Home / Romansa / Bintangku / A Boy Named Raka

Share

A Boy Named Raka

Author: Wynstelle
last update Last Updated: 2021-09-10 09:09:03

Ravi berlari menghampiri putrinya. Ia langsung mengusap keningnya dan merasakan suhu tubuh Kyla yang sedikit tinggi. 

 

"Ky, kamu kenapa? Wajah kamu sangat merah?! Kamu demam?!" seru Ravi, benar-benar cemas.

Kyla langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan memalingkan wajahnya dari Ayahnya. Menghindari telapak tangan besar milik Ayahnya yang berusaha mencapai permukaan keningnya.

"Tidak. Aku baik saja Ayah!" sahut Kyla, menutupi wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangannya.

"Tapi wajahmu merah. Coba Ayah lihat dulu, sayang!!" ucap Ravi, bersikeras. Bahan lelaki itu ikut berputar-putar saat Kyla terus berusaha menghindari dirinya.

"Tidak mau.." elak Kyla, keras kepala.

"Kyla!!" seru Ravi, penuh kesabaran. Ia tetap berusaha menghentikan aksi putrinya yang terus berputar-putar untuk menghindari tangannya dengan mencengkeram kedua pundaknya pelan.

"Aku baik-baik saja!" jerit Kyla, mulai kesal dengan perlakuan Ayahnya yang selalu mencemaskan dirinya secara berlebihan.

Lelah melihat pertengkaran Ayah dan anak itu, lelaki kecil yang sedari tadi hanya berdiam diri sambil melihat aksi mereka berdua, akhirnya pun menengahi keduanya.

"Paman Ravi. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Sebaiknya aku dan em ... siapa namanya?"

"Kyla!"

"Ah.. sebaiknya aku dan Kyla segera masuk ke dalam. Lagi pula, Kyla belum menemui wali kelas kan?!" tanya bocah lelaki itu, dengan meyakinkan Ravi agar mereka segera di izinkan masuk ke dalam area sekolah.

Ravi berpikir sejenak. Kemudian ia memandang wajah putrinya Kyla, dengan tatapan ragu. "Kamu yakin baik-baik saja?!" tanya Ravi, memastikan sebelum dirinya membiarkan putrinya pergi.

Menganggukkan kepalanya antusias. Kyla pun mengacungkan kedua ibu jarinya ke arah Ravi. "Aku baik-baik saja Ayah. Sungguh!" ucap Kyla, meyakinkan.

Menghembuskan napas panjang. Ravi pun mengusap-usap puncak kepala Kyla sayang dan mengecup pipinya, sekali.

"Baiklah kalau begitu. Masuklah. Biar Raka yang mengantarkan kamu ke ruang guru," ucap Ravi, kepada Kyla. 

"Oke, Ayah!" jawab Kyla, menganggukkan kepalanya mengerti.

"Raka, Paman titip Kyla selama di sekolah ya. Jangan bertengkar!" ucap Ravi, memperingatkan mereka berdua.

Dan kedua anak itu pun menganggukkan kepalanya mengerti. Lalu segera menyalami tangan Ravi secara bergantian. Dan segera meninggalkan tempat tersebut.

Ravi melambaikan tangannya. Dan menatap kedua anak itu sampai menghilang dari pandangannya. Setelah itu, barulah ia berangkat ke kantor untuk bekerja.

***

Berjalan bersisian. Kyla dan anak lelaki bernama Raka itu masuk ke dalam gedung sekolah Primary School Dinh Hoa bersama-sama.

Saling diam dan tidak menatap satu sama lain. Raka yang tadi terlihat seperti seorang anak yang ceria dan polos ternyata memiliki sisi dingin hingga membuat Kyla merasa canggung.

Kyla mengikuti langkah kecil Raka yang sengaja di pelankan untuk menyamakan jangka pendek kaki Kyla, dengan terus memandangi pepohonan yang sengaja ditanam berjajar di tepi lapangan agar terlihat lebih rindang.

