“Tante, papa memang kerjaannya banyak?” tanya Galih yang membuat Audrey mengerutkan keningnya.
“Memang kenapa?”“Aku cuman ketemu papa lagi aja, anter sekolah selanjutnya sama supir.” Galih mengatakan dengan wajah sedihnya.“Mau ke kantor papa?”“Memang boleh tante?” Audrey mengangguk pelan “MAU! Tapi papa bakal marah nggak?”“Tante tanya teman papa disana, kamu siap-siap.”Audrey mengambil ponselnya bertanya pada Fifi dengan langsung menghubunginya, cukup lama panggilan tidak diangkat sampai akhirnya beberapa kali panggilan baru diangkat dengan suara berisik. Audrey langsung bertanya tentang tujuannya yaitu keberadaan Wisnu dan mengatakan akan memberi kejutan.“Wah...sudah tampan...tunggu disini tante ganti pakaian dulu.”Audrey melakukannya dengan cepat, mendapati Galih yang bermain di tempatnya. Pergi dengan supir yang Wisnu pekerjakan khusus untuk mereka berdua, lebih tepatnya Galih. Mereka m“Aku nggak mau ke rumah mama.” Galih berkata sambil lalu.Audrey menatap Wisnu dengan tatapan tanda tanya, Wisnu sendiri hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu apa-apa. Audrey tidak mungkin membahas atau bertanya hal ini pada mantan istri Wisnu, mendatangi Galih yang tampak tidak terjadi apapun, mencoba memberikan pengertian agar mau ke rumah mamanya bersama dengan keluarga kecilnya.“Kamu besok waktunya di rumah mama, memang nggak kangen sama mama?” tanya Audrey sambil membelai rambut Galih.“Nggak!”Audrey menatap tidak percaya dengan jawaban yang diberikan Galih “Nggak boleh begitu, mama melahirkan kamu taruhannya nyawa masa kamu mau balas dengan begini? Lagian mama juga harus membagi konsentrasi, kamu sebagai yang paling tua harus bisa paham dengan kondisi mama.” Audrey membelai rambut Galih perlahan. “Mama nggak pernah ada waktu buatku.” Galih mengatakan dengan nada sedihnya.Audrey menatap Wisnu yang masih diam
KEJUTANSemua yang dilihatnya adalah kejutan, meninggalkan kantor tanpa menghiraukan panggilan Galih dan kejaran Wisnu, ponselnya berbunyi tanpa henti membuat Audrey langsung mematikan ponselnya dan meletakkan di kursi samping. Audrey ingin menangis tapi air matanya sama sekali tidak bisa keluar, pemandangan tadi menjelaskan semuanya dan harusnya Audrey tidak percaya begitu saja dan menerima lamarannya.“Audrey.” Eza menatap tidak percaya, hampir saja mereka tabrakan satu sama lain jika saja Eza tidak memiliki kemampuan menyetir yang ahli. Audrey menatap Eza dengan mata bengkaknya, menundukkan wajahnya saat Eza memberikan tatapan penuh selidik. “Kamu nggak papa?” Eza langsung khawatir melihat keadaan Audrey.Audrey langsung menggelengkan kepalanya “Kelilipan tadi, maaf kalau buat mobil kamu kenapa-kenapa nanti aku ganti.”“Keluar.” Eza mengatakan dengan suara tegasnya membuat Audrey menatap bingung “Pindah ke sampin
HUKUMIsi kepala Audrey sudah penuh dengan cara menghukum Wisnu, tapi hatinya tidak sejalan dengan pikirannya. Pertemuan dengan Eza tidak memberikan dampak apapun, atau mungkin belum memberikan dampak. Tidak tahu kemana Audrey memutuskan ke coffee shop yang pernah ingin didatanginya tapi belum sempat, mengarahkan kendaraannya kesana dengan kecepatan normal.Kemampuannya dalam menyetir memang tidak bisa dianggap professional, Audrey tahu kalau Wisnu pastinya sangat cemas dengan dirinya karena membawa mobil. Audrey sebenarnya bisa menyetir, tapi penyakitnya membuat orang tua Audrey melarangnya dan langsung diberikan supir. Wisnu sebenarnya sudah memberikan supir, tapi tadi tidak ingin menggunakannya dan mengendarai mobilnya sendiri.Menatap mobil yang parkir dengan sempurna membuat Audrey tersenyum lebar, masuk kedalam coffee shop dan menatap sekitar. Audrey langsung pesan minum dan makan, perutnya sudah ingin diisi. Emosi yang menghampirinya tadi memb
