Hadiah Dari Raka Dan Farah"Mana mobilmu?" tanya Julian, pada Juanedi untuk menunjukkan mobilnya. "Untuk apa, kamu menanyakan mobilku?" ucap Junaedi, ia enggan menunjukkan."Kita sekarang kerumah sakit, menggunakan mobilmu saja!" jawab Julian."Tidak, kita naik taxi atau ojek saja," ujar Junaedi, agar Julian tak menggunakan mobilnya. Perasaan Junaedi, tidak enak."Cepat tunjukkan, yang mana! Atau kamu mau ku habisi?" ancam, Julian.Junaedi merasa kicep, dan menunjuk mobil berwarna putih miliknya. "Berikan aku kuncinya!" ucap Julian. "Biarkan, aku yang menyetir," sahut Junaedi. "Tidak! Kemariman kunci mobil itu!" paksa Julian, dan merebut paksa kunci yang ada di tangan, Junaedi."Kembalikan!" ujar Junaedi, spontan. "Cepat masuk!" Julian, mendorong tubuh Junaedi untuk segera masuk dan ia yang menyetir.Stella mengikuti mereka, menggunakan sepeda motor yang tadi mereka kendarai.**Setibanya di rumah sakit, Julian langsung menarik tubuh Junaedi untuk keluar dan masuk kedalam rumah
Pria Baru Stella dan Julian, bergegas untuk kerumah sakit. Tampak Raka, yang baru saja tiba di depan rumah mereka dengan sepeda motor nya. "Mau kemana, Bang? Nampak buru-buru gitu," tanya Raka setelah mematikan mesin motor."Gita, kecelakaan Ka, dan sekarang di rumah sakit!" jawab Julian."Kecelakaan? Ya Allah, masalah apalagi ini. Aku ikut ya Bang, tunggu di sini, aku ambil mobil dulu!" ujar Raka. Stella dan Julian, mengagguk. Lebih baik mereka pergi dengan mobil, apalagi sudah malam, sekitar jam 21.00 malam. **Farah di rumah bersama Namira, adiknya itu sedang menginap."Abang, cepat banget dari rumah Bang Julian," ujar Farah, saat melihat suaminya sudah kembali."Abang mau bawa mobil," jawab Raka dan masuk kedalam kamar mengambil kunci mobil."Mau kemana, Bang?" tanya Farah penasaran, karena suaminya itu terlihat sangat tergesa."Gita, kecelakaan! Sekarang dia di rumah sakit. Abang, sama Bang Julian dan Kak Stella mau kesana," ujar Raka."Aku ikut, Bang!" pinta Farah."Kamu di
Kelicikan Nando"An, kamar untuk Ibu udah siap kan?" tanya Nando pada istrinya."Udah Bang, rapi. Ibu tinggal nempatin doang, emangnya jam berapa dia datang?" tanya Anna, yang sibuk mengupas bawang bombay untuk memasak sup. Nando meminta nya untuk masak enak, karena Ibunya akan datang."Abang juga kurang tahu, mungkin agak siangan. Nanti Bang Julian, yang mengantarnya kemari," jawab NandoAnna, setuju jika mertuanya tinggal bersama mereka. Semua saudara iparnya, sudah mengetahui Anna pelaku pembakaran rumah itu, jadi Julian meminta agar Anna mau menerima Retno, tinggal di rumahnya. Anna yang merasa amat bersalah karena perlakuannya menerima usulan Julian, dia harus mempersiapkan hati yang luas untuk menerima tinggal bersama mertuanya itu. ***Stella membantu membereskan semua barang, dan apa saja yang di bawa pulang. Sedangkan Julian masih sibuk mengurus administrasi."Julian mana?" tanya Retno, di kala Stella sedang memasukkan barang kedalam tas."Sedang urus administrasi!" jawab St