Greb..

Langkah kaki Kyla terhenti. Ia langsung menolehkan kepalanya ke arah belakang saat melihat tangan kecil Raka menggenggam kerah belakang bajunya dan menariknya mundur, perlahan-lahan.

"A-ada apa?!" tanya Kyla, tergagap.

Raka yang melihat wajah gadis manis di depannya ini hanya bisa menghela napasnya kasar dan melepaskan tangannya dari kerah baju Kyla. Menunjuk ke arah sebuah papan kayu yang menggantung di salah satu sisi bingkai pintu.

Teacher

Tulisan itu terpahat dengan gaya tulisan latin. Dan Kyla yang bisa membacanya dengan jelas, langsung mengetahui apa maksud dari semua tingkah Raka kepadanya.

"A-ah ... terima kasih sudah mengantarku!" ucap Kyla, menundukkan kepalanya pelan dan kembali memandang Raka yang masih setia berada di depannya dengan sebelah tangan yang sudah singgah di gagang pintu Ruang Guru.

"Kamu bisa masuk sendiri?" tanya Raka, menaikkan sebelah alisnya dan memandang wajah Kyla dengan tatapan ragu-ragu.

Mengangguk ambigu, Kyla pun memegang gagang pintu ruang guru dan hendak masuk ke dalam sana. 

Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti. Tap..

Kyla kembali memandang Raka yang masih setia di posisinya. Memandang Kyla yang juga memandang dirinya dengan tatapan polos.

"Em ... siapa nama guru kita?!" tanya Kyla, mengedipkan matanya polos dan memandang Raka dengan wajah lugunya.

"Mr. Nam!" ucap seorang lelaki, tapi bukan Raka yang berada di depan Kyla. Melainkan seorang lelaki berpakaian adat Vietnam dengan menutupi wajahnya menggunakan kipas lipat.

Raka dan Kyla menatapnya dengan tatapan polos. Dan beberapa saat kemudian, Raka menundukkan kepalanya memberi salam kepada lelaki itu, singkat.

"Selamat pagi Mr. Lanh," sapa Raka, dengan menyunggingkan senyum tipis.

Walau lelaki itu tidak memperlihatkan wajahnya. Tapi Kyla tahu jika lelaki itu tengah tersenyum ramah. Terlihat dari lipatan di ekor matanya yang berkerut samar.

"Selamat pagi. Apakah ini murid baru? Apakah kamu anak perempuan Tuan Ravi yang kemarin mendaftarkan diri bersama Tuan Muda Afkar?!" tanya lelaki itu, membungkukkan sedikit badannya dan melihat wajah Kyla dari dekat.

Mata gadis cilik itu benar-benar terlihat cantik. Walaupun pembawaannya sedikit polos dan kikuk, tapi Mr. Lanh tahu jika Kyla adalah anak perempuan yang kuat dan bisa diandalkan.

Menganggukkan kepalanya pelan. Kyla pun menatap tepat di manik mata Mr. Lanh dengan tatapan lugu.

"Selamat pagi Pak Guru!" ucap Kyla, menyapa dengan ramah.

"Selamat pagi, gadis kecil. Kalian mencari Mr. Nam bukan?"

Raka dan Kyla menganggukkan kepalanya antusias. Dan lelaki bersurai coklat gelap itu pun menunjukkan sebuah arah.

"Mr. Nam ada di sana. Tapi kalian tidak perlu ke sana. Cukup kembali ke kelas dan minta ketua kelas untuk memperkenalkan Kyla. Mengerti?!" 

"Baiklah Mr. Lanh. Kalau begitu kami permisi."

"Baiklah. Dadah.." Mr. Lanh melambaikan tangannya saat melihat Raka dan Kyla mulai meninggalkan tempat tersebut.

Sementara Kyla kembali mengikuti langkah Raka dari samping dengan suasana yang kembali canggung.