Tamparan keras untuk mereka berdua saat mendengar kata-kata Galih, Audrey mengatakan jika bukan karena Wisnu. Mendengar Audrey membelanya membuat Wisnu semakin bersalah, tidak bisa melakukan apapun saat Galih mengambil alih Audrey untuk melakukan sesuatu. Sikap Galih membuat Audrey bersyukur, satu hal yaitu tidak dekat dengan Wisnu dan membicarakan apa yang terjadi di kantor. “Papa, aku nggak ke mama ya?” suara Galih membuat Audrey hanya diam. “Kamu memang nggak kangen sama mama atau adik-adikmu?” Wisnu mendekati Galih. Audrey memilih sedikit menjauh, mengambil sesuatu didalam kulkas. Tidak mau terlibat didalam masalah Wisnu dan masa lalunya, Galih sudah meminta padanya tapi Audrey jelas menolak, pertengkaran mereka dimulai dari situ dan sekarang memilih diam. “Sayang, aku hubungi Vania buat kasih tahu Galih nggak kesana.” Audrey hanya menganggukkan kepala ketika mendengar Wisnu meminta ijin menghubungi Vania, merasakan Wisnu me
“WISNU...NU...”Audrey mengerutkan keningnya mendengar suara seseorang di depan, ditambah tidak ada suara bel yang berbunyi, menghentikan kegiatan memasaknya menuju ke tempat suara. Langkahnya terhenti saat melihat siapa yang datang, tenang dengan menarik dan menghembuskan nafasnya perlahan sebelum melangkah untuk membuka pintu.“Wisnu ada didalam? Kalau lihat kendaraannya ada.” Retno langsung mengeluarkan kata-kata yang membuat Audrey harus bersabar.Tidak mau mengeluarkan suaranya, membuka pintu dan melalui bahasa tubuh mempersilakan masuk. Kenyataannya Retno langsung masuk tepat ketika pintu pagar terbuka, Audrey menggelengkan kepalanya dan langsung menutup pagar. Masuk kedalam rumah tidak menemukan Retno, mengernyitkan dahinya dan langsung menatap keatas yang membuat tubuhnya membeku.“NGAPAIN KAMU KE KAMARKU?”Suara teriakan Wisnu membuat Audrey terkejut, hampir menjauhkan alat masak yang dipegangnya. Mematikan kompor dan b
Dua hari sudah, hubungan mereka berdua tidak ada perkembangan. Wisnu yang tidak menjawab pertanyaan Audrey, membuat Audrey langsung menarik diri dari Wisnu dengan sedikit menjauh. Wisnu sendiri tidak tahu harus menjawab apa, waktu mengajak Audrey menikah memang mencintai dan tidak ingin kehilangan. Audrey, membuat dirinya kembali merasakan rumah, selama ini tidak tahu harus pulang kemana tapi Audrey membuatnya ingin pulang.Tanpa adanya Galih membuat Audrey bisa tidur di kamar lain, pisah kamar adalah solusi yang diambilnya walaupun berat. Audrey tahu jika tidak boleh melakukan ini, berpisah kamar dengan suami dan seharusnya mencari solusi bukan menjaga jarak. Kegiatannya masih sama seperti sebelumnya, membuatkan sarapan dan makan untuk mereka berdua walaupun sesekali membersihkan rumah.“Aku berangkat.” Wisnu berkata sambil menarik kursinya.Audrey menghentikan gerakan tangannya, mengikuti Wisnu berdiri dengan mengantarkannya ke depan, mencium pungg
