak Wisnu langsung yang membuat Audrey terkejut “Aku tahu, walaupun tidak terlalu tahu banyak.”“Mas tahu darimana?” tanya Audrey berusaha menenangkan dirinya.“Waktu kita kerja bareng, aku mengamati setiap karyawan yang kerja disana. Aku
“Pagi semua,” sapa Audrey dengan senyum lebarnya.“Wuih dalam rangka apa ini? Semangat banget? Senin loh ini.” Derry memberikan tatapan menggoda.“Biar semangat di pagi hari.” Audrey menyahut masih dengan senyum lebarnya.“Liburan kemarin menyenangkan kayaknya,” ucap Fifi dengan nada menggoda.“Nggak juga, seharian kemarin nonton drakor terus makan dan tidur. Makanya hari ini banyak energi, menyalurkan ke teman-teman semua.” Audrey memberikan alasan masuk akal.“Energi kamu lagi banyak, kan?” Audrey mengangguk ragu kearah Derry dengan tatapan curiga “Kalau gitu ikut Mas Wisnu ke Yogya besok.”“Kenapa aku? Masih ada teman yang lain.” Audrey langsung menolak saran Derry.“Energi banyak akan percuma kalau dibuang begitu saja.” Derry memberikan alasan masuk akal yang membuat Audrey menatap tidak percaya.“Nggak mau, aku masih baru disini harusnya mas bimbing bukan diserahkan ke Mas Wisnu,” protes Aud
BEDRESTSatu kata yang dibuat Wisnu untuk membuat kandungan Audrey baik-baik saja sebelum pemeriksaan selanjutnya, tidak mau membantah Audrey lagi-lagi mengikuti perkataan Wisnu dan meminta ijin pada Joseph agar bisa bekerja di rumah yang langsung disetujui begitu saja. Wisnu sendiri lebih banyak di rumah menemani Audrey bekerja, walaupun sudah ada asisten rumah tangga yang diminta dari rumah orang tua Wisnu.“Mas kerja aja nggak papa.” Audrey memberikan pengertian pada Wisnu.“Aku kerja ini.” Wisnu menjawab tanpa mengalihkan pandangan “Lagian kita sama-sama kerja, jadi jangan berisik.”Audrey memutar bola matanya malas mendengar jawaban Wisnu, mengambil ponselnya menatap percakapan yang dilakukannya bersama dengan Derry dan Fifi tentang keadaan kantor selama Wisnu tidak datang. Audrey tahu jika pekerjaan mereka di saat seperti ini sedang banyak-banyaknya dan Wisnu tidak datang ke kantor.“Mas bukannya pekerjaan kamu lagi banyak
Pertanyaan yang Audrey berikan membuat Wisnu kesal, semua dilakukannya untuk tahu tentang bagaimana keadaannya selama hamil, tidak hanya itu Audrey ingin memastikan jika apa yang dikatakan ibunya Eza tidak benar.“Kenapa kamu bertanya seperti itu, sayang?” Wisnu membuka suaranya.“Aku hanya bertanya.” Audrey menjawab sambil lalu.“Kamu nggak senang kalau hamil?”“Senang.” Audrey menjawab cepat “Senang dan rasa ingin tahu adalah dua hal berbeda, aku hanya takut kalau memang apa yang aku bayangkan benar terjadi.”“Memang apa yang kamu bayangkan? Kamu masih mendengarkan kata-kata ibunya Eza? Buktinya kamu bisa hamil jadi yang dia bilang itu nggak benar.”“Antarkan aku pulang, mas.”“Aku akan cari asisten rumah tangga agar kamu tidak terlalu capek.”Audrey memilih tidak menghiraukan kata-kata Wisnu, semua yang didapatnya hari ini benar-benar mengejutkan. Audrey tahu jika menikah pastinya akan hamil,