"Kenapa kamu diam saja dari tadi? Apakah kamu bisu?!" tanya Raka, membuat Kyla menolehkan kepalanya dan menaikkan sebelah alisnya aneh.

"Tadi aku berbicara. Berarti aku tidak bisu. Aku diam karena sepertinya kamu tidak akan senang saat aku mengajakmu berbicara lebih dulu!" ucap Kyla, menjelaskan.

Raka terdiam. Ia hanya memandangi wajah Kyla yang menatapnya dengan pandangan damai dan tidak ingin bertengkar walaupun ia telah mengatakan hal seperti barusan kepadanya.

"Memangnya bagaimana wajahku?!" tanya Raka, dengan menunjuk dirinya sendiri. Tak lupa dengan tatapan bingung yang sudah menyertai gelagatnya itu.

"Em ... entah lah. Ketus mungkin. Karena wajahmu terlihat datar seperti ini!" ucap Kyla, dan menunjukkan bagaimana ekspresi wajah Raka yang sedari tadi ia tunjukan kepada Kyla hingga Kyla tidak berani mengajaknya berbicara.

Pft..

Raka tertawa. Melihat wajah Kyla yang flat tanpa ekspresi benar-benar sangat menggemaskan bagi Raka. Ah ... tunggu? Mengapa Kyla terlihat sangat menggemaskan???

Ehem..

Raka berdehem. Ia kembali diam dan memperhatikan wajah Kyla yang hanya bisa memandangnya dengan tatapan aneh.

Mengulurkan tangannya ke arah Kyla, Raka pun memperkenalkan dirinya kepada Kyla tanpa di tanya. 

 

"Namaku Raka Prasetya. Panggil saja Raka! Kalau kamu, siapa namamu?!"

Memandang tangan Raka yang menggantung di udara dengan menunggu balasan dari dirinya, Kyla pun menjawab dengan polos.

"Bukannya kamu sudah tahu siapa aku? Mengapa berpura-pura tidak tahu?! Tadi Ayah kan sudah memberi tahu namaku. Lagi pula, saat di kelas nanti aku akan memperkenalkan diriku! Jadi, bisakah kita pergi ke kelas saja sekarang?!" ucap Kyla, membuat Raka mendelik kesal dan kembali menyimpan tangannya.

"Hem. Baiklah! Ayo pergi," ucap Raka, dengan tatapan datar dan pengucapan yang dingin dan acuh.

Hem??? Apakah dia marah? batin Kyla, memiringkan sedikit kepala dan kemudian menggidikkan bahunya acuh. 

Lalu Kyla segera mengejar langkah Raka yang sengaja ia percepat agar Kyla berlari mengejarnya, mungkin! 

Related chapters

  • Bintangku   Gadis Tangguh

    Tap ... tap ... tap ...Kedua anak berusia 7 tahun itu saling berjalan beriringan. Walaupun Kyla sedikit kepayahan karena langkah lebar Raka, tapi gadis itu berhasil mengejar langkahnya dengan baik.Set..Kyla menatap tangan Raka yang tiba-tiba menggandengnya. Mereka berdua sudah berhenti di depan salah satu pintu sebuah ruangan sambil memantapkan hati. Tidak! Lebih tepatnya Raka yang memantapkan hati. Karena Kyla sedikit pun tidak merasa gugup ketika ingin memasuki kelas."Tersenyumlah jika nanti kita berdua masuk! Kamu tahu? Kita harus membuat kesan pertama yang baik untuk kehidupan sekolah yang damai ke depannya," ucap Raka, dengan menatap Kyla yang hanya bisa diam memandangnya.Aku sedikit tidak mengerti? Memangnya kenapa kalau aku sudah ketus dari awal? Apakah di Dinh Hoa banyak sekali pembullyan sampai-sampai aku harus membuat kesan pertama yang baik agar terhindar dari masalah?! pikir Kyla, yang sedari tadi hanya diam melihat wajah tegang dari Raka."H