“Mas Der, gimana kejadiannya?” “Duduk dulu, Drey.” Tidak mau membantah Audrey memilih mengikuti kata-kata Derry, duduk di kursi yang tidak jauh dari pintu dengan Derry duduk disampingnya. Meminum air yang Derry berikan, menetralkan detak jantungnya sambil menunggu Derry berbicara. “Aku nggak tahu gimana ceritanya, kita tadi meeting masalah audit perusahaan di Gresik. Mas Wisnu baik-baik saja tapi tiba-tiba saja jatuh, kita cek ternyata pingsan dan langsung bawa kesini.” “Sebelumnya ada makan atau minum yang...” Audrey menggelengkan kepalanya langsung. Wisnu setiap pagi pastinya sudah makan, kalaupun di kantor akan lebih memilih minum kopi. Kebiasaan minum kopi selama bekerja, hal yang sudah menjadi kebiasaan Wisnu dari dulu. Memilih diam, menunggu dokter yang memeriksa Wisnu dalam keadaan cemas, berdoa semoga tidak terjadi sesuatu nantinya. “Saudara Bapak Wisnu.” Audrey dan Derry langsung berdiri mendatangi
Menemani Wisnu di rumah sakit selama beberapa hari, menjalani tugasnya sebagai istri membuat Audrey lebih banyak di rumah sakit dibandingkan pulang ke rumah. Galih sendiri bersama dengan mamanya jadi Audrey tidak terlalu khawatir tentang itu, disamping itu Audrey tidak memberi kabar pada orang tua mereka tentang keadaan Wisnu.“Semua sudah dibayar sama Derry.” Wisnu membuka suaranya yang hanya diangguki Audrey “Nanti ada supir yang jemput.” Audrey sekali lagi hanya menganggukkan kepalanya “Galih nanti pulang sekolah langsung ke rumah.”Sedikit terkejut tentang Galih, sekali lagi Audrey hanya menganggukkan kepalanya. Alasan Audrey tidak memberitahukan orang tua mereka karena tidak ingin orang tua mereka melihat bagaimana hubungan mereka saat ini, tanpa adanya komunikasi sama sekali atau lebih tepatnya hanya Wisnu yang berkomunikasi dengannya. “Drey, kamu nggak bisa bicara sama aku?”“Semua sudah beres, tinggal tunggu administrasi Mas Derry
BEDRESTSatu kata yang dibuat Wisnu untuk membuat kandungan Audrey baik-baik saja sebelum pemeriksaan selanjutnya, tidak mau membantah Audrey lagi-lagi mengikuti perkataan Wisnu dan meminta ijin pada Joseph agar bisa bekerja di rumah yang langsung disetujui begitu saja. Wisnu sendiri lebih banyak di rumah menemani Audrey bekerja, walaupun sudah ada asisten rumah tangga yang diminta dari rumah orang tua Wisnu.“Mas kerja aja nggak papa.” Audrey memberikan pengertian pada Wisnu.“Aku kerja ini.” Wisnu menjawab tanpa mengalihkan pandangan “Lagian kita sama-sama kerja, jadi jangan berisik.”Audrey memutar bola matanya malas mendengar jawaban Wisnu, mengambil ponselnya menatap percakapan yang dilakukannya bersama dengan Derry dan Fifi tentang keadaan kantor selama Wisnu tidak datang. Audrey tahu jika pekerjaan mereka di saat seperti ini sedang banyak-banyaknya dan Wisnu tidak datang ke kantor.“Mas bukannya pekerjaan kamu lagi banyak
Pertanyaan yang Audrey berikan membuat Wisnu kesal, semua dilakukannya untuk tahu tentang bagaimana keadaannya selama hamil, tidak hanya itu Audrey ingin memastikan jika apa yang dikatakan ibunya Eza tidak benar.“Kenapa kamu bertanya seperti itu, sayang?” Wisnu membuka suaranya.“Aku hanya bertanya.” Audrey menjawab sambil lalu.“Kamu nggak senang kalau hamil?”“Senang.” Audrey menjawab cepat “Senang dan rasa ingin tahu adalah dua hal berbeda, aku hanya takut kalau memang apa yang aku bayangkan benar terjadi.”“Memang apa yang kamu bayangkan? Kamu masih mendengarkan kata-kata ibunya Eza? Buktinya kamu bisa hamil jadi yang dia bilang itu nggak benar.”“Antarkan aku pulang, mas.”“Aku akan cari asisten rumah tangga agar kamu tidak terlalu capek.”Audrey memilih tidak menghiraukan kata-kata Wisnu, semua yang didapatnya hari ini benar-benar mengejutkan. Audrey tahu jika menikah pastinya akan hamil,
