Kamulah yang Pertama
Yusuf lebih banyak diam kali ini. Sadar bahwa telah membuat sang istri gelisah berhari-hari tanpanya. Kalau saja Hanna tahu, Yusuf sendiri bahkan tersiksa oleh perasaannya sendiri. Jika saja boleh melampiaskan rindunya, dia pasti akan nekad datang ke rumah orang tuanya.
Namun, pria itu masih cukup punya hati dan akal untuk menakar jalan terbaik mana yang harus ditempuh? Ia lebih dulu memikirkan resiko dibanding memuaskan keinginan sendiri.
Dan ... inilah jawaban atas kesabarannya. Menahan diri dan berniat mengalah, menjauh dari Hanna demi kebaikan wanita yang dicintainya tersebut.
Akan tetapi, Allah rupanya tak semudah itu melepas hubungan pernikahan mereka. Di saat-saat terakhir akan melangkah pergi dan meninggalkan semuanya, Hanna datang. Bahkan wanita ayu itu, membawa kabar mengejutkan, mengenai kehamilannya. Sesuatu yang mampu menguatkan ikatan setiap pasangan yang saling mencintai karena Allah.
Barangkali ini adalah doa Ha
Kala Dunia Serasa Milik Berdua"Hentikan mobil itu!" ucap kepala keamanan yang melihat mobil dengan plat asing datang mendekat ke gerbang di layar komputer yang terhubung dengan CCTV."Baik!" Dua orang bawahannya menyahut hampir berbarengan. Mereka berdua pun bangkit, salah satunya menutup portal sehingga mobil tersebut terhenti."Maaf, Pak. Apa ada pemeriksaan?" tanya orang suruhan Alex yang membuka pintu kaca begitu dua orang berseragam keamanan mendekat."Benar. Plat mobil Anda belum terverifikasi. Apa Anda anggota keluarga pasien?""Pasien?" pria itu tampak berpikir.Melihat reaksi orang dalam mobil tersebut, dua satpam itu langsung tahu kalau dia hanya orang iseng yang ingin masuk area rumah sakit, yang notabene tak semua orang tahu tentangnya.Pria itu pun kembali, pasrah karena tak bisa berbuat apa pun untuk memaksa ke dalam dan menghubungi Alex. Namun, kali ini dengan mengirimkan chat saja agar tak terlalu mencolok saat para p
Apa yang Membuatmu Takut? "Kalian sudah berada di dalam?" tanya Alex pada anak buah Eksha. Pria itu diberi wewenang untuk ikut langsung mengurus Adelia. Sebab lelaki itulah yang memberi Eksha informasi. "Ya, kami sudah berada di koridor kamarnya." "Hem. Bagus. Jangan beri ampun dan seret mereka. Kalau perlu kamu bunuh saja pria bernama Yusuf itu." "Maaf, Tuan. Membunuh tidak ada dalam perjanjian kami dengan Tuan Eksha." "Yah, terserahlah. Itu karena Om belum tahu saja kalau Yusuf sudah menyembunyikan Adelia. Kalau sudah terbukti, pria itu pasti akan mati!" tekan Alex kesal karena kemauannya dibantah. "Baik. Nanti kami laporkan lagi," ucap kepala tim itu pada Alex. "Ish!" Alex mendesis. Harusnya Eksha juga memberi wewenang padanya memberi perintah bukan hanya mengawasi dan mengarahkan. Namun, tak lama sebuah senyuman masam terlukis di wajahnya. Setidaknya rencananya kali ini berhasil. "Kamu menang hebat, Yusuf. Tapi aku Alex, adalah orang yang pantang menyerah sebelum mendapat