    Last Updated : 2021-10-11
  • Bintangku   Hope

    Srrr ...Angin berembus lembut menyapu kulit wajah Kyla. Helaian rambutnya yang tergerai bebas mulai bergoyang pelan karena hembusan angin.Kedua kelopak matanya tertutup rapat. Tubuhnya terbaring lemas di atas sebuah ranjang rumah sakit.13 tahun sudah berlalu. Sejak saat itu Raka selalu ada di samping gadis ini. Pahit, manis, asam masalah kehidupan selalu kita bagi bersama.Tapi hal yang Raka lihat saat ini berkali-kali lipat lebih sakit saat diputuskan oleh mantan kesayangannya ataupun lebih sakit dari sakit gigi.Menatap wajah Kyla yang tertidur dengan damai. Dada Raka semakin terasa sesak setiap menitnya.Rasanya kemang tersiksa melihatnya seperti ini, tapi aku ingin selalu di sisinya. Dan menjadi satu-satunya orang yang bisa dilihat saat pertama kali terbangun.Seperti itulah pikir Raka. Tapi siapa sangka jika ruangan rumah sakit yang seharusnya tenang dan damai karena menjad

    Last Updated : 2021-11-06
  • Bintangku   Aku Akan Menikah!

    Putra duduk di samping ranjang Kyla dengan tatapan lelah dan wajah yang masih sedikit pucat.  "Semuanya akan baik-baik saja. Kakakmu sudah berhasil melewati masa kritisnya. Jadi jangan terlalu bersedih seperti ia sudah mati begitu. Wajahmu benar-benar jelek, Put."  Putra menghela napasnya kasar dan menatap wajah Raka dengan tatapan malas beberapa saat sebelum akhirnya kembali menatap wajah Kyla yang tertidur dengan damai.  "Aku akan cari angin dulu. Tidak baik memiliki ekspresi wajah buruk seperti ini saat ia bangun nanti. Aku nitip kakak dulu." Putra bangun dari tempatnya dan berjalan pergi meninggalkan ruangan itu.  Raka menghela napasnya kasar dan menatap punggung Putra dengan pandangan sendu sampai Putra benar-benar meninggalkan tempat itu.  "Kamu bisa bangun sekarang. Kenapa pula pura-pura tidur jika kamu sudah bangun. Sengaja membuat adikmu sedih?" pekik Raka, duduk di bangku yang sempat di tempati Putra.  Kyla membuk

    Last Updated : 2022-03-01
  • Bintangku   Salah Tingkah

    Devi berjalan dengan lesu memasuki kelasnya. Dengan punggung yang sedikit membungkuk dia berjalan menuju bangkunya dan malah melihat Raka yang duduk di sana. "Minggir. Aku sudah terlalu lemas untuk berdebat denganmu," usir Devi, dengan menatapnya dengan tatapan lelah. Raka yang tengah membaca sebuah buku sambil menunggunya pun akhirnya menoleh dan menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya. "Kenapa dengan wajahmu? Bukannya kamu sudah bertemu dengan Kyla?" tanya Raka, sambil menyingkir dari bangkunya. "Ya. Aku sudah menemuinya. Hah ... dan ia bilang akan menikah dengan seorang pria asing. Alih-alih bukan denganmu yang sudah tahu semua tentangnya, ia malah memilih lelaki asing untuk menemaninya," ucap Devi, dengan wajah murung. Raka diam dan menepuk-nepuk punggungnya. "Jangan salahkan Kyla. Dia melakukannya karena aku dan kamu. Hargai saja keputusannya." "Kamu bicara apa? Kenapa kita yang jadi alasannya?" Raka mengang

