"Kalau begitu kita ambil saja jatah cuti kita sekaligus, untuk membantu adik kita merintis usahanya...! kita lihat perkembangan yang ada nanti, Kalau seumpama dalam waktu itu, toko kue berjalan dan membutuhkan karyawan, kan bisa di kondisikan? Betul tidak Din?" Tanya Ine yang lebih mendominasi usulan diantara mereka. "Boleh juga saranmu Mbak, cus ah...! aku setuju!"jawab Nadine antusias.***Hari pertama mereka gunakan untuk membeli peralatan toko, mulai dari etalase, wallpaper dinding dan juga pernak pernik yang lainnya.Hari kedua digunakan untuk menata tata letak isi toko, dan itu membutuhkan tenaga tukang, baru di hari keempat mereka sudah bisa membuka toko mereka. Grand opening toko dilakukan dengan menyisipkan diskon 50% untuk pembelian setiap kue yang tersedia.Bahkan ada tersedia minuman gratis di sana meskipun itu hanya es teh manis cup.Sambutan dari para pembeli pun sungguh antusias, semua itu mampu membuat Nadine, Sari dan juga Ine terharu sekaligus bahagia, mereka tak m
"Pergilah kamu dari rumah ini Mas, kamu hanya berhak menggunakan baju yang melekat di tubuhmu seperti saat kamu memasuki rumahku ini! pergilah...!" kata Erika. "Untuk mobil beserta tabungan yang ada di rekening milikmu, aku ikhlaskan semua itu untukmu!" Akhir kata dari Erika benar-benar membuat Darmawan syok."Maafkan aku dek! jangan seperti ini, tolong...!"Darmawan memohon."Aku sudah memaafkan jauh sebelum kamu meminta maaf, tapi maaf, aku tidak bisa menerimamu kembali, aku tak lah sekuat itu!"kata Erika. "Pergilah Mas, ada satu hati yang harus kamu jaga sekarang, aku tahu dia sedang mengandung bukan? Anggap saja mobil dan juga rekening yang kamu miliki itu sebagai kenang-kenangan dariku!"kata Erika lagi. "Oh ya hampir lupa, tentang apartemen yang selama ini kamu beli, akan aku tarik kembali, dan untuk rumah yang cukup strategis yang kamu janjikan untuk Shinta istri beliamu itu, aku ikhlaskan untuk kamu tempati! hiduplah dengan bahagia dengan wanita pilihanmu!" lanjut Erika mener
Hari ini adalah jadwal HPL kelahiran anaknya Shinta, Mereka pun berniat untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, kapan perkiraannya bisa di lakukan operasi Caesar."Apa yang kamu rasakan Dek? Apakah kamu merasakan kontraksi atau sakit di perutmu?"Tanya Darmawan kepada istri belianya itu."Nggak ngerasain apa-apa tuh mas, biasa aja! ini aku malah pengen makan martabak telor spesial yang ada di simpang jalan itu loh mas! boleh nggak sebelum kita ke rumah sakit beli itu dulu?"Tanya Sinta menjawab pertanyaan dari Darmawan."Ya sudah, sambil jalan kita nanti akan mampir ke sana! kamu serius tidak mau mengajak mama dan juga Mas Damar?"tanya Darmawan lagi. "Nggak lah Mas, malas...! mereka itu cerewet banget, enakan berdua begini sama Mas!"jawab Sinta santai.Akhirnya mereka pun jalan menuju rumah sakit, setelah sebelumnya membeli martabak telur terlebih dahulu seperti permintaan Sinta. Meskipun sebagai driver taksi online, Darmawan tak pernah sekalipun menolak keinginan sang istri jika
