“Kalau ngomong nggak usah aneh-aneh, mas.” Audrey menegur Wisnu.
“Memang kenapa? Apa orang melamar harus kenal lama?” tanya Wisnu dengan memberikan tatapan dalam pada Audrey.“Mas belum tahu semua tentang aku, jadi jangan berkata yang nantinya akan disesali.”“Audrey, usia aku bukan usia main-main. Aku lebih tua dibandingkan kamu, mengatakan hal itu pastinya sudah aku pikirkan dalam. Mengetahui semua tentang kamu? Memang aku belum tahu banyak tentang kamu tapi bukan suatu alasan untuk mengatakan keseriusan.” Wisnu mengatakan dengan serius.Audrey menghembuskan nafas panjang “Mas nggak tahu semua tentang aku, kalau mas tahu pasti akan meninggalkan aku.”“Penyakit kamu?” tembak Wisnu langsung yang membuat Audrey terkejut “Aku tahu, walaupun tidak terlalu tahu banyak.”“Mas tahu darimana?” tanya Audrey berusaha menenangkan dirinya.“Waktu kita kerja bareng, aku mengamati setiap karyawan yang kerja disana. Aku“Pagi semua,” sapa Audrey dengan senyum lebarnya.“Wuih dalam rangka apa ini? Semangat banget? Senin loh ini.” Derry memberikan tatapan menggoda.“Biar semangat di pagi hari.” Audrey menyahut masih dengan senyum lebarnya.“Liburan kemarin menyenangkan kayaknya,” ucap Fifi dengan nada menggoda.“Nggak juga, seharian kemarin nonton drakor terus makan dan tidur. Makanya hari ini banyak energi, menyalurkan ke teman-teman semua.” Audrey memberikan alasan masuk akal.“Energi kamu lagi banyak, kan?” Audrey mengangguk ragu kearah Derry dengan tatapan curiga “Kalau gitu ikut Mas Wisnu ke Yogya besok.”“Kenapa aku? Masih ada teman yang lain.” Audrey langsung menolak saran Derry.“Energi banyak akan percuma kalau dibuang begitu saja.” Derry memberikan alasan masuk akal yang membuat Audrey menatap tidak percaya.“Nggak mau, aku masih baru disini harusnya mas bimbing bukan diserahkan ke Mas Wisnu,” protes Aud
Audrey tidak tahu apa yang dibicarakan Wisnu pada mamanya, mendapatkan ijin dengan mudah padahal selama ini harus melalui beberapa tahap dan sulit. Mamanya tampak lupa jika Audrey memiliki sakit, tapi seakan tidak peduli dengan keadaan Audrey yang suka merasa lelah.“Kamu itu sudah di operasi jadi pastinya baik-baik saja,” ucap mama Audrey dengan santai, Indah.“Biasanya mama sama papa sulit kasih ijin, kenapa sekarang langsung kasih ijin?” Audrey memberikan nada protes dengan tatapan tidak percaya.Mereka berdua sekarang berada didalam kamar Audrey yang sedang memasukkan pakaian kedalam tas, tidak menyiapkan semuanya dari sebelumnya membuat Audrey harus memikirkan apa saja yang dibawa. Wisnu sendiri memutuskan pulang setelah meminta ijin, mereka akan bertemu nanti di bandara.“Beda, kalau biasanya kamu main-main sedangkan ini kamu mencari uang alias kerja. Lagian yang minta ijin langsung bos kamu masa mama melarang, memang kamu mau dilar
Wisnu memegang kata-katanya, menghormati Audrey dengan memberikan ruang ketika dirinya sedang mandi atau menyiapkan diri. Wisnu akan keluar dari kamar, ranjang mereka juga tidak jadi satu, pakaian yang Wisnu pakai saat didalam kamar juga masih sangat sopan. Tidak hanya itu Wisnu juga melakukan pekerjaannya sampai malam yang membuat Audrey tidak enak sendiri, mereka bekerja dalam diam saat berada didalam kamar.“Mas, ini hasil pertemuannya.” Audrey mengirim email pada Wisnu.“Ok,” jawab Wisnu singkat tanpa menatap Audrey.Tidak memiliki pekerjaan lain, menatap layar laptopnya dengan bingung harus melakukan apa. Mengalihkan pandangan kearah Wisnu dimana masih fokus dengan pekerjaannya, hembusan nafas pelan dikeluarkannya dengan menatap kembali pada layar.“Drey, aku bisa minta tolong?” Audrey mengalihkan pandangan kearah Wisnu “Tolong apa, mas?”“Beli camilan sama kopi di tempat kemarin, kopi kamu tahu kan kesukaanku?
