“Bos kamu sudah melamar terus kamu tolak?” tanya Icha kesekian kalinya.
“Aku udah jawab berapa kali sih, Ca? Ampe bosan jawabnya.” Audrey memutar bola matanya malas.“Alasan kamu nggak masuk akal, Drey.” Icha menggelengkan kepalanya membuat Audrey semakin malas.“Kamu lihat Eza sama cewek?” tanya Rima yang diangguki Audrey.“Siapa tadi namanya? Dea?” tanya Yuli yang diangguki Audrey “Rim, apa ini cewek yang diceritain sama Eza?”“Dia ada cerita tentang Dea ke kamu?” tanya Audrey memberikan tatapan penuh selidik.“Ya, Eza tanya pendapat gimana kalau terima Dea? Padahal mereka belum kenal lama, mama udah terlanjur suka sama Dea.” Yuli menceritakan tentang pembicaraannya dengan Eza.“Kamu nggak cerita gitu ke aku? Japri kek kalau nggak bisa di group.” Audrey sudah menatap kesal pada Yuli.“Maaf, Drey. Aku juga bingung mau cerita sama kamu atau nggak, apalagi hubungan kalian baru aja berakhir.” Yuli“Mas Wisnu nggak masuk hari ini katanya Galih sakit.” Derry berkata dengan suara keras memberikan pengumuman “Kalau ada yang butuh sama Mas Wisnu kirim pesan aja, cuman kalau balasnya lama tolong dimaklumi. Begitu informasi yang diberikan Mas Wisnu.”Audrey hanya diam, sakitnya Galih sudah diketahuinya beberapa semalam. Tidak banyak bisa membantu karena memang itu ranah pribadi Wisnu, Audrey bukan apa-apanya meskipun sudah dilamar beberapa kali.“Drey, kamu disuruh antar ini ke rumah sakit sama Mas Wisnu.” Derry memberikan amplop coklat yang membuat Audrey menatap bingung. “Berkas penting yang ketinggalan di mejanya, rencananya Mas Wisnu mau mampir ke tempat ini sebentar.”“Kenapa aku? Bisa teman-teman yang lain.” Audrey sedikit menolak.“Kamu yang anak baru dan belum banyak yang dikerjakan, Mas Wisnu bilang ini berhubungan sama perusahaan yang kamu datangi dulu.” Derry memberikan penjelasan yang sedikit masuk akal.“OB?” tanya
“Maaf, Drey. Kita nggak ada maksud, kita tahu Mas Wisnu suka sama kamu dan serius, makanya kita bantu Mas Wisnu.” Derry mengatakan dengan memberikan tatapan penyesalan.Audrey mendapati kedua rekan kerja seniornya mendatangi dirinya saat baru datang, menarik dirinya keluar di salah satu makanan cepat saji yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor. Mereka berdua menjelaskan alasan brada di pihak Wisnu, tanpa perlu Audrey susah-susah meminta mereka bercerita.“Ya sudah sih, lagian niat mbak dan mas baik sama Mas Wisnu.” Audrey menenangkan mereka berdua.“Lalu hubungan kalian berdua?” tanya Fifi penasaran.“Mbak tanya Mas Wisnu aja,” jawab Audrey yang membuat mereka berdua menatap malas.“Mas Wisnu masuk hari ini?” tanya Derry yang hanya diberikan jawaban mengangkat bahu “Kok nggak tahu?”“Mas Wisnu memang nggak bilang masuk atau nggak, mas.” Audrey menjawab sabar.“Kalau dari pengamatan aku...kalian sudah
Wisnu selalu penuh kejutan, Audrey belum memberikan jawaban atas lamarannya dan sekarang bertemu dengan orang tuanya. Membantah juga tidak akan bisa sama sekali, walaupun pernah bertemu sekali tapi tetap tidak bisa dianggap bertemu dengan berbicara panjang, tapi sekarang harus berhadapan dan berbicara panjang dengan mereka.“Kamu nggak salah? Usia kalian beda jauh loh, Nu.” Papanya Wisnu menatap tidak percaya.“Wisnu sudah yakin.”Audrey yang berada disamping Wisnu hanya diam, tidak mengeluarkan suara sama sekali. Beberapa kali tatapannya bertemu dengan orang tua Wisnu tapi langsung menundukkan kepalanya, genggaman tangan yang Wisnu berikan sebagai tanda penguat darinya.“Kita sih penting kamu bahagia sudah cukup.”Audrey menatap tidak percaya mendengar kata-kata yang keluar dari bibir papanya Wisnu, mengalihkan pandangan kearah mamanya yang berada disamping. Tatapan mereka bertemu membuat Audrey kembali menundukkan kepalanya, t