Pembagian keuntungan toko mulai di akumulasi setelah pembelian alat tersebut, dengan adanya alat itu tentu kue yang di hasilkan pun tentu lebih banyak dari yang sebelumnya, dan juga kini dia tak membatasi pesanan kue seperti biasanya.Pembagian laba toko di bagi menjadi 4 setelah di potong untuk membayar karyawan. Toko kue tersebut kini mempekerjakan 6 orang dengan sistem tukar shift, jika di 2 hari bekerja melayani di depan maka di hari berikutnya akan berada di dapur produksi, sementara untuk bagian kasir dan promosi di pegang oleh Sari dan Ine secara bergantian.Nadine sebagai pemilik Toko hanya bertugas menakar bahan untuk pembuatan kue, dan tentunya sambil momong Gibran. Usia Gibran sudah hampir 1 tahun, dan anak itu mulai cerewet meskipun tak jelas cara ngomongnya.Di hari Minggu pesanan kue sangat membeludak, terutama resep kue yang baru launching, kue Sobek Nanas selai strawberry, coklat dan juga keju. Sejak ada alat pengadon Nadine mulai merubah trik marketingnya, jika dulu
"Masa sih Nadine bisa mendirikan toko kue? kayak mustahil banget deh...! mana mungkin orang secupu Nadine bisa berhasil, dia kan SD aja tidak lulus?" Batin Damar membantah apa yang diucapkan oleh laki-laki tadi. Tapi meskipun begitu, Damar tetap melangkahkan kakinya menuju ke alamat yang diberikan oleh laki-laki tadi. "Toko kue N&G? masak sih toko kue itu milik Nadine?" Batin Damar dalam hatinya.Meskipun ragu tapi Damar tetap melangkahkan kakinya menuju ke sana, sebelum masuk ke toko tersebut dia mempertahankan keadaan toko itu, setelah dirasanya cukup memperhatikan, akhirnya Damar pun masuk toko dan berpura-pura sebagai pembeli. "Maaf Mbak, selain roti apakah di sini juga menyediakan kopi?, tanya Damar. "Kami hanya menyediakan minuman kemasan Pak, silakan bapak mengambilnya untuk teman santapan roti yang kami jual!"jawab salah satu dari keduanya. "Baiklah kalau begitu, bolehkah saya bertemu dengan ibu Nadine? saya di perlu dengannya?" kata Damar tanpa basa-basi. "Ibu Nadine se
"Dengan turunnya Surat cerai ini, kita sudah sah menjadi orang lain lagi, tak perlu kamu mencariku ataupun mencampuri urusanku!" kata Nadine.”Oh ya, kalau kamu tak menganggap Gibran sebagai putramu? Tak masalah, dia tak membutuhkan walimu saat dewasa nanti!" lanjutnya."Pergilah dan jangan ganggu kami lagi!" kata Nadine tegas."Gibran Itu anak siapa?" Tanya Damar masih dengan kekonyolannya. "Gibran itu anakku, Aku adalah ibunya, aku mengandungnya selama 9 bulan 10 hari, dan aku melahirkannya secara Caesar! Faham?" Jawab Nadine geram. Dan kini dia menyingsingkan lengan bajunya ke atas, menaikkan sedikit rok panjangnya seolah bersiap hendak menghajar Damar. "Iya dek iya, Gibran Itu anakmu bukan anakku! aku pergi...! semoga kamu tidak pernah menyesali perpisahan kita ini!" kata Damar kemudian berlari menjauh dari Nadine. Sesampai di luar toko roti milik Nadine, Damar memperhatikan keadaan toko tersebut, setelah dia keluar ternyata banyak pengunjung yang datang. Fikiran Damar menduga-d
"Kalau Mbak Sarah memang ingin tahu tentang aku, maka dia harus datang ke sini langsung bukan hanya lewat pesan saja!"jawab Santi lagi.****Acara syukuran anaknya Santi pun dilaksanakan, Darmawan rupanya memesan kue di tempatnya Nadine. bahkan dia memesan kue untuk bingkisan para tamu dibawa pulang yang cukup banyak yaitu sekitar 500 pcs, Darmawan mengundang para tetangganya dan juga warga di perkampungan belakang rumahnya. "Ini rotinya kok enak banget sih Mas? Mas Wawan pesannya di mana? mau dong nanti dipesenin lagi!"kata Santi yang suka dengan kue yang dipesan oleh suaminya. "Fokus sembuh saja dulu, nanti kalau sudah benar-benar sembuh, aku akan mengajakmu langsung ke tokonya, supaya kamu puas memilih-milih rasa yang kamu inginkan! ingat ya dek, tidak usah diet! Aku menerimamu apa adanya yang penting anak kita sehat!"kata Darmawan. "Jangan percaya dengan bualan laki-laki yang seperti itu San, dia bisa bilang seperti itu saat di rumah, tapi nanti saat dia ada di luaran maka mata