Ambil Peluang atau Selesai"Tidak ada gadis itu di sini, tapi istrinya yang tampak sakit." Orang yang paling akhir bicara pada orang di ujung telepon. Pria itu tersenyum misterius mengingat bagaimana ponakan bosnya bernama Alex itu memberi tahu tadi."Ponsel Yusuf sudah lama tak aktif, jadi keberadaannya tidak bisa terdeteksi dari sinyal ponsel. Bahkan dari nomor Hanna tak ada satupun nomor baru yang mengindikasikan bahwa nomor tersebut adalah nomor baru Yusuf." Alex menjelaskan apa yang harus mereka lakukan untuk memata-matai pria itu."Jadi?" tanyanya meminta saran pada orang yang selama ini lebih dulu tahu bagaimana kehidupan Yusuf."Pasang penyadap di kamarnya untuk berjaga-jaga. Aku tahu Yusuf bukan orang bodoh. Dia pasti akan berusaha memanipulasi keadaan untuk menyembunyikan Adelia. Sebelum ini, ada suruhan Om Eksha yang gak becus mencari jejak gadis itu di rumahnya. Padahal jelas-jelas aku melihat sendiri istrinya datang membawa foto Adelia dengan
Misi SelesaiIndah merasakan pergerakan dari sampingnya. Ia pun mengerjap dan melihat Zidan tangah duduk di sisi ranjang membelakanginya, dalam kondisi tertunduk memegangi kepala dengan kedua tangan. Pria itu tengah gelisah, sebagai istri yang bertahun mendampingi, Indah tahu itu."Mas," panggilnya lembut.Pria itu pun menegakkan badan dan menoleh. Sementara Indah bangkit mendekat padanya dengan menarik kedua lutut menyandar ke dinding."Apa ini soal Hanna?"Tak ada jawaban, melainkan sebuah desahan panjang, yang membenarkan pertanyaan Indah. Juga sebagai tanda bahwa hal itu sangat berat baginya.Zidan merasa masalah ini tak bisa diremehkan. Kenapa Yusuf mengira dirinya pelaku yang merusak masa depan istrinya, Adelia? Ini aneh. Dia dan adik satu-satunya, harus berada dalam lingkaran masalah tanpa tahu apa dosa dan salah mereka. Zidan dan Hanna adalah korban dari perbuatan manusia lain.Namun, yang jadi pertanyaan, siapa orangnya!
Jangan Menyentuh, Hanna!Yusuf nyaris menangis tatkala tangannya merasakan rembesan darah dari kepala Hanna. Namun, ia berusaha mengabaikan perasaannya agar tak lemah dan segera pergi dari sini.Di lobi, Yusuf bergerak cepat membawa sang istri yang tengah tak berdaya dalam pelukan. Tak sabar kala bayangan mobilnya terlihat.Namun, baru saja pintu lobi terbuka, dua mobil datang secara bersamaan.Yusuf membeku menatap mereka dengan tersengal. Satu mobil, keluar sosok Alex yang lekat dengan keluarga Hanna, dari mobil lain, sosok Eksha yang selama ini mengincar Adelia juga turun dari mobilnya. Sementara di belakangnya beberapa orang datang mendekat dan menguncinya.Kali ini matanya lebih fokus pada sesosok pria yang bergerak mendekat padanya dengan langkah cepat. Alex. Apa yang pria itu lakukan? Kenapa dia ada di sini? Apa dia membuntutinya dan Hanna? Mustahil. Atau pria itu ada hubungan dengan Eksha? Batin Yusuf bertanya-tanya.Belum lagi menda
Kamu ingin Bebas Bukan?Alex tak peduli pada ucapan Yusuf dan terus berjalan."Jika itu perlu untuk memisahkan kalian selamanya, aku akan melakukannya!" gumamnya menekan, seiring langkah yang sudah menjauh dari Yusuf.Tentu saja suami Hanna tak mendengar hal itu. Tapi setidaknya, untuk kali ini, Alex puas bisa menyentuh dan membawa Hanna persis di depan Yusuf. Pria itu pasti sangat kesal sekarang."Aku bahkan berharap, ini adalah awal perpisahan kalian."Setelah meletakkan Hanna di kursi belakang, Alex berlari ke arah kursi kendali. Sambil menayalakan mesin, Alex menelepon seseorang."Tenang, Na. Aku tak akan membiarkanmu kenapa-kenapa," ucap Alex sambil mengklik nomor seseorang di ponselnya untuk dihubungi.Mobil yang dikendarai terus melaju dengan kecepatan lebih dari biasa. Pria itu seolah tak ingin kehilangan waktu barang sejenak. Jika terjadi sesuatu pada Hanna, dia akan sangat merasa bersalah. Tapi kesalahan besar ada pada Yusuf