“Wuih...yang habis dari luar kota mana oleh-olehnya?” Derry memberikan tatapan menggoda pada Audrey.“Ada di mobil Mas Wisnu, mas nanti minta sendiri aja.” Audrey mengatakan tanpa beban.“Kok bisa di mobil Mas Wisnu?” tanya Fifi penasaran.“Ya, Mas Wisnu bilang suruh minta ke dia karena aku udah rayuin buat beliin kalian oleh-oleh.” Audrey menjawab lagi tanpa beban membuat Fifi membulatkan matanya.Sebelum pulang mereka sempat berdebat tentang oleh-oleh, Audrey ingin yang membawanya sendiri tapi dilarang Wisnu karena memang Audrey berangkat menggunakan kendaraan online dan alasan utamanya adalah Wisnu tidak ingin Audrey lelah.“Kamu satu kamar sama Mas Wisnu?” bisik Fifi yang dijawab anggukan Audrey “Serius?! Kalian nggak ngapa-ngapain, kan?”“Ngapa-ngapain lah, mbak.” Fifi membelalakkan matanya “Kita kan harus ngerjain audit sampai malam juga, lagian kasurnya juga dua.”“Drey, tapi benaran kalian nggak lag
Audrey ingin mengirim Wisnu ke planet mars, kedua kalinya datang ke rumah hanya untuk berbicara dengan kedua orang tuanya. Audrey tidak masalah datang kesini, tapi datangnya pagi seakan tidak ada pekerjaan sama sekali, tidak hanya itu setelah dari rumah langsung mengajaknya ke rumah minta di masakan.“Mas, aku punya kehidupan pribadi loh. Kemarin kita sudah diluar kota bersama sekarang aku disuruh ke rumah lagi? Mas nggak salah?” Audrey menatap malas dengan nada kesalnya.“Aku lagi kangen sama masakanmu, kemarin yang kamu buatin udah habis.” Wisnu menjawab tanpa beban.“Mas kan bisa minta sama mamanya atau pembantu yang biasa ke rumah atau pesan online.” “Kartu aku di kamu jadi nggak bisa ambil uang cash.” Wisnu menjawab lagi yang membuat Audrey menatap tidak percaya “Memang kamu mau kemana? Aku antar.”Audrey tidak menjawab pertanyaan Wisnu, mengeluarkan kartu yang Wisnu berikan dan diletakkan di pahanya membuat Wisnu terkejut
“Bos kamu sudah melamar terus kamu tolak?” tanya Icha kesekian kalinya.“Aku udah jawab berapa kali sih, Ca? Ampe bosan jawabnya.” Audrey memutar bola matanya malas.“Alasan kamu nggak masuk akal, Drey.” Icha menggelengkan kepalanya membuat Audrey semakin malas.“Kamu lihat Eza sama cewek?” tanya Rima yang diangguki Audrey.“Siapa tadi namanya? Dea?” tanya Yuli yang diangguki Audrey “Rim, apa ini cewek yang diceritain sama Eza?”“Dia ada cerita tentang Dea ke kamu?” tanya Audrey memberikan tatapan penuh selidik.“Ya, Eza tanya pendapat gimana kalau terima Dea? Padahal mereka belum kenal lama, mama udah terlanjur suka sama Dea.” Yuli menceritakan tentang pembicaraannya dengan Eza.“Kamu nggak cerita gitu ke aku? Japri kek kalau nggak bisa di group.” Audrey sudah menatap kesal pada Yuli.“Maaf, Drey. Aku juga bingung mau cerita sama kamu atau nggak, apalagi hubungan kalian baru aja berakhir.” Yuli
“Mas Wisnu nggak masuk hari ini katanya Galih sakit.” Derry berkata dengan suara keras memberikan pengumuman “Kalau ada yang butuh sama Mas Wisnu kirim pesan aja, cuman kalau balasnya lama tolong dimaklumi. Begitu informasi yang diberikan Mas Wisnu.”Audrey hanya diam, sakitnya Galih sudah diketahuinya beberapa semalam. Tidak banyak bisa membantu karena memang itu ranah pribadi Wisnu, Audrey bukan apa-apanya meskipun sudah dilamar beberapa kali.“Drey, kamu disuruh antar ini ke rumah sakit sama Mas Wisnu.” Derry memberikan amplop coklat yang membuat Audrey menatap bingung. “Berkas penting yang ketinggalan di mejanya, rencananya Mas Wisnu mau mampir ke tempat ini sebentar.”“Kenapa aku? Bisa teman-teman yang lain.” Audrey sedikit menolak.“Kamu yang anak baru dan belum banyak yang dikerjakan, Mas Wisnu bilang ini berhubungan sama perusahaan yang kamu datangi dulu.” Derry memberikan penjelasan yang sedikit masuk akal.“OB?” tanya