“Kamu akan bekerja, Drey?” Audrey menganggukkan kepalanya “Aku antar Galih dulu baru kerja.”“Sayang, kapan kamu terakhir menstruasi?” Audrey mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Wisnu “Masalah yang kita hadapi kayaknya buat kamu lupa kapan menstruasi.”Langkah Wisnu yang semakin mendekat tidak disadari Audrey, menarik pinggang Audrey membuat tubuh mereka berdekatan, mengangkat dagu Audrey mencium bibirnya lembut tanpa ada perlawanan sama sekali. Wisnu tersenyum kecil diantara ciumannya, setidaknya melakukan dengan kilat dan cepat sebelum berangkat bisa membuat mereka lebih semangat. Audrey hanya pasrah ketika Wisnu membuka pakaian bawahnya, mengangkat kakinya dan memasukkan miliknya kedalam membuat mereka mendesah diantara sisa waktu yang ada.“Makasih, sayang.” Wisnu mencium singkat bibir Audrey setelah mencapai klimaksnya “Kamu bersihin dulu sana.”Audrey beranjak menuju kamar mandi dengan membawa pakaian bawahnya, mem
Impian Audrey adalah menatap apa yang ada dihadapannya sambil bekerja, pekerjaannya telah selesai beberapa menit yang lalu sebelum Galih pulang dan sekarang berada di rumah membuat makanan kesukaan Galih yang duduk tidak jauh darinya untuk melihat apa yang sedang dibuat.“Tante apain itu ikannya?” tanya Galih lagi yang membuat Audrey tersenyum.“Nanti Galih coba makan kalau nggak enak bilang ya.” Galih menganggukkan kepalanya.Audrey membuat ikan bakar madu, melihat resepnya di video dan mencoba membuatnya. Saat melihat video yang ada di kepala Audrey adalah ekspresi Galih saat menikmati hasil masakannya, membayangkan itu sudah membuat Audrey langsung semangat membuatnya. Sesekali pandangannya mengarah pada Galih yang hanya diam melihat, walaupun Audrey tahu jika sudah sangat gatal ingin membantu atau mencobanya.mereka berdua yang terlalu asyik tidak menyadari Wisnu yang masuk kedalam rumah, pemandangan yang dilihatnya membuat Wisnu terdi
“Kamu yakin kerja disini? Kamu bisa jadi asisten aku kaya dulu.” Wisnu tetap dengan keras kepalanya mengantarkan Audrey ke tempat kerjanya yang baru, tidak lain adalah cafe milik mantannya. Audrey tidak akan memberitahukan hubungan masa lalunya dengan Joseph, bagaimanapun itu sudah masa lalu yang sangat lalu. Keputusannya bekerja sudah diberitahukan pada Joseph yang langsung menyambut dengan tangan terbuka, posisi yang dipegangnya juga hal baru bagi Audrey.“Kamu benar...”“Lebih baik aku disini daripada sama mas di kantor, belum kalau Retno datang buat merusak suasana hati.” Audrey memotong perkataan Wisnu yang sudah tidak terhitung “Aku keluar, mas hati-hati di jalan.”Audrey mengambil tangan Wisnu untuk mencium punggung tangannya, Wisnu menarik wajah Audrey mencium bibirnya sekilas. Memperbaiki hubungan termasuk dengan hal-hal kecil seperti ciuman, terutama adanya Galih yang pastinya nanti akan membandingkan antara rumah mereka dengan
“Kamu mau kerja?” tanya Wisnu mengerutkan keningnya.“Ya,” jawab Audrey singkat.Membahas tentang hal lain, terutama membahas keinginan Audrey yang akan bekerja di tempat Joseph. Membahas masalah pekerjaan membuat Audrey tidak memikirkan tentang permasalahannya dengan Wisnu, masalah dengan Wisnu hanya bisa diselesaikan oleh Wisnu sendiri dan bekerja adalah solusi yang membuat Audrey tidak memikirkannya.“Balik ke tempatku?” tanya Wisnu dengan nada sedikit ragu.“Nggak.” Audrey menjawab tegas.“Lalu? Kenapa nggak di tempatku saja?” “Aku ingin mencari suasana baru dan sudah dapat pekerjaannya.” Audrey menjawab santai pertanyaan Wisnu “Satu lagi aku nggak mau berada didalam satu ruangan sama kamu, Mas. Apalagi membayangkan Retno datang kesana membahas kehamilannya atau keinginannya bersama kamu.”Wisnu mengangkat alisnya mendengar jawaban Audrey “Secepat itu? Dimana?” mencoba tidak peduli ketika nama Retno di