    Last Updated : 2022-03-05
  • Bintangku   Aku Iri dengan Kebebasanmu

    Zafar berdiri di depan pintu lift dan menunggu Kyla keluar dari sana. Namun ia sudah berdiri lebih dari 10 menit dan tidak melihat kehadiran Kyla di sana. "Di mana ia pergi? Apa mungkin ia terjatuh atau–" "Jangan berandai-andai. Ayo pergi. Barang bawaanku sudah cukup berat!" celetuk Kyla, berjalan melewatinya dari belakang. Zafar langsung menoleh ke arahnya dan menatap wajah Kyla yang terlihat buruk. Belum lagi ia berjalan sangat cepat untuk meninggalkan Zafar di belakang. "Ia marah. Tentu saja. Itu terlihat sangat jelas," gumam Zafar, lekas mengejarnya. "Biar aku bawakan." Zafar berusaha meraih barang-barang bawaan Kyla tapi tampaknya Kyla terlihat semakin kesal karena hal tersebut. "Jangan tidak sopan. Acuhkan saja seperti tadi. Aku akan baik-baik saja. Aku bisa membawanya!" ucap Kyla, dengan ekspresi dingin. Zafar menelan ludahnya susah dan menatap wajah Kyla dengan tatapan ragu. Alhasil ia hanya bisa diam deng

    Last Updated : 2022-03-08
  • Bintangku   Aku Tidak Ingin Menikah Dengan Kamu!

    Zafar menghentikan mobilnya di depan rumahnya. Tanpa membunyikan klakson agar satpam membukakan pintu gerbangnya, satpam yang bertugas langsung membuka pintu gerbangnya dan membiarkan mobil Zafar memasuki rumah. "Sudah pulang, Mas?!" tanya Pak Verdi, menatap Zafar yang berjalan keluar mobil dan malah menyuruhnya diam. "Bukakan saya pintu, Pak." Zafar meminta tolong selagi ia memindahkan Kyla ke dalam gendongannya. Pak Verdi hanya mengangguk dan melakukan apa yang di minta oleh majikannya dengan tersenyum tipis sambil menatap Zafar yang membawa masuk Kyla ke dalam rumahnya. Zafar tidak memedulikannya dan langsung membaringkan Kyla di sofa ruang tengah. Mengambilkannya selimut dan menatap kedua mata Kyla yang sembab. Zafar mengembuskan napas panjang dan kembali mengingat saat Kyla mengatakan hal-hal yang membuatnya iri dan tertidur dengan menangis dalam diam. Zafar mengambil selimut di dalam kamarnya dan menyelimutkannya pada

    Last Updated : 2022-03-11
  • Bintangku   Itu Alsannya?

    "Sebenarnya apa yang mau kamu katakan sampai berlaku seperti itu?" Hening. Kyla tidak langsung menjawabnya. Ia hanya diam dan menatap punggung bidang Zafar dengan embusan napas berat beberapa kali. "Mari batalkan pernikahannya. Aku tidak mau menikah denganmu." ***** Kyla menatap wajah Zafar yang terlihat terkejut karena keputusannya. Sebenarnya Zafar sudah ingin mengatakan hal tersebut sebelumnya, tapi sekarang malah Kyla yang mengatakan hal tersebut lebih dulu kepadanya. Saking syoknya, Zafar sampai lupa berkedip dan terus menatap wajah Kyla dengan tatapan lekat. "Seharusnya aku yang mengatakan hal itu setelah makan malam hari ini. Tapi berhubung kamu mengatakannya sebelum kita makan, apa sekarang aku tidak perlu meneruskan hal ini? Memasak dan memperlakukanmu dengan baik?!" Kyla tersenyum simpul dan menganggukkan kepalanya pelan. "Iya. Kamu tidak perlu melakukan hal ini. Aku akan pergi sekarang. Sebelum itu, bol