Menyelesaikan MasalahSeorang detektif tengah mengawasi aktivitas di sebuah bangunan yang terletak persis di pinggir laut. Di mana target kliennya berada. Dari tempatnya berdiri, pria itu bisa mengamati beberapa pergerakan, terutama di luar gedung dengan teropong kecil di tangan.Setelah menunggu sekitar satu jam dan melihat banyak hal aneh, ia pun berniat menghubungi kliennya.Di saat tangannya merogoh sebuah ponsel, tanpa ia tahu satu mobil keluar halaman dengan membawa satu targetnya, Hanna."Baik, Pak. Saya kirim lokasi. Saya akan terus mengawasi mereka," ucapnya kemudian setelah info utama sampai pada orang di seberang.Tak lama, orang-orang yang disekap itu dilepasi pakaiannya lalu dikenakan oleh pihak penyekap. Detektif itu mengerutkan itu mengerutkan kening."Apa yang mereka lakukan? Ini bukan situasi biasa!"Tak lama orang-orang itu disembunyikan. "Apa aku perlu merekam ini?" gumamnya sambil merogoh ponsel."Tak salah
Wanita dalam BangsalAdelia mengerjap, kala suara-suara beberapa pria dan seorang wanita berada satu ruangan bersamanya.Perawat-perawat yang kena sift malam itu terpaksa ikut bersembunyi, meninggalkan pasien mereka yang tidur. Sembari berharap pasien-pasien itubtaky bangun atau dibangunkan oleh orang-orang yang datang mensabotase mereka."Kami ada di bangsal terakhir. Seperti permintaan dokter. Jadi tak tahu sama sekali kejadian di luar sana. Saat memanggil Pak Satpam dan mendapat jawaban aneh dari orang lain, Fadli teman kami segera mematikan ponsel karena takut terlacak.""Ya, aku mengerti. Biar aku kirim seseorang untuk melihat kondisi di sana. Tolong jaga istri kakak saya," pinta Zaki sekaligus berusaha menenangkan para perawat yang menjaga Adelia.Tak lama panggilan pun diputus."Si-siapa kalian?" ucapnya bingung."Tenang, ya, Sayang," ucap perawat wanita yang langsung mendekat begitu tahu Adelia telah sadar.Namun, di lu
EP Terakhir - Pujian"Pa, belum tidur?" tanya Zidan pada papanya yang tengah duduk di ruang kerjanya menatap layar komputer. Ia sengaja bertanya, sebagai isyarat meminta izin meminta masuk dan menggangu sang papa."Oh." Papa Zidan yang juga papa dari Hanna itu sontak mendongak. Menatap ke pintu, di mana asal suara datang.Meski pria tua itu tampak sibuk memandangi komputer, namun, kenyataan ... pikiran pria paruh baya itu tak sedang ada di sana. Ia terus kepikiran pada munculnya Alex di depan mereka hari ini. Seseorang yang ia pikir akan mendekam di penjara lebih lama.Putra sulungnya itu lalu masuk ke dalam. Ia duduk di sofa yang jaraknya berdekatan."Apa Papa tahu sesuatu tentang Alex?" Zidan menyampaikan kekhawatirannya melihat sosok Alex tadi pagi.Ia ingin menghubungi pemuda yang dulu jadi teman dekatnya tersebut. Akan tetapi, takut jika masalah justru akan bertambah rumit.Pria paruh baya itu menggeleng. "Aku tak tahu apa pun."
