Juli, 2022."Sama siapa lagi sih, Ma?" tanya gadis berparas oriental itu sambil duduk di sebelah Ibunya yang kini asik menata beberapa alat makeup dengan jumlah begitu banyak. Wanita berumur empat puluh delapan tahun itu hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari putri semata wayangnya. Tak bisa ia bendung, hari ini perasaannya begitu bahagia setelah hampir enam tahun lamanya tidak merasakan kehangatan di dalam hati. "Ma, Airin nanya di jawab dong," desak gadis itu lagi, memandang Ibunya kesal. "Ada deh, nanti Mama kenalin ya, sayang." Airin mendengus kesal, bukannya ia tidak setuju Ibunya yang bernama lengkap Kim Hanna blasteran Korea-Indonesia itu akan menikah lagi, tetapi ini sudah kesekian kalinya. Meski hampir berkepala lima, Kim Hanna memang memiliki paras wajah yang awet muda seperti wanita usia tiga puluhan. Tak heran masih banyak laki-laki yang menyukainya. "Ma, setahun ini Mama udah kenalin Airin sama dua cowok loh, jadi ini cowok ke tiga tahun ini?" tanya Airin, wajahn
Ia melangkahkan kakinya setapak demi setapak dari rumah tinggalnya ke bangunan sebelah yang disulap menjadi sebuah salon. Bangunan rumah Hanna dan salon tersebut masih satu halaman, bisa dikatakan rumah keluarga Kim memang luas. Salon yang di beri nama Kim Salon tersebut sudah berdiri sejak Kim Hanna menikah dengan Ayah Airin, pasalnya Hanna memang menekuni bidang kecantikan sejak dulu. Jadi saat Ayah Airin sudah meninggal, Hanna tidak terlalu bingung untuk mencukupi kebutuhan hidupnya karena ia juga memiliki penghasilan sendiri yang bisa dibilang di atas rata-rata setiap bulannya. Tidak hanya salon, halaman luas keluarga Kim dijadikan sebagai toko bunga, begitu indah seperti taman yang ada di film-film Disney. Berbagai bunga dan pohon-pohon kecil tumbuh dari depan hingga teras belakang, sehingga siapa saja betah berada di sana. Dari dua penghasilan itulah Hanna bisa hidup berkecukupan sampai saat ini. * naskah ini sudah dihapus / diedit acak penulis krn tidak bisa dihapus manual me
Hanna meninggalkan Airin, ia melangkahkan kakinya setapak demi setapak dari rumah tinggalnya ke bangunan sebelah yang disulap menjadi sebuah salon. Bangunan rumah Hanna dan salon tersebut masih satu halaman, bisa dikatakan rumah keluarga Kim memang luas. Salon yang di beri nama Kim Salon tersebut sudah berdiri sejak Kim Hanna menikah dengan Ayah Airin, pasalnya Hanna memang menekuni bidang kecantikan sejak dulu. Jadi saat Ayah Airin sudah meninggal, Hanna tidak terlalu bingung untuk mencukupi kebutuhan hidupnya karena ia juga memiliki penghasilan sendiri yang bisa dibilang di atas rata-rata setiap bulannya. Tidak hanya salon, halaman luas keluarga Kim dijadikan sebagai toko bunga, begitu indah seperti taman yang ada di film-film Disney. Berbagai bunga dan pohon-pohon kecil tumbuh dari depan hingga teras belakang, sehingga siapa saja betah berada di sana. Dari dua penghasilan itulah Hanna bisa hidup berkecukupan sampai saat ini. * Malam yang sudah Airin tunggu-tunggu karena rasa pen