Mengusap wajahnya kasar, Audrey tidak bisa dihubungi sama sekali. Datang ke rumahnya orang tua Audrey mengatakan jika Audrey sudah keterima kerja di kota Bandung, tidak mungkin diam dan tidak memberitahukan sama sekali. Surat pengunduran dirinya diletakkan diatas meja kerjanya oleh OB, menurut informasi dikirimkan atas nama dirinya.Wisnu sama sekali tidak menyangka Audrey melakukan hal ini, selama ini semua berjalan baik-baik saja. Audrey tidak membantah sama sekali dengan keinginannya, hembusan nafas panjang dikeluarkan Wisnu yang seakan tersadar dengan semua yang dilakukannya.“Mas,” panggil Derry yang membuat Wisnu menatap kearahnya “Hasil audit sudah aku kirim ke email.”Wisnu menganggukkan kepalanya “Der, Audrey ada ngomong apa gitu sama kamu?”“Bener resign?” tanya Derry memastikan yang diangguki Wisnu “Audrey nggak pernah cerita apa-apa, mas. Fifi juga nggak tahu apapun tentang Audrey, dia jarang bicara hal pribadi sama kita.”
“Mau sampai kapan disini?” suara nenek terdengar mendekati Audrey.“Nenek nggak suka aku disini?” tanya Audrey dengan mengerucutkan bibirnya “Aku bilang sama kakek kalau nenek sudah ngusir aku.”Pukulan pelan diberikan nenek pada Audrey yang membuatnya mengerucutkan bibir “Anak nakal, terus kamu gimana?”“Disini temani nenek sama kakek.” Audrey menjawab tanpa beban.“Baiklah, terserah kamu.” Neneknya menyerah berbicara dengan Audrey “Nenek sudah tidak tahu harus bicara bagaimana sama kamu, apa kamu nggak kasihan sama Wisnu?”“Nggak, biarkan aku berpikir tenang dulu.”“Baiklah, kamu bisa disini selama yang kamu inginkan tapi satu hal jangan gantung nasib orang. Bayangin kamu di posisi dia pasti rasanya nggak enak, dibicarakan bukan kabur.”“Nenek makin cerewet.” Audrey menggoda neneknya yang lagi-lagi mendapatkan pukulan pelan di lengan “Sakit, nenek.”“Sudah, mending didalam menikmati hidup darip
Audrey menatap bangunan rumah yang pernah didatanginya saat liburan atau weekend, tapi pada saat itu datang karena diajak dan dijemput. Berbeda dengan sekarang dimana Audrey datang dengan tiba-tiba, tidak tahu pemilik rumah ada didalam atau tidak, tapi satu yang pasti sekarang bukan waktu sibuk audit.Menekan bel dengan harapan sang pemilik rumah yang membukanya, pagar terlalu tinggi membuat Audrey tidak bisa melihat mobil sang pemilik rumah. Hembusan nafas dikeluarkannya beberapa kali sebelum menekan bel rumah, menunggu beberapa saat tidak terbuka sama sekali, mencoba sekali lagi dengan menekan bel dan lagi-lagi tidak ada perubahan. Audrey menatap ragu, mencoba sekali lagi untuk ketiga kali atau terakhir kalinya dengan menekan bel, menunggu lagi dan hembusan nafas panjang dikeluarkannya ketika tidak ada pergerakan sama sekali, tampaknya sang pemilik tidak ada di rumah.Audrey menatap ponselnya dengan nomer lamanya, sedikit ragu menghubunginya tapi terlalu lama