Minta ResepsiGita mengambil air minum di dalam galon, dan menyiramkan pada tubuhnya. Stella sama sekali tak merasa kasihan pada Gita, justru ia tertawa puas melihat keadaan Gita, kini.Vivi kemudian mengeluarkan ponselnya, untuk memfoto Gita dan Aldo, dengan kondisi mereka yang buruk. Penuh dengan noda kuah bakso, bercampur cabai."Makasih ya Mbak, sudah membantuku mengetahui perselingkuhan mereka. Aku bersyukur tidak jadi menikah dengan playb*y cap buaya ini!" ujar Vivi, berterimakasih pada Stella. "Sama-sama, pria yang buruk hanya untuk wanita yang buruk juga. Bukan untuk wanita yang baik sepertimu, semoga menemukan jodoh yg lebih baik ya," jawab Stella. Gita melirik tajam kearah Stella, ternyata kakak iparnya adalah dalang dari semua ini. Dia yang telah memberitahu Vivi, tenang hubungannya dengan Aldo. Bagaimana bisa Stella, mengetahui tentang Aldo? Begitu batin Gita. Stella, membalas tatapan Gita dengan tersenyum, seakan meledeknya.Vivi berlalu pergi, Aldo justru memanggilnya
Termakan Ucapan Sendiri"Git, lihat deh wajah, Ibu makin kusam dan timbul flek hitam!" keluh Retno, saat bercermin. Gita yang sibuk dengan gawainya menoleh."Kita ke toko Mbak Farah, aja Bu. Dia kan jual skincare dan kosmetik," ujar Gita.Retno berjalan mendekati putrinya. "Benar kamu Git, yuk kita kesana," dengan girang Retno, menyetujui untuk berkunjung ke toko milik Farah. ~~~~"Mbak, minjam motor dong!" Gita menjulurkan tangannya, meminta kunci motor pada Anna.Anna yang sedang sibuk menyiram tanaman, menoleh kearah Gita. "Mau kemana?" tanya Anna."Mau ke toko Mbak Farah, udah sini kuncinya. Pelit banget di pinjemin!" jawab Gita, ketus."Minjam yang sopan dong!" sahut Anna, kesal."Gak usah ngajarin Gita, sopan santun. Kayak kamu udah benar aja, ngomong sama mertua aja kadang masih gak sopan!" cerca Retno. Anna, menahan geram. Ibu dan anak itu, benar-benar menguji kesabaran nya. "Aku sopan jika kalian juga sopan!" Anna melempar kunci motor itu di teras, kemudian bergegas ma
Melamar Wanita Lain"Mau kasih kado apa ya Bang, yang bagus untuk pernikahan, Namira nanti?" tanya Anna, pada Nando.Nando mengalihkan perhatian nya dari ponsel. "Kasih uang aja, dari ribet bawa kado," jawab Nando."Aku mau ngado juga, Bang!" ucap Anna, sembari memikirkan kado apa yang bagus untuk du bawanya."Repot banget sih kamu! Segala mau bawa kado untuk adiknya, Farah!" ujar Retno yang muncul dari belakang, dengan nada sinis. Anna, memutar bola mata malas. Saat mendengar ucapan mertuanya yang ikut nimbrung pembicaraan mereka."Kamu tahu gak, kalau Namira sudah hamil duluan!" ucap Retno, mulai bergosip."Ibu, kata siapa? Jangan sembarangan, nanti jatuhnya fitnah!" sahut Anna, tak percaya dengan gosip murahan, yang di sampaikan, Retno."Ibu lihat sendiri, dia pakai baju kebesaran terus. Dan wajahnya lemas seperti orang sakit!" tandas Retno."Dia kan memang berhijab, wajar pakai jilbab panjang. Dan juga sola lemas, mungkin Namira, memang sedang tidak enak badan!" timpal Anna, ia t
Sahabat Dekat PelakunyaGita menangis, ia tidak tahan mendengar kabar Aldo melamar seorang wanita. Bukan kah mereka sudah sepakat untuk menikah, tapi Aldo mengkhianati dirinya. "Mbak, jangan nangis di sini. Lebih baik Mbaknya, pulang dulu biar tenang," ujar Security, memberi saran pada Gita. Ia kasihan juga melihat wanita itu."Enggak Pak, saya gak mau pulang sebelum bertemu Aldo. Saya akan menunggunya hingga pulang!" jawab Gita."Mereka mungkin masih lama pulangnya, Mbak!" "Tetap saya tunggu, izinkan saya menunggu nya di teras ya. Boleh masuk gak?" tanya Gita."Aduh gimana ya," Security itu bingung."Ayolah Pak, izinkan saya menunggu di situ. Di sini terlalu dingin!" ucap Gita.Akhirnya Security itu merasa kasihan, dan membuka pagar rumah Aldo, yang tinggi.Gita berjalan masuk, dan duduk di teras rumahnya. Ia masih menangis dan sesekali mengusap air matanya menggunakan lengan baju yang ia kenakan.Gita melihat ponselnya, jam sudah menunjukkan pukul 21.00 malam. Ia membuka Whatsapp