    Last Updated : 2022-03-11
  • Bintangku   Hargailah Keputusannya

    Clek ... Kyla memasuki apartemen pribadinya dengan menghela napas kasar. Ia berjalan masuk ke dalam kamarnya dan mendapati seseorang tengah tidur dengan memeluk boneka beruang kesayangannya. "Apa yang kamu lakukan di sini, Putra!" seru Kyla, menyibak selimut yang menutupi tubuh adiknya dengan kasar. Namun lelaki itu tidak menghiraukannya dan menatapnya dengan tatapan malas. "Jangan ganggu gue. Gue lagi sumpek, Kak. Numpang bentar aja, sebentar lagi Putra pulang kalau Bang Afkar gak di rumah," ucap Putra, mendengus kasar. Kyla memutar bola matanya malas dan tidur di samping Putra dengan memeluk bantalnya. "Kalau mau pulang tolong matikan semua lampunya. Kakak mau tidur duluan, hati-hati pulangnya." Kyla langsung terlelap dan membiarkan Putra terjaga seorang diri. Padahal ini sudah jam 12 malam dan ia baru saja pulang. "Kakak dari mana? Hari inikan baru pulang, tapi Kakak malah pulang larut malam. Apa ia bukan lelaki yang baik?" Kyla tidak menya

    Last Updated : 2022-03-11

Latest chapter

  • Bintangku   Keributan Kecil #2

    "Hahh ... aku lelah tersenyum," gumam Fajar, meneguk air sirop yang baru saja di berikan oleh Bintang ke padanya. "Kenapa kamu sangat terlambat tadi? Menjemput kekasihmu? Padahal rumahnya sangat jauh dari rumahmu," ucap Bintang, duduk di sampingnya sambil memakan sepotong kue ulang tahunnya. "Tidak, Mama sedang sakit jadi aku baru tidur saat pagi dan bangun kesiangan. Terlebih menjemput Nabila membutuhkan waktu yang cukup lama karena aku terkena tilang oleh Kakaknya," keluh Fajar, mengembuskan napasnya kasar. Bintang yang mendengar itu hanya terkekeh menertawakannya. "Kakaknya yang siapa? Aku kenal salah satunya, apakah kamu tidak izin jika akan datang ke partyku?" Fajar menggeleng dan menatap wajah Nabila yang berada di tengah-tengah ke ramaian yang ada. "Aku tidak tahu, jadi aku hanya mengatakan seadanya. Datang ke party sebelah! Namun siapa sangka jika tempatnya berubah sangat jauh seperti ini," celatuk Fajar, melirik ta

  • Bintangku   Keributan Kecil

    "Mana kado untukku?" Nabila pun segera mengeluarkan kotak kecil dengan pita besar di atas kotanya, dari dalam tas dan memberikan itu kepada Lintang. "Aku yang membuat desainnya. Semoga kamu suka." "Eh?" Lintang segera membuka kadonya dan menatap sebuah kalung dengan liontin berbentuk bintang yang memiliki batu ruby kecil yang bersinar di dalamnya. "Indah sekali, pasti sangat mahal. Bagaimana kamu bisa menghadiahkan benda seperti ini kepada kawanmu?" ucap Lintang, terharu. Nabila hanya tersenyum dan memberikannya sebuah strawberry yang baru saja ia putik dari kebun Putra. "Makanlah, aku bukan mencurinya. Ini barang halal karena pemilik rumahnya adalah Kakakku, hehe ...." Lintang yang mendengar itu hanya mengembuskan napasnya panjang dan menatap wajah Nabila yang terlihat senang. "Dasar, terima kasih." Lintang memakan buah itu dengan sekali suap dan menatap ke mana Nabila menatap. "Hem ... bagaimana hubunganmu dengan Fajar? Ada perkembangan?" ucap Lintang, menyiku tangan Nabil