“Maaf, Drey. Kita nggak ada maksud, kita tahu Mas Wisnu suka sama kamu dan serius, makanya kita bantu Mas Wisnu.” Derry mengatakan dengan memberikan tatapan penyesalan.Audrey mendapati kedua rekan kerja seniornya mendatangi dirinya saat baru datang, menarik dirinya keluar di salah satu makanan cepat saji yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor. Mereka berdua menjelaskan alasan brada di pihak Wisnu, tanpa perlu Audrey susah-susah meminta mereka bercerita.“Ya sudah sih, lagian niat mbak dan mas baik sama Mas Wisnu.” Audrey menenangkan mereka berdua.“Lalu hubungan kalian berdua?” tanya Fifi penasaran.“Mbak tanya Mas Wisnu aja,” jawab Audrey yang membuat mereka berdua menatap malas.“Mas Wisnu masuk hari ini?” tanya Derry yang hanya diberikan jawaban mengangkat bahu “Kok nggak tahu?”“Mas Wisnu memang nggak bilang masuk atau nggak, mas.” Audrey menjawab sabar.“Kalau dari pengamatan aku...kalian sudah
BEDRESTSatu kata yang dibuat Wisnu untuk membuat kandungan Audrey baik-baik saja sebelum pemeriksaan selanjutnya, tidak mau membantah Audrey lagi-lagi mengikuti perkataan Wisnu dan meminta ijin pada Joseph agar bisa bekerja di rumah yang langsung disetujui begitu saja. Wisnu sendiri lebih banyak di rumah menemani Audrey bekerja, walaupun sudah ada asisten rumah tangga yang diminta dari rumah orang tua Wisnu.“Mas kerja aja nggak papa.” Audrey memberikan pengertian pada Wisnu.“Aku kerja ini.” Wisnu menjawab tanpa mengalihkan pandangan “Lagian kita sama-sama kerja, jadi jangan berisik.”Audrey memutar bola matanya malas mendengar jawaban Wisnu, mengambil ponselnya menatap percakapan yang dilakukannya bersama dengan Derry dan Fifi tentang keadaan kantor selama Wisnu tidak datang. Audrey tahu jika pekerjaan mereka di saat seperti ini sedang banyak-banyaknya dan Wisnu tidak datang ke kantor.“Mas bukannya pekerjaan kamu lagi banyak
Pertanyaan yang Audrey berikan membuat Wisnu kesal, semua dilakukannya untuk tahu tentang bagaimana keadaannya selama hamil, tidak hanya itu Audrey ingin memastikan jika apa yang dikatakan ibunya Eza tidak benar.“Kenapa kamu bertanya seperti itu, sayang?” Wisnu membuka suaranya.“Aku hanya bertanya.” Audrey menjawab sambil lalu.“Kamu nggak senang kalau hamil?”“Senang.” Audrey menjawab cepat “Senang dan rasa ingin tahu adalah dua hal berbeda, aku hanya takut kalau memang apa yang aku bayangkan benar terjadi.”“Memang apa yang kamu bayangkan? Kamu masih mendengarkan kata-kata ibunya Eza? Buktinya kamu bisa hamil jadi yang dia bilang itu nggak benar.”“Antarkan aku pulang, mas.”“Aku akan cari asisten rumah tangga agar kamu tidak terlalu capek.”Audrey memilih tidak menghiraukan kata-kata Wisnu, semua yang didapatnya hari ini benar-benar mengejutkan. Audrey tahu jika menikah pastinya akan hamil,