Krek. Dalam sekali gerakan, pintu kamar mandi itu terkunci. “Kamu sengaja kan buat aku nggak nyaman kaya gini biar aku akhirnya benar-benar menentang hubungan orang tua kita?” tanya Airin pada sosok bertubuh tinggi yang kini kembali mengunci tubuhnya. Kairan mengangguk. “Kamu bisa bayangin kan kalau aku jadi kakak tiri kamu gimana nasib kamu sehari-hari harus bertemu dengan cowok kaya aku?” “Tch, di depan wartawan sok suci. Nyatanya brengsek!” ucapnya berapi-api. Airin tidak pernah sebenci ini pada orang, baru kali ini. Melihat senyum setan di wajah Kairan, Airin memberanikan dirinya. Ia malah memajukan wajahnya dengan sedikit berjinjit agar bisa menyamai tinggi badan Kairan. “Kamu pikir aku takut sama ancaman kamu?” tantangnya lagi. Gadis itu memicingkan matanya, ia ikut melayangkan devil smile-nya pada Kairan. “Aku nggak akan biarin orang tua kita menikah,” ucap Kairan lagi. “Aku yang harus menikah sama kamu.” Mendengar kalimat itu, alis Airin sedikit naik. “GILA!” katanya ke
Kairan kembali mengendarai mobilnya, selama di dalam mobil dia benar-benar kesal apalagi terkait pembicaraan Airin dan Tristan karena ia takt ahu sama sekali hubungan dua orang tersebut. Kairan bingung, sejauh mana sudah sebenarnya Airin pernah berpacaran? Apakah gadis di sebelahnya ini sama dengan gadis-gadis nakal di luaran sana yang ganti-ganti pasangan dan hanya pura-pura polos? Karena emosi dan penuh pertanyaan, Kairan Valo menghentikan mendadak mobilnya saat baru melintas gerbang utama perumahan. Ia menghentikan mobilnya itu di taman utama perumahan yang masih ramai akan pengunjung. “Dia tadi siapa?” tanya Kairan tiba-tiba. “Bukan urusan kamu.” “Ini urusan aku,” tangkapnya. “Jawab pertanyaan aku!” “Apa hubungannya sama kamu?” tanya balik Airin. “Masalah hidup aku nggak ada hubungannya sama kamu, Kairan Valo.” “Aku nggak pernah biarin milik aku, dimiliki orang lain.” Bola mata Airin membelalak. “Kamu milik aku, Kim Ai Rin!” “Aku bukan milik kamu, Kairan Valo! Aku tau kamu
Kairan Valo dan Yoseph Valo beserta beberapa pekerja di kebun keluarga Kim bekerja keras memindah beberapa pot kembang agar terlihat berbeda. Kairan begitu kuat, ia mampu mengangkat pot besar itu sendiri padahal yang lain harus berdua. Sedangkan Yoseph, baru tiga kali mengangkat sudah ngos-ngosan dan berkeringat. Di sebelahnya ada Kim Hanna yang memijat-mijat sambil mengipasi Yoseph. “Darling capek ya, maafin ya darlingku.” “Maklum darling, udah berumur nggak sekuat jaman muda. Hufh, hufh …,” candanya. “Tuh Kairan, nggak ada capeknya tuh.” Kim Hanna menatap arah pandangan Yoseph, ia tersenyum. “Beruntungnya Airin punya kakak kaya dia.” Yoseph mengangguk. “Jadi nggak sabar buat menikah.” “Ih, darling!” Pukul setengah tujuh pagi, keluarga Kim dan keluarga Valo duduk di kursi meja makan, menyantap beberapa makanan yang tersaji. Berbeda dengan Yoseph dan Hanna yang suap-suapan di mabuk asmara, yang terjadi pada Airin adalah kecanggungan karena duduk bersebelahan dengan Kairan. Sedan
“Bang Tristan!” panggil Airin dengan suara riangnya, melangkah happy masuk begitu saja ke kamar milik tetangganya itu saat pukul tujuh malam membawa sekotak cake kesukaan Tristan yang ia olah sendiri dengan penuh kasih sayang. “Rin?” sahut Tristan, ia duduk di kursi kerjanya. Di dalam kamar Tristan memang tidak hanya ada kasur dan sofa, melainkan ada ruang kerja kecil di sudut kanan dekat jendela. Maklum hobinya Tristan adalah bekerja hingga jatuh sakit karena kelelahan. Tristan yang kini berprofesi sebagai pengacara muda itu juga menangani banyak kasus, maka dari itu istirahatnya kurang. “Kata Mama kamu sakit, jadi aku buatin cake kesukaan kamu nih,” katanya, duduk di sebrang meja Tristan. Tristan tersenyum, ia menutup laptopnya dan melepas kacamata kerjanya. “Brownis kesukaan aku nih?” Airin mengangguk. “Kapan kamu buatnya, Rin? Kan kerja kan tadi?” “Iya tadi pulang kerja langsung buat dikit, khusus buat kamu. Biar cepat sembuh.” “Thanks ya,” katanya membelai rambut Airin, ke