  • Bintangku   Acara Penting #2

    "Jar, katanya di kompleks sebelah? Ini jauh banget sih kita jalannya. Mau ke mana?" tanya Nabila, dari sisi samping kanan bahu Fajar. "Acaranya berubah tempat, Nab. Sorry, kamu kabari saja Kakak kamu dulu. Tapi nanti aku bakalan anterin kamu tepat waktu kok," ucap Fajar, menoleh ke arah Nabila sejenak. Nabila pun mengangguk pelan dan menghubungi Jaya lewat pesan teks. Namun seperti yang ia duga, Kakak lelakinya itu sangat marah hingga memintanya kembali sekarang ini juga. Tapi Nabila tidak mengatakannya kepada Fajar dan membiarkan ojek pribadinya ini membawa ia sampai ke tempat tujuan. "Sampai juga!" ucap Fajar, menghentikan motornya di tanah lapang yang hanya memiliki dua rumah yang cukup besar di depan sana. Nabila langsung turun dan menatap lingkungan itu dengan pandangan bingung. "Kayaknya aku pernah ke sini. Hem ... tapi aku lupa karena terakhir kali ke sini saat usia 5 tahun," gumam Nabila, bisa di dengar

  • Bintangku   Acara Penting

    Klap .... Astra menatap wajah Kyla dan Jaya yang terlihat begitu sengit saat memandang dirinya. "Kamu tahu Nabila pergi dengan siapa?" tanya Jaya, mulai posesif. Astra mengangguk pelan dan meninggalkan tempat seraya mengambil segelas air untuk ia minum. "Dengan ketua kelasnya. Tidak perlu khawatir, aku sudah memintanya mengantar pulang sebelum jam acara di mulai dan aku juga sudah meminta nomor ponselnya. Jadi aku bisa menghubunginya saat mereka telat dan memarahinya jika perlu," jelas Astra, mencoba meyakinkan Jaya yang terlihat sangat marah akan tindakannya. "Jika sampai terjadi sesuatu padanya, kamu akan bertanggung jawab sendiri pada Om Ishad dan Tante Cindy. Aku tidak mau membantumu," ucap Jaya, berlalu pergi meninggalkan tempat tersebut. Astra yang mendengar itu hanya diam dan mengembuskan napasnya lelah seraya menatap penampilan Kyla yang sudah rapi dan cantik. "Kakak mau ke mana?" tanya

  • Bintangku   Abang Ojek Pribadi

    Klap .... Arjun menutup pintu rumah Kyla dan bersandar di sana. Ia mengembuskan napas kasar dengan memandang undangan yang ia genggam. Hatinya terasa berat sekaligus senang. Ia cukup terhibur dengan perkataan Kyla terakhir kali. Namun di sisi lain ia terlihat sangat sedih melihat gadis yang ia sukai menikah dengan musuh bebuyutannya. "Padahal aku juga cukup baik untuk melindunginya. Tapi mengapa harus dengan lelaki itu? Yang wajahnya saja tidak ingin aku lihat, apa lagi kunjungi untuk mengucapkan kata selamat." Arjun tersenyum getir dan berjalan meninggalkan Apartemen tersebut dengan ekspresi sedih. "Kalau bukan jodoh, ya memang begitulah adanya," gumamnya, berjalan meninggalkan rumah tersebut. *** Hosh ... hosh ... hosh .... Dengan kaki lemas, Astra berjalan keluar dari ruangan olahraga berdama dengan kedua saudaranya. Dengan langkah pelan, mereka berjalan mendekati lemari es dan mengambil seb

  • Bintangku   Urusan Hati

    Gebrak .... Zafar terjatuh dari tempat tidurnya. Seketika ia terbangun dan merintih kesakitan sambil memegangi pundaknya dan punggungnya yang terasa sakit. "Awh ... kenapa pula bisa terjatuh," pekik Zafar, bangkit dari posisinya dan duduk bersandar dengan memegangi pundaknya. "Bagaimana dengan makanannya? Ayah sudah mempersiapkannya? Jika belum, temanku ada yang membuka katering dan makanannya tak kalah dengan restoran. Ia sangat pandai memasak, jadi jangan–" Klek .... Zafar keluar dari kamarnya dan menatap kedua Kakaknya yang sedang berdiskusi saat melewati kamarnya. "Kamu sudah bangun? Cuci muka dan turunlah untuk sarapan. Sebentar lagi kita akan pergi melihat baju yang akan kalian kenakan saat pertunangan," ucap Chika, kembali meneruskan perjalanannya. Zafar hanya mengangguk pelan dan menatap Kakak Iparnya yang masih berdiri di depannya dengan menatap dirinya. "Ada apa?" tanya Zafar, menggaruk kepalan