EP11 - Malam Pertama"Apa kamu sudah siap?" tanya Henry yang sudah berdiri di depan ranjang. Di mana Adelia tengah memeluk putrinya.Henry merasa sudah sangat bersih sekarang. Mandi dan menggosok tubuhnya lebih dari setengah jam. Menggosok gigi dan memakai parfum di mulutnya. Juga menyemprotkan ke seluruh tubuh yang hanya dibalut pakaian handuk."Hem?" Mata gadis kecil di pelukan Adelia sontak membuka sempurna.Saat itu Adelia memejamkan mata.Henry tampaknya tak tahu bagaimana harus mengatasi kondisi anak kecil yang akan tidur. Ini saja dia perlu mendongeng, bercerita tentang masa kecilnya, juga menjanjikan banyak hal menyenangkan untuk putrinya kalau dia mau tidur dengan cepat.Akan tetapi ... sekarang. Hanya dalam hitungan detik, Henry mengacaukannya."Ayah mau ke mana Bunda? Aku boleh ikut kan?""Huhhh. Sabar ....." Adelia mengenbus berat. Ia kemudian melirik pada Henry yang tampaknya juga sangat kecewa kala melihat gadis k
EP10 - Double Date (3)"Mau ke mana malam-malam begini?" tanya Maya pada Alex."Ke rumah teman. Bentar Mi." Pria yang sedang sibuk mengikat tali sepatu itu menyahut. Melirik sekilas wanita yang selama ini setia menemaninya."Lex, Mami gak mau kamu kena masalah lagi, ya." Maya mengingatkan. Sudah cukup mereka merasakan hidup lebih sulit dari sebelumnya tanpa Alex.Pikir Maya, sekarang ini, dua keluarga kaya itu pasti tengah mengawasi Alex dan mencari-cari kesalahannya."Iya. Mi. Tenang saja." Alex menyahut singkat. Kali ini ia telah berdiri tegak di atas kedua kakinya dan siap bergerak pergi."Aku pamit dulu." Pria itu menunjuk keluar, di mana mobil sudah siap di depan rumah mengantarnya ke mana saja."Ya." Maya melepas putranya dengan kondisi hati yang was-was. Berharap Alex bisa memegang kata-kata, dan tak membuat masalah di luar sana.***"Jadi tadi ... aku bertemu dan bicara dengan Alex, bahkan dia sempat mencengkeram
EP9 - Double Date 2Yusuf menyerah. "Kita bahas soal bulan madu kita saja.""Hah?" Mata Hanna membulat. Semudah itu? "Bu- bukan kita yang bulan madu, tapi mereka Mas.""Tapi kita diajak untuk meramaikan acara mereka." Yusuf tersenyum pada Hanna."Yeah! Itu lebih baik!" Henry berseru senang. Sejak awal pria itu memang terus terlihat senang. Apalagi ini adalah malam pertamanya dengan Adelia.Karena itu juga lah, Yusuf yang sebenarnya sangat kesal, menahan diri untuk tidak marah. Tak etis rasanya kalau harus merusak kebahagiaan pengantin baru karena kesalahan yang menurutnya tak disengaja."Btw, Mas bakal perjalanan bisnis ke mana?" tanya Henry."Ke Inggris. Kami perlu bertemu klien dan memeriksa lapangan untuk memutuskan apakah tanda tangan kontrak atau tidak." Yusuf menjelaskan hal yang tak Henry pahami."Yah ... kenapa ke Inggris. Kami baru mau rencana ke Turkey berkunjung ke Aya Sofia." Henry menyayangkannya."Wah, kali
EP8 - Double DateAlex mondar-mandir gelisah di dekat meja makan. Meski sang mami sudah menyediakan makanan lezat di atas meja, pria itu tampak tak berselera untuk menyantapanya."Lex kenapa tidak segera duduk dan makan?" tanya Maminya heran. Pemuda itu malah mondar-mandir gak jelas, dan membiarkan makanan sampai dingin."Mi, udah dapat telepon dari Tante Risa?" tanya Alex penasaran.Mami Alex menggeleng. "Belum, sabar. Sekarang dia pasti sedang berusaha keras membujuk Om kamu buat maafin kita."***"Waallaikumussalam. Mas Yusuf. Baiknya kamu pulang deh sekarang.""Hah? Pulang?" protes Yusuf. Dia bahkan baru sampai. "Ada apa?""Udah cepetan. Ini aku mumpung baik loh ngasih tau!" teriaknya memaksa di ujung telepon.Yusuf terbengong-bengong. Apa yang terjadi sebenarnya? Apa ini ada hubungannya dengan kerisauan hatinya. Atau pria itu cuma mengerjainya saja? Henry kan dikenal usil."Bilang deh. Kamu ngerjain aku, ya.