Ternyata Ulahnya"Gita, harusnya kamu bisa jaga diri. Kenapa semudah itu kamu tidur dengan pria!" ucap Nando, yang menyesalkan perbuatan Gita."Aku di jebak, Bang. Dia kasih aku minuman yang ternyata di campur obat tidur jadi aku, gak sadar Bang," jelas Gita."Bej*t memang, Aldo!" Nando mengepalkan tangannya, karena emosi mendengar penjelasan, Gita.**Kabar tentang kehamilan Gita, kini sudah sampai ke telinga Stella. Anna sengaja datang kerumah Stella, setelah belanja dia mampir mendatangi kakak iparnya. "Bahkan Ibu bilang, mau potong lidahnya, Mbak!" adu Anna."Ketulah kan! suruh dia potong lidah," ujar Stella, sambil mengaduk bubur kacang hijau yang sedang ia masak."Aku sih mau ngomong begitu, biar Ibu ingat. Tapi semalam kan suasananya lagi sedih, aku sedikit kasihan lihat Gita. Dia nangis terus Mbak, wajahnya pucat kasihan bener!" jelas Anna."Semoga aja Gita berubah ya setelah ini, memang kasihan dia. Udah di hamilin cowoknya malah tunangan sama wanita lain dan itu sahabat nya
Ending Season 2Julian memberikan semua pernyataan dan bukti pada petugas polisi yang akan menangani kasusnya. Dia juga membawa Marco sebagai saksi, walaupun Julian harus mengeluarkan biaya untuk mengurus kasusnya ini. Julian mengirim fotonya saat berada di kantor polisi, pada Indri. Ia tersenyum puas karena wanita itu pasti akan ketakutan. Indri yang sedang berada di dalam kamar melihat pesan dari Julian, dengan cepat dia membuka pesan itu dan ternyata foto di mana Julian sedang berada di kantor polisi, sedang membuat laporan atas dirinya.Indri menggigit bibir bawahnya, benar saja Indri ketakutan dan cemas karena Julian tidak main-main dengan ancamannya."Aku tidak mau masuk penjara dan menyusul, Mas Wahyu. Bagaimana ini?" gumam Indri menggeleng, berharap yang terjadi hanya mimpi.**** Julian menelepon Stella. Dan mengabarkan jika dia sudah melaporkan Indri."Hati-hati, kamu Mas. Takut aja dia nanti dendam denganmu, dan berbuat hal yang diluar batas wajar!" Stella memperingatkan s
Diberi Efek Jera"Mbak, maaf ya kesalahanku dulu. Memang keterlaluan," ucap Gita saat Anggun memoles wajahnya."Iya, maafin aku juga ya. Sudah bicara lancang," ujar Anggun. Tadi dia sangat emosional saat melihat Gita.Kejadian dulu memanglah sangat sulit di lupakan. Tapi Semua uang itu sudah di lunasi Julian. Gita juga sudah mengetahuinya sekarang. Setelah semuanya siapa, mereka pun berfoto keluarga. Kini semua menjadi akur, dan Yasmine semakin sayang pada anak sambung dan menantunya. Keakraban ini yang di inginkan Amanda, anak sambung Yasmine. Dari dulu mereka selalu berseteru tiap kali bertemu. **Julian masuk kantor pagi itu, semua karyawan menatap nya dengan aneh. Bahkan beberapa memandang seakan jijik melihat dirinya. Julian menjadi risih dengan tatapan mereka."Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" batinnya, namun Julian berusaha menghiraukan semua itu. Ia menuju meja kerja. Marco temannya menghampiri dan memanggil Julian. "Emang bener ya, gosip yang sedang beredar saat in