  • Bintangku   Gadis Ceroboh

    "Mampuslah kamu, Nab. Kakak akan segera memarahimu, haha ...," ucap Jaya, tampak riang. Ketiga anak itu menyeret Arjun naik sampai ke lantai 10 bangunan apartemen tersebut. Arjun yang seakan-akan tengah di belenggu oleh kedua anak lelaki itu hanya bisa diam pasrah dengan apa yang akan terjadi dengannya sebentar lagi. Jujur saja, Arjun sudah tidak punya tenaga untuk bertengkar atau pun melarikan diri dari anak-anak ini. Ia sudah cukup lelah dengan Kyla tadi dan ia harap mereka tidak akan berpapasan di jalan, karena gedung apartemen mereka berdua memang sama. Jaya berjalan mendahului langkah mereka. Berjalan mendekati sebuah pintu di sebuah lorong sisi kanan selepas mereka keluar dari lift dan menekan bel rumah tersebut. "Siapa?" tanya si pemilik rumah, menatap CCTV yang menampilkan wajah adiknya di luar sana. Klek .... Pintu terbuka. Seorang wanita keluar dengan piama bercorak kelinci dengan rambut di cepol ala kad

  • Bintangku   Tiga Bocil

    Brak .... Arjun keluar dari mobil Kyla begitu merek telah sampai di gedung apartemennya. Arjun menatap bangunan itu dengan saksama sebelum akhirnya ia menatap wajah Kyla yang menatapnya dengan pandangan aneh. "Ada apa? Kamu tampak terkejut saat melihat rumahku? Apa jangan-jangan kamu memiliki teman yang tinggal di gedung yang sama denganku?" tanya Kyla, menatap wajah Arjun yang terlihat terkejut. "Ini sih bukan lagi teman, tapi mungkin kita adalah tetangga. Aku baru pindah sekitar 2 bulan yang lalu ke apartemen ini begitu pulang dari luar negeri," jelas Arjun, memandangnya dengan tatapan senang. Namun Kyla yang mendengar hal tersebut malah memandangnya dalam diam dan tak terlihat bahagia. "Kamu kenapa? Sepertinya kamu tidak senang mendengar kita menjadi tetangga?" tanya Arjun, menatap wajah Kyla yang tampak masam. Kyla tersenyum masam dan menggidikkan bahunya acuh. "Entahlah, jika tempat tinggal kita dekat, berart

  • Bintangku   Kamu Adalah Alasannya

    "Aku tahu, mangkanya aku harus menunjukkan muka sekarang, kan?!" Kyla menatap Gibran yang mencekal tangannya guna menahan langkahnya dengan tatapan lelah. "Jadi Anda sudah tahu akan hal itu?" Kyla mengangguk pelan dan melepaskan tangan Gibran dari lengannya. "Bagaimana aku tidak tahu jika mereka mengambil jarah sedekat itu denganku? Bahkan anak buahnya berkeliaran dengan pakaian medis, mangkanya biarkan asistenmu berjaga di sini bersamamu nanti. Di bandingkan diriku, mungkin sekarang kamu yang berada di dalam bahaya." Gibran menatapnya dengan tatapan cemas. "Tapi Nona, apakah Anda akan baik-baik saja jika pulang sendirian malam ini? Saya benar-benar cemas jika Anda harus pulang sendirian sekarang." Gibran kembali menahan tangan Kyla dan tidak membiarkan wanita itu beranjak dari posisinya. Kyla tampak lelah dengan sikapnya ini. "Huff ... aku–" "Biarkan aku mengantarnya, jika di perbolehkan," ucap Arjun, d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status