“Kamu akan bekerja, Drey?” Audrey menganggukkan kepalanya “Aku antar Galih dulu baru kerja.”“Sayang, kapan kamu terakhir menstruasi?” Audrey mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Wisnu “Masalah yang kita hadapi kayaknya buat kamu lupa kapan menstruasi.”Langkah Wisnu yang semakin mendekat tidak disadari Audrey, menarik pinggang Audrey membuat tubuh mereka berdekatan, mengangkat dagu Audrey mencium bibirnya lembut tanpa ada perlawanan sama sekali. Wisnu tersenyum kecil diantara ciumannya, setidaknya melakukan dengan kilat dan cepat sebelum berangkat bisa membuat mereka lebih semangat. Audrey hanya pasrah ketika Wisnu membuka pakaian bawahnya, mengangkat kakinya dan memasukkan miliknya kedalam membuat mereka mendesah diantara sisa waktu yang ada.“Makasih, sayang.” Wisnu mencium singkat bibir Audrey setelah mencapai klimaksnya “Kamu bersihin dulu sana.”Audrey beranjak menuju kamar mandi dengan membawa pakaian bawahnya, mem
Impian Audrey adalah menatap apa yang ada dihadapannya sambil bekerja, pekerjaannya telah selesai beberapa menit yang lalu sebelum Galih pulang dan sekarang berada di rumah membuat makanan kesukaan Galih yang duduk tidak jauh darinya untuk melihat apa yang sedang dibuat.“Tante apain itu ikannya?” tanya Galih lagi yang membuat Audrey tersenyum.“Nanti Galih coba makan kalau nggak enak bilang ya.” Galih menganggukkan kepalanya.Audrey membuat ikan bakar madu, melihat resepnya di video dan mencoba membuatnya. Saat melihat video yang ada di kepala Audrey adalah ekspresi Galih saat menikmati hasil masakannya, membayangkan itu sudah membuat Audrey langsung semangat membuatnya. Sesekali pandangannya mengarah pada Galih yang hanya diam melihat, walaupun Audrey tahu jika sudah sangat gatal ingin membantu atau mencobanya.mereka berdua yang terlalu asyik tidak menyadari Wisnu yang masuk kedalam rumah, pemandangan yang dilihatnya membuat Wisnu terdi
“Kamu yakin kerja disini? Kamu bisa jadi asisten aku kaya dulu.” Wisnu tetap dengan keras kepalanya mengantarkan Audrey ke tempat kerjanya yang baru, tidak lain adalah cafe milik mantannya. Audrey tidak akan memberitahukan hubungan masa lalunya dengan Joseph, bagaimanapun itu sudah masa lalu yang sangat lalu. Keputusannya bekerja sudah diberitahukan pada Joseph yang langsung menyambut dengan tangan terbuka, posisi yang dipegangnya juga hal baru bagi Audrey.“Kamu benar...”“Lebih baik aku disini daripada sama mas di kantor, belum kalau Retno datang buat merusak suasana hati.” Audrey memotong perkataan Wisnu yang sudah tidak terhitung “Aku keluar, mas hati-hati di jalan.”Audrey mengambil tangan Wisnu untuk mencium punggung tangannya, Wisnu menarik wajah Audrey mencium bibirnya sekilas. Memperbaiki hubungan termasuk dengan hal-hal kecil seperti ciuman, terutama adanya Galih yang pastinya nanti akan membandingkan antara rumah mereka dengan
“Kamu mau kerja?” tanya Wisnu mengerutkan keningnya.“Ya,” jawab Audrey singkat.Membahas tentang hal lain, terutama membahas keinginan Audrey yang akan bekerja di tempat Joseph. Membahas masalah pekerjaan membuat Audrey tidak memikirkan tentang permasalahannya dengan Wisnu, masalah dengan Wisnu hanya bisa diselesaikan oleh Wisnu sendiri dan bekerja adalah solusi yang membuat Audrey tidak memikirkannya.“Balik ke tempatku?” tanya Wisnu dengan nada sedikit ragu.“Nggak.” Audrey menjawab tegas.“Lalu? Kenapa nggak di tempatku saja?” “Aku ingin mencari suasana baru dan sudah dapat pekerjaannya.” Audrey menjawab santai pertanyaan Wisnu “Satu lagi aku nggak mau berada didalam satu ruangan sama kamu, Mas. Apalagi membayangkan Retno datang kesana membahas kehamilannya atau keinginannya bersama kamu.”Wisnu mengangkat alisnya mendengar jawaban Audrey “Secepat itu? Dimana?” mencoba tidak peduli ketika nama Retno di