Persiapan mereka menikah sangat cepat, Wisnu dan keluarganya sudah menyiapkan semuanya tanpa memerlukan Audrey. Beberapa jam yang lalu mereka resmi menikah, Galih menemani Wisnu sepanjang acara, mereka menikah dengan sangat sederhana karena memang keinginan Audrey dan terpaksa Wisnu memenuhinya.Audrey tidak mau diajak bulan madu, padahal Wisnu menginginkan bulan madu. Berbagai macam pertimbangan mereka melakukan bulan madu di kota sebelah tidak sampai Bali atau Lombok atau luar negeri. Mereka akan melaksanakan bulan madu nanti setelah pekerjaan di kantor selesai, awal dan akhir bulan adalah waktu sibuk-sibuknya dimana mereka harus melakukan audit dari satu perusahaan ke perusahaan lain.Wisnu sudah memutuskan membawa Galih bersama dengan mereka, Audrey tidak masalah. Mereka sudah bertemu dan sejauh ini Galih anak yang baik, anak yang tidak macam-macam dan mudah diatur. Audrey beberapa kali interaksi dengan Galih, bahkan sebelum pernikahan mereka menghabiskan w
“Tante, papa memang kerjaannya banyak?” tanya Galih yang membuat Audrey mengerutkan keningnya. “Memang kenapa?” “Aku cuman ketemu papa lagi aja, anter sekolah selanjutnya sama supir.” Galih mengatakan dengan wajah sedihnya. “Mau ke kantor papa?” “Memang boleh tante?” Audrey mengangguk pelan “MAU! Tapi papa bakal marah nggak?” “Tante tanya teman papa disana, kamu siap-siap.” Audrey mengambil ponselnya bertanya pada Fifi dengan langsung menghubunginya, cukup lama panggilan tidak diangkat sampai akhirnya beberapa kali panggilan baru diangkat dengan suara berisik. Audrey langsung bertanya tentang tujuannya yaitu keberadaan Wisnu dan mengatakan akan memberi kejutan. “Wah...sudah tampan...tunggu disini tante ganti pakaian dulu.” Audrey melakukannya dengan cepat, mendapati Galih yang bermain di tempatnya. Pergi dengan supir yang Wisnu pekerjakan khusus untuk mereka berdua, lebih tepatnya Galih. Mereka m
BEDRESTSatu kata yang dibuat Wisnu untuk membuat kandungan Audrey baik-baik saja sebelum pemeriksaan selanjutnya, tidak mau membantah Audrey lagi-lagi mengikuti perkataan Wisnu dan meminta ijin pada Joseph agar bisa bekerja di rumah yang langsung disetujui begitu saja. Wisnu sendiri lebih banyak di rumah menemani Audrey bekerja, walaupun sudah ada asisten rumah tangga yang diminta dari rumah orang tua Wisnu.“Mas kerja aja nggak papa.” Audrey memberikan pengertian pada Wisnu.“Aku kerja ini.” Wisnu menjawab tanpa mengalihkan pandangan “Lagian kita sama-sama kerja, jadi jangan berisik.”Audrey memutar bola matanya malas mendengar jawaban Wisnu, mengambil ponselnya menatap percakapan yang dilakukannya bersama dengan Derry dan Fifi tentang keadaan kantor selama Wisnu tidak datang. Audrey tahu jika pekerjaan mereka di saat seperti ini sedang banyak-banyaknya dan Wisnu tidak datang ke kantor.“Mas bukannya pekerjaan kamu lagi banyak
Pertanyaan yang Audrey berikan membuat Wisnu kesal, semua dilakukannya untuk tahu tentang bagaimana keadaannya selama hamil, tidak hanya itu Audrey ingin memastikan jika apa yang dikatakan ibunya Eza tidak benar.“Kenapa kamu bertanya seperti itu, sayang?” Wisnu membuka suaranya.“Aku hanya bertanya.” Audrey menjawab sambil lalu.“Kamu nggak senang kalau hamil?”“Senang.” Audrey menjawab cepat “Senang dan rasa ingin tahu adalah dua hal berbeda, aku hanya takut kalau memang apa yang aku bayangkan benar terjadi.”“Memang apa yang kamu bayangkan? Kamu masih mendengarkan kata-kata ibunya Eza? Buktinya kamu bisa hamil jadi yang dia bilang itu nggak benar.”“Antarkan aku pulang, mas.”“Aku akan cari asisten rumah tangga agar kamu tidak terlalu capek.”Audrey memilih tidak menghiraukan kata-kata Wisnu, semua yang didapatnya hari ini benar-benar mengejutkan. Audrey tahu jika menikah pastinya akan hamil,