Bertemu Lagi"Karena kemarin telah jahat sama kamu, Umi sudah mendapat balasannya , dan benar-benar menyesal, malu padamu," sesal Yasmine. "Gita sudah memaafkan Umi, jangan bersedih lagi ya," Yasmine menggenggam tangan Gita dan memeluk menantu yang selama ini ia sia-siakan. Retno merasa terharu, dengan yang ia lihat kini. Sama dengannya dulu, bahkan ia lebih parah dari Yasmine. Semua orang bisa berubah karena kejadian dan pelajaran dalam hidup. Seperti yang di rasakan juga oleh Gita. Semua orang menganggap jika dia beruntung, menikah dengan Azmi. Yang kaya, mapan, tampan dan juga pandai. Tapi mereka tida tahu, kepahitan yang Gita rasakan, hidup tidak selalu mudah banyak kerikil yang harus di lalui. Semua pengalaman menjadi pembelajaran agar lebih hati-hati mengambil keputusan di masa mendatang. **Amelia berteriak dan menangis, saat mengetahui kakinya patah. "Kenapa kakiku patah, aku tidak bisa berjalan lagi! Ini semua karena Tante Yasmine membuatku kecelakaan!" rutuknya. Suci
PenyesalanMobil melaju membelah jalan yang sunyi, hanya sedikit kendaraan yang berlalu lalang Yasmine terus terngiang-ngiang dengan keadaan Amelia tadi, membuatnya menjadi cemas. Akhirnya mereka sampai di rumah.Pagar dibuka, mobil melaju masuk ke halaman rumah mewah itu."Bu Yasmine, sudah pulang," ujar security yang melihat Yasmine keluar dari dalam mobil."Semua orang khawatir mencari Ibu," ujarnya kembali."Di mana suami, saya?" tanya Yasmine."Bapak sedang keluar bersama den Azmi," ucap Mukhlis."Kamu bisa menghubungi Bapakkan dan mengabari jika saya sudah pulang. Agar mereka tidak khawatir," pinta Yasmine karena ponselnya sudah dibuang oleh Suci. "Baik, Bu," jawab Mukhlis kemudian ia mengeluarkan ponselnya dengan cepat, menghubungi Hanafi untuk mengabarkan kepulangan Yasmine. "Bu Yasmine, sudah pulang Pak, keadaannya baik-baik saja. Baik Pak," jawab Mukhlis saat berbincang di sambungan telepon bersama Hanafi.Farah dan Stella mengantarkan Yasmine hingga ke dalam rumahnya.
Butuh Juga Kan.Hanafi mulai merasa khawatir dengan Yasmine istrinya. Tidak ada kabar, nomornya tidak aktif. Tidak biasanya Yasmine seperti ini, menghilang tanpa kabar.Karena rasa gundah yang tidak tertahan, Hanafi memerintahkan beberapa bodyguardnya untuk mencari keberadaan Yasmine. Terkahir kali yang dia tahu, istrimu pergi ke sebuah restoran bertemu dengan Amelia dan Suci.Hanafi juga mengirim pesan pada Azmi karena keresahannya. "Abi, ada apa?" Amanda menghampiri Hanafi, dia baru saja tiba karena memang ingin menemui Abinya. "Umi, belum pulang dari tadi siang. Abi sangat khawatir!" jelas Hanafi."Umi kan, emang sering pergi seharian udah biasa. Abi jangan khawatir berlebihan," ucap Amanda yang hafal dengan kebiasaan Yasmine. "Tapi kali ini feeling Abi merasakan firasat yang buruk. Takut terjadi sesuatu hal buruk pada Umi," Hanafi duduk di sofa dan mencoba berpikir positif tapi ia tak bisa.Amanda yang melihat Abi nya menjadi gusar, ikut merasa sedih. Dia berjalan ke dapur meng
TertangkapYasmine merekam semua kejadian yang ia saksikan, ia menyesal? Terlambat sudah, orang yang selama ini dia percaya bahkan ingin ia jodohkan dengan putranya adalah pencuri. Suci dan Amelia dalang di balik perampokan itu. Mereka ternyata sangat cerdik, dan culas. Pantas saja perampok itu sangat tahu seluk beluk rumah Yasmine. Karena ia sudah di latih oleh Suci."Picik..!" gumam Yasmine masih tak habis pikir.Yasmine tak sengaja menyenggol batu dan menimbulkan suara, reflek mereka bertiga menatap kearah Yasmine bersembunyi. "Siapa..!" teriak Suci.Yasmine panik, tak sadar ia bangkit dan mencoba lari. Tempat itu sepi, dan gang nya lumayan sempit. Susah payah Yasmine berlari agar tidak ketahuan oleh mereka."Ma, itu Tante Yasmine!" ujar Amelia panik."Kamu diam saja, cepat kejar dia!" perintah Suci pada pria beralis tebal. "Jika dia lolos, kita semua yang akan masuk penjara!" ujar Suci kembali. Pria itu segera berlari mengejar kemana arah Yasmine tadi. "Kita ketahuan, Ma! Hil