Menemani Wisnu di rumah sakit selama beberapa hari, menjalani tugasnya sebagai istri membuat Audrey lebih banyak di rumah sakit dibandingkan pulang ke rumah. Galih sendiri bersama dengan mamanya jadi Audrey tidak terlalu khawatir tentang itu, disamping itu Audrey tidak memberi kabar pada orang tua mereka tentang keadaan Wisnu.“Semua sudah dibayar sama Derry.” Wisnu membuka suaranya yang hanya diangguki Audrey “Nanti ada supir yang jemput.” Audrey sekali lagi hanya menganggukkan kepalanya “Galih nanti pulang sekolah langsung ke rumah.”Sedikit terkejut tentang Galih, sekali lagi Audrey hanya menganggukkan kepalanya. Alasan Audrey tidak memberitahukan orang tua mereka karena tidak ingin orang tua mereka melihat bagaimana hubungan mereka saat ini, tanpa adanya komunikasi sama sekali atau lebih tepatnya hanya Wisnu yang berkomunikasi dengannya. “Drey, kamu nggak bisa bicara sama aku?”“Semua sudah beres, tinggal tunggu administrasi Mas Derry
“Mas Der, gimana kejadiannya?” “Duduk dulu, Drey.” Tidak mau membantah Audrey memilih mengikuti kata-kata Derry, duduk di kursi yang tidak jauh dari pintu dengan Derry duduk disampingnya. Meminum air yang Derry berikan, menetralkan detak jantungnya sambil menunggu Derry berbicara. “Aku nggak tahu gimana ceritanya, kita tadi meeting masalah audit perusahaan di Gresik. Mas Wisnu baik-baik saja tapi tiba-tiba saja jatuh, kita cek ternyata pingsan dan langsung bawa kesini.” “Sebelumnya ada makan atau minum yang...” Audrey menggelengkan kepalanya langsung. Wisnu setiap pagi pastinya sudah makan, kalaupun di kantor akan lebih memilih minum kopi. Kebiasaan minum kopi selama bekerja, hal yang sudah menjadi kebiasaan Wisnu dari dulu. Memilih diam, menunggu dokter yang memeriksa Wisnu dalam keadaan cemas, berdoa semoga tidak terjadi sesuatu nantinya. “Saudara Bapak Wisnu.” Audrey dan Derry langsung berdiri mendatangi
Dua hari sudah, hubungan mereka berdua tidak ada perkembangan. Wisnu yang tidak menjawab pertanyaan Audrey, membuat Audrey langsung menarik diri dari Wisnu dengan sedikit menjauh. Wisnu sendiri tidak tahu harus menjawab apa, waktu mengajak Audrey menikah memang mencintai dan tidak ingin kehilangan. Audrey, membuat dirinya kembali merasakan rumah, selama ini tidak tahu harus pulang kemana tapi Audrey membuatnya ingin pulang.Tanpa adanya Galih membuat Audrey bisa tidur di kamar lain, pisah kamar adalah solusi yang diambilnya walaupun berat. Audrey tahu jika tidak boleh melakukan ini, berpisah kamar dengan suami dan seharusnya mencari solusi bukan menjaga jarak. Kegiatannya masih sama seperti sebelumnya, membuatkan sarapan dan makan untuk mereka berdua walaupun sesekali membersihkan rumah.“Aku berangkat.” Wisnu berkata sambil menarik kursinya.Audrey menghentikan gerakan tangannya, mengikuti Wisnu berdiri dengan mengantarkannya ke depan, mencium pungg