“Kamu akan bekerja, Drey?” Audrey menganggukkan kepalanya “Aku antar Galih dulu baru kerja.”“Sayang, kapan kamu terakhir menstruasi?” Audrey mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Wisnu “Masalah yang kita hadapi kayaknya buat kamu lupa kapan menstruasi.”Langkah Wisnu yang semakin mendekat tidak disadari Audrey, menarik pinggang Audrey membuat tubuh mereka berdekatan, mengangkat dagu Audrey mencium bibirnya lembut tanpa ada perlawanan sama sekali. Wisnu tersenyum kecil diantara ciumannya, setidaknya melakukan dengan kilat dan cepat sebelum berangkat bisa membuat mereka lebih semangat. Audrey hanya pasrah ketika Wisnu membuka pakaian bawahnya, mengangkat kakinya dan memasukkan miliknya kedalam membuat mereka mendesah diantara sisa waktu yang ada.“Makasih, sayang.” Wisnu mencium singkat bibir Audrey setelah mencapai klimaksnya “Kamu bersihin dulu sana.”Audrey beranjak menuju kamar mandi dengan membawa pakaian bawahnya, mem
Impian Audrey adalah menatap apa yang ada dihadapannya sambil bekerja, pekerjaannya telah selesai beberapa menit yang lalu sebelum Galih pulang dan sekarang berada di rumah membuat makanan kesukaan Galih yang duduk tidak jauh darinya untuk melihat apa yang sedang dibuat.“Tante apain itu ikannya?” tanya Galih lagi yang membuat Audrey tersenyum.“Nanti Galih coba makan kalau nggak enak bilang ya.” Galih menganggukkan kepalanya.Audrey membuat ikan bakar madu, melihat resepnya di video dan mencoba membuatnya. Saat melihat video yang ada di kepala Audrey adalah ekspresi Galih saat menikmati hasil masakannya, membayangkan itu sudah membuat Audrey langsung semangat membuatnya. Sesekali pandangannya mengarah pada Galih yang hanya diam melihat, walaupun Audrey tahu jika sudah sangat gatal ingin membantu atau mencobanya.mereka berdua yang terlalu asyik tidak menyadari Wisnu yang masuk kedalam rumah, pemandangan yang dilihatnya membuat Wisnu terdi
“Kamu yakin kerja disini? Kamu bisa jadi asisten aku kaya dulu.” Wisnu tetap dengan keras kepalanya mengantarkan Audrey ke tempat kerjanya yang baru, tidak lain adalah cafe milik mantannya. Audrey tidak akan memberitahukan hubungan masa lalunya dengan Joseph, bagaimanapun itu sudah masa lalu yang sangat lalu. Keputusannya bekerja sudah diberitahukan pada Joseph yang langsung menyambut dengan tangan terbuka, posisi yang dipegangnya juga hal baru bagi Audrey.“Kamu benar...”“Lebih baik aku disini daripada sama mas di kantor, belum kalau Retno datang buat merusak suasana hati.” Audrey memotong perkataan Wisnu yang sudah tidak terhitung “Aku keluar, mas hati-hati di jalan.”Audrey mengambil tangan Wisnu untuk mencium punggung tangannya, Wisnu menarik wajah Audrey mencium bibirnya sekilas. Memperbaiki hubungan termasuk dengan hal-hal kecil seperti ciuman, terutama adanya Galih yang pastinya nanti akan membandingkan antara rumah mereka dengan