Biang MasalahAmelia menjadi salah tingkah, dengan tatapan Yasmine. Suci yaitu Mama Amelia mengusap tengkuknya, ia tak berani menatap Yasmine. "Apa kalian tahu pelaku perampokan di rumahku?" "Tidak tahu Tante, bagaiamana mungkin kami mengetahuinya. Tante tanya saja pada Polisi apakah mereka sudah menangkap pelaku!" ujar Amelia.Pelaku perampokan itu sulit di lacak. Apalagi kamera cctv di rumah Yasmine, seperti sengaja di matikan oleh pelaku. Mereka pelaku perampokan itu seakan mengetahui seluk beluk rumah Yasmine. Yasmine menyesap minumannya, sambil menatap lekat Ibu dan anak itu. Dia tak mempunyai bukti untuk menuduh mereka. "Oiya besok malam ada acara peresmian restauran baru suamiku, kalian hadir ya," ucap Yasmine mengundang Amelia dan Suci."Pasti kita hadir, dan selalu mendukungmu," jawab Suci."Mas Azmi juga datang, Tante?" tanya Amelia seperti mempunyai peluang bertemu Azmi. "Dia juga Tante undang, pasti dia datang," ujar Yasmine."Nanti dia datang bersama Gita, aku cembur
Apakah Kamu Pelakunya"Tidak usah berteriak, Umi. Aku ada di sini!" Gita baru saja kembali, dari toko."Kamu, beraninya mengusir Amelia! Berarti kamu memang mau mencari masalah dengan, Umi!" ujar Yasmine, dengan tatapan mengancam. "Yang kulakukan tidak salah, wanita itu memang pantas kuusir! Karena dia benalu pada rumah tanggaku dan Mas Azmi! Umi jangan tutup mata dari kebenaran!" ujar Gita.Yasmine tertegun, Gita begitu berani menjawabnya kini. "Lihat Azmi, istrimu ini apa yang bisa di banggakan darinya. Mandul, bahkan kini berani melawan Umi!" adu Yasmine, berusaha mengadu domba Azmi dan Gita. "Jaga ucapan Umi!" ujar Azmi yang tidak terima dengan ucapan Uminya, yang mengatai Gita mandul. "Tampaknya Ibu salah jika bicara seperti itu!" sahut Gita."Apa maksudmu, diam kau! Gara-gara kamu Azmi tak mau menuruti perkataanku lagi!" ucap Yasmine memarahi Gita.Namun Gita tak peduli dengan kemarahan Yasmine, dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Gita tampak mencari sesuatu, dan mengan
Kau Pikir Aku Takut?Yasmine mengalami perampokan, namun anehnya rumahnya tidak dibobol. Dan semua barang berharga yang ia simpan telah diambil oleh pencuri itu, bagaimana bisa pencuri itu mengetahui semua letak barangnya dan seluk-beluk rumahnya. Pasti pelakunya adalah orang dalam, begitu pikir Yasmine. "Ada penghianat di rumah ini!" ujar Yasmine.Yasmine memanggil semua pekerja di rumahnya, mereka tidak tahu kejadian saat itu, kejadian tengah malam dan mereka tengah tertidur. Yasmine juga sudah melaporkan kejadian ini pada polisi, dan sedang diusut."Bagaimana bisa kalian tidak mendengar, ada seseorang yang mengambil barang di rumah ini!" bentak Yasmine pada para pekerja nya. "Sumpah, saya tidak tahu, Nyonya," jawab salah satu ART.Sedangkan semalam, Yasmine tidak pulang ke rumah. Ia menginap di sebuah hotel setelah menghadiri acara yang ia hadiri, bersama Azmi dan suaminya.Semua barang berharganya hilang, Yasmine merasa seluruh tubuhnya lemas, tentu saja semua barang itu berhar