“Makasih ya Tristan, udah ikut bantu juga,” ucap Kim Hanna saat berada di kamar 1208, kamar Airin. “Iya tante, sama-sama,” ujar Tristan yang duduk di salah satu sofa kamar. “Eh Kinan mana?” tanya Kim Hanna lagi, masih mengambil pakaian di koper Airin. “Udah pulang duluan tadi.” “Kamu juga pulang apa mau tante pesenin kamar?” tanya Kim Hanna lagi. “Pulang aja, lagian nggak jauh dari rumah.” “Oh gitu, yaudah.” Kim Hanna duduk di kursi rias sambil mengedarkan pandangannya pada anak semata wayangnya yang sejak tadi bersembunyi di balik selimut di atas kasur kamar hotel. “Rin, mama tidur kamar kamu aja boleh nggak?” tawar Kim Hanna. “Nggak!” jawab gadis itu cepat dari balik selimut, seluruh tubuhnya menghilang di telan selimut. “Airin mau sendiri.” “Yah kamu nih, mumpung kita di hotel masa kamar sendiri-sendiri,” omel Kim Hanna, membuat Tristan tertawa kecil. “Tu anak kenapa lagi?” tanya Hana pada Tristan. Tristan menggelengkan kepalanya. “Yaudah Mama tidur di kamar Mama kalau g
Keesokan harinya di saat Kim Hanna sudah pulang ke rumah dan sehat sepenuhnya, gadis itu mulai kelayapan. Ia melangkah pergi begitu saja usai memesan taksi online yang membawanya selamat sampai tujuan. Taksi itu berhenti di sebuah rumah tingkat yang sebenarnya kini adalah rumahnya namun belum hendak ia miliki. Langkahnya membawanya masuk ke rumah kosong terawat itu. Ia membuka rumah menggunakan kunci yang tersimpan di tempat rahasia sesuai keterangan si pembeli rumah beberapa minggu lalu. Klik. Rumah itu terbuka, sepi, tidak ada seorang pun. Dengan harap-harap cemas, ia mengirimkan sebuah pesan pada seseorang yang berhasil membuatnya yakin akan rasanya. Di luar sana, Jacob terkejut. Ia membaca cepat sebuah teks yang dikirimkan oleh Kim Ai Rin. From : Kim Ai Rin Aku di tunggu di rumah kemarin. Tanpa pikir panjang, Jacob langsung membatalkan semua pertemuannya hari ini lalu meluncur cepat ke kediamannya. Setibanya di sana, ia masuk dengan tidak sabaran sampai masih menggunakan se
Kim Ai Rin melangkahkan kakinya masuk, baru melangkah beberapa tapak ia tercengang. Ia hidup bagaikan di drama-drama Korea kali ini. Kejutan yang diberikan Jacob membuat rasa haru memenuhi hatinya. “Ini … apa? Rumah siapa?” “Rumah kamu,” jawab Jacob cepat. Rumah dua lantai dengan design minimalis itu menghinoptis Airin. Memang rumah itu tidak sebesar rumah Jacob, tapi suasana di rumah dua tingkat yang kini ia kunjungi sangat nyaman. Ada kolam renang di bagian belakang dan di bagian tengah ada mini taman yang tertutup kaca melingkar. “Ini rumah kamu,” jelas Jacob lagi, ia melangkahkan kakinya hingga berdiri di depan gadis itu. Airin tercengang tak menyangka, sampai-sampai ia tak bisa berkata-kata. “Di sini ada kolam renang, ada mini gym, ada spa, ada ruang baca, ada taman, dan yang jelas akan buat kamu betah.” “Jacob ….” “Saya mau kamu berhenti dari pekerjaan kamu kalau kita menikah, bisa kan?” tanya Jacob tiba-tiba. “Saya akan menjamin kamu nggak akan kekurangan dari segi ekono