"Kalau Mbak Sarah memang ingin tahu tentang aku, maka dia harus datang ke sini langsung bukan hanya lewat pesan saja!"jawab Santi lagi.****Acara syukuran anaknya Santi pun dilaksanakan, Darmawan rupanya memesan kue di tempatnya Nadine. bahkan dia memesan kue untuk bingkisan para tamu dibawa pulang yang cukup banyak yaitu sekitar 500 pcs, Darmawan mengundang para tetangganya dan juga warga di perkampungan belakang rumahnya. "Ini rotinya kok enak banget sih Mas? Mas Wawan pesannya di mana? Mau dong nanti dipesenin lagi!"kata Santi yang suka dengan kue yang dipesan oleh suaminya. "Fokus sembuh saja dulu, nanti kalau sudah benar-benar sembuh, aku akan mengajakmu langsung ke tokonya, supaya kamu puas memilih-milih rasa yang kamu inginkan! ingat ya dek, tidak usah diet! Aku menerimamu apa adanya yang penting anak kita sehat!"kata Darmawan. "Jangan percaya dengan bualan laki-laki yang seperti itu San, dia bisa bilang seperti itu saat di rumah, tapi nanti saat dia ada di luaran maka mata
Ibu Liliana dan Pak Yudistira saling tatap, namun kemudian secara bersamaan menatap ke arah Putri mereka. Dalam hati ibu Liliana Sebenarnya masih belum rela untuk melepas putrinya tersebut, namun Ia pun tidak bisa memaksakan kehendaknya itu jika memang Sang Putri sudah mau move on dan melanjutkan hidupnya. "Sebagai orang tua, saya akan merestui jika Itu memang menjadi keinginan putri kami, untuk itu keputusan saya serahkan kepada Nadine sendiri...!"kata Pak Yudistira. "Kamu sudah tahu kan status Nadine seperti apa? dia bukan seorang gadis, dia pun memiliki Putra yang bernama Gibran...!" Sejenak pak Yudistira menghentikan kalimatnya kemudian menatap Anan dan mencari tahu reaksi dari laki-laki calon menantunya itu.Saat tak di dapati wajah keterkejutan ataupun keberatan di sana, Pak Yudistira pun melanjutkan kembali kata-katanya."Jika kamu berniat menggambil Nadine menjadi istrimu, maka kamu harus bisa menerima Gibran sebagai putramu...!" Lanjut pak Yudistira."Saya sudah faham akan
"Gercep juga lu bro, sat set sat set eh taunya mau jadi adik gua loh...!"kata Arkan langsung memeluk sahabatnya itu. "Gua takut ditikung oleh mantan suaminya, soalnya ada Gibran di antara mereka...! rugi bandar dong, wanita spek bidadari seperti adikmu itu bisa kembali kepada mantan suaminya yang seperti katak berpeci...!"jawab Anan berbisik di telinga sahabatnya itu. "Masuk masuk masuk...! kita masuk ke dalam saja, kebetulan Mbak sumi sudah menyiapkan makanan untuk kita...!" kata ibu Liliana menggandeng Sang Putri. "Makan Mah? tapi ini kan belum waktunya makan malam? ini aja baru jam 05.00 sore...! astaghfirullahaladzim Nadine belum salat ashar mah, Nadine salat dulu ya...!"Nadin teringat bahwa dirinya belum salat ashar dia pun langsung pergi meninggalkan mereka semuanya menuju kamarnya. Sementara Gibran yang seharian memang tidak bertemu dengan Nadine merasa diacuhkan kemudian menangis sekencang-kencangnya. Nadine mengetahui hal itu tapi dia tetap melanjutkan langkahnya karena w