Menemani Wisnu di rumah sakit selama beberapa hari, menjalani tugasnya sebagai istri membuat Audrey lebih banyak di rumah sakit dibandingkan pulang ke rumah. Galih sendiri bersama dengan mamanya jadi Audrey tidak terlalu khawatir tentang itu, disamping itu Audrey tidak memberi kabar pada orang tua mereka tentang keadaan Wisnu.“Semua sudah dibayar sama Derry.” Wisnu membuka suaranya yang hanya diangguki Audrey “Nanti ada supir yang jemput.” Audrey sekali lagi hanya menganggukkan kepalanya “Galih nanti pulang sekolah langsung ke rumah.”Sedikit terkejut tentang Galih, sekali lagi Audrey hanya menganggukkan kepalanya. Alasan Audrey tidak memberitahukan orang tua mereka karena tidak ingin orang tua mereka melihat bagaimana hubungan mereka saat ini, tanpa adanya komunikasi sama sekali atau lebih tepatnya hanya Wisnu yang berkomunikasi dengannya. “Drey, kamu nggak bisa bicara sama aku?”“Semua sudah beres, tinggal tunggu administrasi Mas Derry
“Mas Der, gimana kejadiannya?” “Duduk dulu, Drey.” Tidak mau membantah Audrey memilih mengikuti kata-kata Derry, duduk di kursi yang tidak jauh dari pintu dengan Derry duduk disampingnya. Meminum air yang Derry berikan, menetralkan detak jantungnya sambil menunggu Derry berbicara. “Aku nggak tahu gimana ceritanya, kita tadi meeting masalah audit perusahaan di Gresik. Mas Wisnu baik-baik saja tapi tiba-tiba saja jatuh, kita cek ternyata pingsan dan langsung bawa kesini.” “Sebelumnya ada makan atau minum yang...” Audrey menggelengkan kepalanya langsung. Wisnu setiap pagi pastinya sudah makan, kalaupun di kantor akan lebih memilih minum kopi. Kebiasaan minum kopi selama bekerja, hal yang sudah menjadi kebiasaan Wisnu dari dulu. Memilih diam, menunggu dokter yang memeriksa Wisnu dalam keadaan cemas, berdoa semoga tidak terjadi sesuatu nantinya. “Saudara Bapak Wisnu.” Audrey dan Derry langsung berdiri mendatangi
Dua hari sudah, hubungan mereka berdua tidak ada perkembangan. Wisnu yang tidak menjawab pertanyaan Audrey, membuat Audrey langsung menarik diri dari Wisnu dengan sedikit menjauh. Wisnu sendiri tidak tahu harus menjawab apa, waktu mengajak Audrey menikah memang mencintai dan tidak ingin kehilangan. Audrey, membuat dirinya kembali merasakan rumah, selama ini tidak tahu harus pulang kemana tapi Audrey membuatnya ingin pulang.Tanpa adanya Galih membuat Audrey bisa tidur di kamar lain, pisah kamar adalah solusi yang diambilnya walaupun berat. Audrey tahu jika tidak boleh melakukan ini, berpisah kamar dengan suami dan seharusnya mencari solusi bukan menjaga jarak. Kegiatannya masih sama seperti sebelumnya, membuatkan sarapan dan makan untuk mereka berdua walaupun sesekali membersihkan rumah.“Aku berangkat.” Wisnu berkata sambil menarik kursinya.Audrey menghentikan gerakan tangannya, mengikuti Wisnu berdiri dengan mengantarkannya ke depan, mencium pungg