“Kamu akan bekerja, Drey?” Audrey menganggukkan kepalanya “Aku antar Galih dulu baru kerja.”“Sayang, kapan kamu terakhir menstruasi?” Audrey mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Wisnu “Masalah yang kita hadapi kayaknya buat kamu lupa kapan menstruasi.”Langkah Wisnu yang semakin mendekat tidak disadari Audrey, menarik pinggang Audrey membuat tubuh mereka berdekatan, mengangkat dagu Audrey mencium bibirnya lembut tanpa ada perlawanan sama sekali. Wisnu tersenyum kecil diantara ciumannya, setidaknya melakukan dengan kilat dan cepat sebelum berangkat bisa membuat mereka lebih semangat. Audrey hanya pasrah ketika Wisnu membuka pakaian bawahnya, mengangkat kakinya dan memasukkan miliknya kedalam membuat mereka mendesah diantara sisa waktu yang ada.“Makasih, sayang.” Wisnu mencium singkat bibir Audrey setelah mencapai klimaksnya “Kamu bersihin dulu sana.”Audrey beranjak menuju kamar mandi dengan membawa pakaian bawahnya, mem
Impian Audrey adalah menatap apa yang ada dihadapannya sambil bekerja, pekerjaannya telah selesai beberapa menit yang lalu sebelum Galih pulang dan sekarang berada di rumah membuat makanan kesukaan Galih yang duduk tidak jauh darinya untuk melihat apa yang sedang dibuat.“Tante apain itu ikannya?” tanya Galih lagi yang membuat Audrey tersenyum.“Nanti Galih coba makan kalau nggak enak bilang ya.” Galih menganggukkan kepalanya.Audrey membuat ikan bakar madu, melihat resepnya di video dan mencoba membuatnya. Saat melihat video yang ada di kepala Audrey adalah ekspresi Galih saat menikmati hasil masakannya, membayangkan itu sudah membuat Audrey langsung semangat membuatnya. Sesekali pandangannya mengarah pada Galih yang hanya diam melihat, walaupun Audrey tahu jika sudah sangat gatal ingin membantu atau mencobanya.mereka berdua yang terlalu asyik tidak menyadari Wisnu yang masuk kedalam rumah, pemandangan yang dilihatnya membuat Wisnu terdi
“Kamu yakin kerja disini? Kamu bisa jadi asisten aku kaya dulu.” Wisnu tetap dengan keras kepalanya mengantarkan Audrey ke tempat kerjanya yang baru, tidak lain adalah cafe milik mantannya. Audrey tidak akan memberitahukan hubungan masa lalunya dengan Joseph, bagaimanapun itu sudah masa lalu yang sangat lalu. Keputusannya bekerja sudah diberitahukan pada Joseph yang langsung menyambut dengan tangan terbuka, posisi yang dipegangnya juga hal baru bagi Audrey.“Kamu benar...”“Lebih baik aku disini daripada sama mas di kantor, belum kalau Retno datang buat merusak suasana hati.” Audrey memotong perkataan Wisnu yang sudah tidak terhitung “Aku keluar, mas hati-hati di jalan.”Audrey mengambil tangan Wisnu untuk mencium punggung tangannya, Wisnu menarik wajah Audrey mencium bibirnya sekilas. Memperbaiki hubungan termasuk dengan hal-hal kecil seperti ciuman, terutama adanya Galih yang pastinya nanti akan membandingkan antara rumah mereka dengan