Bagi Nadine apa yang diucapkan oleh Anan merupakan kejutan yang luar biasa, ia tak percaya jika Anan akan menyatakan cintanya secepat itu."Aku serius dengan ucapanku Nadine. Maukah kau menjadi pendamping hidupku? Menemani perjalananku sampai ujung usia?" Tanya Anan sekali lagi.Saat mendapati wanita yang ada di hadapannya semakin diam mematung, Anan kembali bersuara."Aku memang bukan seorang pujangga yang pandai dalam merangkai kata-kata, Namun aku ingin kamu mengetahui satu hal, bahwa aku tak main-main dengan ucapanku. Aku akan melamarmu kepada orang tuamu....!" Kata Anan lagi."Kak...!" hanya kata-kata itu yang mampu di ucapkannya."Ya" Jawab Anan."Cukup mengangguk jika kamu setuju, dan menggeleng andai kamu tak bersedia, aku tahu kamu sulit untuk menentukan pilihan sehingga membuatmu sulit untuk berbicara...!" Mendengar yang di ucapkan Anan, Nadine pun menarik nafasnya dalam-dalam. Ia ingin menjawab yang di pertanyakan oleh Anan dengan gamblang agar tak terjadi kesalahpahaman s
"Yang jadi masalahnya itu Mas Damar sudah menjatuhkan talak yang tak terampuni, yaitu talak 3...!" protes Shanti."Tinggal bilang saja kalau Damar tak serius dalam mengucapkan kata talak itu, kan bisa di ma'fu...!" kata Pratiwi dengan entengnya."Di ma'fu itu kalau kesalahan lain Bu, tapi kalau tentang talak itu tidak bisa Bu...! talak itu akan tetap berlaku meskipun dalam keadaan marah sekalipun...!" Kata Santi menjelaskan."Kamu Itu anak kecil tahu apa? Diam saja sudah...! milih suami saja nggak bisa, ini malah bicara soal Agama, Mama tentu lebih tahu dari kamu...!" Kata Ibu Pratiwi yang menolak perkataan putri bungsunya."Ibu bilang aku masih kecil? jangan lupakan kalau aku sudah pernah melahirkan seorang bayi...!" Kata Santi yang merasa sedih karena lukanya kembali terkoyak."Iya sudah melahirkan anak, tapi langsung sedeng...!" jawab Ibu Pratiwi tanpa perasaan.Hati Santi serasa ditusuk sembilu saat mendengar lanjutan jawaban dari sang ibu, ibunya itu seolah mati rasa dengan peras
"Saraaahhhh...! keterlaluan kamu...! kamu benar-benar menipuku habis-habisan...!"geram Budi menatap ke arah Sarah yang tengah asik menikmati makanannya. Sementara Sarah tak menyadari jika masalah besar Tengah menunggunya, iya tak sadar jika sang suami Tengah dikuasai kemarahan yang sangat besar terhadapnya atas apa yang dilakukannya terhadap Nadine selama ini.Dengan mata menyorot tajam, Budi berjalan ke arah istrinya. Sarah masih belum menyadari jika suaminya kini berjalan menuju ke arahnya, ia masih saja santai menikmati makanan kegemarannya.Budi langsung memegang lengan Sarah, Sarah yang tiba-tiba ditarik lengannya pun menjadi terkejut, ia menatap ke arah orang yang menarik lengannya tersebut. "Mas Budi? apa-apaan sih Mas? kenapa tarik tangan aku seperti ini? lepasin nggak...!"protes Sarah sementara mulutnya masih penuh dengan makanan. "Ikut, atau aku benar-benar akan melepaskanmu dalam artian yang sebenarnya...!"kata Budi berhenti lalu menatap manik mata istrinya."Maksud kamu
"Kalau begitu, Damar bisa kecipratan kekayaan milik Nadine itu...!" batin Ibu Pratiwi. "Ibu ihhh..!" Teriak Sarah tertahan oleh ucapan Mamanya.Ibu Pratiwi tak menghiraukan perkataan putrinya tersebut, fokusnya gini kepada Nadine kemudian menyenggol lengan putranya."Maju mar, perkenalkan dirimu sebagai ayahnya Gibran...! mumpung Gibran sedang digendong sama Nadine...!"kata ibu Pratiwi tak tahu diri. Obrolan keduanya teralihkan dengan perkataan dari Pak Yudistira selanjutnya yang memperkenalkan Gibran sebagai cucunya."Dan ini adalah cucu kami bernama Gibran Pramudya Yudistira...!" Keluarga Yudistira sengaja mengganti nama Gibran dan menyematkan nama Yudistira di belakang nama anak tersebut.Seolah terhipnotis oleh kata-kata sang Ibu, Damar manut begitu saja dan langsung maju hendak menghampiri Nadine. Namun langkahnya terhenti hanya sebatas tangga podium saja, karena di sana dia dihadang oleh para pengawal dan asisten yang dipekerjakan oleh keluarga Yudistira. Saat Damar ingin me