EP7 - Paksaan Henry pada YusufHanna tak ingin mempedulikan Alex dan berjalan begitu saja melewati pria itu. Namun, di saat bersamaan, tangan panjang Alex dengan cepat meraih lengan wanita tersebut. hingga langkah wanita itu terhenti.Merasa tak nyaman dan risih, Hanna menarik kasar tangannya. "Jaga perilakumu!" tekannya mengacungkan jari tepat ke wajah Alex, dengan tatapan tajam pada pria itu."Oke." Alex mengangkat kedua tangannya. Seolah takut pada ancaman Hanna. "Ck. Galak amat. Padahal aku udah berubah jadi anak baik." Senyumnya tipis. Ingin menunjukkan ketulusan pada lawan bicaranya, kalau dia memang sudah berubah.Hanna bergerak mundur, sekira tak lagi sampai Alex meraihnya. Tak ingin berlama-lama meladeni pria yang menurutnya gila, kakinya pun bergerak semakin cepat menjauh.Alex hanya bisa tersenyum. Tak mudah mengambil hati orang-orang yang disakitinya."Yah, semua perlu waktu. Aku akan mencoba memahami itu." Pria itu memiringkan s
EP6 - Apa Maumu, Lex!?Tujuan utama Alex ke rumah Adelia, selain membuat semua orang yang bahagia saat dia di penjara, terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba, adalah untuk bertemu sosok wanita yang terus dirindukannya, Hanna.Setelah menemui Adelia dan suaminya, ia berkeliling mencari di mana Hanna berada. Namun, setelah mendapati Eksha dan tantenya Risa sudah tak terlihat, ia pun yakin bahwa Hanna juga sudah pulang bersama mertuanya itu. Apalagi Yusuf juga tak terlihat. Sepasang suami istri itu harusnya bersama, jika tak ada salah satunya, berarti satu yang lain pun tak ada.Merasa putus asa, Alex akhirnya memilih pulang saja. Dia bisa meneruskan keinginannya itu di lain waktu, dan beristirahat untuk sekarang. Sepulang dari lapas, punggungnya sama sekali belum bertemu tempat rehat, bahkan sekedar untuk bersandar. Di dalam mobil pun, tanpa sadar ia terus duduk tegap, karena serius menyimak penjelasan pengacara yang dibawa sang mami.Langkah lebar pr
EP5 - Bawa Aku, Mas!"Selamat ya," ucap Alex sembari menyodorkan tangan pada mempelai wanita yang kini sedang beristirahat di ruang ganti. Seluruh make up di wajahnya dibersihkan oleh penata rias.Adelia mengerutkan kening. Ia tampak tak mengenali pria itu, lalu menangkupkan dua tangannya. Kenapa ada pria asing yang bisa masuk ke ruang pribadinya. Keluarga atau kenalan dekat memang masih dibolehkan untuk masuk, tapi ia merasa tak mengenal Alex.Alex tersenyum. Meski kecewa respon yang didapat tak sebaik bayangannya. Dia lalu beralih ke mempelai laki-laki. Pria itu dengan terpaksa meraih tangan Alex."Selamat ya, Dokter em ...." Alex tampak berpikir. Bodohnya tak memperhatikan banner di depan dengan nama sepasang pengantin di sana."Henry. Nama saya Henry." Pria itu tersenyum tipis. Setelah bersalaman Alex pun menjauh."Siapa dia?" bisik Henry yang merasa aneh. Karena bahkan wanita yang sudah sah jadi istrinya itu tak mengenalnya."Ent
EP4 - Turunin, Mas!Hanna baru saja selesai mandi. Wanita itu keluar dari pintu toilet sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil."Kenapa pakai handuk kecil itu? Bakal lama selesainya. Itu ada hair dryer." Yusuf yang tengah menggendong Akhyar menunjuk ke arah lemari.Hanna menggeleng. Nanggung menurutnya. Pakai handuk kering sudah cukup simple tak perlu menyalakan mesin dan menggerakkannya ke kepala. Lagi pula mereka tak sedang buru-buru, karena takut kepergok berduaan di kamar itu."Ck. Pasti sengaja, ya. Mau goda," goda Yusuf dengan menyebut Hanna yang menggodanya."Ish, apa sih, Mas? Baru juga selesai. Masa goda lagi," protes Hanna sambil mencebik, melirik pura-pura kesal ke arah sang suami."Heleh. Pura-pura jaim." Yusuf tak menyerah. "Ya, kan, Dek." Kini tatapannya beralih pada batita dalam gendongan. Rasanya senang saja Hanna kesal, dan hanya memperhatikannya."Hehmh. Mas kali yang jaim. Padahal pengen lagi kan tapi ngomong