Hujan deras mengguyur jalanan dari puncak hingga ke kota. Tentunya, Jacob mengendarai mobilnya dengan sangat hati-hati apalagi jalanan sedang ramai dan sedikit macet di jalanan menurun. Selama di dalam mobil, gadis itu diam tak bersuara. Ia canggung, ia grogi, dan rasa penasarannya semakin melonjak akan sosok yang duduk di sebelahnya. “Ini orang random banget, cuek iya, agresif iya, seenaknya iya,” pikirnya sesekali melirik ke arah Jacob. “Kalau mau lihat wajah tampan saya, lihat aja nggak usah ngintip-ngintip,” ucap Jacob tiba-tiba. “Dih, siapa juga lihat kamu! GR!” balas Airin cepat. Mendengar jawaban kekanakan itu, Jacob sedikit tersenyum. “Kenapa kamu pergi pagi itu?” Airin hening sebentar sebelum menjawab. “Nggak papa.” “Padahal saya bilang, saya bisa terima kamu walau kamu bekas cowok lain,” jelasanya terang-terangan. “Lagian kan banyak cewek yang mau sama kamu, kenapa harus aku? Tadi aja kamu asik bincang sama cewek seksi di vila.” “Kamu cemburu?” “Nggak lah, ngapain a
Laki-laki tampan itu membuka pintu kamar, melangkahkan kakinya masuk dalam beberapa langkah lalu berhenti. Matanya menjuru ke setiap sudut, seperti yang ia duga, gadis itu tidak menerima tawarannya. Jacob menghela napasnya, rasa kecewa tentu saja muncul di hati dan pikirannya apalagi ia rasa gadis itu sudah memikatnya. Kejadian tengah malam saat mereka berciuman, bahkan saat Jacob berhasil menyentuh beberapa titik intim bagian tubuh gadis itu, membuat Jacob semakin ingin memilikinya. Tapi ternyata gadis itu menolaknya. Jacob bukan tipikal lelaki yang suka memaksa, dia tidak akan mengejar jika tidak diberi ijin seberapa pun ia menyukai orang lain. *** “Kamu bisanya kaya gitu, Airin! Coba Tristan tahu, pasti udah ngomel banget adik kesayangannya mabuk-mabukan,” protes Kinan, saat berada di dalam mobil yang sama dengan Airin. Airin tertawa kecil. “Iya makanya jangan bilang.” “Untung ada Jack, coba nggak ada gimana nasib kamu coba.” Airin pun tiba-tiba mengingat Jack, meski mabuk
Jacob menutup panggilan, ia memasukkan kembali ponselnya ke saku celana. Baru saja ia berdiri dari kasur, tiba-tiba tangannya di genggam oleh seorang Airin yang kini tersenyum cantik ke arahnya. “Siapa tadi?” tanya Airin, masih dalam keadaan mabuk. Jacob tak menjawabnya. “Siapa? Aku tanya siapa?” rengeknya manja, membuat Jacob tertawa kecil melihat tingkah lakunya. Hap. “Kairan, jangan pergi,” ucapnya kemudian. Mendengar nama Kairan, Jacob langsung menaikkan alisnya. Ia mendorong tubuh gadis itu hingga terbaring lagi di ranjang. Tampak Airin kini sedang meraung dan mengoceh tanpa henti, entah apa yang gadis itu bicarakan, yang jelas gadis itu terlihat sangat merindukan lelaki bernama Kairan. “Kairan!” panggil Airin. Jacob menggeleng-gelengkan kepalanya keheranan. “Huek,” ujar gadis itu tiba-tiba, ia langsung mendudukkan tubuhnya karena merasa mual. “Huek.” Jacob mulai panik, ia bukan khawatir Airin muntah, tetapi khawatir muntahan itu akan jatuh ke kasur kamar hotelnya yang
Sepanjang jalan di trotoar, gadis itu mengomel tanpa henti karena kelakuan Jacob. Seumur hidup baru kali ini Airin bertemu dengan lelaki seperti itu, benar-benar antagonis dan menyebalkan. “Andai ada Kairan, pasti udah ditonjok tuh cowok belagu! Ash, sial. Kenapa gue harus berurusan sama cowok kaya dia! Dosa apa coba gue!” Jalannya semakin cepat, melewati beberapa orang yang sedang nongkrong dipinggiran jalan raya. “Mana ponsel gue batrainya habis! Terus gue pulangnya gimana? Di mana ada taksi!!!” omelnya lagi sendiri. Hampir sepuluh menit berjalan cepat, langkah kaki Airin melambat saat ia melihat ada gerumbulan geng motor. Saat melewati gerumbulan, rasanya harap-harap cemas, masalahnya mereka semua terlihat seperti preman yang sedang mencari mangsa. Benar sesuai dugaan Airin, laki-laki bertampang preman itu menggodanya, menghalangi langkahnya, menatap nakal ke arahnya, membuatnya ketakutan. “Mau diantar, neng?” “Tujuan ke mana sayang? Cantik?” “Yuk bro anterin aja mbaknya, ma