“Kamu mau kerja?” tanya Wisnu mengerutkan keningnya.“Ya,” jawab Audrey singkat.Membahas tentang hal lain, terutama membahas keinginan Audrey yang akan bekerja di tempat Joseph. Membahas masalah pekerjaan membuat Audrey tidak memikirkan tentang permasalahannya dengan Wisnu, masalah dengan Wisnu hanya bisa diselesaikan oleh Wisnu sendiri dan bekerja adalah solusi yang membuat Audrey tidak memikirkannya.“Balik ke tempatku?” tanya Wisnu dengan nada sedikit ragu.“Nggak.” Audrey menjawab tegas.“Lalu? Kenapa nggak di tempatku saja?” “Aku ingin mencari suasana baru dan sudah dapat pekerjaannya.” Audrey menjawab santai pertanyaan Wisnu “Satu lagi aku nggak mau berada didalam satu ruangan sama kamu, Mas. Apalagi membayangkan Retno datang kesana membahas kehamilannya atau keinginannya bersama kamu.”Wisnu mengangkat alisnya mendengar jawaban Audrey “Secepat itu? Dimana?” mencoba tidak peduli ketika nama Retno di
Menemani Wisnu di rumah sakit selama beberapa hari, menjalani tugasnya sebagai istri membuat Audrey lebih banyak di rumah sakit dibandingkan pulang ke rumah. Galih sendiri bersama dengan mamanya jadi Audrey tidak terlalu khawatir tentang itu, disamping itu Audrey tidak memberi kabar pada orang tua mereka tentang keadaan Wisnu.“Semua sudah dibayar sama Derry.” Wisnu membuka suaranya yang hanya diangguki Audrey “Nanti ada supir yang jemput.” Audrey sekali lagi hanya menganggukkan kepalanya “Galih nanti pulang sekolah langsung ke rumah.”Sedikit terkejut tentang Galih, sekali lagi Audrey hanya menganggukkan kepalanya. Alasan Audrey tidak memberitahukan orang tua mereka karena tidak ingin orang tua mereka melihat bagaimana hubungan mereka saat ini, tanpa adanya komunikasi sama sekali atau lebih tepatnya hanya Wisnu yang berkomunikasi dengannya. “Drey, kamu nggak bisa bicara sama aku?”“Semua sudah beres, tinggal tunggu administrasi Mas Derry
“Mas Der, gimana kejadiannya?” “Duduk dulu, Drey.” Tidak mau membantah Audrey memilih mengikuti kata-kata Derry, duduk di kursi yang tidak jauh dari pintu dengan Derry duduk disampingnya. Meminum air yang Derry berikan, menetralkan detak jantungnya sambil menunggu Derry berbicara. “Aku nggak tahu gimana ceritanya, kita tadi meeting masalah audit perusahaan di Gresik. Mas Wisnu baik-baik saja tapi tiba-tiba saja jatuh, kita cek ternyata pingsan dan langsung bawa kesini.” “Sebelumnya ada makan atau minum yang...” Audrey menggelengkan kepalanya langsung. Wisnu setiap pagi pastinya sudah makan, kalaupun di kantor akan lebih memilih minum kopi. Kebiasaan minum kopi selama bekerja, hal yang sudah menjadi kebiasaan Wisnu dari dulu. Memilih diam, menunggu dokter yang memeriksa Wisnu dalam keadaan cemas, berdoa semoga tidak terjadi sesuatu nantinya. “Saudara Bapak Wisnu.” Audrey dan Derry langsung berdiri mendatangi
Dua hari sudah, hubungan mereka berdua tidak ada perkembangan. Wisnu yang tidak menjawab pertanyaan Audrey, membuat Audrey langsung menarik diri dari Wisnu dengan sedikit menjauh. Wisnu sendiri tidak tahu harus menjawab apa, waktu mengajak Audrey menikah memang mencintai dan tidak ingin kehilangan. Audrey, membuat dirinya kembali merasakan rumah, selama ini tidak tahu harus pulang kemana tapi Audrey membuatnya ingin pulang.Tanpa adanya Galih membuat Audrey bisa tidur di kamar lain, pisah kamar adalah solusi yang diambilnya walaupun berat. Audrey tahu jika tidak boleh melakukan ini, berpisah kamar dengan suami dan seharusnya mencari solusi bukan menjaga jarak. Kegiatannya masih sama seperti sebelumnya, membuatkan sarapan dan makan untuk mereka berdua walaupun sesekali membersihkan rumah.“Aku berangkat.” Wisnu berkata sambil menarik kursinya.Audrey menghentikan gerakan tangannya, mengikuti Wisnu berdiri dengan mengantarkannya ke depan, mencium pungg