“Kamu mau kerja?” tanya Wisnu mengerutkan keningnya.“Ya,” jawab Audrey singkat.Membahas tentang hal lain, terutama membahas keinginan Audrey yang akan bekerja di tempat Joseph. Membahas masalah pekerjaan membuat Audrey tidak memikirkan tentang permasalahannya dengan Wisnu, masalah dengan Wisnu hanya bisa diselesaikan oleh Wisnu sendiri dan bekerja adalah solusi yang membuat Audrey tidak memikirkannya.“Balik ke tempatku?” tanya Wisnu dengan nada sedikit ragu.“Nggak.” Audrey menjawab tegas.“Lalu? Kenapa nggak di tempatku saja?” “Aku ingin mencari suasana baru dan sudah dapat pekerjaannya.” Audrey menjawab santai pertanyaan Wisnu “Satu lagi aku nggak mau berada didalam satu ruangan sama kamu, Mas. Apalagi membayangkan Retno datang kesana membahas kehamilannya atau keinginannya bersama kamu.”Wisnu mengangkat alisnya mendengar jawaban Audrey “Secepat itu? Dimana?” mencoba tidak peduli ketika nama Retno di
Menemani Wisnu di rumah sakit selama beberapa hari, menjalani tugasnya sebagai istri membuat Audrey lebih banyak di rumah sakit dibandingkan pulang ke rumah. Galih sendiri bersama dengan mamanya jadi Audrey tidak terlalu khawatir tentang itu, disamping itu Audrey tidak memberi kabar pada orang tua mereka tentang keadaan Wisnu.“Semua sudah dibayar sama Derry.” Wisnu membuka suaranya yang hanya diangguki Audrey “Nanti ada supir yang jemput.” Audrey sekali lagi hanya menganggukkan kepalanya “Galih nanti pulang sekolah langsung ke rumah.”Sedikit terkejut tentang Galih, sekali lagi Audrey hanya menganggukkan kepalanya. Alasan Audrey tidak memberitahukan orang tua mereka karena tidak ingin orang tua mereka melihat bagaimana hubungan mereka saat ini, tanpa adanya komunikasi sama sekali atau lebih tepatnya hanya Wisnu yang berkomunikasi dengannya. “Drey, kamu nggak bisa bicara sama aku?”“Semua sudah beres, tinggal tunggu administrasi Mas Derry
“Mas Der, gimana kejadiannya?” “Duduk dulu, Drey.” Tidak mau membantah Audrey memilih mengikuti kata-kata Derry, duduk di kursi yang tidak jauh dari pintu dengan Derry duduk disampingnya. Meminum air yang Derry berikan, menetralkan detak jantungnya sambil menunggu Derry berbicara. “Aku nggak tahu gimana ceritanya, kita tadi meeting masalah audit perusahaan di Gresik. Mas Wisnu baik-baik saja tapi tiba-tiba saja jatuh, kita cek ternyata pingsan dan langsung bawa kesini.” “Sebelumnya ada makan atau minum yang...” Audrey menggelengkan kepalanya langsung. Wisnu setiap pagi pastinya sudah makan, kalaupun di kantor akan lebih memilih minum kopi. Kebiasaan minum kopi selama bekerja, hal yang sudah menjadi kebiasaan Wisnu dari dulu. Memilih diam, menunggu dokter yang memeriksa Wisnu dalam keadaan cemas, berdoa semoga tidak terjadi sesuatu nantinya. “Saudara Bapak Wisnu.” Audrey dan Derry langsung berdiri mendatangi
Dua hari sudah, hubungan mereka berdua tidak ada perkembangan. Wisnu yang tidak menjawab pertanyaan Audrey, membuat Audrey langsung menarik diri dari Wisnu dengan sedikit menjauh. Wisnu sendiri tidak tahu harus menjawab apa, waktu mengajak Audrey menikah memang mencintai dan tidak ingin kehilangan. Audrey, membuat dirinya kembali merasakan rumah, selama ini tidak tahu harus pulang kemana tapi Audrey membuatnya ingin pulang.Tanpa adanya Galih membuat Audrey bisa tidur di kamar lain, pisah kamar adalah solusi yang diambilnya walaupun berat. Audrey tahu jika tidak boleh melakukan ini, berpisah kamar dengan suami dan seharusnya mencari solusi bukan menjaga jarak. Kegiatannya masih sama seperti sebelumnya, membuatkan sarapan dan makan untuk mereka berdua walaupun sesekali membersihkan rumah.“Aku berangkat.” Wisnu berkata sambil menarik kursinya.Audrey menghentikan gerakan tangannya, mengikuti Wisnu berdiri dengan mengantarkannya ke depan, mencium pungg