Rindu? Jelas. Tetapi yang bisa mengatasinya hanya kenangan. Apalagi kini di depan mata terlihat Tristan dan Kinan yang saling bertukar cincin saat penrikahan mereka berlangsung. Tampak senyum kebahagian di antara mereka, seakan dunia milik berdua. Mereka berdansa bersama, diiringi oleh alunan musik orkestra yang menambah suasana meriah gedung itu. Tentunya Airin yang sudah bagai keluarga sendiri turut membantu pernikahan itu berlangsung. Kim Hanna membantu di bagian depan, sedangkan anaknya itu menjadi salah satu bridesmaid dengan begitu cantik dan anggun di antara bridesmaid yang lain. “Sekali lagi, selamat!” ucap Airin tulus pada pengantin baru itu. “Makasih sayang,” ujar Kinan sambil memeluk sebentar tubuh Airin. Meski dulu Kinan sempat cemburu, faktanya Tristan memang setia padanya. “Kamu juga, jangan kelamaan jomblo. Inget umur!” ledek Tristan. “Ya ampun, baru juga si Airin umur dua delapan udah disuruh nikah. Kebiasaan warga Konoha,” celetuk Kinan. “Dulu aku dilarang-lara
Rasanya benar-benar seperti mimpi. Baru saja seorang Kairan Valo menyatakan bahwa sangat mencitainya, kini laki-laki itu terbaring tak berdaya di atas sebuah ranjang kamar rumah sakit. Oprasi-oprasi yang para dokter lakukan memang berhasil, hanya saja itu tidak menutup fakta bahwa laki-laki yang bernaung di hatinya dinyatakan mendapatkan mukjizat karena masih bisa bertahan hidup dari sebuah kecelakaan parah. Beberapa bagian tulang Kairan patah, termasuk bagian kakinya. Untungnya patahnya tidak seberapa parah. Yang lebih parah adalah bagian kepala, sampai-sampai dokter memberi tahu hal buruk yang akan terjadi bahwa laki-laki itu kemungkinan akan koma karena mengalami cedera otak. * Sambil duduk di sebuah sofa kamar, gadis itu menonton berita terbaru yang sedang sangat ramai diperbincangkan. Berita yang membawa nama Kairan, membuatnya emosi tingkat tinggi. Menurut fakta dan berita, kecelakaan yang Kairan alami murni karena kesengajaan. Salah satu fans fanatik Luna Pamela sengaja
Sudah beberapa hari sejak berita itu terjadi, faktanya belum ada titik terang. Kairan dan Luna belum ada kabar lebih lanjut, bahkan tes DNA masih simpang siur. Meski begitu, pemberitaan tentang mereka terus bermunculan tanpa henti di setiap saluran. Akibat kejadian itu, fans Kairan turun drastis. Sosial medianya yang akhir-akhir ini mendapat ujaran kebencian sampai ditutup. Kim Airin benar-benar rindu dengan lelaki itu, tetapi hatinya jauh lebih sakit dibanding kerinduan. Rasanya benar-benar menyesal, ia sangat membenci Kairan dibalik rasa sayangnya walau belum tentu berita kehamilan anak yang Luna kandung adalah anak Kairan. Wajar, pasti siapapun jadi Airin akan cemburu dan marah.Entahlah, Airin terlalu menyesal karena terbuai dengan cinta. * “Airin!” suara kencang Dhita dari meja samping usai jam tutup layanan, membuat gadis itu terkejut bukan main. “RIN! GILA!” Airin langsung menoleh ke layar ponsel Dhita. Ia membelalak. “Luna, mencoba gugurin kandungannya dan bunuh diri du