Keesokan harinya, Pak Yudistira dan Ibu Liliana pun mengajak Nadine ke perusahaan. Beliau sengaja membuat acara di hari Minggu saat hari libur kerja.Pesta yang cukup meriah yang di hadiri para Investor dan seluruh staf kantor di semua divisi.Acara tersebut juga mengundang para pengusaha yang dimana ada kerjasama dengan perusahaan milik mereka, tak terkecuali perusahaan tempat Damar bekerja.Nadine yang pada dasarnya memang cantik di buat semakin cantik dengan perias yang sengaja di sewa untuk membuat penampilan Nadine semakin memukau.Di acara tersebut Tak lupa Nadine mengajak dua sahabatnya yaitu Ine dan juga Sari, awalnya keduanya menolak karena merasa tidak layak dan merasa minder. Namun Atas bujukan dari Nadine dan juga Ibu Liliana membuat keduanya akhirnya pasrah dan ikut serta ke acara tersebut.Di acara itu membebaskan membawa semua anggota keluarganya, dan di sana Damar membawa Ibu kakak serta adiknya turut serta.Acara yang memang sengaja di adakan sangat meriah itu menjadi
"Aku bekerja di perusahaan milik seorang wanita yang Aku sakiti...?"lirih Santi dalam hatinya."Apa yang harus aku lakukan? lebih baik aku menebalkan mukaku saja, aku akan pura-pura tak tahu bahwa ibu Erika adalah istri pertama Mas Darmawan dulu...!"pikir Santi dalam hatinya. "Apakah kamu masih mau melanjutkan kerja di sana kan? kamu dulu menghancurkan rumah tangga Ibu Erika, sekarang kamu malah mengemis mau minta makan darinya...!"kata Damar mencoba untuk membuat Santi mau keluar dari pekerjaan sebagai cleaning service tersebut. "Aku tidak mengemis Mas, Aku bekerja dan aku menukar uang yang diberikan oleh perusahaannya dengan keringatku...!"Santi membantah yang di katakan oleh Damar karena tak suka dibilang pengemis."Lanjutkan pendidikanmu dek, Mas mohon...! rajut lagi cita-citamu yang pernah kandas... lanjutkan kejar paket kemudian kuliah...!"kata Damar. "Kemudian menjadi adikmu yang manja lagi? begitu maksud dari perkataanmu Mas? Aku ingin mandiri, Aku tidak ingin bergantung ke
Sementara kini, Damar sudah berada di depan perusahaan tersebut, dia tidak langsung turun dari mobilnya, dia masih menimbang-nimbang apa yang akan dikatakannya nanti.Nasib baik sedang membersamai Damar, Kini dia melihat Santi keluar dari perusahaan tersebut dengan menenteng sebuah tas di pundaknya, camat dapat membuka jika Santi izin setengah hari saja bekerja, semua itu terlihat dari Santi yang tak lagi menggunakan seragam cleaning service seperti biasanya. Damar mengurungkan niatnya untuk menghampiri santri, dia lebih tertarik untuk mengikutinya untuk tahu di mana adiknya itu tinggal selama ini. Santi memasuki sebelah kos-kosan yang letaknya tak jauh dari perusahaan tersebut, Damar pun segera turun dan bermaksud untuk menghampiri sang adik. Namun langkahnya dihentikan oleh security yang menjaga kos-kosan tersebut."Maaf Pak, laki-laki memang tidak diizinkan untuk masuk ke sini, Apapun alasannya meskipun itu adalah bapaknya ataupun saudara laki-laki dari perempuan yang ngekos di